Anda di halaman 1dari 3

CERPEN

Antara Bulpen, Aku, dan Cinta

Bagiku hari ini adalah hari yang paling membahagian. Bagaimana tidak, di hari pertama aku
masuk sekolah, aku diajak kenalan oleh seorang wanita. Sungguh aku malu sekali.
Aku tak bisa menolaknya, karena aku adalah anak pindahan dari sekolah sebelah. Jujur, aku
tidak pernah mempunyai teman wanita semenjak SD.
Aku bingung harus bagaimana saat dia menjulurkan tangan dan meberitahukan namanya
sembari berkata “namaku Dewi, salam kenal”
Dengan polosnya aku juga mengenalkan diriku, Miqdad. Setelah berjabat tangan dia
langsung pergi dan tak memedulikanku. Tapi dengan diriku sendiri, aku tidak bisa bergerak
setelah jabatan itu terlepas. Tubuhku gemetaran dan aku bingung mau berbuat apa.
Aku paksa kaki ini melangkah masuk kelas dan berusaha berbuat sebiasa mungkin, jangan
sampai kekonyolan terlihat banyak murit di kelas. Bisa-bisa aku akan hanya menjadi bahan
tertawaan.
Saat itu, bel berdering menandakan pelajaran pertama dimulai. Aku duduk dibangku paling
belakang, berharap tidak ada yang melihatku. Aku masih belum terbiasa dengan murit-murit
di sini.
Bu guru juga menyuruhku perkenalan di depan kelas. Aku memperkenalkan diriku singkat
dan bergegas menuju tempat dudukku lagi. Aku tak begitu memedulikan sekitar, aku hanya
menatap buku kosong dan berusaha tidak melakukan hal yang membuat perhatian anak-anak
menuju padaku.
Seketika itu bu guru membuka materinya dan aku pun melihat ke depan. Tanpa ku sadari,
setelah aku melirik sedikit bangku kiriku, ternyata dia adalah wanita yang mengajakku
kenalan tadi.
Aku semakin gemetaran, kenapa sih cewek ini kok bisa pas ada di bangku paling belakang, di
sampingku lagi. Kenapa dia gak duduk di depan saja, kenapa pas ketika aku masuk di hari
pertama. Gerutuku dalam hati.
Pas guru menyuruh kami untuk mencatat, aku pun merombak tas ku dan mencari pena yang
aku sudah siapkan. Aku merogok tas ku sampai terdalam, ternyata bulpen yang telah aku
siapkan dari tadi malam lupa aku masukan tas.
Akhirnya aku meminjam pulpen temanku laki-laki di bangku sebelah.
“bro pinjem bulpen dong, aku lupa gak bawa nih”
“wah aku cuma punya satu” kata temenku.
Aku berusaha meminjam ke bangku depan. Ternyata dia juga gak punya.
Malahan dia menyarankan untuk pinjam ke temen perempuan.
“itu tu pinjem Dewi aja, dia punya banyak bulpen.”
Whatt ..?, Sebetulnya hari ini kenapa sih, kenapa coba kok pas banget. Ketemu sama cewek
la, sebelahan la, sekarang aku harus pinjam bulpen.
Karena terpaksa aku pinjam kepada cewek yang disebelahku, pun juga aku seorang murit
baru, aku tidak mau tiba-tiba dianggap murit yang jelek karena tidak mencatat, dan yah aku
bilang kepadanya,
“eh pinjem bulpen dong” kataku sambil malu-malu.
“ohh bulpen, bentar ya”
Dia mengeluarkan wadah pensilnya dari samping, dan kulihat ada mungkin sepuluh bulben
yang berbeda warna dan jenisnya. Wih banyak banget nih anak bulpennya, kataku dalam hati.
Seketika itu tangannya menjulur memberi bulpen yang warna pink, aku pun langsung
menangkapnya. Lalu bilang padanya,
“kok pink yang lain kan ada, itu aja tuh yang hitam”
“oh gak suka ya, ya udah sini”
Dia mengambilnya kembali sambil memberikan yang baru yang aku minta. Saat itu juga
tangannya menjulur dan aku hendak mengambilnya lalu tangannya kembali sambil mendekap
bulpen tersebut.
“kalo ini jangan ah, kan ini pemberian ibu ku dari Malaysa.”
“ya udah yang lain saja” kataku.
Dia memberikan yang warna biru, aku pun hendak meraihnya. Tapi lagi-lagi dia
