Anda di halaman 1dari 135

UTAS MEMORI

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas membuat Novel Sejarah Pribadi
dengan judul 'Utas Memori'.Novel ini menceritakan
tentang masa kecil hingga masa remaja penulis. Penulis
sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan
dalam membuat novel ini. Namun, sebagai manusia,
penulis tidak luput dari kesalahan.
Tanpa adanya arahan guru pembimbing, berbagai
masukkan dari segala pihak, serta dukungan dari keluarga
dan teman terdekat, tidak mungkin penulis dapat
menyelesaikan novel ini. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat.
Dalam membuat novel ini, penulis menyadari masih
banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun
tidak sengaja. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata, penulis berharap semoga novel ini dapat
dinikmati oleh para pembaca dari berbagai kalangan.

Luragung, 23 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................iii
Pembuka...........................................................................1
Masa Kecil........................................................................4
Naik Tingkat...................................................................21
Pergi ke Bandung............................................................35
Rasa Sakit.......................................................................54
Tingkat Menengah..........................................................72
Momen Bahagia..............................................................88
Perkemahan....................................................................99
Tingkat Atas.................................................................106
Kelas Akhir...................................................................116
Penutupan.....................................................................130
TENTANG PENULIS..................................................132

iii
Pembuka

Pagi hari di minggu yang cerah, aku sedang senam


bersama dengan ibuku di depan rumah.
“Mau satu lagu senam lagi bu?” tanyaku pada ibu.
“Iya satu lagi” balasnya.
Akhirnya aku dan ibu senam kembali. Setelah selesai,
ibu kembali melanjutkan pekerjaannya membersihkan
rumah, sedangkan aku langsung pergi ke kamar. Aku
istirahat sebentar sembari mengeringkan keringat yang
ada di tubuhku. Setelah dirasa kering, aku langsung pergi
ke kamar mandi.
Setelah mandi, aku sarapan. Aku sarapan dengan telur
ceplok yang kuning telurnya masih setengah matang.
Enak, itulah yang aku rasakan ketika memasukkan
makanan sarapan ke dalam mulutku. Setelah semuanya
kumakan dengan lahap, aku membereskan piring yang
sudah aku pakai. Karena perut sudah kenyang, saatnya
aku untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang belum
kelar.

1
Aku mengerjakan tugas yang ada jadwalnya di hari Senin
terlebih dahulu. Aku mengerjakan tugas bahasa Inggris
wajib terlebih dahulu. Kemudian aku lanjut melengkapi
buku tugas matematika wajibku, karena ada beberapa
tugas yang belum aku tulis dan kerjakan.
“Kakak” ucap seseorang yang menghampiriku.
“Kenapa?” balasku sembari menengokkan kepalaku.
“Tolong buka coki-coki ini” ucapnya meminta tolong.
Aku mengambil gunting yang ada di dalam tempat
pensilku dan dengan cepat menggunting bungkus coki-
coki tersebut.
“Ini, jangan berantakan ya makannya” ucapku
padanya.
“Iya siap, timakasi” balasnya dan kemudian langsung
kembali ke kamarnya.
Seseorang itu adalah keponakanku yang tinggal
bersama keluargaku, namanya adalah Wafi Aditama.
Setelah Wafi pergi, aku melanjutkan mengerjakan
tugasku. Aku mengerjakan tugas sembari mendengarkan
lagu. Setelah tugasku selesai, aku membaringkan tubuh
ini di kasur empukku. Aku berbaring sembari memainkan
handphone yang aku punya.

2
“Eh iya ya aku kan mau beresin file di flashdisk,
kayaknya lebih enakpakai laptop deh beresinnya” ucapku
pada diri sendiri.
Setelah aku bermonolog, aku beranjak dari kasur
empukku itu. Aku mendudukkan pantatku di kursi meja
belajar. Aku menyalakan laptop dan
menyambungkanflashdisknya terlebih dahulu. Lalu aku
mulai membereskan file yang perlu aku bereskan. Sampai
akhirnya aku akanmembuka file dengan nama “me”.File
ini pastinya berisi foto diriku.
Aku membuka filenya dan benar di dalam file tersebut
terdapat banyak foto diriku. Aku mulai membuka satu
persatu foto yang ada di dalam file tersebut. Aku terus
melihat-lihatnya hingga tanpa sadar mengingat masa lalu
ketika aku kecil dan mulai tumbuh menjadi remaja.
“Rasanya jadi ingat diriku yang dulu, banyak hal-hal
menyenangkan dan menyedihkan yang sudah aku lalui”
ucapku bermonolog.

3
Masa Kecil

“Sayang, ayo bangun, sudah pagi loh” ucap seseorang


membangunkan diriku.
Aku mendengar suaranya karena memang aku sudah
bangun, tapi aku terlalu malas untuk bangun karena
kasurku yang empuk ini.
“Iya ibu, ini aku sudah bangun kok” ucapku sembari
membuka mata.
“Wah pintarnya anak ibu, sekali ibu bilang langsung
bangun” ucap ibuku.
“Iya dong, aku kan pintar” balasku pada ibu.
“Kalau begitu ayo cepat bangun. Ibu akan
membuatkan sarapan, kamu bisa nonton kartun
kesukaanmu sembari menunggu sarapan” ucap ibu.
“Okey ibu, aku akan bangun” balasku lagi.
Setelah mendengar balasanku, ibu langsung beranjak
pergi untuk membuat sarapan. Aku juga beranjak dari
kasur empukku dan pergi ke ruang tv untuk menonton
kartun kesukaanku.

4
Aku menyalakan TV dan kemudian duduk dengan
tenang di kursi. Tak lama kemudian ibu datang membawa
sepiring sarapan. Ibu duduk di dekatku dan dia mulai
menyuapi aku.
“Ibu tahun depan aku masuk SD ya?” tanyaku pada
ibu.
“Iya, kamu tahun depan masuk SD. Kenapa?” jawab
ibuku.
“Aku gak sabar deh, nanti teman-temanku siapa aja
ya? Sama kayak di PAUD atau beda?” ucapku lagi.
“Teman kamu yang di PAUD kayaknya bakal ada deh,
ada kemungkinan juga kamu punya teman baru” balas
ibu.
“Yeyyy, aku gak sabar deh” ucapku lagi dengan wajah
gembira.
Ibu terus menyuapi aku sampai makanan habis.
Setelah itu, ibu memandikan aku dan mulai mendandani
aku.
“Mau di kuncir kuda atau mau dikepang?” tanya ibu
ketika menyisir rambutku.
“Kuncir kayak biasanya ajabu” jawabku pada ibu.

5
Ibu tak menjawab lagi, dia melanjutkan menyisir
rambutku dan menguncir rambutku seperti ekor kuda.
Setelah aku rapi, giliran ibu yang berganti baju. Setelah
ibu rapi, aku dan ibu berangkat menuju PAUD.
Ketika sampai sudah ada teman-temanku yang datang.
Mereka juga datang bersama dengan ibu mereka. Aku
masih ditunggu oleh ibu ketika sekolah, teman-temanku
juga seperti itu, mereka ditunggu oleh orang tua mereka
ketika sekolah.
Tak selang lama, ibu guru sudah datang. Aku dan
teman-teman yang lain pun masuk ke dalam kelas. Orang
tua yang mengantar dan menunggu anaknya sekolah
menunggu di luar. Tapi ada beberapa anak yang orang
tuanya masih harus menunggu di dalam. Kalau aku, ibuku
menunggu di luar.
***
Setelah belajar dengan riang bersama ibu guru, saatnya
untuk para murid istirahat terlebih dahulu. Aku langsung
pergi ke luar dan menghampiri ibu. Aku menunjuk
penjual telur gulung dan meminta ibu untuk mengantar
aku membeli telur gulung tersebut. Ibu berdiri dari

6
duduknya, kemudian menggandeng tanganku dan
mendekat kepada penjual telur gulung.
“Mau beli berapa?” tanya ibuku.
“Aku mau beli tiga ribu” jawabku.
“Bang beli tiga ribu ya” ucap ibuku pada penjual telur
gulung.
“Siap bu, sebentar saya buatkan dulu” jawab penjual
telur gulung.
Setelah menunggu sekitar tiga menit, telur gulung
yang ibu pesan sudah jadi. Penjual telur gulung tersebut
memberikan telur gulungnya kepada ibuku.
“Ini bang uangnya” ucap ibuku sembari memberikan
uang tiga ribu rupiah.
Penjual telur gulung itu menerima uang yang ibu
kasih. Ibu dan aku kembali ke depan kelas. Aku dan ibu
duduk. Kemudian ibu memberikan telur gulung yang aku
mau. Aku pun memakan telur gulung itu dengan lahap.
Setelah habis, aku berbicara kepada ibu bahwa aku ingin
naik jungkat jungkit.
“Ibu, aku pengen naik itu” ucapku sembari menunjuk
jungkat jungkit.
“Iya boleh, hati-hati ya naiknya” balas ibuku.

7
Setelah mendengar jawaban ibu, aku langsung pergi
mendekati jungkat jungkit. Kebetulan ada temanku yang
ingin menaiki jungkat jungkit juga.
“Reya, kamu mau naik jungkat-jungkit?” tanyaku pada
seorang anak yang mendekati jungkat jungkit.
“Iya, kamu juga?” balas Reya yang kemudian balik
bertanya kepadaku.
“Iya, ayo naik. Aku di sini, kamu di sana” ucapku.
Reya menganggukkan kepalanya, kemudian kami main
jungkat jungkit bersama. Awalnya kami tertawa bersama
ketika naik jungkat jungkit ini. Hingga akhirnya, entah
bagaimana, aku terjatuh. Ketika berada di bagian ataslah
aku terjatuh, entah karena tenaga Reya yang besar atau
aku yang memang sedang oleng.
“IBUUU, SAKITTTT HUWEEE” ucapku dalam
tangisan yang cukup keras.
Ibu dengan tergesa-gesa mendekati aku, dia langsung
membantuku berdiri dan membersihkan bajuku yang
kotor karena terjatuh. Ibu langsung menggendongku.Ibu
membawaku mendekati ruang kelas dan dia
menenangkanku dari tangisan yang cukup keras.
***

8
“Kamu gapapa?” tanya seseorang mendekatiku.
“Udahngga kok, tapi masih sakit” balasku.
“Kamu ga hati-hati ya waktu mainnya” ucapnya.
“Aku hati-hati kok” ucapku lagi.
“Tapi kok kamu bisa jatuh?” tanyanya.
“Gatau, aku tiba-tiba udah jatuh dan nangisdeh”
balasku.
“Oh gitu ya, semoga sakitnya cepet hilang ya”
ucapnya.
“Iya, makasih ya Difa” balasku.
Difa, dia orang yang mendekatiku dan bertanya
keadaanku. Dia salah satu orang yang cukup dekat
denganku.
Setelah aku berbicara dengan Difa, ibu guru memberi
tahu bahwa sudah waktunya masuk. Aku, Difa, dan
semua murid masuk ke kelas. Namun, ketika berjalan
memasuki kelas ada seorang anak yang menjailiku
dengan cara menarik rambutku kuncir kudaku. Rasanya
sakit, meski bukan yang sakit banget.
“Ferdi diam dong, jangan usil gitu” ucapku pada Ferdi.
“Masa gituaja marah, huuu cewek mah emanggitu”
balasnya.

9
Tidak ingin pusing dengan orang yang menjailiku.
Aku memilih untuk memperhatikan ibu guru, supaya
tidak tertinggal apa yang disampaikan oleh ibu guru.
“Apa sudah masuk semua teman-temannya?” tanya
ibu guru.
“Sudah bu” ucap kompak para murid.
“Baik, kita tidak akan menulis sekarang, tapi kita akan
membuat sebuah lingkaran” ucap ibu guru menjelaskan.
Para murid mulai membuat lingkaran. Setelah
lingkaran terbentuk, ibu guru memberi tahu bahwa para
murid akan bernyanyi bersama.
“Kita akan bernyanyi bersama ya, yang bersemangat
nanti boleh duduk duluan” ucap ibu guru menjelaskan.
“Baik buk” para murid membalas dengan kompak.
“Jangan lupa untuk tepung tangan juga ya” ucap ibu
guru lagi.
“Oke hitungan ketiga mulai, 1..2...3...” ucap ibu guru
sembari memberi aba-aba.
“Adik berjalan, Ikan berenang
Ulat melatah, Burung terbang
Hujan turun, bunga berkembang

10
Allah ciptakan karena sayang” nyanyi para murid
dengan bersemangat.
Kemudian dilanjut lagu yang lain, hingga akhirnya
semua murid sudah duduk semua. Ibu guru melanjutkan
pembelajaran di kelas.
***
“Sudah waktunya pulang, kita lanjut belajarnya besok
ya” ucap ibu guru mengakhiri kelas.
“Baik ibuuu, terima kasih” balas para murid dengan
kompak.
Setelah membalas ucapan para murid, satu persatu
murid mulai keluar kelas. Ketika akan keluar kelas, lagi-
lagi Ferdi usil. Dia juga mengusili Difa dan teman-teman
perempuanku yang lain. Ferdi menarik kunciran para
anak perempuan. Hingga akhirnya ada salah satu temanku
yang menangis karena ulahnya Ferdi, yaitu Caca.
“MAMA SAKITTT HUWEEE, FERDI NAKAL
BANGET UDAH TARIK-TARIK KUNCIRAN AKU”
ucapnya sembari menghampiri mamanya.
“Cup...cup...cup...anak mama sayang, udah ya jangan
nangis. Kamu kan kuat, jadi udah ya nangisnya” ucap
mamanya Caca menenangkan Caca.

11
Ferdi yang melihat itu malah cekikikan tidak jelas. Tak
berselang lama, mamanya Caca menghampiri Ferdi dan
menyuruh Ferdi untuk meminta maaf kepada Caca.
Awalnya Ferdi menolak. Tapi karena mamanya Caca
yang terus mendesak Ferdi untuk minta maaf kepada
Caca, akhirnya Ferdi meminta maaf. Tadinya Caca tidak
mau memaafkan Ferdi, karena Caca juga sudah beberapa
kali menjadi korban keusilan Ferdi. Namun setelah
mamanya Caca membujuknya supaya menerima
permintaan maafnya Ferdi, akhirnya Caca memaafkan
Ferdi.
Setelah melihat permintaan maaf Ferdi kepada Caca,
aku mendekati Ibu.
“Ibu ayo pulang, aku lapar” ucapku setelah berada
dekat dengan ibu.
Ibu langsung menggandeng tanganku dan dia
berpamitan kepada orang tua yang masih ada di sekitar
sekolah untuk pulang duluan.
“Ibu-ibu, saya pulang duluan, anak saya sudah lapar
katanya” ucap Ibu berpamitan.
“Iya bu Winda, hati-hati ya” balas salah satu ibu-ibu.

