“Kebahagiaan terkadang adalah berkat, namun lebih sering berupa
penaklukan. Benar, kita akan menderita, kita akan menghadapi masa-masa sulit, dan kita akan mengalami banyak kekecewaan. Namun, semua itu hanya sementara. Tidak akan menoleh, dan memandang perjalanan yang telah kita tempuh itu dengan penuh kebanggaan dan keyakinan.”-Paulo Coelho Cerita ini dimulai dari masa yang mungkin membawa kenangan buruk bagiku, masa itu kira kira sudah 10 tahun berlalu, ya memang sudah lama namun kenangannya masih sangat membekas. Masa dimana seharusnya aku bersekolah dengan senang dan tenang namun ada kejadian yang membuatku sedikit trauma. Mungkin menurut kalian kejadian ini bukan kejadian besar namun kejadian ini sedikit berdampak pada diriku. Aku bersekolah di SDN Delik Sumber. Disana aku bersekolah dengan teman-teman bermainku dirumah, awal aku bersekolah disana aku merasa sangat senang karena mendapat teman-teman baru. Aku yang anaknya sedikit susah bersosialisasi dengan orang baru pun merasa bingung harus mulai mengawali pembicaraan dengan cara apa. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk berkenalan dengan temanku satu persatu. Akhirnya kami pun mulai akrab. Namun pertemanan kami tidak semulus yang dikira, aku sering mengalami pembully an. Hal yang paling sering aku alami adalah dikucilkan oleh teman teman sekelasku entah apa salahku aku pun tidak mengerti karena mereka tiba-tiba menjauhi aku tanpa sebab. Pernah aku bertanya namun aku mendapat jawaban yang sangat tidak memuaskan. “Aku salah apa sih sampai kalian menjauhi aku?”,ucapku “Apasih terserah kita lah mau jauhin kamu atau tidak itu hak hak kita kenapa kamu mengurusi kita?”, ucap salah satu temanku sebut saja namanya Rara. Setelah mendapatkan jawaban seperti itu aku pun terdiam. Aku langsung merenung mengintropeksi diriku sendiri mencari kesalahan apa yang sudah aku lakukan kepada mereka. Namun, aku merasa tidak memiliku salah apa pun. Semenjak aku sering dijauhi teman-temanku ketika istirahat aku selalu pulang ke rumah dan aku pun mengadu kepada mamaku. “Ma, aku disekolahan dijauhi teman teman”,ucapku “Kenapa? Kamu habis melakukan kesalahan ke teman temanmu ta?”,tanya mamaku. “Tidak ma aku tidak melakukan apa pun”, jawabku. Akupun mulai bercerita ketika aku bertanya pada temanku. “Yaudah kalau begitu kamu tidak usah membalas mereka, mengalah lebih baik. Mama akan mengurus ini ke wali kelas kamu”, ucap mamaku. “Iya ma”, jawabku Aku pun segera kembali kesekolah karena jam istirahat telah habis. Keesokan harinya mamaku pun pergi kesekolahan ku untuk membicarakan masalah ini dengan wali kelasku. “Assalamu’alaikum, permisi Pak saya wali murid dari ananda Dhini. Tujuan saya menemui bapak disini ingin mengeluhkan bahwa anak saya sering dikucilkan oleh teman teman sekelasnya pak. Mohon ditindak lanjuti pak kasihan anak saya setiap istirahat selalu pulang kerumah sambil menangis”, ucap mamaku “Baik bu terima kasih atas informasinya, jujur saya baru mengerti masalah ini karena anak anak tidak ada yang bilang ke saya bu. Dhini juga tidak cerita apa apa ke saya. Nanti akan saya tindak lanjuti” Ucap wali kelasku sebut saja namanya Pak Wandoyo. “Dhini tidak berani bilang ke bapak karena takut pak”, ucap mamaku “Baik bu akan saya tindak lanjuti”, ucap Pak Wandoyo. Setelah mama lapor ke wali kelasku ada sedikit perubahan dari teman teman kelasku. Mereka mulai mengajakku berbicara dan bermain lagi. Aku pun merasa sangat senang karena teman temanku kembali berteman denganku. Rasa senang itu bertahan cukup lama, hingga ketika aku duduk di bangku kelas 3 entah apa penyebabnya mereka mulai mengucilkan aku kembali. Bahkan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Aku dikucilkan lagi oleh teman kelasku, hingga ketika istirahat aku selalu bermain dengan sepupuku yang menduduki bangku kelas 6, dia pun bertanya kepadaku. “Kenapa kamu tidak bermain dengan teman teman kelasmu?”, tanya Mas Adit “Tidak mas, mereka semua menjauhiku”, jawabku “Kenapa? Apakah kamu melakukan kesalahan?”, tanya Mas Adit lagi. “Tidak mas aku tidak melakukan kesalahan apapun”, jawabku. “Yasudah kalau begitu kamu main disini saja sama mas dan teman teman mas”, ucap Mas Adit “Iya mas terimakasih”, ucapku Tak lama kemudian bel masukpun berbunyi, aku bergegas kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Messkipun aku agak takut namun aku harus tetap mengikuti pelajaran. Kringgg......Kringgg.....Kringgg.... Bel pulang pun akirnya berbunyi. Waktu yang sangat aku tunggu tunggu yakni kembali ke rumah untuk