Anda di halaman 1dari 2

HIDUP KU?

Halloo namaku Muhammad Chairil Islam, biasa dipanggil Aril. Aku merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dan berasal dari keluarga yang sederhana, pada saat aku berumur 5
tahun, aku selalu diajarkan oleh orang tuaku tentang arti kehidupan, di dalam hatiku aku sering
berkata “ Betapa enak menjadi orang kaya, semua serba ada, segala keinginan terpenuhi karena
semua tersedia ”. Aku sering menghayal, seandainya aku jadi orang kaya, pasti aku sangat senang
sekali, tapi orang tuaku selalu berkata: “Bahwa dengan menuntut ilmu dan berusaha dengan
sungguh-sungguh pasti apa yang kita inginkan akan tercapai”.Itupun juga pernah dikatakan oleh
guru ngajiku “ MAN JADDA WAJADA” yang artinya “ Barang siapa bersungguh sungguh semua
keinginan pasti akan tercapai”, itu selalu kutanamkan dalam hatiku sampai sekarang untuk itu aku
selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa mengejar cita-citaku yaitu ingin menjadi tentara.
Saat umur ku beranjak 8 tahun disini lah perjalanku dimulai. Hidupku mulai dilanda berbagai
masalah, dari mulai ekonomi, kedua orang tua ku, sekolah ku, pertemanan ku, dan masih banyak
lagi. Dulu aku sering berkhayal apakah aku bisa melewati ini sendirian? dan apakah ada orang ain
yang sekuat aku? pasti tidak ada kan? Namun nyata nya banyak diluaran sana yang lebih kuat dari
aku, aku pernah sesekali ingin melakukan percobaan bunuh diri tapi aku sadar aku masih punya
adek adek yang belum aku bahagia kan.

Yang harusnya aku kayak anak anak se umuran ku bermain bebas diluar tanpa ada ngerasa tekanan
di batin nya tapi nyatanya bukan begitu. Aku harus melawan berbagai tantangan untuk terus hidup.
Moto ku adalah “tetaplah hidup dan jadi orang kaya” dulu aku sering sekali berfikir bagaimana
caranya agar aku tetap hidup? dan Allah membantu ku perlahan. Aku tau Allah maha baik yang
tidak mungkin memberikan cobaan diatas kemampuan umatnya.

Saat umurku beranjak ke 9 tahun aku sudah naik ke kelas 4/5 se inget ku. Aku mendapatkan
berbagai bullyan bahkan ejekan sampai pernah buku-buku ku di buang di tong sampah perkara
aku tidak mau pindah kursi duduk yang biasanya aku tempat in. Aku nangis disitu karena ga
biasanya aku mendapat perlakuan begini dari teman teman ku. Aku masih bersabar dan berharap
mereka mendapat balasan yang setimpal, namun tidak berselang lama sekitaran 2 hari mereka
menjahili aku lagi dengan mendobrak pintu kamar mandi saat aku sedang buang air besar, dan
melempari batu juga ke dalam kamar mandi tersebut. Aku masih belum menyerah dan belum mau
untuk memberitahukan guru ku untuk masalah ini. Aku masih menyimpan hal buruk ini di memori
otak ku, dan bahkan disaat aku kelas 6 lebih parah lagi. Hal yang biasanya hanya umpetin barang
sekarang mulai ambil ambil barang yang bukan milik mereka. Barang ku pun ada yang di ambil
bahkan mereka sama sekali tidak mengakui kejahatan tersebut. Sampai suatu ketika aku sudah
muak dengan perundungan ini aku coba untuk speak up ke guru ku untuk mendapatkan ke adilan
Aku : *mengetuk pintu “Assalamualaikum Bu, mohon izin masuk ya Bu.”
Wali kelas : “oh iya nak silahkan masuk. Ada apak chairil?.”
Aku : “ jadi gini Bu.” *menjelaskan berbagai kejadian yang aku alami
Aku : “jadi begitu bu, jadi saya mohon pertolongan ibu memberi nasihat sekaligus memberi sanksi
agar saya tidak kena bullying lagi Bu. Saya sudah capek begini terus Bu”
Walikelas : “ohh masalah itu ya? Sebaiknya kamu terima saja, Ibu tidak bisa membantu apa apa
karena orang tua mereka punya segalanya untuk menyogok kepala sekolah untuk tetap membela
anaknya. Ibu mau saja membantu mu nak namun ibu tidak punya kuasa untuk itu.”
Aku benar benar dibuat kecewa karena itu. Aku nangis sejadi jadinya di kamar mandi karena tidak
tahan akan hal ini. Aku ingin cepat cepat lulus dari sekolah Jahanam ini.