menggugurkan niatannya.
“ini juga jangan ah, ini juga susah belinya gak ada di sini”
Aku mulai kesal.
“yang ini aja” katanya.
Aku pun mengambilnya dengan sedikit malas, tapi sekali lagi, dia memberi harapan palsu.
Tanganku yang sudah ingin merainya dianya dengan sergap mendekap pulpen yang hendak
iya berikan.
Aku benar-benar kesal sekarang.
“aghh.. ya udah yang mana saja napa sih, ini sudah ketinggalan jauh nulisnyaaa..”
Dia pun tertawa kecil seraya memberikan bulpen yang mana saja dan aku sudah tak
memperhatikan warna yang dia berikan. Aku pun segera menulis ketinggalanku.
Sekilas, aku teringat kejadian itu di rumah. Di dalam kamar yang sunyi sendiri ini, aku
membanyangkan kejadian tadi pagi. Menurutku itu adalah hal terindah sepanjang hidupku.
Kring .. Kring .. (Dering hp berbunyi)
Aku membuka sms dan membaca pesan tersebut. Di sana bertuliskan
“Hai Miq, ini Dewi”
Haaaaaa ….???
Ini ada apa sih, kenapa cobak kok bisaaa …
Dia tahu nomerku dari mana, kita tak membicarakan tentang nomer tadi pagi, aku juga
ngobrolnya nggak banyak sama dia. Kenapa sih dia bikin degdegan terus, baru saja
memikirkannya kok bisa-bisanya ada SMS langsung dari dia.
Aku pun bingung dan tak membalasnya. Tapi tak lama setelah itu, hp_ku berdering lagi.
“Datang ke sekolahan sekarang!”
Ya Tuhaann..
Ini cobaan macam apaaa??
Baru saja kenal, kok dia sok akrab begitu, apa salahku Ya Tuhann..
Kenapa juga aku harus mempercayainya, bisa jadi itu nomer nyasar. Kenapa juga aku harus
menuruti perintahnya. Dia bukan siapa-siapaku, mungkin teman tapi belum cukup akrab, kita
juga baru kenal tadi pagi.
Tapi karena aku yang tak tega meninggalkan perempun sendiri apa lagi malam seperti ini
maka aku berangkat ke sekolahan. Kebetulan jarak rumahku dengan sekolah tak terlalu jauh.
Datanglah aku dan mendapatinya sedang menunggu di depan pintu kelas. Ada kursi panjang
di sana dengan cahaya lampu jalan kuning remang-remang. Sekolahku memang pinggir jalan
dan dekat dengan rumah warga.
Aku menghampirinya.
“nih bukumu yang ketinggalan.” Kata dia.
“ohh iya makasih” jawabku dengan malu-mulu.
Aku bingung mau berkata apa, aku pun menjawab dengan ala kadarnya. Ternyata aku baru
paham dia mendapatkan nomerku dari buku milikku yang ketinggalan.
“lain kali bawa bulpen, dan jangan sampai meninggalkan buku di meja guru. Karena kau bisa
menurunkan citra baiku sebagai ketua”
“hehe, iya maap” jawabku singkat.
Malam itu kita membicarakan banyak hal. Aku juga belajar banyak darinya, dari apa saja
yang harus aku persiapkan, aku harus membawa apa saja, guru mana yang biasanya terlihat
seram dan menjengkelkan dan lain sebagainya.
Sejak hari itu aku dan Dewi menjadi teman akrab. Setiap hari kita saling menghubungi lewat
SMS dan kalian tau apa yang lebih membahagiakan?
Kami jadian setelah 2 bulan.

RETRORIKA
Contoh Retrorika informatif

Para hadirin yang berbahagia..


Demikian sedikit pesan yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat
mengingatkan kita semua dan mampu menjadikan kita sebagai manusia yang baik serta
berbudi pekerti dalam menjalani kehidupan bersosial masyarakat.

PANTUN

Hati-hati membeli pita


Pita itu banyak warnanya
Hati-hati bermain cinta
Cinta itu banyak bahayanya

MAJAS
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara
imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya
bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya
alias kias ataupun konotasi.

1. Majas Perbandingan
2. Majas Pertentangan
3. Majas Sindiran
4. Majas Penegasan

Anda mungkin juga menyukai