12
Iya, nama ibuku adalah Winda, lebih tepatnya adalah
Winda Pratiwi. Setelah berpamitan, aku dan ibu pulang.
Sampainya di rumah, ibu langsung membuat makanan.
Setelah makanan siap, aku langsung memakannya.
***
Hari ini ibu membangunkan aku seperti biasanya.
Bersiap-siap seperti biasanya, tapi bedanya hari ini aku
memakai seragam olahraga. Hari ini di PAUD akan
merayakan agustusan dan mengadakan beberapa lomba.
Aku membawa sendok makan untuk mengikuti lomba
balap kelereng.
Setelah sampai, sudah ada hiasan agustusan di dalam
kelas. Para murid yang lain pun mulai berdatangan.
Ketika semuanya sudah datang, yang pertama dilakukan
adalah melakukan upacara bendera. Setelah upacara
selesai, perlombaan dimulai. Karena jumlah murid yang
ada di PAUD tidak begitu banyak, jadi semua murid akan
mengikuti setiap perlombaan.
Perlombaan yang pertama dilakukan adalah lomba
makan kerupuk. Pada lomba ini, para murid dibagi dua.
Jadi ada sesi pertama dan kedua dalam lomba kerupuk ini.
Aku termasuk ke dalam sesi kedua. Namun, sayang sekali

13
aku kalah, karena ada yang lebih cepat memakan kerupuk
dibanding aku. Juara dari sesi pertama dan kedua
dilombakan kembali. Dan ada satu juara di lomba
kerupuk ini, yaitu Gigi.
Perlombaan kedua adalahjoged balon. Lomba ini
berpasang-pasangan. Aku berpasangan dengan Difa.
Setelah semua mendapatkan pasangan, lomba joged balon
dimulai. Lagu mulai diputar, dan para murid mulai
berjoged. Lagu diberhentikan, para murid juga berhenti
berjoged. Ketika lagu berhenti, ada pasangan yang
balonnya jatuh. Bagi yang balonnya jatuh bisa menepi
terlebih dahulu. Setelah orang yang balonnya jatuh
menepi, lagu diputar kembali. Lagi terus diputar dan
berhenti sampai akhirnya menemukan yang paling lama
bertahan. Aku dan Difa bisa bertahan hingga tersisa dua
pasangan. Pasangan pertama adalah aku dan Difa,
pasangan kedua adalah Cica dan Lani.
Babak penentuan dimulai, lagu kembali diputar.
Persaingan aku dan Difa dengan Cica dan Lani cukup
sengit. Hingga akhirnya balon aku dan Difa jatuh terlebih
dahulu. Otomatis Cica dan Lani yang menjadi juaranya.
Difa merasa bersalah karena tadi dia hampir terjatuh

14
menginjak batu sehingga tubuh dia bergeser dan balon
pun jatuh.
“Mila maaf ya, gara-gara aku kita jadi kalah” ucap
Difa meminta maaf kepadaku.
“Bukan salah kamu kok, jadi kamu ga perlu minta
maaf” balasku.
***
Perlombaan ketiga adalah memasukkan paku ke dalam
botol. Lomba ini dibagi ke dalam beberapa sesi dan dalam
setiap sesi ada 4 orang peserta. Aku berlomba di sesi ke
empat bersama dengan Reya, Gigi, dan Caca. Lomba ini
cukup susah karena konsentrasi dengan benar. Setelah
sekian menit mencoba memasukkan, aku bisa
memasukkan pakunya ke dalam botol. Namun sayang
sekali, Reya lebih cepat melalukannya dibanding aku.
Sehingga yang masuk ke babak selanjutnya adalah Reya.
Sesi terakhir selesai, anak-anak yang juara di setiap sesi
akan di perlombakan kembali. Dan pemenang dari
perlombaan ini adalah Meta.
Setelah perlombaan ketiga selesai ada jeda istirahat
terlebih dahulu. Aku langsung menghampiri ibu.
“Ibu air minum mana? Aku haus” ucapku pada ibu.

15
Ibu memberikan air botol yang dibawa dari rumah. Aku
segera meminumnya hingga tersisa setengah. Setelah
selesai minum aku meminta ibu untuk mengantarku jajan
ke pedagang cilok.
“Bang, beli ciloknya 2 ribu ya, pake kecap aja” ucap
ibuku pada pedagang cilok.
Setelah membeli cilok dan memakannya hingga habis,
aku menghampiri Difa. Aku dan dia mengobrol hingga
akhirnya perlombaan selanjutnya akan dimulai.
***
“Sudah kumpul semua?” tanya ibu guru kepada para
murid.
“Sudah buuuu” jawab para murid dengan kompak.
“Oke. Jadi, perlombaan selanjutnya adalah balap
kelereng. Nah, kemarin kan ibu sudah memberi tahu ke
kalian kalau kalian harus bawa sendok. Sekarang ambil
sendoknya. Setelah diambil segera ke sini lagi” ucap ibu
guru menjelaskan.
“Siap buu” balas para murid.
“Silakan ambil dulu sendoknya” ucap ibu guru lagi.

16
Setelah ibu guru mempersilakan, para murid
berhamburan pergi menghampiri tasnya masing-masing.
Setelah itu, para murid kembali kepada ibu guru.
“Karena tempatnya gak begitu luas, kita bagi
perlombaan ke dalam beberapa sesi” ucap ibu guru.
“Nah, sekarang yang ibu sebut namanya bisa maju ke
depan ya” ucap ibu guru lagi.
“Difa” panggil ibu guru.
Difa yang merasa namanya dipanggil pun maju ke
depan.
“Hana” panggil ibu guru.
Hana maju ke depan.
“Mila” panggil ibu guru.
Karena namaku dipanggil, aku pun maju ke depan.
“Oke tiga orang yang di depan siap-siap ya. Yang lain
boleh ke tepi terlebih dahulu” ucap ibu guru.
Aku, Difa, dan Hana mendekati garis start. Kami
bersiap untuk melakukan perlombaan.
“Jadi, sistemnya, kalian akan membawa kelereng
menggunakan sendok yang kalian gigit di mulut. Setelah
kalian sampai ke ujung itu, kalian balik lagi ke garis start.

17
Yang paling cepat sampai ke garis start, itulah yang
menang” jelas ibu guru pada semuanya.
“Tiga orang yang di sini sudah siap?” tanya ibu guru
padaku, Difa, dan Hana.
“Siapbu” ucapku bersama Difa dan Hana.
“Hitungan ke tiga ya. 1...2...3...mulai!” ucap ibu guru.
Setelah hitungan ke tiga, aku, Difa dan Hana mulai
maju. Aku berjalan dengan cepat sehingga aku berada
lebih depan dari Difa dan Hana.
Ketika sudah berada di ujung aku putar balik dan
berjalan lagi ke garis start. Aku tetap berada di depan
Difa dan Hana. Hingga akhirnya aku yang pertama
sampai. Aku pun menjari pemenang di sesi pertama ini.
Sesi kedua dan seterusnya pun satu persatu-satu di
perlombakan. Hingga di dapat masing-masing pemenang
di setiap sesinya. Babak penentuan pun akan dimulai.
Para pemenang di setiap sesi bersiap di garis start. Ketika
ibu guru sudah menghitung sampai tiga, perlombaan di
mulai. Aku dan yang lain saling berlomba supaya bisa
dengan cepat sampai ke garis start lagi. Hingga akhirnya,
akulah yang pertama kali sampai. Jadi, yang menjadi
juara di lomba balap kelereng adalah aku.

18
“Piket terlebih dahulu ya. Setelah piket baru
pembagian hadiah” ucap ibu guru memberi tahu.
Para murid yang mendengar ucapan ibu guru pun
langsung masuk ke dalam kelas dan melaksanakan piket.
Aku kebagian menyapu. Setelah selesai piket, pembagian
hadiah dilakukan. Pembagian hadiah dilakukan di luar
atau di halaman depan kelas.
Pembagian hadiah yang pertama adalah lomba makan
kerupuk. Reya maju ke depan. Setelah itu diumumkan
juara lomba joged balon, Cica dan Lani maju ke depan.
Perlombaan ketiga diumumkan, juara lomba makan
kerupuk adalah Gigi. Gigi pun maju ke depan. Dan yang
terakhir diumumkan adalah juara lomba balap kelereng,
juara lomba balap kelereng adalah aku.
“Selamat kepada para pemenang perlombaan. Semoga
hadiah yang diberikan bisa diterima dengan senang hati”
ucap ibu guru.
Setelah itu, semua murid pulang ke rumah masing-
masing.
***
“Selamat ya anak ibu” ucap ibu padaku.
“Iya, makasiiibuuuu” ucapku sembari memeluknya.

19
“Kamu mau hadiah apa?” tanya ibuku.
“Aku mau apa ya, bingung” jawabku.
“Hayoh, kamu cuma bisa pilih satu ya” ucap ibuku.
“Oke, aku pengen buku mewarnai yang waktu itu aku
tunjukkin ke ibu pas kita belanja di swalayan” balasku.
“Oh yang itu, boleh-boleh. Besok kita beli ya” ucap
ibu lagi.
“Oke ibu, terima kasih lagi” ucapku.
Setelah itu, ibu kembali ke dapur untuk memasak
makan malam. Sedangkanaku melanjutkan kembali
menonton kartun kesukaanku.

20
Naik Tingkat

Hari ini aku bangun tidur sendiri, tidak dibangunkan oleh


ibu. Aku sungguh bersemangat, karena hari ini aku sudah
resmi menjadi anak SD. Yap, hari ini aku adalah anak
kelas 1 SD. Setelah bangun, aku segera bersiap. Ketika
sudah siap aku pun berangkat ke sekolah. Aku ke sekolah
diantar oleh ibu. Karena rumahku dekat dengan sekolah,
aku dan ibu berjalan kaki menuju ke sana.
Ketika sampai di sekolah, sudah ada beberapa anak
yang datang. Salah satunya adalah temanku ketika
PAUD, yaitu Reya.
“Mila” panggil Reya.
“Iya kenapa?” jawabku.
“Kamu duduk sama siapa?” tanyanya Reya kepadaku.
“Gaktau, kamu sama siapa?” balasku.
“Aku juga gatau, mau duduk sama aku gak?” tanyanya
lagi.
“Boleh” ucapku.
Aku dan Reya pun memilih ingin duduk di mana.
Bangku di depan sudah ada yang mengisi, karena terdapat

21
kertas bernama di situ. Setelah menimbang ingin duduk di
mana, aku dan Reya memilih di jajaran ke tiga baris ke
tiga dari pintu.Aku dan Reya pun duduk di bangku itu.
Tak lama kemudian, kelas mulai ramai. Anak-anak yang
lain mulai berdatangan. Dari anak yang mulai
berdatangan, aku melihat beberapa anak dari PAUD yang
sama denganku. Tapi ada beberapa anak lagi yang baru
aku lihat, kata mamaku mereka dari TK.
“Yang lain udah pada dateng, kamu mau ibu tunggu di
luar atau mama pulang aja?” tanya ibu kepadaku.
“Pulang ajabu” jawabku.
“Berani sendiri?” tanya ibu lagi.
“Bisa kok, aku berani” jawabku lagi.
“Ibu pulang duluan kalau gitu. Semangat sekolahnya
ya” ucap ibu.
“Iya siap, ibu hati-hati” balasku.
Sebelum ibu pergi aku bersalaman kepada ibu.
***
Ketika jam menunjukkan pukul 07.30 ada seorang ibu
guru yang masuk.Suasana yang tadinya ramai pun
menjadi hening dengan perlahan. Ibu guru tersebut

22
menyimpan tas dan beberapa barang yang dia bawa di
meja. Setelah itu dia berdiri di depan kelas.
“Assalamu’alaikunwarrahmatullahi wabarakatuh”
ucap ibu guru tersebut.
“Waalaikumsalamwarrahmatullahi wabarakatuh” balas
para murid.
“Selamat kepada kalian karena sekarang sudah
menjadi anak SD. Semoga kalian betah di SD ini. Kalian
ada yang tahu gak kenapa ibu ada di sini?” tanya bu guru
pada para murid.
Para murid termasuk aku hanya diam, tidak ada yang
menjawab.
“Mungkin kalian masih malu-malu ya? Jadi semuanya
diam. Oke, jadi ibu di sini karena ibu adalah wali kelas
kalian. Jadi selama setahun ini yang akan mengajar kalian
adalah ibu. Ada pepatah tak kenal maka tak sayang. Maka
dari itu ibu akan memperkenalkan diri ibu. Nama ibu
adalah Yaya. Jadi, kalian bisa panggil ibu, ibu Yaya. Ibu
dari Cimaja, masih bagian dari Dukuhmaja tapi beda
Dusun” ucap ibu guru yang ternyata bernama Yaya.

23
“Nah, karena ibu sudah berkenalan kalian. Sekarang
giliran kalian yang memperkenalkan diri. Kalian bisa beri
tahu nama dan di mana rumah kalian” ucap bu Yaya lagi.
Satu persatu anak pun mulai maju ke depan
memperkenalkan diri mereka. Hingga akhirnya giliran
aku untuk memperkenalkan diri. Aku berjalan maju ke
depan. Setelah sampai di depan aku memperkenalkan diri.
“Halo, nama aku Mila Noormasyila. Aku dari Dusun
Dukuh 1 Desa Dukuhmaja” ucapku memperkenalkan diri.
“Halo Milaaa!!” ucap para murid kepadaku.
Setelah memperkenalkan diri, aku kembali ke tempat
dudukku. Perkenalan pun berlanjut sampai semuanya
maju ke depan.
***
Ketika pukul 11.00 WIB, anak kelas 1 sudah
diperbolehkan untuk pulang. Ketika ke luar kelas aku
tidak melihat ibu menjemputku. Karena rumahku dekat,
aku langsung saja pulang tanpa menunggu harus dijemput
terlebih dahulu.
“Assalamu’alaikum” ucapku ketika sudah sampai di
rumah.
“Waalaikumsalam, loh udah pulang ya?” tanya ibuku.

24
“Udah ibu, kalau kelas 1 pulangnya jam 11 kata bu
guru” balasku pada ibu.
“Ibu gaktau tadinya jadi ibu gak jemput kamu. Maaf
ya ibu gak jemput” ucap ibu padaku.
“Gapapa ibu, kan rumah kita deket dari sekolah. Jadi,
aku berani pulang sendiri tanpa dijemput terlebih dahulu”
balasku pada ibu.
Setelah berbincang sedikit dengan ibu. Aku dan ibu
masuk ke dalam rumah. Ibu langsung ke dapur, ia akan
membuatkan aku makan siang. Aku pergi ke kamarku
untuk menyimpan tas dan berganti pakaian, kemudian aku
pergi ke ruang tengah untuk menonton TV. Setelah nasi
goreng matang, ibu membawanya ke ruang tengah. Ibu
membawa dua piring, satu untukku dan satu lagi untuk
dirinya sendiri. Aku langsung memakan nasi goreng yang
ibu buat. Enak, itulah yang aku rasa ketika menyuapkan
nasi goreng ke dalam mulut.
Ketika habis, aku menyimpan piring ke tempat cucian.
Setelah itu, aku kembali ke ruang tengah untuk menonton
TV. Ibu juga sama sepertiku, setelah menyimpan piring,
ia kembali ke ruang tengah. Ibu duduk didekatku.
“Gimana sekolahnya? Seru gak?” tanya ibu padaku.

25
“Seru, aku punya temen baru lagi” balasku.
“Tadi gimanaaja di sekolah?” tanya ibuku lagi.
“Tadi ada ibu guru yang jadi wali kelas. Namanya bu
Yaya, suaranya lembut banget, halus gitu. Terus tadi ada
perkenalan setiap murid. Jadi satu persatu maju ke depan
terus perkenalan diri deh. Aku juga tadi maju ke depan.
Abis itu aku dan yang lain mulai belajar. Kalau istirahat,
aku jajan ke warung yang ada di belakang sekolah bareng
Reya. Ibu juga tahu kan aku sebangku sama Reya. Jadi,
tadi waktu istirahat itu aku ke warungnya bareng Reya.
Kata ibu guru bakal ada nabung juga bu. Jadi para murid
itu disuruh beli buku tabungan, terus besok udah mulai
bisa nabung. Kata bu Yaya bebas nabungnya mau berapa”
balasku dengan panjang lebar dan bersemangat.
“Wow keren anak ibu, berani maju ke depan. Oke,
besok beli dulu ya buku tabungannya. Nanti bisa nitip ke
Kak Atha, biar pas dia pulang mampir dulu buat beli buku
tabungan. Jadi besok Mila belum nabung, nabungnya
mulai lusa. Gapapa ya?” ucap ibuku.
“Iya gapapa ibu” balasku.
Setelah mendengar jawabanku, ibu mengusap pucuk
kepalaku.