Setelah lulus dari SD tersebut akhirnya aku masuk ke SMP yang tidak jauh dari rumah. Aku semoat
berharap agar kejadian yang lalu tidak terjadi lagi di SMP ini, tapi nyatanya malah semakin lebih
parah. Bahkan sebagian besar angkatan ku membully ku dan tidak sedikitnya yang menjahili ku.
Dan sama saja hal yang aku adukan tidak membuahkan hasil sampai suatu ketika disaat ulangan
kenaikan kelas dimana ada salah satu temanku namanya pahru yang mengejek nama bapak ku dan
ibuku. Aku paling tidak suka orang tua ku jadi ahan candaan mereka. Aku masi terima kalua aku
lah yang di bully. Saat setelah kelar ulangan aku langsung menemui manusia baj*ngan itu.
Aku : “HEI SINI LO!!”
Pahru : “nape? Jagoan lu?”
Aku : “maksudnya lo ngeledek nama bapak gua apa?! mau nyari rebut lo sama gua?!!”
Pahru : “rebut? Lah ayo dimana?!”
Aku : “sini lo ikut gua”
Aku dan pahru menuju jalan yang sepi. Seketika pajru lah yang mulai nonjok duluan di kepala
belakang ku, dan mulai lah aku rebut dan yang menang adalah aku walaupun pada akhirnya
ketahuan oleh satpam dan kita berdua menghadap ke wakil bidang kesiswaan. Disitu saya
menceritakan perihal kenapa aku melakukan hal tersebut. Dan aku mendapatkan kompensasi
namun tidak dengan teman ku, dia mendapat skors 1 minggu belajar dirumah. Semenjak dari situ
aku sudah tidak lagi menerima pembullyan, tidak semua yang tidak membully ku namun masih
ada beberapa yang melontarkan kata kata yang kurang meng enakan dari mulut mereka. Tapi aku
sih bodo amat an kalo kata orang sunda “SABODO TEUING” hahahahhaha.

Dan yaaa sampai saat ini pun aku sudah dewasa dan sisi terbaik ku hilang. Yang biasanya aku
jarang nangis sekarang lebih lebih dalam menangis. Mungkin sudah banyak hal yang aku pendam
selama ini di dalam hati ku yang sudah tidak kuat lagi aku tahan. Di SMK ini aku mulai lebih baik
lagi tanpa ada bullying ataupun perundungan yang lain, aku mendapatkan 3 se orang sahabat yang
selalu ada dikala aku susah dan senang, yaitu Albi, Imam, dan Akbar, namun sekarang kita sudah
jarang berkumpul karena kesibukan masing-masing. Albi, dia adalah sosok sahabat yang palin
berarti bagi ku, dialah yang tau bagaimana aku menangis saat bercerita segala keluh kesah ku,
dialah yang tau segala hal hal yang aku simpan, dialah yang paling paham terhadap aku, dan dialah
orang yang membuat ku bahagia dikala aku dilanda masalah. Aku sangat berterimakasih atas
segala nya yang sudah ia berikan kepada ku. Dari segi pandang ku tentang albi, dia orang yang
baik, ganteng juga, murah senyum, pelawak, dan bisa pegang janji dalam merahasiakan segala hal.
Aku sempat berfikir untuk bunuh diri namun albi lah sebagai penenang ku. Hidupku penuh warna
mulai sekarang, namun belum tau di bulan selanjutnya. Kehidupan ku akan aku teruskan di buku
selanjutnya yang masih aku pikirkan apa yang bagus lagi untuk aku tuangkan.

Aku sangat berterimakasih atas semua orang yang telah berjasa di kehidupan ku, aku selalu
mendoakan mereka agar senantiasa sehat selalu. Terimakasih banyak sampai nanti di kehidupan
ku selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai