Anda di halaman 1dari 2

Semangat Belajar di Sekolah” Tak seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini hujan turun

cukup deras. Padahal sudah waktunya untuk berangkat ke sekolah. Dengan cuaca hujan
yang dingin, tentu bukan kondisi yang ideal untuk pergi sekolah. Apalagi aku harus
menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke sekolah. Ibu menawarkan aku libur
karena khawatir aku kehujanan dan jatuh sakit. “Tidak apa-apa, libur dulu, izin
tidak masuk sekolah. Kalau kamu tak sekolah guru pasti memaklumi,” tawar Ibu. Aku
tentu sangat tergoda dengan tawaran ibu, mengingat hujan di luar yang deras. Selain
itu, aku bisa santai-santai di kamar sambil tidur. “Tapi, bu…” jawabku. “Kalau aku
tidak sekolah, aku tidak bisa belajar, dong,” jawabku. “Belajar di rumah saja,”
jawab ibu singkat. “Di sekolah lebih seru, terus ada guru yang membimbing. Aku
ingat kata ayah, kalau mau meraih cita-cita kita harus lawan rintangan yang ada di
depan. Apalagi ini cuma hujan,” jelasku. Ibu tersenyum tampak bangga. “Baiklah
kalau begitu, ibu antar kamu ke sekolah, ya. Kita pakai payung supaya kamu tidak
basah kuyup,” ujar Ibu. Aku dan ibu pun pergi ke sekolah untuk belajar. Meski hujan
dan banyak rintangan, tapi demi belajar dan cita-cita, harus aku lawan. 3. Contoh
Cerpen Singkat tentang Sekolah “Mencontek” Waktu itu, saat aku masih duduk di
bangku SMP, aku mengerti tentang apa itu kejujuran. Pilihan untuk berbohong dan
jujur, hal itu yang aku hadapi saat aku menghadapi ujian sekolah. Saat ujian, teman
sekelasku banyak yang mencontek dengan berbagai cara. Ada yang membawa catatan
kecil hingga menyembunyikan buku di bawah meja. “Zi, lo mau nyontek ga? Gue bawa
contekan nih” bisik Fadlan di sebelahku saat ujian berlangsung. “Wih! Boleh juga”
ucapku dengan mengambil kertas kecil darinya. Pada saat itu, aku masih belum
percaya buah dari sebuah kejujuran. Aku akan mencontek jika menghadapi ujian
matematika, fisika hingga kimia, karena aku kurang begitu suka dengan angka. Hingga
akhirnya pengumuman kenaikan kelas pun tiba, aku dan teman-temanku begitu tegang
saat menunggu nilai rapot yang akan diberikan. Setelah ku terima raport dari wali
kelas, lalu wali kelasku mengatakan bahwa aku naik kelas. Namun, saat aku membuka
rapor itu aku melihat nilai pelajaran matematika, fisika serta kimia mendapat nilai
yang kurang memuaskan bahkan kurang dari rata-rata. Saat itu ku merenung,
bernostalgia di saat aku ujian dan mencontek di salah satu mata pelajaran tersebut,
kemudian hasilnya mendapat nilai buruk. Sementara mata pelajaran yang lain yang aku
kerjakan dengan kemampuanku meraih hasil yang baik. Lalu hal tersebut aku terapkan
untuk menghadapi ujian di kelas berikutnya. Ketika ujian nanti, diriku niatkan
untuk berusaha jujur dalam mengerjakan soal yang diberikan, sesulit apapun. Kali
ini materi yang telah aku pelajari dan yang diajarkan guruku di kelas semuanya
keluar. Tanganku menuliskan jawaban di LJK dengan tenang tanpa suatu keraguan.
Hingga akhirnya pelaksanaan ujian pun selesai, kini hanya tinggal menunggu
hasilnya. Hari pembagian rapot pun tiba. Aku kembali tegang dengan hasil yang akan
aku dapat nanti. Kemudian ibu wali kelas membacakan satu per satu para siswa yang
meraih peringkat lima besar paralel hingga tepat pembacaan siswa yang meraih
peringkat pertama “Siswa yang meraih peringkat pertama adalah…” ucap ibu wali
kelas, Semua siswa begitu tegang menunggu kelanjutan ucapan dari ibu wali kelas
tersebut. “Gozi Faziano” ucapnya sambil mengarahkan matanya padaku. Diiringi
bahagia dan harus atas kerja kerasku belajar selama ini tidak sia-sia. Kemudian
semua teman memberi selamat padaku, lalu ibu wali kelas mengatakan padaku bahwa
peraih peringkat pertama akan mendapat beasiswa sekolah di SMA. Diriku begitu
senang mendengarnya. Anggapanku tentang kejujuran itu memang benar “kalau jujur itu