mengistirahatkan badan dan fikiran. Untuk masalah ini aku tidak bercerita kepada mamaku aku ingin memendam ini sendiri. Hari pun berlalu pagi ini aku kembali bersekolah dengan tidak semangat. Saat sampai disekolah aku pun langsung masuk kekelas dan diam di bangkuku. Namun tiba tiba Rara dkk menuju bangkuku dan tiba tiba menggebrak mejaku. “He Dhin, mana tugas matematikamu aku mau lihat”, ucap Rara. “Tidak aku tidak mau ini kan PR jadi seharusnya kamu mengerjakannya dirumah bukan disekolah”, ucapku kepada mereka. “Apa sih gausah sok deh mana cepat kasi PR mu”, ucap Miranda Dengan terpaksa pun aku memberikan tugasku kepada mereka. Bel istirahatpun berbunyi aku bergegas ke kantin untuk segera mengisi perutku yang sudah kelaparan. Setelah perutku terisi aku pun kembali ke kelas. Namun setelah aku sampai dikelas aku pun sangat kaget karena bangku ku sudah penuh dengan sampah kertas. “Siapa yang melakukan semua ini?”,tanyaku Namun semua hanya diam menganggap seolah olah aku tidak ada disekitar mereka. Sambil menahan tangis aku pun mengambil kertas kertas yang berserakan di bangku ku. Pulang sekolah pun tiba, selama perjalanan menuju rumah aku terus menangis. Aku tidak tahan dengan bully an teman temanku, aku pun bercerita kepada kedua orangtuaku. Aku pun mulai bercerita mulai awal hingga akhir. “Baiklah besok ayah dan mama akan menemui wali kelasmu lagi”, ucap ayahku. “Iya dhin, sudah sekarang kamu berhenti menangis kamu anak kuat kamu tidak boleh menyerah. Sekarang kamu mandi lalu makan siang, makanannya sudah mama siapkan di belakang”, ucap mamaku “Iya ma terimakasih”,ucapku. Keesokan harinya kedua orangtuaku pun kembali menemui wali kelasku. Namun, selang beberapa hari masih belum ada tindak lanjut dari pihak sekolah. Hingga kedua orang tuaku pun memutuskan untuk memindahkan ku sekolah. “Dhini kalau kamu di pindahkan sekolah bagaimana?”, tanya mamaku. “Iya ma aku mau”, jawabku “Kamu mau dipindahkan sekolah kemana? Ke SDN Kedung Ploso mau?”, tanya ayahku. “Tidak yah aku ingin bersekolah di MI Darul Hikmah”, jawabku “Baik ayah dan mama akan segera mengurus perpindahanmu. Kedua orangtuaku pun segera mengurus perpindahan sekolahku. Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, akhirnya aku bersekolah di MI Darul Hikmah. Namun, sayangnya aku harus mengulang kelas kembali dikarenakan umurku yang masih kurang. Aku pun kembali menduduki bangku kelas 2. Itu tidak masalah bagiku. Saat memasuki kelas aku sedikit takut. Aku takut apa yang terjadi di sekolahku dulu terjadi disini juga. Namun dugaanku salah besar mereka menerimaku dengan sangat baik bahkan saat hari pertama masuk aku sudah langsung akrab dengan teman-teman kelasku. “Hai nama kamu siapa kenalin nama aku Amel”, ucap teman sebangkuku yang bernama Amel, dia adalah anak pertama dikelasku yang mengajakku berkenalan. “Hai namaku Dhini,salam kenal ya Amel”, ucapku. Dengan sangat antusias Amel mengenalkanku dengan teman teman yang lain. Aku pun mulai memberanikan diri untuk bersosialisasi dengan teman temanku. Dan ya akhirnya aku pun berhasil, aku berhasil memiliki teman. Ada salah satu guru yang selalu mensupportku beliau menyuruhku untuk mengikuti lomba pidato yang ada di sekolahan. Awalnya aku ragu, namun aku berpikir apa salahnya aku mencoba. Akhirnya akun memberanikan diri untuk mengikuti lomba tersebut. Dan tidak disangka aku mendapatkan juara 1. Akhirnya aku pun diikutkan lomba pidato bahasa inggris tingkat kecamatan. Alhamdulillah aku bisa meraih juara 2. Namun aku juga pernah mengalami kegagalan, tapi aku tetap semangat tidak putus asa. Ketika aku menduduki bangku kelas 6 guruku menyuruhku mengikuti lomba olimpiade matematika. Namun aku selalu gagal, hingga ketika lomba KSM Matematika tingkat kecamatan aku meraih juara 1. Aku sangat tidak menyangka kalau aku bisa meraih juara 1. Aku pun lanjut ke babak selanjutnya. Sangat disayangkan aku hanya bisa meraih juara harapan 1, aku pun tidak bisa lanjut ke babak selanjutnya. Namun aku sangat bangga dengan diriku sendiri karena bisa bangkit dan bisa membuktikan bahwa aku bisa, aku mampu, aku tidak lemah, aku tidak seperti yang mereka pikir. Dengan berpindahnya sekolahku itu sangat memberikan dampak positif bagi diriku. Aku pun sudah melupakan kenangan kenangan buruk di sekolahku yang sebelumnya, meskipun terkadang sekarang masih teringat. Namun tidak ada gunanya aku mengingatnya yang lalu biarlah berlalu. Yang harus aku lakukan adalah membuktikan kepada mereka semua bahwa diriku yang mereka kenal dulu berbeda dengan diriku yang sekarang.