Anda di halaman 1dari 5

SEPOTONG KUE UNTUK SAHABAT

Hidupku memang tak ada apa-apanya, aku memang dikenal kurang pandai bersosialisasi
bukan karena aku sombong dan kurang suka bergaul, tapi aku sulit mencari orang yang pas
dengan hatiku. Aku pernah trauma atas namanya persahabatan. Dulu aku pernah dikhianati
oleh namanya sahabat cuma karena seorang pria. Sejak kejadian itu aku lebih menghabiskan
waktu ku dengan novel-novel. Memang aku rasakan hampa hidupku tak ada canda tawa, pergi
bersama ke Mall seperti orang lain yang biasa menghabiskan waktu bersama sahabatnya tapi
inilah aku sekarang tak mau kenal namanya persahabatan.
Aku memang mempunyai teman di kampus tapi kami dekat hanya sebatas berlangsung
mata kuliah dan berdiskusi saja, tapi saat mata kuliah selesai kami berpisah ke alam masing-
masing, ia kumpul bersama sahabat-sahabatnya dan aku kembali kepada dunia sepiku. Aku
berusaha tetap bahagia, karena aku suka berfikiran tanpa sahabat hidupku nyaman karena tak
ada namanya perselisihan, duit abis karena jalan-jalan atau membuat kejailan. Meskipun
presepsi aku itu suka ditentang oleh ibuku yang suka koment atas pikiranku itu.
Saat pulang kuliah biasanya aku menghabiskan waktu di toko buku tapi saat itu ada
kejadian aneh, aku di ikuti seorang gadis kecil yang berpenampilan kumel dan tak menggunakan
alas kaki. Aku berusaha tak menghiraukannya, saat aku masuk ke dalam toko buku, anak itu
menatapku di balik jendela besar toko buku yang menghadap ke jalan. Tiba-tiba saat aku
sedang membaca buku Love story karya Erich Segal, gadis itu sedang dibentak oleh satpam toko
buku, sungguh baru itu kurasakan tak tega melihat gadis kecil itu.
Aku pun pulang membawa buku-buku yang aku beli, saat aku menuju ke tempat makan
karena titipan mama yang harus aku beli, aku bertemu gadis kecil itu lagi, saat ini aku dekati dia
karena heran kenapa ia mengikuti aku terus.
kenapa kamu ikuti aku? Tanya ku dengan nada setengah menyelidiki dan menatap semua
pakaian kumel yang melekat pada tubuhnya.
e..e.. maaf mbak, aku tak ada maksud apa-apa tapi aku suka dengan mbak, ucapnya setengah
menunduk dan melirik wajah ku dengan muka takut
aneh kamu itu, aku baru kali ini lihat kamu, bilang saja kamu minta sumbangan dari aku, kamu
mau berapa tapi jangan ikuti aku lagi. Bentak ku terhadap dia,
maaf mbak, ibu ku tak mengajarkan aku minta-minta dalam keadaan lapar gimanapun, aku
sering melihat mbak saat mbak ke toko buku wajah mbak mirip dengan seseorang. Ucapnya
dengan cedal dan menahan air mata.
Tiba-tiba hatiku terenyuh dan merasa bersalah sudah bentak gadis ini, aku pun agak
mengubah cara bicaraku menjadi sedikit lembut.
Mirip siapa? Kamu salah orang kali. Aku mau beli makanan dan terburu-buru. Jawabku
sambil bergegas ingin meninggalkan gadis kecil itu tanpa menghiraukan ekspresi gadis itu.
Aku pun bergegas masuk dalam sebuah rumah makan, saat aku menengok ke arah kiri
ku tatap wajah gadis itu dari kejauhan yang memandangiku, iba itu yang kurasa tapi aku tak
mau ditipu pikirku. Saat aku pulang, gadis itu berlari mengejarku, mbak, bolehkah aku kenal
mbak? Aku cuman mau kenal dan bersahabat dengan mbak. Ucap gadis itu dengan mimik yang
polos dan buat iba.
Aku terburu-buru aku tak mau kenal dengan namanya persahabtan. Kamu salah orang
adik kecil, ucapku sedikit lembut aku ingin bersahabat mbak, bukan uang. Mbak mau kan kenal
dan ketemu aku lagi? Ucap gadis kecil itu dengan nada berharap
ia ntar kalo ketemu, kita berbicara lagi tapi kini mba sedang terburu-buru. Jawabku
sekenaanya agar terlepas dari anak kecil ini
Mbak hati-hati ya, ucapnya sambil melambaikan tangan. Sungguh gadis kecil lugu itu
menyedihkan sekali. Selalu saja ku terpikiran oleh gadis itu, 5 hari kemudian aku kembali lagi ke
toko buku itu. Saat pulang sudah ku duga pasti gadis kecil itu menungguku, saat aku ingin
mendekatinya tiba-tiba satpam toko buku itu mendekatiku dan bilang bahwa gadis itu aneh.
Gadis itu mendekatiku, mbak akhirnya datang juga aku tunggu mbak. Aku ingin
mengajak mbak ke suatu tempat rahasia. Tempat untuk kita berdua sebagai sahabat.
Aku pun berusaha ikuti jalan pikiran anak ini, dan ku selalu menganggap permintaan
sahabat dari dia hanya sekedar alasannya untuk meminta uangku. Aku pun ikuti langkah
kecilnya yang tanpa alas menapaki tiap rute-rute yang ditempuh untuk ke tempat rahasia
menurut dia. Sampailah kami disebuah rumah kardus, ternyata gadis ini hidup sendiri, sungguh
terkejut aku gadis baru umur 5 atau 6 tahun sudah biasa hidup seperti ini.
Mbak maaf aku sudah mengajak mbak ke tempat kumuh ini, tapi ini istanaku. Ucapnya
dengan rona bahagia di wajahnya. Sungguh aku tak bisa pungkiri rasa iba ku terhadap gadis
kecil yang membuat ku bingung.