26
“Ibu aku ngantuk, ayo tidur” ucapku pada ibu.
“Kita tidur di sini aja ya, mau di bawah di kasur
lantai?” tanya ibuku.
Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Kemudian aku tidur sembari memeluk ibu.
***
“Besok kita bagi rapor ya?” tanya Reya padaku.
“Emang besok tanggal berapa?” tanyaku balik.
“Tanggal 24 Desember” jawab Reya.
“Eh iya ya, besok kita bagi rapor” ucapku.
“Kamu deg-degan gak?” tanya Reya.
“Sedikit. Soalnya kalau rapor SD sampai seterusnya
itu suka ada peringkatnya” balasku.
“Eh iya juga ya. Semoga hasilnya bagus deh buat kita
berdua” ucap Reya.
“Aamiin” ucapku.
“Anter aku ke warung yuk, pengen jajan nih” ucap
Reya.
Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban. Aku
dan Reya pun pergi ke warung bersama. Reya membeli
ciki yang harganya seribu rupiah. Melihat Reya jajan, aku
juga jadi ingin. Akhirnya aku juga ikutan jajan. Aku

27
membeliciki juga yang harganya seribu, namun ciki yang
kubeli berbeda dengan ciki milik Reya.
“Kalau diniah juga besok kan ya di bagi rapornya?”
tanya Reya padaku.
“Kalau diniyah sekarang, kan kita diniyahsampe hari
Jumat” balasku.
“Oh iya ya, aku lupa. Aku ingetnyadiniyah juga
besok” ucap Reya.
Jadi diniyahataumadrasah diniyah merupakan lembaga
pendidikan yang keseluruhan mata pelajarannya adalah
mata pelajaran agama Islam yang memungkinkan peserta
didiknya menguasai materi ilmu agama secara baik
dikarenakan padat dan lengkapnya materi ilmu agama
yang disajikan dalam proses pembelajaran di madrasah
diniyah.Dan diniyah di desaku dilaksanakan setiap hari
Senin sampai Jumat.
***
Pukul 13.30 WIB aku berangkat ke masjid untuk diniyah.
Ya, untuk bagi rapornya sih. Biasanya aku akan pergi ke
bangunan yang ada di samping masjid, karena disitulah
tempat untuk kelas 1 SD. Tapi, karena sekarang akan
pembagian rapor jadinya semua murid langsung ke

28
masjid tanpa harus ke tempat kelasnya terlebih dahulu.
Rapornya akan dibagikan Ketika sudah ShalatAshar,
Tapi, sebelum pembagian rapor akan ada acara terlebih
dahulu. Seperti tampilan-tampilan dari setiap kelas. Pada
acara ini, bagi yang peringkat satu sampai tiga di setiap
kelasnya akan maju ke depan dan mendapat hadiah.
Acara ini dimulai jam 14.00 WIB. Acara pertama adalah
pembukaan. Setelah itu disambung dengan berbagai
tampilan dari mulai kelas satu sampai kelas enam. Karena
aku kelas satu, maka aku dan teman-temanku
menampilkan tampilan pertama. Kemudian dilanjut
dengan tampilan kelas dua. Setelah kelas dua selesai,
kelas tigalah yang menampilkan tampilannya. Ketika
tampilan kelas tiga selesai tidak langsung dilanjut ke
tampilan kelas 4. Tapi, dijeda oleh pembagian hadiah
kepada peringkat satu sampai tiga di setiap kelasnya.
Yang pertama di panggil adalah peringkat ketiga kelas
satu. Setelah itu dipanggillah peringkat kedua. Dan
tibalah pada peringkat pertama.
“Peringkat pertama kelas satu adalah…….” Ucap
pembawa acara di depan.
“Adalah…….” Ucapnya lagi.

29
“Mila Noormasyila. Silakan kepada Mila untuk maju ke
depan” ucap pembawa acara lagi.
Aku terdiam sejenak. Aku tak menyangka akan
mendapatkan peringkat pertama. Setelah terdiam
beberapa detik, aku maju ke depan. Penyebutan peringkat
pun dilanjutkan hingga penyebutan peringkat kelas enam.
Ketika semuanya sudah maju, mulai diberikan piagam
penghargaan dan hadiah kepada peraih peringkat satu,
dua, dan tiga. Lalu ada sesi dokumentasi. Setelah sesi
dokumentasi, anak-anak yang maju ke depan kembali ke
tempatnya masing-masing.
Kemudian acara dilanjutkan dengan penampilan kelas
empat. Setelah kelas empat selesai dilanjut tampilan kelas
lima. Dan yang terakhir adalah tampilan yang ditampilkan
oleh kelas enam. Setelah tampilan selesai, semua anak-
anak yang hadir melaksanakan wudu. Karena Ketika
tampilan selesai, sebentar lagi sudah masuk waktu Ashar.
Setelah Ashar, barulah setiap murid memasuki tempat
kelasnya masing-masing. Aku dan teman-teman yang lain
memasuki bangunan yang berada di pinggir masjid atau
yang biasa disebut madrasah.

30
Tak lama setelah anak kelas satu sampai dan masuk ke
madrasah, guru yang biasa mengajar di kelas satu pun
masuk.
“Langsung saja ya rapornya ibu bagikan” ucap ibu guru
kepada para muridnya.
Satu persatu nama murid kelas satu dipanggil, Jadi, bagi
yang Namanya dipanggil maju ke depan mendekati ibu
untuk mengambil rapornya. Ketika semua rapor sudah
dibagikan, sebelum pulang ada piket Bersama terlebih
dahulu. Baru, setelah piket selesai, semua anak pulang ke
rumahnya masing-masing.
Ketika sampai di rumah aku langsung menunjukkan
raporku kepada ibu. Ibu yang melihatnya bangga
kepadaku. Ia memeluk diriku.
***
“…….libur semester sekarang selama dua minggu, dari
tanggal 26 Desember sampai 7 Januari. Jadi, kalian
masuk tanggal 9 Januari. Langsung saja ya ibu bagikan
rapornya” ucap bu Yaya kepada murid kelas satu.
Bu Yaya mulai memanggil nama anak-anak kelas 1 satu
persatu. Ketika rapor semua anak sudah dibagikan, bu
Yaya menyebutkan peringkat,

31
“Peringkat 10 adalah……
Peringkat 9 adalah……
Peringkat 8 adalah……
Peringkat 7 adalah…..
………
……….
Peringkat 2 adalah Mila Noormasyila
Peringkat 1 adalah Ami Utami
“Selamat kepada anak yang masuk ke dalam peringkat
sepuluh besar. Semoga bisa ditingkatkan lagi prestasinya.
Bagi yang belum mendapatkan peringkat jangan seduh,
ditingkatkan lagi belajarnya. Bagi yang sudah mendapat
peringkat jangan sombong dan terus tingkatkan
belajarnya” ucap bu Yaya.
Setelah pembagian rapor selesai ada piket Bersama.
Ketika kelas sudah bersih, anak-anak kelas satu pun
pulang ke rumah masing-masing.
***
Sampainya di rumah aku langsung memperlihatkan
raporku kepada ibu. Kebetulan saat itu ayah sedang
menelepon. Aku langsung merebut handphone ibu dan
berbicara kepada ayah.

32
“Ayah, aku peringkat 2 di sekolah dan peringkat 1 di
diniyah” ucapku memberi tahu ayah.
“Kerennya anak ayah, pertahankan terus ya” ucap ayah
dari telepon.
“Iya ayah” ucapku lagi.
“Mila mau hadiah apa?” tanya ayah padaku.
“Apa ya? aku bingung mau apa” jawabku.
“Kalau udahtahu mau apa, bilang ke ayah ya. Kalau ayah
mampu nanti ayah belikan” ucap ayah.
“Oke ayah. Aku mau ganti baju dulu” ucapku pada ayah.
Aku mengembalikan telepon kepada ini. Lalu, aku
berganti pakaian. Setelah berganti pakaian, aku kembali
mendekati ibu. Aku ikut mengobrol dengan ibu yang
sedang bertelepon dengan ayah.
***
Ketika semester dua kelas satu aku mengikuti lomba
calistung (membaca, menulis, dan menghitung). Awalnya
yang akan mengikuti lomba calistung adalah Ami dan aku
hanya cadangan. Namun, pada saat itu ami sering sakit
jadi akulah yang maju untuk mengikuti lomba calistung
itu. Dan alhamdulillah hasilnya cukup bagus. Aku
mendapatkan juara 2.

33
Saat kelas dua aku mengikuti lomba calistung lagi. Aku
senang bisa mengikuti lomba ini lagi. Namun sayang
sekali, hasilnya masih tetap sama dengan saat aku kelas 1.
Aku mendapat juara 2 di calistung keduaku. Bukannya
aku tidak bersyukur mendapatkan juara yang masuk tiga
besar. Tapi, aku ingin mencoba bagaimana rasanya juara
satu diperlombakan.

34
Pergi ke Bandung

Waktu itu aku dipanggil ke ruang guru. Aku pun tidak


tahu kenapa tiba-tiba aku dipanggil. Karena aku merasa,
aku tidak melakukan hal yang tidak-tidak.
Sampainya di ruang guru, aku langsung mendekati wali
kelasku di kelas tiga. Wali kelasku di kelas tiga adalah bu
Emi.
“Permisi bu, ada apa ya memanggil Mila?” tanyaku pada
bu Emi.
“Ibu ingin memberi tahukan kepada Mila, bahwa Mila
dipilih oleh sekolah untuk mengikuti lomba calistung lagi.
Kira-kira Mila siap ngga?’ tanya bu Emi kepadaku.
“Siap bu” jawabku..
“Oke, karena Mila siap. Nanti pulang sekolah kumpul
dulu di kelas satu ya. Yang akan mengajarkan materi
untuk lomba sama seperti tahun lalu, yaitu bu Yaya” ucap
Bu Emi kepadaku.
“Baik bu, terima kasih informasinya” ucapku.
Setelah itu aku pamit kepada bu Emi untuk kembali ke
kelas. Sebelum pergi, aku menyalami bu Emi.

35
Sampainya du kelas, temanku bertanya,
“Abisngapain Mil?” tanya Mela.
“Bu Emi ngasih tahu kalauaku dipilih buat lomba
calistung lagi” jawabku.
“Wih keren deh” ucap Mela.
“Kalau menang dapat piala lagi dong” ucap Lani.
Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
“Keren deh Mila, udah punya dua piala” ucap Cica.
“Tap ikan pialanya di kasih ke sekolah, jadi itu milik
sekolah” ucapku.
“Tapi kan kamu yang dapetin pialanya. Tapi boleh dong
bagi-bagi. Piala punyamu itu pialaku juga” ucap Lani.
“Aku juga mau dong, itu milikku juga” ucap Mela.
“Aku juga” ucap Reya.
“Aku juga” ucap Ami.
Hampir semua teman perempuanku bilang ‘aku juga’.
“Iya-iya, pialanya milik bersama” ucapku.
Setelah mendengar jawaban itu teman-temanku
melanjutkan mengobrol mereka. Aku ikut nimbrung dan
mendengarkan obrolan yang mereka obrolkan,
***

36
Saat bel pulang berbunyi, aku segera merapikan alat
tulisku. Setelah itu, aku langsung menuju kelas satu untuk
menemui bu Yaya.
“Assalamu’alaikum, halo Ibu” ucapku sembari
menyalami bu Yaya.
“Waalaikumsalam Mila. Ikut lagi?” tanya Bu Yaya.
“Iya buhehe” jawabku.
“Bentar ya nunggu anak kelas dua dulu. Kalau kelas
satunya tuh, Eva” ucap bu Yaya sembari menunjuk Eva.
Lalu, datanglah anak kelas dua yang akan mengikuti
lomba calistung. Anak kelas dua yang ikut lomba
Bernama Asa.
“Kalian udah tahu kan kenapa kalian ada di sinj? Jadi,
kalian bertiga bakal menjadi perwakilan sekolah kita buat
mengikuti lomba calistung. Yang bakal jadi pengajar
kalian itu ibu. Kita bakal belajar setiap pulang sekolah.
Nanti kalauudahdeket kemungkinan kita juga bakal
belajar di hari Minggu” ucap bu Yaya menjelaskan.
“Siap bu” ucap aku, Asa, dan Eva.
“Belajarnya mulai hari ini atau kapan bu?” tanyaku pada
bu Yaya.

37
“Besok aja ya, hari ini ibu cuma mau ngasih tahu aja”
jawab bu Yaya.
Aku menganggukkan kepala tanda paham jawaban bu
Yaya. Setelah itu, aku Bersama dengan Asa dan Eva
berpamitan kepada bu Yaya untuk pulang duluan.
Sampainya di rumah, aku langsung memberi tahu ibu
bahwa aku dipilih lagi untuk menjadi perwakilan sekolah
mengikuti lomba calistung. Malamnya, ketika ayah
menelepon ibu, aku memberi tahu bahwa aku akan ikut
lomba calistung lagi. Ayah yang mendengar itu
memberikan semangat padaku supaya belajar dengan
serius untuk mencapai hasil yang terbaik. Aku juga
memberi tahu kepada ayah dan ibu bahwa setiap pulang
sekolah aku akan belajar untuk persiapan lomba calistung
bersama dengan anak kelas satu dan dua yang akan diajar
atau dibimbing oleh bu Yaya.
***
Setiap hari sepulang sekolah aku pasti akan pergi ke kelas
satu terlebih dahulu. Aku belajar Bersama dengan Asa
dan Eva. Pertama kami akan berlatih membaca cepat.
Terkadang membaca satu persatu secara bergiliran atau
membaca secara bersamaan. Setelah membaca kami akan

38
belajar menulis aksara tegak bersambung yang rapi. Jika
masih ada waktu, kami akan belajar matematika. Hingga
akhirnya beberapa minggu berlalu, tanggal perlombaan
semakin dekat. Kini belajar Bersama bukan lagi ketika
pulang sekolah. Namun, di hari Minggu juga dipakai
untuk belajar Bersama.
Untuk hari Minggu, belajarbersama dilakukan di rumah
bu Yaya. Jadwal belajar Bersama di hari Minggu itu pagi.
Terkadang bisa juga siang, bagaimana kesepakatan
Bersama sebelumnya. Waktu itu di rumah bu Yaya ada
keponakannya yang masih berusia beberapa bulan. Ketika
waktu istirahat, terkadang aku bermain dengan
keponakannya itu. Selain keponakannya yang kecil itu, bu
Yaya memiliki satu keponakan lagi, Namanya Pasha.
Pasha sudah kelas dua dan kebetulan dia juga menjadi
perwakilan dari sekolahnya untuk lomba calistung.
Sehingga, ketika hari Minggu, belajar Bersama bukan
hanya tiga orang, tetapi empat orang.
Akhirnya hari perlombaan tiba. Sebelum berangkat ke
sekolah, aku meminta doa dan restu dari ibu supaya
dilancarkan. Ketika di sekolah, teman-teman yang lain
menyemangatiku.

39
Sampainya di tempat perlombaan, aku segera mencari
ruangan di mana aku lomba. Lomba ini dibagi menjadi 3
bagian. Yang pertama adalah membaca cepat, kedua
adalah menulis aksara tegak bersambung, dan yang
terakhir adalah menghitung atau mengerjakan soal
matematika. Hasil perlombaan akan diumumkan satu
minggu kemudian.
***
Satu minggu kemudian….
“Mila nanti pulang sekolah temui bu Yaya ya” ucap bu
Evi.
“Baik bu” balasku.
Setelah mendengar jawabanku bu Evi keluar kelas, karena
sudah waktunya istirahat. Aku pergi ke kantin Bersama
dengan teman-teman yang lain. Setelah mendapat jajanan
yang diinginkan, aku dan teman-teman kembali ke kelas.
Sampainya di kelas, aku dan yang lainnya duduk
melingkar di lantai.
“Mil, kok kamu tadi pas dipanggil ganengok si?” tanya
Mela padaku.
“Kan lagi ulangan, terus ibunya liatin kita. Jadi, aku
gabisanengok” jawabku.

40
“Bilang aja kamu gamau berbagi, dasar pelit” ucap Mela
lagi.
“Iya huu, pinter kok gak bagi-bagi” ucap Lani menimpali.
“Kan tadi itu ulangan. Kalau kalian nanya Latihan soal ke
aku pasti aku jawab kok. Atau kalian mau minta
jawabannya juga bakal aku kasih kalu Latihan soal”
ucapku.
“Tap ikan kita maunya bukan waktu Latihan soal aja.
Harusnya waktu ulangan juga kamu kasih tahu kita” ucap
Lani lagi.
“Iya tuh” Reya ikut berbicara.
Kemudian bel tanda masuk berbunyi, Reya yang ingin
berbicara lagi pun tidak jadi.
***
Ketika aku sampai di kelas satu, sudah ada Asa dan Eva,
tentunya bu Yaya juga ada.
“Selamat ya kepada kalian. Kalian semua masuk lima
besar” ucap bu Yaya,
“Wah, alhamdulillah” ucapku.
“Alhamdulillah” ucap Asa dan Eva.
“Eva, kamu juara empat” ucap bu Yaya.

41
“Alhamdulillah. Kalau juara empat dapet piala gakbu?”
tanya Eva pada bu Yaya.
“Ngga ya, yang dapet Cuma juara satu sampai tiga” jawab
bu Yaya.
“Asa kamu juara dua” ucap bu Yaya.
“Alhamdulillah” ucap Asa.
“Dan Mila, kamu keren. Kamu juara satu” ucap bu Yaya.
“Wah…Alhamdulillah!!” ucapku ketika mendengar
ucapan bu Yaya.
Sungguh, aku kaget. Di kesempatan terakhirku ikut lomba
calistung ini, aku bisa mendapatkan juara satu. Karena
lomba calistung ini hanya diperutukanuntuk kelas satu
sampai tiga SD. Jika aku juara satu, itu artinya aku akan
maju ke tingkat selanjutnya, yaitu tingkat kabupaten. Di
tingkat kabupaten, aku bukan lagi mewakili sekolah,
tetapi mewakili kecamatan.
“Selamat ya Mila, habis ini kamu perlu mempersiapkan
diri untuk perlombaan di tingkat kabupaten” ucap bu
Yaya,
“Iya buhehe” balasku.
“Teh Mila selamat ya” ucap Asa dan Eva secara
bersamaan.

