Anda di halaman 1dari 5

Bayangan Putih tak Kulihat

Hanya dengan menatap mu aku tidak akan mengerti kebaikan mu.Hingga kini aku telah
sendri dan aku juga tidak dapat mengerti mengapa kau masih disisi ku. Entahlah dirimu
seorang sahabat atau hanya seorang teman .Entah kamu musuh atau penghianat .Namun
aku akan tetap akan nampak buruk untuk semua kebaikan mu.

Aku adalah seorang remaja dengan status pelajar di sebuah sekolah menengah atas di
sebuat kota besar. Kehidupan kota yang membuatku adaptasi cukup lama karena situasi
ini berbeda dengan keadaan di tempat asliku. Hanya terlintas kicauan burung dan
semilir angin yang ku nikmati tanpa debu dan asap sedikitpun.

Diriku tidak berasal dari keluarga yang harmonis . Kehidupan dipenuhi maslah adalah
salah satu rutinitas hidup sehari hari ku . Hidup sendiri sebagai kepala keluarga karna
ayah telah tinggal dibalik jeruji ,ibu yang telah lemah dan tak berdaya hanya seorang
dirilah aku berjuang untuk tetap hidup .Terkadang diri ini bekaca pada embun dipagi
hari “apa salah takdir ku ?” namun ketika ku melihat senyum telah kembali hadir di raut
muka ibu dan tawa kecil adik ku ,semangat ku untuk berjuang telah muncul.

Hari pertama saat aku menjadi siswa yang hanya kupikirkan adalah bagaimana aku
dapat menempatkan posisiku pada mereka yang tidak sama sekali ku kenal. Mungkin
sulit di awal namun akan lebih baik jika berjalan seiring dengan waktu.

Saat itulah aku mengenal berbagai teman , hanya mereka yang berasal dari keluarga
biasa dan memiliki sosial yang baik yang memberiku salam dan berbincang pada
waktunya .

“Salam kenal ,aku syifa ... aku mungkin tidak terlalu baik ,tapi aku cukup baik ketika
kamu baik kepada ku” salam singkat sambil bergurau.

“ Salam kenal ,aku Maya . mungkin aku tidak pandai berbicar tapi aku cukup pandai
bicara saat kamu mengajak ku bicara.” Balasanku dengan kesetaraan jawaban

Mulai hari itulah teman yang ku percaya hanyalah syifa .

Suatau hari saat aku mulai merasakan aneh dengan situasi di kelas ,aku mulai terdiam
tanpa berbincang dengan siapapun bahkan dengan syifa. Saat ku selidiki ,mereka sedang
membicarakan keluarga ku yang telah hancur dan hanya akulah yang menjadi tulang
punggu mereka .Namun setelah ku tunggu respon dari mereka ternyata semakin
dijauhilah aku ,dan saat itulah aku merasa terpuruk dan menyesal akan tadir ku.

Gosip,asumsi dan perincangan tentang ayah ku telah terseba luas . Entah apa yang harus
ku perbuat untuk membelah kebenaran akan kasus yang dialami ayah. Yang dapat ku
lakukan hanya terdiam dan melihat semua terjadi dan berangsur pergi dari kehidupan
ku. Syifalah yang tetap hanya berda di sisi ku untuk slalu mendukung ku.

Satu bulan berlalu aku menjalani hidup di sekolah tidak jauh berbeda dengan kehidupan
di rumah ,rasa kenyamanan dan keamanan ku mulai terusik. Tiada pertolongan yang
akan siap membatu ku meski aku terjebak di dalam hutan sendirian.entah siapapu
namun setelah ku mendengar dan berpikir akan kisah ku hanya lah syifa yang tau
.haruskah aku berpikir buruk tentangnya mungkin itu yang terjadi jika seorang teman
telah merusak kepercayaan .Entah bagaimana aku begitu mempercayai orang meski
mereka baik di depan .
Saat dimana ibu harus dirawat karena syok melihat fonis hukuman ayah telah
ditetapkan.Aku menerima berbagai surat dan bahkan terkadang bekal,air dan
kebutuhanku yang diletakkan pada loker meja tanpa ku ketahui siapa pengirimnya.
Namun aku tetap berpikir bahwa syifa lah yang memberikan semua ini karena aku
merasa tiada orang yang peduli dengan ku selain syifa di kelas ini.

Hari demi hari ia mengirimkan sesuatu baik untuk ku atau untuk ibu bahkan adik ku.
“Entah bagaimana cara ku membalas namun aku bingung kepada siapa kah aku harus
berterima kasih .Jika syifa tidak siapa kah orang itu?”

Suatu ketika ibu semakin kritis dan bis di depan sekolah tak kunjung datang .Saat itu
pihak rumah sakit menghubungi ku bahwa keadaan ibu semakin memburuk dari hari ke
hari.Ketika aku mulai gelisah dan menangis datanglah seorang pria dengan topi hitam
membawa motor menghampiri ku,dan berkata “ aku akan mengantarmu,tenanglah
jangan khawatir.”