membawa bahagia walau awalnya itu sulit”. 4. Contoh Cerpen Singkat tentang Sekolah
“Belajar dari yang Tak Pernah Diajar” Pagi itu aku sedang sarapan dengan sangat
tenang, tiba-tiba tersendak karena aku melihat jam sekarang pukul 7. Aku menggowes
sepedaku. Sialnya gerbang sekolahku sudah ditutup, dan dengan wajah kesal pak
satpam berkata kepadaku di balik pintu gerbang. Lalu dibukakannya pintu gerbang
ini, tapi aku bersama murid lain dihukum berdiri di lapangan basket hingga jam
pertama selesai. Aku melirik pos satpam, tempat di mana laki-laki itu setiap pagi
datang dan juga bekerja sampai suatu sore hari tiba. Namanya Pak Asep, tapi anak-
anak sering memanggilnya dengan “Mang Oray”, aku tak tahu dari siapa orang pertama
pencetus panggilan tersebut pada Pak Asep. Dia memang sangat popular di SMA Negeri
1 karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya kepada murid laki-laki. Lama
setelah itu, aku makin akrab dengan satpam yang tersebut, kawan-kawanku selalu
memanggilnya Mang Oray. Pernah suatu saat dia bercerita kepadaku dan juga kawan-
kawanku tentang dia sewaktu seusia kami. “Dulu, Mamang juga pernah sekolah seperti
kalian. Tapi, mamang tidak dapat melanjutkannya hingga selesai, karena orang tua
mamang yang tidak bisa membiayainya,” imbuh dia dengan senyum untuk menutupi.
“Kalian harus bisa memanfaatkan kesempatan mengais ilmu di sini, makanya mamang
suka sangat marah pada kalian yang suka terlambat masuk,” sambungnya. Dia kemudian
masih melanjutkan ceritanya. Ternyata di dalam rumahnya dia menyediakan
perpustakaan mini untuk para tetangganya yang ingin sekolah, tapi terkendala
ekonomi keluarga. Aku pun menjadi sangat kagum dengan berbagai perjuangan Pak Asep.
Di tengah biaya hidup yang kini makin susah, kulit kian menjadi keriput serta
rambut kian memutih, dia masih bisa selalu membantu orang-orang di sekitarnya.
Terima kasih, Pak. 5. Contoh Cerpen Singkat tentang Sekolah “Meminta Lebih Baik
dari Mencuri” Hari ini, aku pulang kuliah lebih cepat dari biasanya, dikarenakan
dosen mata kuliah di jam terakhir berhalangan masuk. Aku pun bergegas pulang,
sekitar pukul 15.00 aku tiba di rumah. Namun, aku melihat ibu seperti orang
kebingungan yang sedang mencari sesuatu. Ternyata ibu kehilangan uang kembalian
belanjaannya. Aku pun membantunya, tapi hasilnya pun nihil. Ibu pun pasrah dan aku
keluar rumah karena lupa ada yang harus dibeli. Di jalan dekat warnet, aku bertemu
dengan adikku. “De, kamu main di sini emang ibu kasih uang ke kamu? Kan kamu lagi
dihukum ga dikasih uang jajan hari ini?” tanyaku dengan muka yakin kalo dia pasti
mengambil uang ibu. “Oh, kaka tau kamu ambil uang ibu yang di atas meja, ya!?”
sambungku. “I..ii..iya kak, aku ambil uang ibu, tapi cuma aku pakai 5 ribu doang
kok, kak,” Jawab dia dengan ketakutan. “Ayo naik ke atas motor, nanti jelasin sama
ibu,” ucapku sembari membawanya pulang. Sesampainya di rumah, dia langsung jujur
dan menceritakan semuanya kepada ibu. Aku dan ibu langsung menasihatinya sebaik
mungkin. “De, ibu lebih menghargai kamu meminta ke ibu, sekalipun kamu sedang
dihukum. Dari pada mencuri seperti ini kan tidak baik,” kata ibu sambil mengelus
rambut adikku. Dia hanya tertunduk malu dengan rasa bersalahnya yang terpampang
jelas dari wajahnya. Setalah dinasihati, adikku mengakui kesalahannya, meminta maaf
kepada ibu dan aku, serta benar-benar berjanji untuk tidak mengulanginya lagi di
kemudian hari.

Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " 10 Contoh Cerpen Singkat
tentang Sekolah, Kaya Pesan Moral ", Klik untuk baca:
https://www.inews.id/news/nasional/10-contoh-cerpen-singkat-tentang-sekolah-kaya-
pesan-moral.

Download aplikasi Inews.id untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
https://www.inews.id/apps

Anda mungkin juga menyukai