42
“Terima kasih. Kalian juga selamat ya, kalian keren loh
udah bisa masuk lima besar” balasku.
Setelah itu, aku, Asa, Eva, dan bu Yaya berbincang dulu
sebentar. Ketika perbincangan selesai, aku, Asa, dan Eva
berpamitan pada bu Yaya untuk pulang duluan,
Sampainya di rumah, aku langsung memeluk ibu. Setelah
itu, aku melepaskan pelukanku kepada ibu dan meberi
tahu ibu bahwa aku mendapatkan juara pertama di lomba
calistung kali ini. Ibu yang mendengar itu terlihat senang.
Ibu langsung memelukku. Setelah itu, ia langsung
mengambil handphone dan menelepon ayah. Ibu
langsung memberi tahu ayah mengenai aku mendapat
juara pertama di lomba calistung kali ini. Dari telepon
terdengar bahwa ayah tengah membanggakan aku kepada
orang yang berada di warung. Jadi, ayahku adalah
seorang pedagang. Ayahku adalah pedagang kopi dan ia
punya sebuah warkop yang berada di Jakarta Timur.
***
Seperti persiapan untuk lomba calistung di tingkat
kecamatan, aku setiap pulang sekolah diajar oleh buYaya.
Setiap hari aku terus berlatih membaca cepat, menulis
aksara tegak bersambung dan menghitung matematika.

43
Untuk persiapan yang sekarang, dari awal, ketika hari
Minggu aku belajar di rumah bu Yaya. Karena bu Yaya
bilang, bahwa lombanya sekitar tiga minggu lagi. Karena
perlombaan yang aku ikuti tingkat perlombaan, jadi,
persiapan yang dilakukan harus matang.
Setelah banyak usaha dan tenaga yang aku lakukan
untuk mempersiapkan perlombaan tingkat kabupaten,
akhirnya hari perlombaan pun datang. Aku diantar oleh
buEmi ke tempat perlombaan. Lokasi untuk perlombaan
sekarang cukup jauh. Jadi, untuk menuju ke sana aku dan
bu Emi diantarkan oleh pihak sekolah menggunakan
mobil.
Sampainya di tempat perlombaan, aku melihat bahwa
tempat perlombaan sudah ramai. Aku dan bu Emi
mencari ruanganku. Setelah melakukan konfirmasi data,
aku boleh memasuki ruangan. Sedangkan, bu Emi
menunggu di luar. Perlombaan kali ini juga dibagi
menjadi tiga bagian. Yang pertama lomba membaca, ke
dua menulis, dan ketiga menghitung.
Aku mengikuti setiap bagian perlombaan dengan
tenang dan lancar. Setelah perlombaan bagian ketiga
selesai, aku menghampiri bu Emi. Aku dan bu Emi pun

44
pergi meninggalkan area ruangan perlombaan dan
mencari mobil sekolah yang menjeput untuk segera
pulang. Ketika sampai di sekolah, aku melihat sekolah
sudah sepi. Itu artinya, anak kelas satu sampai enam
sudah pulang. Aku berpamitan kepada bu Emi untuk
pulang. Bu Emi mempersilakan aku untuk pulang. Dan
aku pun pulang ke rumah.
***
Bu Emi masuk ke kelas seperti biasanya. Dan mengajar
seperti biasanya. Namun, sebelum keluar kelas, bu Emi
memberi tahu aku mengenai siapa yang juara dalam
lomba calistung tingkat kabupaten.
“Mila, sini dulu” ucap bu Emi ketika akan pergi ke luar
kelas.
Aku yang dipanggil pun berjalan mendekati bu Emi.
“Selamat ya, ibu bangga sama Mila” ucap bu Emi.
Aku bingung. Kenapa bu Emi merasa bangga kepadaku?
“Kita bakal ke Bandung” ucap bu Emi lagi.
“Mak-
“Kamu juara satu di lomba calistung tingkat kabupaten”
bu Emi berucap kembali sebelum aku menyelesaikan
ucapanku.

45
“HAHBENER BU?!” tanyaku pada bu Emi.
“Benerdong. Tadi pagi pengumuman lombanya. Waktu
ibu lihat file peringkat perlombaan ternyata nama kamu
ada paling atas” ucap bu Emi.
“Alhamdulillah ya Allah” ucapku.
“Sekali lagi selamat ya. Kamu bakal belajar bareng lagi
sama bu Yaya. Semangat oke!” ucap bu Emi memberi
selamat kepadaku.
“Iya bu siap” balasku.
“Oh iya, baru kamu loh dari sekolah kita yang bisa
nembus sampai ke provinsi. Dulu ada juga yang nembus
hanya sampai kabupaten” ucap bu Emi lagi.
Mendengar ucapan bu Emi itu, aku merasa bangga
kepada diriku.
“Oke deh, silakan kamu istirahat. Ibu juga mau balik ke
ruang guru” ucap bu Emi.
“Baik bu” ucapku.
Setelah menjawab ucapan bu Emi, aku pergi ke warung
menyusul teman-temanku. Sampainya di warung, aku
membeli yang aku mau, Setelah mendapatkan jajanan
yang aku mau, aku ikut nimbrung pada teman-teman
perempuanku yang sedang asik mengobrol.

46
“Abisngobrol apa dulu Mil sama bu Emi?” tanya Elis
padauk.
“Ibu ngasih tahu aku juara berapa di lomba
calistungkemaren” jawabku.
“Juara berapa emang?” tanya Sifa.
“Alhamdulillah juara ke satu” jawabku pada pertanyaan
Sifa.
Teman-temanku yang mendengar itu secara bergantian
berucap ‘wow’ dan mereka juga memberikan selamat
padaku. Aku dan temanku melanjutkan obrolan kami.
Ketika tengah asyik mengobrol, bel tanda masuk
berbunyi. Aku dan temanku pun pergi ke kelas. Namun,
***
Ketika pulang sekolah, seperti biasa, aku pergi menemui
bu Yaya.
“Selamat ya Mila. Ibu bangga sama kamu, akhirnya
sekolah kita bisa tembus ke provinsi” ucap bu Yaya
memberi selamat padaku.
“Kita mulai belajar besok ya. Hari ini kamu boleh
istirahat dulu, sebelum nanti kamu tempur lagi” ucap bu
Yaya padaku.

47
“Hahaha…baik bu, aku pulang duluan ya” ucapku pada
bu Yaya sembari menyalaminya.
Ketika sampai di rumah, aku segera memberi tahu ibu.
Kali ini juga ibu merasa senang. Aku juga memberi tahu
kepada ibu, bahwa kali ini lombanya bukan lagi di dekat
sini. Tapi, kali ini lombanya akan dilaksanakan di
Bandung.
Malamnya ketika ayah menelepon ibu, ibu memberi tahu
ayah bahwa aku juara satu dan akan lomba lagi yang
tempat lombanya adalah di Bandung. Ayah yang
mendengar itu berkata bahwa ia bangga padaku. Ia
memberi selamat dan semangat padaku.
***
Esok harinya, seperti apa yang dikatakan oleh bu Yaya.
Aku mulai belajar lagi dengan bu Yaya. Kali ini, aku
belajar sampai sore. Karena tanggal perlombaan sekitar
seminggu lagi. Ketika di rumah juga aku belajar karena
untuk persiapan sekarang tidak lama. Setelah sekitar satu
minggu aku mempersiapkan untuk perlombaan tingkat
kabupaten. Akhirnya tanggal perlombaan tiba. Kali ini
lomba akan dilaksanakan selama tiga hari, Sehingga, aku
membawa beberapa baju untuk di sana. Sehari sebelum

48
berangkat, bu Emi memberikan baju batik kepadaku. Ia
bilang, bahwa nanti ketika lomba para peserta akan
memakai baju batik itu.
Aku dan bu Emi kumpul terlebih dahulu di kantor
kabupaten. Aku dan bu Emi akan berangkat dengan anak
kelas satu dan dua yang juara satu kemarin. Anak kelas
satu dan dua yang mewakili kabupaten bernama Rasya
dan Abi. Setelah semuanya datang, rombongan ini
berangkat ke Bandung menuju tempat perlombaan.
Ketika di perjalanan, Abi sempat muntah beberapa kali.
Sedangkan Rasya, mungkin karena ia masih kelas satu,
jadi yang dia lakukan sepanjang perjalanan adalah tidur.
Kalau aku, yang aku lakukan selama perjalanan beragam.
Aku tidur, makan, lalu melihat pemandangan ke luar
jendela selama perjalanan.
Setelah beberapa jam di perjalanan, akhirnya
rombonganku sampai di tempat perlombaan. Kali ini,
lomba dilaksanakan di sebuah hotel. Jadi, setiap peserta
dan guru pembimbing akan mendapatkan kamar. Setiap
kamar diisi oleh dua peserta dan dua guru pembimbing.
Rombonganku mendapatkan kamar di lantai tiga. Rasya
dan Abi satu kamar, sedangkan aku sekamar dengan

49
perwakilan kabupaten lain. Peserta yang satu kamar
denganku bernama Chandra. Meski sekamar dengan laki-
laki, ketika tidur aku tetap tidur dekat bu Emi.
Perlombaan akan dilaksanakan di hari ke dua. Di hari
pertama, semua peserta berkumpul di sebuah ruangan dan
diberi tahu bagaimana mekanisme perlombaan. Urutan
perlombaannya masih sama seperti lomba di tingkat
kecamatan dan kabupaten. Yang berbeda adalah tempat
perlombaan atau ruangan yang dipakai. Jika di kecamatan
dan kabupaten, tempat atau ruangan yang dipakai
berdekatan. Untuk yang sekarang, tempat atau ruangan
yang digunakan tidaklah berdekatan. Kelas tiga bertempat
di ruangan yang dekat kolam renang. Panitia lomba juga
memberi tahu bahwa untuk matematika tidak akan
diberikan kertas untuk mengotret. Jadi, nanti guru
pengawas atau panitia akan membacakan soal satu
persatu, sedangkan peserta akan menghitungnya tanpa
diberi kertas untuk mengotret. Setiap soal juga memiliki
waktunya tersendiri, dan pembacaan soal maksimal
dibacakan dua kali. Aku yang mendengar itu cukup kaget,
karena ketika di sekolah aku tidak diajarkan menghitung
tanpa mengotret. Ketika acara pemberitahuan mekanisme

50
selesai, aku dan bu Emi langsung pergi ke kamar hotel.
Bu Emi juga cukup kaget untuk mekanisme lomba
menghitung atau matematika tersebut. Pasalnya, di
sekolah aku belajar Bersama dengan bu Yaya itu
menghitung dengan mengotret. Bu Emi pun menyuruhku
untuk belajar beberapa materi yang sekiranya bisa
dihitung tanpa harus mengotret, Tentu saja bu Emi
membantuku dalam belajar tersebut.
***
Hari ke dua pun datang. Hari ini adalah pelaksanaan
perlombaannya. Pagi-pagi aku sudah siap dengan
memakai batik yang waktu itu bu Emi berikan padaku.
Chandra juga sudah siap dengan batiknya. Setelah itu,
aku, bu Emi, Chandra, dan guru pembimbing Chandra
sarapan. Sarapan diberi oleh panitia dan dibagikan ke
setiap kamar. Setelah sarapan, aku dan bu Emi pergi ke
bawah duluan. Ketika keluar kamar, aku melihat Rasya
dan Abi beserta guru pembimbingnya masing-masing
juga keluar kamar. Jadi, rombonganku ini pergi ke bawah
Bersama. Setelah sampai di bawah, aku dan bu Emi
mencari tempat atau ruangan yang dijadikan sebagai
tempat perlombaan, begitu pula dengan Rasya dan Abi.

51
Mereka mencari tempat atau ruangan Bersama dengan
guru pembimbing mereka masing-masing.
“Semangat Mila, yakin sama diri sendiri, kamu pasti bisa”
ucap bu Emi sebelum aku memasuki ruangan.
“Siap bu, terima kasih” balasku pada bu Emi.
Rangkaian perlombaan pun telah aku ikuti, kini
saatnya kembali ke kamar hotel untuk mengistirahatkan
diri.
***
Hari ketiga telah tiba. Di hari ketiga ini akan diumumkan
siapa juara yang memenangkan perlombaan ini. Semua
peserta dikumpulkan dan acara pemberitahuan juara di
mulai. Dari rombonganku, hanya Abi yang dipanggil ke
depan. Abi menjadi juara enam atau juara harapan tiga.
Untuk Rasya, dia masuk dua puluh besar. Begitupun
dengan aku, aku hanya masuk ke dalam dua puluh besar.
Bu Emi bilang aku tidak perlu berkecil hati karena
menang dan kalah dalam suatu perlombaan itu pasti ada.
Setelah acara pemberitahuan juara diumumkan, semua
peserta dipersilakan untuk meninggalkan ruangan dan
bisa kembali ke kamarnya masing-masing. Karena hari ini
akan pulang, maka aku dan bu Emi mulai membereskan

52
barang bawaan. Namun, sebelum benar-benar pulang ke
rumah, rombonganku pergi ke sebuah taman terlebih
dahulu. Katanya si menyegarkan pikiran sehabis lomba
yang memusingkan.
Ketika di rasa cuku berada di taman, rombonganku
kembali ke kamarnya masing-masing untuk bersiap
pulang karena mobil jemputan dari kabupaten sudah tiba.
Setelah rapi dan siap, rombonganku turun ke bawah dan
menghampiri mobil yang menjemput kami. Barang
bawaan pun dimasukkan ke dalam mobil. Setelah semua
barang bawaan dimasukkan, satu persatu dari kami naik
ke mobil dan mobil pun mulai melaju untuk pulang.
***
“Ibu, aku gak menang kali ini. Aku Cuma masuk dua
puluh besar” ucapku pada ibu.
“Gapapadong. Yang penting kamu sudah berusaha” ucap
ibu padaku.
Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban.
“Ibu tetap bangga pada putri ibu yang cantik ini” ucap ibu
sembari memelukku.
Aku membalas pelukan ibu dan menangis dalam
pelukannya.

53
Rasa Sakit

Hari ini aku berangkat ke sekolah. Meski kemarin baru


pulang dari Bandung, bukan berati aku harus bolos hari
ini. Namun, ketika memasuki kelas, teman-teman
perempuanku menatapku dengan aneh. Aku menghampiri
mereka dan bertanya kenapa mereka melihatku seperti itu.
“Kalian kenapa? Penampilanku ada yang aneh?” tanyaku
pada mereka.
Hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaanku, mereka
semua hanya diam.
“Hey ada apa? Kok kalian diam saja?” tanyaku lagi.
Tetap sama, mereka tidak menjawab sama sekali. Mereka
malah mengabaikanku dan melanjutkan obrolan mereka
yang sempat tertunda.
“Ini kenapa ya? Kok kalian gakjawab pertanyaanku”
tanyaku lagi pada mereka.
Bukannya berhenti mengobrol, mereka malah makin
asyik.
“Aku salah apa?” tanyaku lagi.