Setelah ku melihat muka dan matanya ia adalah teman sekelas yang mungkin aku tak
pernah berkenalan bahkan bertegur sapa dengan nya ,ia adalah Andalas murid terpintar
di kelas . Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan ajakannya .Aku berangkat tanpa
mengajaknya berbicara .

Saaat tiba di rumah sakit aku tak kuasa menahan rasa sesak di dada dan aku menangis
melihat keadaan ibu yang meburuk sesambi memanggil nama ayah di hadapan ku. Aku
pun pergi keluar dan menghadap tembok untuk menangis dan mengeluh kepada Tuhan
“mengapa harus seperti ini hidupku,setidaknya engkau biarkan salah satu dari mereka
bersama ku.”

Tanpa ku kira Andalas menghampiriku dan menepuk pundak ku serta berkata “ ini ujian
mu ,aku akan bersama mu saat ini dan setiap dirimu sendiri.” Mungkin dia lah orang
yang pertama membuat hati dan perasaaan ini nyaman .

Setelah aku tenang andalas berkata “ bagaimana selanjutnya?,apakah hidupmu akan


tetap seperti ini ?”

“ Mungkin ini sebuah takdir yng tak bisa ku ubah .” jawab ku

“Aku akan memberi mu bantuan ,jika kau memerlukannya .”

“Tolong antarkan aku untuk menjemput ayah ku meski aku hanya dapat membawanya
di depan ibu ku satu jam saja.”kata ku untuk meminta tolong

“Aku akan mengantarmu “

“Tapi berjanjilah ,tunggu aku di depan.”permintaan ku

Aku menitipkan adik serta ibu kepada tetengga yng selalu di anggap oleh ayah sebagi
tanggan kanan .Aku ergi untuk menjemputnya demi ibu. Meski butuh waktu perjalan
yang cukup jauh dan melelahkan .Aku tetap teguh dan berusaha kuat di depan
semuanya.

Ketika sampai di Tahanan pondok waru , aku berkata “tunggu aku dan jika ku tak
kembali sampaikan pada ibu ku aku baik baik saja .” berbicara sesambi dengan tatapan
kosong dan hampa

Aku berjalan satu langkah demi langka ,sambil mata berkaca kaca dan pikiran yang
hancur aku masuk dalam sel tersebut untuk berusaha menemui ayah .Namun dengan
tertatih aku mendengar ucapan aparat tersebut seketika aku lemah tak berdaya . Kini
tiada harapan bahwa ibu akan membaik dan kami kembali hidup dengan utuh. Hanya
terlintas kenangan indah bersama ayah lah yang kumiliki . aparat pun memberiku
sebuah kotak hitam . Dan ku buka sekitika aku terngagah bahwa itu adalah barang
,baju,penginggalan dan surat yang ditulis ayah ketika ia masih berada di dunia ini.
Seakan aku hancur dan mati tanpa perasaaan melihat pesan dan surat yang ayah tulis
dalam hati ku berkata “ harus apa yang aku lakukan untuk kembali hidup ,harapan dan
semangat ku tak dapat kumiliki sekarang.”

Aku berjalan tertatih menuju pintu keluar sambil membawa kotak hitam tersebut
menuju Andalas. Air mata yang tak kuasa ku tahan keluar dengan sendirinya dan hanya
dapat ku berkata “tolong antar aku.”

Andalas pun melihat ku dengan kawatir dan gelisah , “apa yang terjadi?,mana ayah mu?
Apa tidak dijinkan? Lalu sekarang kemana?”

Dengan perlahan aku memberikan secari ketas berisikan alamat . Andalas pun bersiap
dan menyuruhku untuk segera naik ke motor. Selama perjalanan hanya air mata dan
tatapan kosong yang teraut di muka dan mata ku . Mungkin dalam hati andalas bertanya
ada apa dengan ku.

Ketika sampai Andalas terngangah dan bingung melihat alamat yang dituju . Terdapat
berbagai batu berutiskan nama yang telihat di matanya .Tanpa berkata Aku pun turun
dengan tetam membawa kotak hitam dari ayah dan melangkah maju masuk menuju
tempat dimana ayah ku berada .

Tanpa berpikir andalas mengikutiku ,meski aku tau namun aku tidak menggapnya ada
dan aku tetap melangkah maju sambil mencari dimanakah batu bertuliskan nama ayah
di sana . Sampai saat dimana aku tidak percaya bahwa benar nama ayah telah tertulis
diatas batu itu. Sekejap aku jatuh dihadapannya sambil ku peluk dan menagis di atas
tanah keris bertanda sebuah batu dengan bunga di atasnya. Aku merasa sekaan dunia tak
adil dan tidak ada lagi gunanya aku hidup di dunia tanpa seorang ayah.

Andalas pun melihat dan langsung memelukku berusaha menguatkan ku demi


kelangsunggan hidup ku selanjutnya. Dia mengajak ku kembali untuk berusaha bangkit
demi ibu dan adiknya .Namun rasa semangat itu tak lagi hadir . Setelah aku berpikir
teman yang kuanggap sahabat justru tak ada di sisiku saat aku benar benar jatu ,dan
orang yang tak pernah kukenal dan ku kira selalu ada di sampingku meski aku tak
pernah melihatnyya sedikitpun.