Mbak kenapa sih gak mau bersahabat? Aku malah kepengen punya sahabat. Pertanyaan
nya yang membuatku tersegap rasa kaget dan flashback akan kenangan bersama sahabat yang
telah mengkhianatiku. Mbak benci dengan namanya persahabatan, mana orang tua mu? Apa
kamu tinggal sendiri? Jawabku sekenaanya dan menimpali pertnyaan agar ia tak membahas
persahabatan. Gadis kecil yang kutatap ini mulai mengeluarkan butir-butir air mata, ia
mengatakan hidupnya hanya sebatang kara. Ia tak mengenal ayahnya dan ibunya telah
meninggal karena suatu hal. Betapa terkejut aku mendengar cerita nya.
Aku dan gadis kecil itu sering bertemu akhirnya, tapi aku tetap tak menganggap nya
sahabat meskipun dia menganggap seperti itu, aku kenal semua aktifitasnya. Ia bekerja sebagai
pengamen jalanan dengan bermodalkan tutup minuman coca cola.
Suatu hari ia bercerita tentang kehidupannya dulu dan tanggal lahirnya. Sungguh
ceritanya mengingatkan ku terhadap seorang yang telah mengkhianatiku dulu. Tanggal lahirnya
sama dengan mantan sahabatku dulu tanggal 23 desember, dulu biasanya kami selalu
merayakan tapi itu benar-benar dulu sebelum ia mengkhianati ku dengan lelaki yang ku cintai.
Nama gadis itu sama dengan sahabatku dulu. Sungguh aku tak habis pikir apa mungkin di dunia
ini mempunyai kesamaan yang hampir sama seperti itu? Tanggal 23 desember bentar lagi dan
mulai itu aku berusaha memberikan perhatian terhadap gadis kecil itu. Aku berusaha akan
memberikan hadiah.
Saat kau ulang tahun apa yang kau inginkan? Tanyaku. Aku hanya ingin ke tempat ibuku
mbak, aku benar-benar kangen dengan nya. Dan aku juga ingin sepotong kue kecil yang
disuapkan oleh sahabat ibuku sebagai permintaan ibu dulu mbak. Sungguh ucapan itu
membuat hatiku bergedik menahan butir-butir air mata agar tak tertumpah. Aku bingung harus
membantunya mencari sahabat ibunya sebagai kado ulang tahunnya.
Tanggal 22 aku mulai membuat kue ulang tahun untuk sahabat kecilku, sungguh baru itu
hatiku terbuka berfikir ternyata mempunyai sahabat dan bersosialisasi sesama itu indah. Aku
pun membuat kue itu dengan rasa senang sebagai sahabat serta seperti rasa kakak dan adik.
Tanggal 23 itu hari yang ku tunggu, hari yang mempunyai moment juga untuk ku
bersama sahabatku dulu. Saat aku menapaki jalan ke istana sahabat kecilku tiba-tiba ku lihat
rumah itu sudah dipenuhi orang, sahabat kecilku sudah terbujur kaku. Derai air mata ku
tumpah, aku tak tau harus bagaimana. Kue yang ku persiapkan dengan rasa terima kasih karena
ia telah mengubah presepsi buruk ku tentang sahabat menjadi pupus semua kini.
Sahabat kecilku telah pergi selamanya, ia sakit. Ternyata selama ini ia mempunyai