54
Mereka menengok padaku, tapi bukannya menjawab
mereka malah menjauhiku. Mereka pindah tempat, yang
tadinya di depan kelas jadi pindah ke belakang kelas.
Aku pun memutuskan untuk duduk dibangkuku. Ketika
sudah duduk di bangku aku hanya diam. Sampai bel
masuk berbunyi tidak ada satu orang pun teman
perempuanku yang mengajak mengobrol.
Aku sebangku dengan Cica, Ketika Cica duduk pun, ia
tak berbicara apa-apa. Dia malah terlihat duduk agak
menjauh dariku.
“Ca sebenarnya ada apa? Kok dari tadi kalian gak
menjawabku atau gak ada yang ngobrol denganku”
tanyaku pada Cica.
Cica diam, dia tidak menjawab. Dia malah memalingkan
muka. Sungguh, aku bingung kenapa teman-teman
perempuanku seperti itu.
***
Sekarang waktu istirahat. Seperti biasa aku ke kantin
Bersama dengan teman-temanku. Namun, berbeda
dengan hari sebelum-sebelumnya. Hari ini tidak ada yang
mau berjalan di sampingku. Setia aku mendekati salah
satu di antara mereka, pastinya mereka akan berjalan

55
duluan dan menjauh dariku. Sebenarnya ada apaini,
kenapa mereka menjauhiku?
Ketika kembali ke kelas pun sama, tidak ada yang mau
berjalan di sebelahku. Aku benar-benar dijauhi oleh
mereka. Ketika sampai kelas, tetap sama seperti kondisi
tadi pagi. Tidak ada yang mengajakku mengobrol atau
yang mau diajak mengobrol olehku. Karena semua teman
perempuanku seperti itu, aku mencoba bertanya ke teman
laki-laki. Aku ingin memastikan juga, apakah teman laki-
lakiku akan seperti teman perempuanku yang
menjauhiku.
“Ka” panggilku pada anak yang bernama Deka.
“Oit, kenapa Mil?” saut Deka.
Loh? Deka biasa ajatuh? Waktu ku panggil dia menyahut.
Tapi kenapa teman perempuanku tidak ya?
“Taugak kenapa cewe-cewe jadi pada begitu?” tanyaku.
“Gak tahu aku Mil. Tapi kayaknya kemarendeh? Atau
kapan ya? Lupa aku, mereka kayak ngomonginsesuatu
terus mereka kayak bilang jauhinjauhingitu. Gapaham
aku sebenernya maksud mereka itu apa. Tapi, kalu lihat
dari keadaan sekarang, kayaknya mereka kemarin-

56
kemarin itu ngomongin kamu deh. Kamu dijauhin kan
sama mereka” ucap Deka.
“Oh gitu ya, oke dehmakasih ya Ka. Iya, tadi mereka
jauhin aku” ucapku.
Jadi, Deka ini masih keluargaku. Awalnya aku juga gak
kenal siapa Deka. Tapi, waktu itu pernah ada acara
keluarga dan kebetulan ada Deka di situ. Dan ibuku
bilang bahwa Deka masihlah keluargaku.
“Terus, kenapa kamu gakjauhin aku?” tanyaku pada
Deka.
“Lah buat apa?” Deka balik bertanya.
“Ya siapa tahu kamu diajak buat jauhin aku kan”
jawabku.
“Kemarin kayaknya beberapa cowok diajak buat jauhin
kamu. Tapi mereka gak mau” ucap Deka.
“Loh kenapa? Kok gamau” tanyaku,
“Kan kita gapunya masalah sama kamu. Lagian kamu gak
pernah lakuin hal macem-macem. Jadi, buat apa juga kan
jauhin kamu. Buang tenaga aja” balas Deka
“Kan waktu ulangan kadang aku gak kasih kalian
jawaban kalau kalian nanya sama aku” ucapku.

57
“Ya wajarlah, orang itu ulangan. Kan kalau Latihan biasa,
kamu suka bolehin liat jawabanmu” balas Deka.
“Ohhgitu ya” ucapku.
“Kayaknya mereka jauhin kamu gara-gara alasan itu deh”
ucap Deka
“Apa?” tanyaku.
“Itu yang itu, karena kamu gak kasih jawaban waktu
ulangan” jawab Deka.
“Bisa jadi si, soalnya-
Belum aku selesai berbicara, bu Emi masuk ke kelas.
Anak-anak yang tadinya ramai pun menjadi diam.
Pembelajaran pun dimulai kembali.
***
Hari ini aku berangkat sekolah dengan harapan mereka
tidak menjauhiku lagi.
“Assalamu’alaikum” ucapku sembari membuka pintu
kelas.
“JANGAN MASUK!” ucap Lani dengan suara tinggi.
Hah? Apalagi ini Ya Allah? Kenapa aku jadi gak boleh
masuk?
“Kenapa? Kenapa gak boleh masuk?” tanyaku.

58
“DIBILANG JANGAN YA JANGAN” jawab Lani
dengan suara tingginya itu.
“Senggaknya biarin aku simpen tas” ucapku lagi.
Mereka tidak menjawab ucapanku. Sepertinya boleh, aku
pun masuk ke dalam dan menyimpan tas di bangkuku.
“Sana cepet keluar lagi” Ucap Reya.
“Iya ya, katanya Cuma nyimpen tasnya” ucap Cica.
“Iya kan” ucap Mela membalas ucapan Cuca.
“Tahunih, huu” ucap Sifa.
“Huuuuu” ucap mereka Bersama.
Sakit hati aku diperlakukan seperti itu. Akhirnya aku ke
luar dan berdiam diri di dekat kelas. Aku
menelungkupkan kepalaku diantara kedua kakiku. Aku
terus berada dalam posisi itu, hingga akhirnya ada anak
yang mendekatiku.
“Mil” panggil anak itu.
Aku mendongakkan kepala. Ternyata Deka.
“Ngapain di sini?” tanya Deka.
“Gakdibolehin masuk sama mereka” jawabku.
“Nangis?” tanya Deka lagi.
“Gak kok, ini kelilipan” jawabku.
“Boong ya kamu Mil” ucap Satya.

59
Satya adalah salah satu teman sekelasku, dia juga teman
dekatnya Deka.
“Lah siapa yang boong?” ucapku.
“Kamu lah, yakali Deka” ucap Satya.
“Ngga lah” ucapku.
“Ayo deh masuk bareng kita, pasti boleh” ajak Deka.
“Kalau gak boleh gimana?” tanyaku.
“Udah, ayo cepet!” ucap Deka.
Aku berdiri dan mengekor di belakang Deka dan Satya.
Ketika Deka membuka pintu, aku bisa melihat mereka
tengah asyik mengobrol, Deka dan Satya berjalan masuk,
aku pun mengikuti di belakang.
“Kan udah dibilang gak boleh masuk?” ucap Lani
padaku.
“Udah si gapapa, orang bentar lagi juga masuk” balas
Deka pada Lani.
Benar saja ucapan Deka. Bel tanda masuk pun berbunyi.
***
Hari-hariku di sekolah kurang menyenangkan. Tidak ada
teman perempuan yang bisaku ajak ngobrol. Aku hanya
bisa mengobrol dengan teman laki-lakiku. Karena hanya
anak laki-laki yang masih mau berbicara denganku. Saat

60
istirahat pun sama. Tidak ada teman perempuanku yang
mengaja ke kantin bersama. Jadi, setiap istirahat aku
sendirian. Karena ketika istirahat aku sendirian, terkadang
aku mampir ke kelas satu untuk mengobrol dengan bu
Yaya. Aku juga sekalian menabung, karena yang
memegang uang tabungan dari kelas satu sampai enam
adalah bu Yaya. Terkadang juga aku berkeliling sekolah
sendirian. Pernah juga, ketika aku istirahat sendirian, aku
diajak untuk mengobrol bersama oleh kakak kelas, yaitu
kelas 5.
“Mila” panggil salah satu kakak kelas ketika aku
melewati ruang kelas lima.
“Eh iya kak, ada apa?” tanyaku pada Kak Lala yang
memanggilku.
“Kenapa sendirian?”ucapnya balik bertanya.
“Eh itu, lagi pengenaja kak” jawabku.
“Dari kemarin sendiri terus, masa itu pengenaja” ucap
kak Disa.
“Iya kan, aneh banget dari kemarin sendirian terus” ucap
kak Sela menimpali.
“Ayo sini, duduk dulu” ucap kak Sela lagi.

61
Aku pun duduk Bersama dengan para kakak kelas itu.
Aku duduk dekat dengan kak Disa.
“Kamu dijauhin Mil?” tanya kak Lala padaku.
“Eh…tahu dari mana kak?” tanyaku balik.
“Keliatanaja” jawab kak Lani.
“Kalau gak ada temen ke sini aja ya, boleh kok main
bareng kita” ucap kak Sela.
“Nah iya, ke sini aja. Daripada sendiri kan” ucap kak
Wiwi.
“Iya kak hehe, makasih ya” ucapku.
“Dari kapan emang mereka jauhin kamu?” tanya kak
Disa.
“Abis aku lomba yang di provinsi kak” jawabku.
“Iri deh kayaknya mereka, makanya jauhin kamu” ucap
kak Wiwi lagi.
“Bener, iri mereka. Kalau pengen kayak Mila ya belajar
yang rajinlah, kok malah jauhin orangnya. Gak jelas
banget mereka” ucap kak Lala.
“Mereka cuma jauhin kamu aja kan? Gaklakuin hal
aneh?” tanya kak Disa lagi.
“Kemarin-kemarin si baru gabolehin aku masuk kelas
kalau bukan waktunya masuk kak” jawabku.

62
“ANEH BANGET????” ucap kak Lala.
“Setuju, aneh banget” ucap kak Wiwi.
“Hehehe, mumgkin mereka gak mau liat mukaku kak
makanya aku gakdibolehin masuk” ucapku.
Setelah aku berucap seperti itu, bel tanda masuk berbunyi.
Aku pun berdiri dan berpamitan kepada para kakak kelas
untuk pergi ke kelasku.
“Makasih ya kak udah ajak aku ngobrol. Udah masuk nih,
duluan ya kak” ucapku pada keempat kakak kelas itu.
***
Ketika masuk kelas, aku segera duduk di bangkuku dan
berdiam diri sampai ibu masuk. Namun, hari ini bu Emi
gak masuk. Bu Emi ada keperluan dan sebagai gantinya
ada tugas yang harus dikerjakan. Aku segera mengerjakan
tugas yang diberikan. Takutnya besok ditanyakan oleh
ibu.
“Kalau pintertuh bagi-bagi” ucap teman sebangku ku,
Cica.
“Kamu mau liat Ca?” tanyaku pada Cica.
Tanpa berkata apa pun lagi, Cica langsung melihat tugas
yang aku kerjakan. Padahal, aku belum
mempersilakannya. Tapi tak apa, karena ada tugas, Cica

63
mau berbicara padaku. Setelah selesai melihat tugasku,
Cica mengembalikan bukuku.
“Cic-
Belum selesai aku memanggil Namanya, Cica sudah
beranjak dari tempat duduknya. Dia menghampiri meja
Mela dan mengajak dia untuk mengantarnya ke kamar
mandi. Padahal Cica bisa minta antar padaku.
“Kan gak belajar, kok masih di dalam kelas?” ucap Lani
dengan suara yang cukup keras.
“Iya ya, haduh” ucap Naya.
Aku melihat kepada mereka, apakah mereka menyuruhku
untuk keluar lagi.
“Sadar diri si harusnya ya” ucap Sifa.
Sudah pasti mereka menginginkan aku ke luar kelas.
Apakah tidak akan ada yang membelaku? Aku melihat
kepada Difa, dia menunjukkan muka bersalah. Apa
maksud dari muka bersalah Difa?
“Cepetandong ke luar, kok diemaja si?” ucap Elis.
Akhirnya aku beranjak dari bangkuku. Aku pun duduk di
luar. Alu berdiam diri di dekat pintu kelas. Tak lama
kemudian, lewatlah Cica dan Mela. Mereka hanya

64
menatapku tanpa mengatakan sepatah kata apa pun. Mela
juga cukup keras ketika menutup pintu.
Aku hanya diam memandang langit. Terdengar pintu
terbuka, aku kira itu adalah anak yang akan
memperbolehkan aku masuk. Tapi, nyatanya yang
membuka pintu dan keluar adalah Deka dan Agum.
Agum juga merupakan teman sekelasku, dia juga salah
satu teman dekatnya Deka.
“Masuk aja Mil” ucap Deka.
“Gak mau” balasku.
“Hahh…” Deka menghela nafas.
“Kenapa?” tanyaku.
“Gapapa” jawab Deka.
“Yaudah, aku duluan ya. Mau ke warung dulu, lapernih.
Mau ikut gak?” tawar Deka.
“Ngga dulu deh, makasihudahnawarin” jawabku pada
Deka.
“Oke, duluan ya” ucap Deka.
“Duluan ya Mil” ucap Agum.
Suara pintu terbuka terdengar kembali. Refleks aku
melihat siapa yang membukakan pintu. Ternyata Mela.
“Mil ada pesan dari dalem” ucap Mela padaku.

65
“Apa? Aku boleh masuk sekarang?” tanyaku
“Bukan. Kata mereka ‘kamu anjing, kenapa baru
pintersegituajaudah songong? Emang kita gabisa kayak
kamu yang paling pinter itu? Bisa lah’ kata mereka. Mau
dibalesgak?” tanya Mela.
Aku tetap terdiam meski Mela sudah bertanya apakah
pesannya mau dibalas atau tidak. Sungguh, sebenarnya
apa salahku? Kenapa mereka sampaai mengataiku anjing?
Seburuk itu kah aku?
“Mau, tolong sampein ke mereka ‘apa salahku? Kenapa
kalian segitunya sama aku?’. Tolong sampein itu”
jawabku.
Setelah itu Mela kembali ke dalam dan menyampaikan
pesanku pada mereka. Pintu kembali terbuka dan
menampilkan Mela.
“Ada pesan lagi, mereka bilang ‘Pokoknya kamu anjing,
babi, bangsat. Kita benci sama kamu, kenapa harus ada
kamu si? Anjing, babi, monyet pokoknya kamu’gitu ucap
mereka” ucap Mela.
Sakit. Hati aku sakit. Aku ingin menangis, rasanya sakit
banget. Aku menundukkan kepalaku dan mengusap

66
mataku supaya air mata yang tadinya sudah akan jatuh
jadi tidak terjatuh.
“Mau dibales lagi gak?” tanya Mela.
Aku menggelengkan kepalaku sebagai jawaban. Mela pun
langsung kembali ke dalam. Aku berdiam dan
menelungkupkan kepalaku di antara ke dua kakiku dan
mulai meneteskan air mataku.
***
Ketika bel pulang sudah berbunyi, aku segera
membereskan barangku dan segera pulang ke rumah. Aku
tidak peduli jika mereka menganggapku aneh atau apa
pun itu. Aku hanya ingin segera memeluk ibuku,
Sampainya di rumah, aku langsung memeluk ibu. Ibu
bertanya kenapa, tapi aku belum bisa menjawabnya. Aku
hanya menjawab bahwa aku ingin saja memeluk ibu.
Setelah merasa cukup memeluk ibu, aku melepaskan
pelukannya. Aku segera pergi ke kamar untuk berganti
pakaian.
Setelah berganti pakaian, aku berdiam diri di kamar.
Aku merasa bahwa seharusnya aku tidak ada di sini.
Apakah aku memang tidak diharapkan untuk ada di
dunia. Apakah jika aku tiada mereka akan bahagia? Tapi

67
jika aku tiada bagaimana dengan ibu? Aku belum banyak
membanggakan ia, aku juga belum membalas budi pada
ibu. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur terlebih
dahulu, sebelum aku pergi diniyah dan bertemu lagi
dengan mereka.
***
Hingga naik ke kelas empat, aku tetap dijauhi oleh teman-
teman perempuanku. Ketika kelas empat, mereka mulai
mengajakku main. Kukira mereka memang sudah
menerimaku, ternyata meski mereka mengajakku tapi
mereka menyindirku.
Pernah suatu ketika, ada tugas kelompok yang harus
dikerjakan. Aku sekelompok dengan Difa, Ami, dan
Nayla. Kelompokku sepakat untuk mengerjakan tugas
kelompok di rumahku pada hari Minggu. Kala itu, aku
masih belum memakai jilbab. Ketika sedang diskusi, Ami
memperhatikan rambutku.
“Mil kamu banyak kutu ya?” tanyanya.
“Hah? Enggak kok, kenapa emang?” tanyaku balik.
“Tadi aku lihat dirambutmu kayak ada kutu” jawabnya.
“Gak ada. Ibuku juga sering pegang rambutku. Dia
kalaunyari kutu dirambutku ga pernah nemu” ucapku.

68
Akhirnya kami melanjutkan tugas kelompok yang sempat
tertunda nanti. Setelah beberapa menit kemudian, tugas
kelompoknya sudah selesai dikerjakan. Sebelum pulang,
Ami dan Nayla mengajakku untuk bermain. Ami bilang,
teman-teman yang lain juga akan ikut. Aku senang,
karena aku diajak bermain oleh mereka. Aku pun
mengiyakan ajakan Ami dan Nayla. Difa juga ikut.
Aku, Difa, Ami, dan Nayla pun menuju rumah Cica.
Karena Nayla bilang, main kali ini di rumah Cica. Cica
juga memiliki warung, sehingga saat main bisa langsung
jajan ke warungnya Cica.
Ketika sampai dirumahnya Cica sudah ada beberapa
orang. Aku, Difa, Ami, dan Nayla segera menghampiri
yang sudah datang terlebih dahulu. Ketika sudah duduk,
Ami berceletuk.
“Eh taugak?” tanya Ami pada anak-anak yang ada di situ.
Karena ucapan Ami, akhirnya semuanya focus pada Ami.
“Ternyata di kelas kita, selain Sifa ada lagi yang banyak
kutunya” ucap Ami.
“Hah? Siapa?” tanya Reya.
“Ada pokoknya, si itu tuh” ucap Ami sembari melirikku.