“tolong antarkan aku., kepantai dan biarkan aku sendiri .”

Andalas pun menurutinya ,ketika dalam perjalanan telephon pun berdering dan ternyata
dkter lah yang menghubungi ku “ ibu anda telah melewati masa kritisnya “ seketika aku
bangkit untuk ibu .namun hanya satu yang terlintas di benak ku apa yang harus ku
katakan dan kujelaskan kepada adik dan ibu,meski kini aku telah menerima semua
kehendak-Nya namun penjelasan apa yang harus ku berikan pada mereka .

Ketika sampai di pantai .Aku duduk sangat jauh dari dia .melihat laut lepas dan
memeluk kotak hitam itu sambil begumam “ Berikan aku kekuatan untuk mereka yang
telah memberiku kekuatan.”setelah matahari mulai terbenam ,aku kembali menuju
andalas “apakah ucapan tolong ku masih akan kau terima ?” ucap ku.

“Apapun ucap tolong mu akan aku dengarkan dan ku lakukan selama aku mampu,
namun sebelum aku mendengarkan ijikan aku berbicara .”ucap andalas
“Kamu akan bebas mengatakan apapun karena aku akan selalu mendengarkan mu .”
ucap ku untuknya.

“Orang tua ku telah mengetahui dirimu dan kisah mu sebelum mereka bertemu dengan
mu ,aku menolongmu karena ijin dari mereka juga, aku dan orang tua ku tau apa yang
sedang kamu pikirkan tentang bagaiman kamu meneruskan hidup sendiri dan berjuang
membiayai keluarga serta merawat adik dan ibumu, jika mungkin aku salah maafkan
atas pemikiran ku.namun entah mengapa aku merasa dekat dan kawatir dengan mu .jika
aku boleh memberikan solusi aku memilikinya.” Penjelasa akan sebuah sebab andalas di
sisiku

“jika solusimu memudahkan ku ,aku akan mendengarkanmu.”

“Hiduplah bersama ku untuk saat ini dan selamanya , mungkin ini terkesan cepat namun
kita akan mulai bersama saat kita sama sama lulus namun sebelum itu ijinkan aku
membantu mu dan keluargamu , mungkin kamu perpikir bahwa keinginanku hidup
bersama mu hanya seutas belaskasih saja ,namu jujur aku menyukaimu sejak aku
memandang mu,ayah dan ibuku telh sepakat untuk memberikan ijin dan kesepakatan ini
,aku tidak memaksamu tapi aku tulus untuk mu.”

Aku hanya terdiam dan berpikir entah benar atau tidak entah rasa suka ini benar ada
atau tidak ,namun di satu sisi aku juga berpikir bahwa aku masih butuh waktu untuk
merubah semua sedangkan disini ada seorang yang bersedia menerimaku dan
keluargaku.

“aku akan meminta ijin dan memikirkannya .” jawab ku

Setelah ibu berangsur membaik sedikit demi sedikit ku jelaskan tentang keadaan dan
ketiadaan ayah di sisi kami lagi . Serentak ibu menangis namun ia berusaha bangkit
setelah melihat ku menangis dan tak kuasa melihat adik yang belum mengerti apapun.

Taklama kemudian keluarga andalas datang dengan memberitahu bantuan yang akan
diberikan mereka,tanpa berpikir aku meminta ijin .

“Bolekah aku hidup dengan Andalas untuk merubah keadaan kita , aku akan bekerja
keras bersamanya demi keluarga kita bu” ucap ku sambil menangis

“Ibu memahami keadaan mu ,dan ibu menyetujui segala keputusan mu ,sekarang kamu
telah menuntaskaskan sekolah mu ini adalah kehidupan mu ,namun ibu berpesan
tetaplah bersamanya meski ibu ada atau tidak .” kata ibu

“Saya akan menjaga Maya dengan baik dan saya berjanji untuk merawat ibu dan adik
sebagaiman kalian keluarga kami ,dan jangan lah ibu berpikir bahwa bantuan ini hanya
dilandasi rasa belas kasih namun rasa yang tulus untuk menjaga maya dan kalian lah
alasan saya mengambil keputusan ini.”

“Iya ibu mengerti,kamu adalah anak yang baik semoga kamu tetap terus bisa
menjagannya.” Pesan ibu

Saat itulah masalah dari ku mulai jatuh kemudian bangkit dan jatuh lagi teratasi dengan
teman yang tak akan ku kira dan kulihat sosok baiknya .Mungkin apa yang baik
diawalnya dan menampakkannya di depan tidak akan setulus dengan apa yang tidak
nampak dan terlihat didepan mata .Karena yang tulus itulah yang muncul dari hati yang
tidak nampak dan ditorehkan secara tidak langsung namun akan berakhir setia terhadap
suatu ketulusan .
Nama : Vebiolla Maya Dwi Saputri

Kelas : XI M4

No. : 31

Anda mungkin juga menyukai