penyakit. Sungguh aku tak mengira itu.
Tiba-tiba ada seorang ibu memberikan aku sebuah surat. Setelah pulang dari
pemakaman, aku pun langsung membuka amplop itu sungguh betapa terkejut aku, isinya photo
aku bersama sahabat ku dulu yang telah mengkhianati ku.
mbak, aku ingin mengucapkan rasa terima kasihku atas penerimaan mbak menjadi
sahabatku. Ku lakukan itu demi ibuku, sebelum ibu kembali ke rumah Allah ia memberikan
photo mbak bersama ibu dan ibu bercerita semua tentang mbak dan tempat biasa mbak
kunjungi maka itu aku dekati mbak di toko buku langganan mba, ayah ku adalah cowok yang
menyebabkan persahabatan ibu dan mbak hancur kini ia pergi bersama orang lain dan ibu
diusir kakek dan nenek ku saat mengandungku, itu yang ibu ceritakan dan ibu sampaikan
semua, agar aku meminta maaf atas nama ibu, ibu sangat menyayangi mba dan
membanggakan mba. Terakhir sebelum ibu pulang ke rumah Allah, ibu ingin sepotong kue dari
sahabatnya. Kini rasa kangenku terhadap ibupun sebentar lagi terbayar mbak, doakan aku dan
ibu bahagia. Ku percaya mba akan membawa sepotong kue itu untuk kami saat tanggal 23
desember. Itu isi surat terakhir si gadis kecil dengan tulisan yang masih acak-acakan seperti
anak SD tapi aku terharu dan akan menyimpan surat ini selamanya.
Sungguh aku tak menguasai emosiku, tangisanku pecah dan aku menyesal sudah seperti
itu terhadap Nisa dan anaknya si gadis kecil sahabatku. Aku pun membuka hatiku untuk
bersahabat karena aku percaya sekarang bahwasan nya sahabat itu tak ada yang jahat. Setiap
tanggal 23 selalu ku rayakan ultah sahabat tercintaku dan anaknya si gadis kecil, meskipun kini
aku tak dapat memberikan mereka sepotong kue yang inginku suapkan tapi ku akan
memberikan sebuah doa kepada mereka agar tenang.
Semua hal yang terjadi ini membuat dewasa dan akupun mengubah presepsi tentang
sahabat. Aku sangat menyayangi mereka.

-Unsur Intrinsik cerpen Sepotong Kue Untuk Sahabat
1.Tema : Sepotong Kue Untuk Sahabat Kecilku
2.Sudut Pandang :
3.Alur : Maju dan mundur
4.Perwatakan : - Aku
- Mantan Sabahat (Nisa)
- Sahabat Kecilku (Anak dari Nisa)
5.Latar :
a.Latar Tempat
- Toko Buku (Par 3 dan kal 1 : Saat pulang kuliah biasanya )
- Tempat Makan (Par 4 dan kal 1 : Saat aku menuju ke tempat makan )
- Rumah Kardus (Par 16 dan kal 3 : Sampailah kami disebuah rumah kardus )
-Tempat Kumuh (17 dan kal 1 : Mbak maaf aku sudah mengajak )
b.Latar Waktu
-Saat pulang kampus (Par 3 dan kal 1 : Saat pulang kuliah biasanya )


c.Latar Suasana
-Sepi (Par 2 dan kal 1 : Aku memang mempunyai )
6.Amanat

Anda mungkin juga menyukai