69
Kebetulan Ami dan aku duduk bersebelahan, jadi
kelihatan jika dia memang melirikku. Yang lain pun ber-
oh ria dan kemudian tiba-tiba saja tertawa. Hanya aku dan
Difa yang tidak tertawa.
“Difa kok gak ketawa?” tanya Reya.
“Eh iya, hahahaha….” Jawab Difa.
Mereka terus tertawa selama beberapa menit. Apa ini?
Apakah mereka menertawakanku? Kenapa mereka masih
begitu? Aku cape disindir terus menerus.
***
Keadaan pun tetap seperti itu sampai aku naik kelas lima.
Aku diajak main namun terus-terusan disindir selama
dikelas empat. Rasanya memuakkan.
Di kelas lima ini, mereka mengajakku main. Tapi,
ketika aku mengajak mereka berbicara, maka mereka
akan mendiamkan aku. Hal ini sama seperti aku ketika
kelas tiga. Hanya saja, ketika kelas tiga aku tidak di ajak
main sama sekali, sedangkan sekarang aku diajak main
oleh mereka. Namun, ada kalanya mereka mau
mengobrol atau berbicara padaku. Mereka juga terkadang
melihat jawaban tugas padaku. Aku selalu
memperbolehkannya, karena jika aku bilang tidak boleh,

70
takutnya mereka menjauhi aku lagi. Situasi ini berlanjut
hingga naik ke kelas enam.
Ketika kelas enam, mereka lebih baik daripada saat
mereka kelas lima. Mereka mau mengajakku bermain,
mereka juga mau mengobrol denganku. Tapi, sebagai
gantinya, secara tidak langsung mereka memanfaatkanku
untuk selalu mendapatkan jawaban tugas yang mereka
inginkan. Aku tidak keberatan, selagi mereka mau
berteman denganku, sebisa mungkin aku akan melakukan
apa pun yang mereka mau.

71
Tingkat Menengah

Pagi ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Karena hari
ini aku sudah resmi menjadi anak SMP. Aku bersekolah
di sekolah yang masih satu kecamatan denganku. Waktu
tempuh rumahku ke sekolah sekitar 15 menit. Aku ke
sekolah dengan menaiki motor. Aku sudah belajar
mengendarai motor dari kelas 5 SD, sehingga sekarang
sudah bisa mengendarai sendiri.
Kelas 7 itu ada 10 kelas dan aku ada di kelas 7.1.
Kelasku dekat dengan perpustakaan, kamar mandi, dan
ruang ganti perempuan. Jadi, jika ingin pinjam buku
tinggal melangkah beberapa langkah. Ketika ada
pelajaran olahraga pun, ketika mengganti baju tidak perlu
berjalan jauh untuk sampai ke ruang gantinya.
Aku duduk sebangku dengan Syahra. Syahra itu lucu,
dia mungil dan tentu saja dia baik. Di kelas 7 juga aku
mengenal Raina dan Ridha. Aku tahu Raina ketika masa
ospek.Waktu itu, semua siswa baris di barisan kelasnya
masing-masing dan ada Raina di depanku. Ketika
menunggu acara ospek dimulai, Raina mengajakku

72
mengobrol. Di samping Raina ada Wina. Jadilah kami
bertiga mengobrol sembari menunggu acara di mulai.
Untuk Ridha, aku tahu dia karena memang kami sekelas.
Tapi, aku tahu ketika masa ospek selesai. Ridha tidak
mengikuti ospek saat itu, ia hadir ketika hari pertama
belajar di kelas.
Aku, Raina, dan Ridha bisa dekat karena waktu itu aku
dan Raina mengajak Ridha mengobrol. Aku dan Raina
sering mengajak Ridha untuk jajan bersama. Kami bertiga
juga pernah satu kelompok. Itu membuat kami semakin
dekat.
Untuk prestasi, di kelas 7 aku mendapat peringkat
pertama di semester satu dan dua. Awalnya aku takut,
bagaimana jika hasilnya tidak sesuai dengan yang aku
harapkan. Tapi, berkat usaha dan doa restu orang tua, aku
berhasil mendapatkan hasil yang aku inginkan. Ibu dan
ayah senang ketika aku mendapat peringkat satu. Tentu
saja kak Atha juga senang, bahkan ia menawariku ingin
dibelikan apa sebagai hadiah. Karena ketika aku SMP,
kak Atha sudah lulus dari SMK dan ia memilih untuk
langsung bekerja. Maka dari itu, kak Atha menawariku
ingin dibelikan apa untuk hadiah aku mendapat peringkat.

73
Dan untuk organisasi atau ekstrakurikuler di sekolah,
aku ikut OSIS dan eskul PKS (Patroli Keamanan
Sekolah). Untuk OSIS ada tahap seleksi terlebih dahulu
dan alhamdulillah aku lolos. Dan untuk PKS, aku
mendapat pengalaman baru. Di ekstrakurikuler ini ada
tiga lomba yang aku ikuti, tentu saja aku ikut dengan para
rekanku. Yang pertama adalah lomba Persami
(Perkemahan Sabtu Minggu), yang bertempat di Polres.
Yang kedua adalah LM (Lintas Meda), lomba ini
bertempat di sekitar daerah Polres. Dan untuk lomba
ketiga, yaitu Kemah Akbar. Lomba yang ketiga ini adalah
puncaknya, karena ketika sudah selesai mengikuti lomba
ini, tandanya kita sudah jadi senior. Kita bukan lagi
menjadi yang diajar, tapi kita sekarang sebagai pengajar.
Waktu itu lomba ini dilaksanakan di sebuah bumi
perkemahan. Ridha juga ikut ekstrakurikuler ini, sehingga
aku dan Ridha sama-sama berjuang untuk sekolah di
PKS. Karena, alhamdulillah angkatanku selalu menjadi
juara umum di tiga lomba tersebut.
***
Tentu saja aku naik ke kelas 8. Di sekolahku, jika naik
kelas itu artinya teman sekelas juga berganti. Jadi, siswa

74
akan diacak kembali untuk menentukan kelas. Di kelas 8
ini, aku tidak sekelas dengan Raina dan Ridha. Aku
mendapatkan kelas 8.1, Raina 8.4, dan Ridha 8.7. Meski
terpisah kami tetap berkomunikasi.
Di 8.1 ini, ada teman yang sama dari 7.1, yaitu Fiya
dan Adi. Jadi, kami bertiga sekelas lagi. Aku juga
memutuskan untuk sebangku dengan Fiya. Fiya itu
anaknya ambis, dia juga asyik diajak bercerita. Karena
setiap aku bercerita kepada Fiya, ia selalu menanggapi
setiap ceritaku.
Anak-anak yang sekelas denganku di kelas delapan ini
asyik-asyik, mereka juga mempunyai rasa solidaritas
tinggi. Aku merasa senang bisa mengenal mereka.
Banyak kenangan yang tercipta di kelas delapan ini.
***
“Ibu, aku bareng ibu atau duluanaja?” tanyaku pada
Ibu.
“Bareng aja, ibu juga sebentar lagi siap” jawab ibu.
Jadi, hari ini akan pembagian rapor semester 1 kelas 8.
Rapor ini harus diambil oleh orang tua, sehingga hari ini
aku berangkat ke sekolah bersama dengan ibu.

75
Sampainya di sekolah, sudah ada beberapa orang tua
murid. Mereka juga berangkat bersama dengan anak
mereka.
“Kelasmu di lantai dua kan?” tanya ibu padaku.
“Iya di lantai dua” jawabku.
“Kamu duluanaja ke kelas buat nyimpen tasmu yang
berat itu. Ibu nunggu di sini aja dulu, soalnya di undangan
tertera dua tempat, yaitu lapangan basket dan ruang
kelas” ucap ibu.
Aku menganggukkan kepala sebagai balasanku dari
ucapan ibu. Aku naik ke lantai dua dan menuju ke
kelasku. Ketika membuka pintu, sudah ada beberapa
teman yang datang. Salah satunya adalah Fiya. Aku
segera masuk ke dalam kelas untuk menyimpan tasku.
Setelah itu, aku turun ke bawah lagi. OSIS diperintahkan
untuk menyambut dan mengarahkan para orang tua
supaya tidak tersesat.
Ketika waktu menunjukkan pukul 07.30 semua siswa
mulai berkumpul di lapangan. Akan ada pengumuman
peringkat setiap angkatan di sini. Peringkat yang pertama
disebutkan adalah peringkat angkatan kelas 7. Setelah itu,
peringkat angkatan kelas 8 yang disebut.

76
“……..Peringkat dua kelas 8 adalah……” ucap pembaca
peringkat.
“Adalah……”
“……..Mila Noormasyila!!!” ucap pembaca peringkat
tersebut.
Aku tak menyangka akan menjadi peringkat dua
seangkatan. Aku senang, benar-benar senang. Aku pun
maju ke depan dan menerima piagam serta hadiah dari
pihak sekolah. Setelah sesi dokumentasi selesai, aku
kembali lagi duduk. Beberapa informasi diumumkan oleh
pihak sekolah. Setelah itu, barulah semua siswa dan orang
tua dipersilakan untuk ke kelas. Ibuku juga pergi ke
kelasku.
Ketika aku naik dan sampai di kelasku, aku melihat ibu
sudah ada di dalam kelas. Jadi, yang masuk adalah orang
tua dari para siswa, dan siswa menunggu di luar. Rapor
tidak langsung dibagikan, wali kelas dan para orang tua
siswa mengobrol terlebih dahulu. Setelah itu, barulah
rapor mulai dibagikan. Orang tua siswa yang sudah
menerima rapor dipersilakan untuk meninggalkan
ruangan dan diperbolehkan untuk pulang. Setelah ibu
menerima rapor, ibu segera keluar dan mengajakku

77
pulang. Aku berpamitan kepada teman-temanku untuk
pulang duluan.

Januari 2018…..
Tak terasa sudah semester dua di kelas 8 ini. Di semester
dua ini, aku dilantik menjadi ketua OSIS periode
2018/2019. Jujur saja, aku masih tak menyangka. Kenapa
bisa banyak orang yang memilihku untuk menjadi ketua
OSIS? Meski merasa bingung, aku tetap menjalankan
kewajibanku sebagai ketua OSIS.
Di semester dua ini juga kelas 8 akan melakukan study
tour. Angkatanku akan melakukan study tour ke
Yogyakarta. Tadinya ada beberapa pilihan. Namun,
setelah melakukan musyawarah, Yogyakartalah yang
menjadi tempat study tour kami. Study tour ini
dilaksanakan selama tiga hari dua malam. Sebelum hari
keberangkatan, ada pembagian kamar. Aku sekamar
dengan Fiya, Mia, dan Siti. Untuk duduk di bangku bus,
aku duduk di bangku 3 orang bersama dengan Fiya dan
Mia.
Ketika hari keberangkatan, semua siswa berkumpul di
sekolah. Kala itu selepas isya masih lah hujan, sehingga

78
aku diantar oleh ayah memakai motor dengan
menggunakan jas hujan. Ya, jadi, keberangkatan
dilakukan di malam hari. Ketika aku sampai, sudah ada
beberapa temanku yang sudah dating. Mereka membawa
tas yang cukup besar. Mereka juga terlihat senang. Ketika
semua sudah berkumpul, hujan mulai reda. Sehingga para
siswa tak perlu kehujanan untuk berjalan ke mobil
busnya. Kelasku kebagian mobil bus pertama, bersama
dengan kelas sebelah, yaitu 8.2. Setiap mobil ada guru
pembimbing. Dimobilku ada pak kepala sekolah dan
beberapa guru. Ketika semuanya sudah berada di dalam
bus, bus pun berangkat.
“Kita bakal ke berapa destinasi?” tanyaku pada Fiya dan
Mia.
“Ke lima destinasi kaluagak salah” jawab Mia.
“Ohh, kemanaaja?” tanyaku lagi.
“Ke Candi Borobudur sama ke mana lagi ya? Aku juga
lupa” jawab Mia lagi.
“Oh hokedeh Mia, makasih ya udah jawab. Kalau kamu
tahu gakFiya? Kita bakal ke mana aja?” tanyaku pada
Fiya.
“Aku juga gak tahu Mil” jawab Fiya.

79
Setelah mendengar jawaban Fiya, aku membuka jajanan
yang aku bawa.
“Mau gak?” tawarku pada Fiya dan Mia.
“Mau dong mil” ucap Mia.
“Aku juga mau, boleh gak?” tanya Fiya.
“Boleh” ucapku.
Setelah jajananku habis, aku berniat untuk tidur, begitu
punFiya dan Mia. Mereka berdua juga berniat untuk tidur.
Ketika bangun, aku melihat bahwa rombongan sekolah
kita tengah berhenti di sebuah rest area. Ibu guru yang
ada di busku juga bilang, bahwa kami akan mandi dan
makan di sini. Mendengar itu, aku segera membangunkan
Fiya dan Mia yang masih tertidur. Aku pun menjelaskan
kepada mereka mengenai berada di mana sekarang.
Setelah mendengar penjelasanku, Mia mengajak aku dan
Fiya untuk segera mandi.
“Ayo kita ke kamar mandi sekarang. Kalau nanti-nanti
takut makin rame” ucap Mia kepadaku dan Fiya.
Aku dan Fiyamenganggukkan kepala sebagai jawaban.
Ketika sampai di area mandi, sudah ada beberapa anak
dari sekolahku yang sedang mengantre untuk bergiliran
mandi. Aku, Fiya, dan Mia juga ikut mengantre. Ketika

80
sudah selesai mandi, aku, Fiya, dan Mia kembali ke mobil
untuk menyimpan baju kotor. Selanjutnya adalah jadwal
untuk sarapan. Semua siswa sarapan di rumah makan
yang ada di rest area tersebut. Setelah semua selesai
makan, para siswa kembali menaiki mobil busnya.
Perjalanan pun dilanjutkan.
Tempat yang didatangi pertama adalah Candi Borobudur.
Ketika rombongan sekolahku sampai, sudah banyak
orang yang berada di Candi Borobudur. Ketika sudah
diperbolehkan masuk, aku dan teman sekelasku
beriringan menuju ke Candinya.
***
Beranjak malam, bus terus melaju di jalanan. Hingga
akhirnya sampai di sebuah penginapan. Aku, Fiya, Mia,
dan Siti kebagian kamar di lantai dua yang terletak
hampir di ujung. Agak ngeri ya. Tapi, ketika masuk ke
dalam kamar, tidak mengerikan sama sekali. Di setiap
kamar ada TV, AC, Kasur, dan kamar mandi dalam.
Teman sekelasku ada yang mengeluhkan bahwa kran air
di kamarnya tidak menyala, ada juga yang mengeluhkan
bahwa AC dikamarnya tidak menyala. Untuk kamar yang
aku tempati alhamdulillah tidak bermasalah sama sekali.

81
Pukul 19.00 makan malam prasmanan sudah tersedia.
KM kelasku memberitahu lewat whatsapp bahwa untuk
segera makan malam. Aku, Fiya, Mia, dan Siti turun
bersama. Kami mengambil makan malam masing-masing.
Ketika akan duduk bersama mereka bertiga, ada anak
PKS yang memanggilku untuk duduk bersama mereka.
Aku izin kepada Fiya, Mia, dan Siti untuk duduk dengan
anak PKS. Setelah memberi izin, aku pun menghampiri
anak PKS.
“Widih kumpul di sini nih?” tanyaku pada anak PKS.
“Mil udah buka grup belum?” Ninda balik bertanya
padaku.
“Udah, kak Santi yang minta uang?” tanyaku.
“Iya, gimana itu?” tanya Rahma.
“Kalau nolak juga pasti bakal diminta kan?” tanyaku lagi.
“Bener si” jawab Aya.
“Tapi itu WA kak Sinta yang di grup belum ada yang
jawab” ucap Heni.
“Jawab sama kamu dong Mil” ucap Rahma.
“Lah kok aku?” tanyaku.
“Kan kamu ketuanya” jawab Ninda.
“Ya gasalah si” ucapku.

82
Setelah berucap itu, aku segera membalas WA kak Sinta.
“Udahku balas ya” ucapku.
“Ayo cepet makan dulu, nanti sakit kalau ga makan”
ucapku pada anak PKS.
Aku dan anak PKS pun memakan makan malam yang
kami ambil. Setelah selesai, kami kembali ke kamar
masing-masing.
Ketika sampai di kamar, aku melihat Fiya, Mia, dan Siti
tengah merebahkan diri di Kasur sembari menonton TV.
Aku ikut bergabung menonton TV dengan mereka.
Tiba-tiba handphoneku berdering, ada yang menelepon.
Ketika kuangkat terdengar suara Ninda.
“Mil, bawa pasta gigi gak?” tanya nya dari seberang sana.
“Bawa, kenapa?” tanyaku balik.
“Boleh minta? Sekalian mau minta tolong anterin pasta
giginya” ucap Ninda.
“Boleh-boleh. Oke, kamarmu nomor berapa?” tanyaku
lagi.
“ Nomor XX lantai 2” jawab Ninda.
“Oke, aku otw ya” ucapku.
Setelah mendengar jawabanku, Ninda mematikan
teleponnyaterlebih dahulu. Aku izin pada Fiya, Mia, dan

83
Siti untuk pergi ke kamar temanku. Aku berjalan sendiri
ke sana. Karena kamarnya sama-sama di lantai 2, aku
tidak perlu menuruni tangga. Di Lorong aku bertemu
dengan teman laki-laki sekelasku. Mereka tengah bermain
game. Aku pun tetap melanjutkan perjalananku menuju
ke kamarnya Ninda. Aku melewati tempat Shalat. Ketika
sudah melewati tempat Shalat, lorong yang menuju kamar
Ninda begitu sepi dan agak mencekam. Aku terus
berjalan. Hingga akhirnya sampai di kamarnya Ninda.
Tadinya aku akan langsung balik lagi. Namun, kata Ninda
tunggu aja dulu. Kalau dibalikkin nanti takutnya lupa dan
malah gakdibalikin. Aku pun menunggu di kamarnya
Ninda. Setelah semua orang di kamar Ninda mandi, aku
balik lagi ke kamarku. Suasananya agak seram, tapi aku
memberanikan diriku.
Ketika sampai di kamar, aku melihat Fiya, Mia, dan Siti
sudah tertidur. Aku cuci tangan dan kaki terlebih dahulu.
Setelah itu, aku juga segera tidur.
***
Ketika bangun di pagi hari badanku dingin. Bukan karena
sakit. Tapi, tubuhku dingin karena semalam AC dikamar
menyala dan aku tidur tanpa memakai selimut.

84
Aku, Fiya, Mia, dan Siti mandi bergantian. Dan ketika
sudah siap, kami berempat turun ke bawah untuk sarapan.
Setelah sarapan, kami berempat memindahkan barang-
barang yang ada di kamar ke mobil bus. Teman-temanku
yang lain juga mulai memindahkan barang bawaannya ke
bus. Setelah semua siswa sudah ada di dalam bus, bus
berangkat menuju destinasi selanjutnya.
“Eh katanya semalam ada yang kesurupan tahu” ucap
Mia.
“Hah? Siapa?” tanya Fiya.
“Rara anak 8.3” jawab Mia.
“Kok bisa? Emang jam berapa kesurupannya?” tanyaku
pada Mia.
“Katanya sih tengah malam. Jadi, ya, semalemtuh katanya
mati lampu terus pas mati lampu tuh Rara mulai teriak
gitu, terus temenkuAmel, langsung manggil guru kan.
Terus Rara kayak didoaingitu? Atau malah di ruqyah ya?
Tapi pokoknya abis itu tuh Rara pingsan” jawab Mia.
“Serem juga ya. Tengah malem kita udah tidur semua
ya?” ucapku.
“Iya. Jadi, kita gak tahu kalau ada yang kesurupan” ucap
Fiya.

85
“Boro-boro yang kesurupan, mati lampu aja kita gak
tahu” ucap Mia.
“Tapi kan kalua mati lampu harusnya AC gak sedingin itu
dong?” tanyaku.
“Kata Amel mati lampunya tuhgak lama. Jadi, setelah
Rara pingsan, gak berselang lama lampunya nyala lagi”
jawab Mia,
“Oh begitu ya” ucapku.
Tanpa aku, Fiya, dan Mia sadari, rombongan kami sudah
sampai di destinasi selanjutnya.
***
Setelah semua destinasi dikunjungi, rombonganku melaju
pulang. Karena perjalanan pulang ini pada malam hari,
maka yang aku lakukan hanya tidur. Fiya dan Mia pun
sama, mereka berdua memilih untuk tidur.
***
Rombongan sekolahku sampai di sekolah sekitar jam 3
pagi. Seperti biasa, aku membangunkan Fiya dan Mia.
Para siswa pun satu persatu mulai turun dari bus. Para
siswa masuk ke dalam sekolah terlebih dahulu. Para siswa
menunggu jemputan masing-masing di dalam. Ketika
sudah turun aku baru menelepon orang rumah untuk

86
minta jemputan. Yang mengangkat telepon adalah ibu, ia
bilang ayah akan menjemputku.
Aku menunggu jemputan bersama dengan teman-
temanku. Mereka terlihat mengantuk dan kelelahan. Aku
juga merasa seperti itu, rasanya ngantuk dan lelah. Tak
berselang lama, ayah sudah ada di depan, ia
meneleponku. Aku berpamitan pada teman-temanku
untuk pulang duluan.
“Guys, aku duluan ya” ucapku pada mereka.
“Ya Mila, hati-hati” balas mereka.
Aku berjalan ke depan dan melihat ayah yang sudah
menungguku. Aku menaiki motor dan ayah pun
melajukan motornya. Sampainya di rumah, aku
menyimpan barang bawaanku dan berganti pakaian
terlebih dahulu. Setelah itu, aku melanjutkan tidurku yang
sempat tertunda tadi.

87
Perkemahan

Tak terasa waktu berlalu, kini aku sudah kelas 9. Seperti


di kelas 8, siswa akan diacak lagi untuk menentukan
masuk kelas berapa mereka. Aku, Raina, dan Ridha tidak
sekelas lagi. Aku masuk kelas 9.1, Raina kelas 9.5, dan
Ridha 9.6. Aku sekelas lagi dengan Fiya dan Adi. Di
kelas 9 ini aku sekelas dengan salah satu anak PKS, yaitu
Ninda. Aku memutuskan untuk sebangku dengan Ninda
di kelas 9 ini.
Di kelas 9 ini ada yang namanya perkemahan. Setiap
kelas akan dibagi 4 regu, 2 regu putra dan 2 regu putri.
Aku termasuk ke dalam regu 1 putri. Regu 1 putri
beranggotakan : Aku, Oca, Dela, Ninda, Dya, Sasi, Yati,
Pira, dan Nadya.
Setiap hari Sabtu, kelas 9 melaksanakan kegiatan
pramuka. Cukup banyak hal yang dipelajari di pramuka.
Setelah beberapa bulan terus melaksanakan latihan
pramuka setiap hari Sabtu, akhirnya hari perkemahan pun
tiba.

88
Siswa kelas 9 naik mobil bak terbuka ke tempat
perkemahan. Ketika sampai di sana, hal yang pertama
dilakukan adalah membangun tenda. Pembangunan tenda
reguku dibantu oleh Mamahnya Oca. Tenda milik reguku
agak berbeda dengan regu lain. Tenda milik reguku agak
pendek dan lebih lebar ke samping. Tendaku sampai
dibilang kendang bebek karena kondisinya.
Setelah selesai mendirikan tenda, upacara pembukaan
perkemahan dimulai. Setelah itu, langsung dilanjut
dengan perlombaan. Perlombaan yang pertama
diperlombakan adalah cerdas cermat. Perwakilan dari
reguku yang mengikuti cerdas cermat adalah aku, Pira,
dan Oca. Pada babak pertama ini, setiap regu diberi soal
yang harus dikerjakan. Reguku menjawab soal dengan
benar cukup banyak, sehingga reguku masuk ke babak
selanjutnya. Aku, Pira, dan Oca pun kembali ke tenda.
“Gimana hasilnya?” tanya Dela pada kami bertiga.
“Menang dong, kita masuk babak selanjutnya” jawab
Oca.
“Widih keren” ucap Dela dan Ninda bersamaan.
“Wih selamat ya” ucap Dya.
“Keren banget temenku” ucap Sasi.

89
“Mantap” ucap Nadya.
“Abis ini lomba apalagi deh?” tanyaku.
“Lomba rakit pionering kalau gak salah” ucap Dya.
“Eh iya, ini kita juga lagi lomba liwet tahu” ucap Nadya
memberi tahu.
“Eh iya? Udah bikin liwetnya?” tanya Oca.
“Aman. Nadya udah bikin dari tadi” jawab Ninda.
“Wih keren-keren” ucap Oca.
“Pionering kita ngirimin siapa deh sebagai perwakilan?”
tanya Dela.
“Ninda, Mila, sama Dya. Iyakan?” jawab Sasi dan balik
bertanya.
“Iya, aku, Mila, sama Dya yang ikut lomba pionering”
jawab Ninda.
“Nanti yang satu orang bikin tandu kan? Yang duanya
buat tiang bendera” ucap Dya.
“Iya, yang bikin tandu Mila, yang bikin tiang bendera aku
sama kamu Dya” jawab Ninda.
“Takut gabisa aku” ucapku.
“Bisa, kemarinkan udahlatihan” ucap Dela.
Beberapa menit kemudian, panitia mulai memanggil
perwakilan setiap regu yang akan mengikuti lomba

90
pionering. Aku, Ninda, dan Dya segera mendekati panitia.
Kami mengikuti panitia untuk menuju tempat
perlombaan. Setelah semua peserta tiba, lomba dimulai.
Setelah selesai, kami bertiga kembali ke tenda.
“Gimana hasilnya?” tanya Oca.
“Gak tahu, kayaknya kalah deh. Regu lain ada yang lebih
cepet dan lebih rapi” jawab Ninda.
“Jangan sedih, kalian udah usaha sebisa kalian” ucap Oca.
Ninda hanya menganggukkan kepalanya.
“Eh iya, abis ini lomba jelajah alam kan?” tanya Sasi.
“Iya, lomba selanjutnya jelajah alam” jawabku.
“Deg-degan banget” ucap Sasi.
Tak lama kemudian, panitia memanggil reguku untuk
segera melakukan pemberangkatan jelajah alam. Jadi,
pemberangkatan berurutan sesuai kelas. Karena reguku
merupakan kelas 9.1 dan regu pertama di kelas, maka
reguku yang pertama berangkat untuk jelajah alam.
Reguku mulai melakukan jelajah alam. Ada beberapa pos
yang harus kami datangi. Di setiap pos, kami akan
diberikan pertanyaan. Sebisa mungkin pertanyaan
tersebut bisa dijawab,

91
Setelah melewati beberapa pos dan menjawab berbagai
pertanyaan, akhirnya reguku tiba di pos terakhir. Pos
terakhir bukan memberikan pertanyaan yang harus
dijawab. Di pos terakhir ini, reguku diminta untuk
menunjukkan senam kreasi yang sudah reguku siapkan.
Aku dan anggota reguku pun menampilkan senam kreasi.
Ketika selesai, reguku dipersilakan untuk kembali ke area
perkemahan. Sampainya di area perkemahan, reguku
menghampiri panitia terlebih dahulu untuk melaporkan
bahwa regu pertama telah tiba dari jelajah alam. Setelah
itu, reguku kembali ke tenda. Kami segera membersihkan
diri dan berganti pakaian karena pakaian yang dipakai
untuk jelajah alam sudah cukup kotor. Akan terasa tidak
nyaman jika terus digunakan.
Malamnya, lomba cerdas cermat dilaksanakan lagi. Kali
ini penentuan siapa yang akan menjadi juaranya. Setelah
persaingan sengit yang dilakukan antar regu, akhirnya
perlombaan ini dimenangkan oleh reguku.
***
Hari ke dua di perkemahan di mulai dengan senam pagi
bersama. Para peserta berbaris sesuai regunya masing-

92
masing. Setelah senam, para peserta sarapan di tenda
masing-masing.
Sekitar pukul 9 pagi, perlombaan kembali dimulai.
Anggota reguku satu persatu menjadi perwakilan dari
lomba yang diselenggarakan. Meski hasilnya tak begitu
memuaskan, yang penting semuanya merasa senang
ketika mengikuti perlombaannya.
Setelah semua perlombaan selesai, peserta diperbolehkan
untuk bersantai. Perlombaan selesai sekitar jam 5 sore.
Sembari menunggu Magrib, para peserta diperbolehkan
untuk jajan atau melakukan apa saja.
Malamnya ada api unggun. Sebelum api unggun
dinyalakan, ada upacaranya terlebih dahulu. Ketika api
unggun dinyalakan, rasa hangat mulai menguar ke seluruh
tubuh. Setelah upacara api unggun selesai, dilanjut
dengan penampilan-penampilan. Aku dan beberapa
temanku dari kelas lain melakukan dance. Ketika acara
selesai, para peserta dipersilakan untuk kembali ke
tendanya masing-masing.
Ketika acara tampilan berlangsung, Oca merasa tidak
enak badan. Ia pun pergi ke posko. Dan sampai acara
selesai, Oca masih di posko. Aku dan Nadya yang

93
penasaran dengan kondisi Oca, memutuskan untuk pergi
ke posko. Namun, ketika akan ke posko, aku dan Nadya
melihat ada salah satu anak yang tengah kesurupan.
Karena penasaran, aku dan Nadya mampir untuk melihat
agak dekat yang kesurupan itu. Ketika sudah cukup dekat,
anak yang kesurupan itu memperhatikan aku dan Nadya.
“Nad agak jauhan dikit yuk litanya” ucapku.
“Emang dari sini kenapa?” tanyanya.
“Itu anaknya ngeliatin kita” jawabku.
Nadya pun memperhatikan mata anak itu. Setelah itu,
Nadya menarikku untuk mulai menjauh. Mungkin anak
itu sadar jika aku dan Nadya mulai menjauh. Anak itu
juga makin mendekat, hingga akhirnya dia akan
mengejarku dengan Nadya. Aku dan Nadya langsung lari
ke arah tenda. Anak itu juga menuju ke arah tenda
reguku. Aku dan Nadya sudah berada di depan tenda dan
berniat untuk masuk. Sebelum anak itu bisa mendekat,
guru yang dari tadi memeganginya kini memegangnya
kembali dan membawanya ke posko. Ketika melihat anak
itu tak jadi mendekat, aku dan Nadya tidak jadi masuk ke
dalam tenda.
“Nad, kan Oca ada di posko” ucapku pada Nadya.

94
Ia mengangguk sebagai jawaban.
“Anak yang tadi mau ngejar kita juga ada di posko”
ucapku lagi.
“Bismillah, ayo kita lihat keadaan Oca” ucap Nadya
sembari menarik tanganku,
Ketika sampai di depan posko, aku dan Nadya ragu untuk
masuk. Namun, akhirnya aku dan Nadya masuk ke dalam
posko. Ternyata anak yang tadi berada tak jauh dari Oca.
Untuk bisa sampai ke Oca harus melewati anak itu
terlebih dahulu. Sedari aku dan Nadya masuk, anak itu
sudah memperhatikan. Ketika aku dan Nadya lewat di
depannya, dia menendang ke arah aku dan Nadya.
Namun, aku dan Nadya bisa menghindar, sehingga aku
dan Nadya tidak kena tendangannya. Anak itu pun
dipindahkan ke sisi posko yang lain. Jadi, sekarang ia
tidak terlalu dekat dengan Oca.
“Oca gimana keadaannya?” tanayaku pada Oca.
“Udah agak baikan tapi masih gaenak” jawab Oca.
“Mau tidur di tenda atau di sini?” tanyaku lagi.
“Di sini aja Ca kalau masih gak enak badan” bukan Oca
yang menyahut, tapi Nadya lah yang menyahut,
“Nah iya, di sini aja” Ucapku menimpali.

95
“Iya, di sini aja. Makasih ya udah ke sini” ucap Oca,
“Kita izin ke tenda duluan ya” ucap Nadya.
“Iya” balas Oca.
Aku dan Nadya pun berniat pergi ke luar. Namun, untuk
bisa ke luar, aku dan Nadya harus melewati anak itu lagi.
Anak itu juga mulai memperhatikan aku dan Nadya lagi.
Aku dan Nadya pun memberanikan diri untuk melewati
anak itu. Aku dan Nadya berlari kecil ketika melewatinya,
dan ketika sudah di luar, aku dan Nadya lari cukup
kencang menuju tenda. Sampainya di tenda, aku dan
Nadya pun tidur.
***
Hari ketiga adalah hari terakhir perkemahan. Di hari ini
akan ada upacara penutupan dan pembagian hadiah.
Reguku mendapat juara umum kedua dan tenda reguku
yang katanya tenda bebek merupakan juara pertama
dalam bidang perlombaan tenda.
Setelah upacara selesai, para peserta mulai membongkar
tenda mereka. Jemputan mobil bak terbuka juga mulai
berdatang. Itu adalah mobil yang dibayar sekolah untuk
mengangkut para peserta. Sampainya di sekolah, anak-
anak kelas 9 satu persatu mulai pulang ke rumahnya

96
masing-masing. Dan ketika jemputanku sudah datang,
aku berpamitan kepada temanku untuk pulang duluan.
Sampainya di rumah, aku langsung pergi tidur.
***
Dari perkemahan itulah, anggota reguku mulai akrab dan
sering bermain bersama.
***
Ketika semester 2 di kelas 9. Pada bulan Maret, mulai
tersebar virus corona di Indonesia. Sehingga
pembelajaran diubah menjadi online. Dari yang tadinya
ke sekolah, kini hanya berdiam diri di rumah. Awalnya
para guru memberi tahu bahwa pembelajaran online ini
berlangsung selama dua minggu. Namun, setelah dua
minggu, sekolah tetap online. Kala itu, virus di Indonesia
juga semakin menyebar. Sampai aku lulus dari SMP pun,
virus corona tetap ada dan semakin menyebar.
Acara kelulusan yang sudah dirancang dengan rapi
juga menjadi kacau akibat adanya virus corona. Tadinya
perpisahan akan diusahakan tetap ada. Namun, melihat
kasus yang terkena virus corona semakin banyak, sekolah
tidak memperbolehkan adanya kelulusan.

97
Akhirnya angkatanku lulus tanpa adanya acara kelulusan
seperti tahun-tahun sebelumnya. Ujian Nasional (UN)
juga ditiadakan kala itu, sehingga angkatanku lulu hanya
dengan nilai ujian sekolah.

98
Tingkat Atas

Aku menjadi anak SMA ketika virus corona masih ada.


Jadi, pembelajaran dilakukan secara daring. Ketika ospek
saja saat itu hanya perwakilan satu orang dari setiap
sekolah. Kali ini aku sekelas dengan Ridha, tapi tidak
dengan Raina. Raina berada di kelas 10 MIPA 2,
sedangkan aku dan Ridha kelas 10 MIPA 1. Aku juga
sekelas dengan Adam, ketika SMP dia menjadi ketua
perpisahan dan aku wakilnya, sehingga aku cukup
berteman dekat dengan Adam. Aku juga sekelas dengan
Iki, ketika SMP kelas 8, aku sekelas dengan Iki.
Di kelas 10 ini terkadang aku di rumah sendiri. Ibu ikut
berangkat ke Jakarta bersama ayah. Kak Atha memang
jarang pulang ketika sudah dapat pekerjaan, sehingga aku
sendirian di rumah. Ada nenek juga sebetulnya, tapi dia
jarang menginap di rumahku, karena rumahku dan
nenekku itu tidak terlalu dekat. Jadi, nenek jarang
menginap, kecuali jika aku yang meminta.
Mungkin karena efek sekolah menjadi online. Di kelas
10 semester 1 ini aku mengerjakan tugas selalu lihat ke

99
Google, mengumpulkannya juga lumayan mepet ke
deadlineyang sudah ditentukan oleh sang guru. Saat itu
aku berubah. Aku menjadi sangat malas, aku juga
menutup diri dari orang-orang terdekatku. Hingga pernah
suatu ketika, aku kumpul dengan temanku, aku merasa
kurang nyaman waktu itu.
Ketika ujian semesteran juga. Aku tak peduli dengan
nilai. Mau mendapat 50 pun tak apa, yang penting aku
sudah mengerjakan. Itulah prinsipku saat itu. Hingga
akhirnya, pada saat pembagian rapor, peringkatku
melonjak naik. Di SMP, biasanya aku mendapat peringkat
pertama. Namun, ketika kelas 10, aku mendapat peringkat
lima. Aku agak kaget melihat peringkatku. Aku masih
agak tidak percaya aku bisa mendapat peringkat yang
cukup besar.Ibu tidak mempermasalahkan aku peringkat
berapa. Dia yang menenangkanku.
“Gapapa ya sayang gak jadi yang pertama. Yang penting
kamu udah usaha sebisa kamu” ucap ibu padaku waktu
itu.
Berbeda dengan ayah. Ayah agak marah waktu itu. Kata
ibu, ayah marah karena biasanya aku sering peringkat
satu, tapi kenapa sekarang malah naik jadi peringkat lima.

100
Ayah marah karena aku tidak bisa menjaga peringkat
yang sering kudapat, yaitu peringkat pertama. Namun,
meski tahu ayah marah pun, aku masih tidak peduli
dengan peringkat dan nilai-nilai sekolahku.
Untuk reaksi kak Atha, dia kecewa kepadaku.
Alasannya sama seperti alasan ayah marah padaku. Kak
Atha tahu bahwa aku anak yang cukup pintar untuk
berusaha mendapat peringkat pertama di SMA. Makanya
ia kecewa padaku, kenapa aku tidak bersungguh-sungguh
untuk mendapatkan peringkat satu itu.
***
Hidupku makin tidak terurus ketika bulan puasa waktu
itu. Karena ketika puasa waktu itu, aku di rumah sendiri,
sehingga tidak ada yang mengingatkanku untuk makan
atau membangunkan aku sahur. Puasa waktu itu aku
jarang bangun ketika waktu sahur. Karena sekolah pun
masih online. Jadi, aku jarang sahur. Meskipun begitu,
aku kuat puasa sampai magrib. Ketika waktunya buka
puasa, aku hanya berbuka saja. Untuk makan, aku
melakukannya ketika waktu sudah agak malam, sekitar
jam 8 sampai 10. Kala itu, aku biasa makan malam sekitar
jam segitu. Ketika makan juga aku sering memakan

101
makanan pedas. Hingga akhirnya, akibat dari hidupku
yang tidak terurus dan sembarangan itu, aku jatuh sakit.
Sebetulnya ketika kelas 8 SMP, aku pernah sakit. Itu
adalah sakit yang lumayan parah. Aku lemas dan susah
untuk bangun. Sekitar semingguan aku baru bisa
beraktivitas lagi seperti biasanya. Untung saja, ketika
kelas 8 SMP, aku sakit di libur semesteran. Karena dari
itu, meskipun aku sakit seminggu, sakitnya tidak
mengganggu sekolah. Ketika kelas 8 SMP itu, aku sakit
karena terlalu banyak memakan makanan pedas.
Harusnya sejak saat itu, aku mengurangi makan makanan
pedas. Namun, karena waktu itu aku sendirian saja di
rumah, sehingga tidak ada yang menegurku ketika aku
makan makanan pedas yang banyak.
***
Aku menelepon ibu, karena perutku sakit. Ibu
menyuruhku untuk minum obat mag yang ada terlebih
dahulu. Aku menurut. Namun, sakit perutku masih tetap
ada. Kurasa magku kambuh, sehingga ibu memutuskan
untuk pulang duluan.
Ketika ibu sudah di rumah, ibu membawaku ke dokter.
Dan benar, ternyata magku kambuh. Magku kali ini

102
kambuh karena sering telat makan dan mengisi perut yang
kosong dengan makanan pedas. Dokter memberi resep
obat dan ketika selesai mengantre mengambil obat, aku
dan ibu pulang ke rumah.
Waktu itu, aku sakit bertepatan dengan aku yang
menstruasi. Sehingga, aku tidak menambah bolong puasa
waktu itu.
“Jangan dulu makan pedas ya sayang. Kamu harus
lebih peduli sama tubuh kamu” ucap ibuku waktu itu.
“Iya ibu, aku usahakan” jawabku.
“Bukan lagi diusahakan, tapi kamu harus peduli dengan
tubuhmu. Kamu sendiri yang akan merasakan sakit jika
kamu tak menjaga tubuh dengan baik” ucap ibuku lagi.
“Iya ibuuusiapp” balasku.
***
Di kelas 10 semester 2prestasiku masih menurun. Di
semester 2 ini, aku mendapat peringkat ke empat.
Peringkatku lebih kecil dibanding semester 1. Tapi, tetap
saja. Meski peringkatku menjadi lebih kecil, ayah tetap
marah akan hasilnya. Alasan ayah marah seperti alasan ia
marah ketika aku mendapa peringkat 5.

103
Meski mendapat peringkat 4. Di kelas 10 semester 2
ini aku mengikuti Olimpiade. Aku ditunjuk untuk
mengikuti Olimpiade di bidang komputer. Persiapan yang
aku lakukan kala itu kurang maksimal, sehingga aku tidak
mendapatkan peringkat. Aku sadar diri untuk hasil
olimpiade ini. Aku memang jarang belajar untuk
persiapan Olimpiade. Waktu itu, belajar materi sekolah
saja jarang, apalagi materi untuk Olimpiade.
Ketika liburan semester tiba, aku mulai sadar. Aku tak
bisa terus-terusan menjadi orang yang malas. Maka dari
itu, ketika libur semesteran, aku mencari tahu mengenai
materi apa saja yang akan aku temui di kelas 11 nanti.
Aku juga sedikit menulisnya. Waktu itu aku bertekad,
nanti di kelas 11 aku tidak akan membuat ayah marah
atau kak Atha kecewa atas peringkatku.
Virus corona masih ada ketika aku liburan semester.
Aku yang berniat ingin liburan pun mengurungkan niat,
karena pasti tempat wisata juga ditutup. Meski aku tidak
jadi pergi liburan, aku masih tetap bermain dengan
teman-temanku. Aku bermain dengan mereka satu kali
saat libur semesteran. Aku bermain bersama dengan
teman SMP ku yang delapan orang itu. Aku dan mereka

104
main di rumah Dela. Karena kami tahu tempat wisata
pasti di tutup, makanya kami bermain di rumah saja.
Setidaknya kami temu kangen haha.Aku juga bermain
dengan Raina dan Ridha saat libur semesteran. Kami
bertiga juga hanya main di rumah, tidak bepergian ke
tempat wisata.

105
Momen Bahagia

Setelah sekitar satu tahun aku belajar di rumah,


akhirnya aku naik ke kelas 11. Awal-awal semester 1,
pembelajaran masih dilaksanakan secara online. Tapi,
ketika pertengahan semester sudah ada lagi pembelajaran
tatap muka. Meski masih di sesi per minggu setiap
kelompok, tapi kini sekolah tidak hanya lewat online saja.
Sekolah sudah bisa tatap muka lagi karena kasus orang
yang terkena virus corona sudah mulai menurun. Meski
sudah ada tatap muka lagi, ada beberapa ketentuan yang
harus dipatuhi kala itu. Setiap siswa harus memakai
masker ke sekolah dan tidak lupa untuk membawa
handsanitizer. Para siswa juga diwajibkan untuk
membawa bekal dari rumah, karena kantin sekolah tidak
akan ada yang buka.
Aku masuk ke dalam kelompok B. Jadi, nomor absen
1-18 itu kelompok A dan nomor absen 19-36 itu
kelompok B. Karena nomor absenku adalah 20, jadi aku
masuk ke dalam kelompok B. Ridha juga masuk ke dalam
kelompok B, nomor absennya adalah 35. Raina juga

106
masuk kelompok B, karena nomor absen dia di sekitar
nomor 20an. Jadi, meski berbeda kelas, sesi kami ke
sekolah akan tetap sama, karena kami sama-sama
kelompok B.
Ujian semesteran pun di lakukan sesi. Ujian
semesteran sekolahku dilaksanakan selama delapan hari.
Setiap kelompok akan melaksanakan ujian 4 hari di
sekolah dan 4 hari di rumah. Yang melaksanakan ujian 4
hari pertama di sekolah adalah kelompok A, sehingga di 4
hari pertama ini aku melaksanakan ujian di rumah. Untuk
4 hari terakhir, yang melaksanakan ujian di sekolah
adalah kelompok B, sehingga di 4 hari terakhir ini aku
melaksanakan ujian di sekolah.
Setelah ujian selesai ada yang namanya porak. Jadi,
porak itu singkatan dari pekan olahraga antar kelas.
Sembari menunggu pembagian rapor,porak di adakan.
Olahraga yang diperlombakan ada tiga, yaitu futsal putra,
voli putri, dan e-sport. Namun, waktu itu aku sakit,
sehingga aku tidak bisa datang ke sekolah ketika porak.
Setelah porak selesai, tibalah hari pembagian rapor.
Rapor akan diambil oleh orang tua siswa, maka dari itu
siswa tidak diwajibkan ke sekolah. Aku tidak ikut ibu

107
pergi ke sekolah, karena teman sekelasku juga bilang di
grup whatsapp bahwa mereka tidak ikut ke sekolah.
Sekitar jam 11 siang ibu baru pulang dari sekolah.
“Gimanabu raporku?” tanyaku pada ibu.
“Alhamdulillah, kamu dapet peringkat satu” jawab
ibu.
“HAH? BENERAN IBU?” tanyaku lagi.
“Betul kok” jawab ibu.
“YEYYYY ALHAMDULILLAH. AKHIRNYA AKU
BISA PERINGKAT SATU LAGI” ucapku senang.
“Mau menelepon ayah gak?” tanya ibu.
“MAUUU” jawabku dengan semangat.
Akhirnya aku dan ibu menelepon ayah.
“Assalamu’alaikum, halo Ayah. Aku peringkat satu
sekarang” ucapku pada ayah.
“Waalaikumsalam. Nah gitudong, hebatnya putri
ayah” balas ayahku.
“Hehehehe, soalnya kemarin aku bertekad supaya di
kelas 11 ayah gak marah lagi ke aku soal peringkat”
ucapku lagi.
“Iya, kerennya anak ayah. Pertahankan kan ya” ucap
ayahku.

108
“Ayah aku sambungintelepon ke kak Atha juga ya”
ucapku.
“Kak Atha lagi jadwal kerja kalau sekarang” ucap
ibuku.
“Eh, iyakah? Yahhh, kalau gitu aku gak jadi
sambungin teleponnya ke kak Atha” ucapku.
***
Semester dua di kelas 11 sudah tiba. Pembelajaran di
awal-awal semester ini masih dilakukan sesi kelompok.
Setelah satu bulan berlalu, persebaran virus corona mulai
berhenti menyebar. Pemerintah juga mulai membuka
tempat-tempat yang tadinya ditutup karena corona. Salah
satu tempat yang dibuka adalah sekolah. Jadi, kini tidak
perlu ada sesi kelompok A dan kelompok B lagi.
Di semester dua kelas 11 ini aku dipilih untuk
mengikuti Olimpiade lagi. Bukan Olimpiade komputer
lagi, melainkan Olimpiade matematika. Setiap mata
pelajaran mengirimkan tiga perwakilan. Untuk
matematika yang mewakili adalah aku, Adam, dan Fitri
dari kelas sebelah. Sebelum hari perlombaan, para siswa
yang mengikuti Olimpiade melakukan pelatihan online

109
terlebih dahulu. Pelatihan online ini dilaksanakan selama
tiga bulan.
Setelah tiga bulan, hari perlombaan tiba. Perlombaan
dilaksanakan secara online, yaitu dengan mengisi soal
yang disediakan. Setiap bidang mata pelajaran memiliki
waktu yang berbeda untuk mengerjakan soal. Untuk
bidang mata pelajaran matematika diberi waktu selama
120 menit atau 2 jam untuk mengerjakan 20 butir soal.
Soal yang diberikan berbentuk esai atau isian, bukan
berbentuk pilihan ganda. Di bidang matematika ada
ketentuan mengerjakan soal. Untuk 10 soal pertama, jika
menjawab salah tidak akan dikurangi nilainya.
Sedangkan, untuk 10 soal terakhir akan dikenai
pengurangan poin jika jawabannya salah.Ketika
mengerjakan soal, aku hanya mengisi 10 soal pertama.
Karena kata guru pembimbing olimpiade matematika,
pakAdit, ia bilang bahwa jika 10 soal terakhir tidak yakin
maka tidak perlu dijawab.Setelah dua jam bertarung
dengan soal matematika, aku, Adam, dan Fitri ke luar
ruangan.
“Tadi bisa jawab semua gak?” tanya Adam padaku
dan Fitri.

110
“Aku ngisi nomor 1 sampai 10” jawab Fitri.
“Aku juga” ucapku.
“Kalian mau balik ke kelas?” tanya Adam lagi.
Fitri menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Aku pusing dam, kayaknya bakal ke UKS” jawabku.
“Aku ikut deh ke UKS” ucap Adam.
“Aku duluan kalau gitu” pamit Fitri.
Setelah Fitri pamit, aku dan Adam menuju UKS.
Sampainya di UKS, ada beberapa anak yang sedang
berbaring di ranjang UKS. Mereka juga sakit, makanya
mereka ada di UKS. Aku naik ke salah satu ranjang yang
masih kosong. Kemudian, aku langsung memejamkan
mataku.
Aku bangun sekitar jam 3 sore, bertepatan dengan jam
pulang sekolah. Ketika bangun aku masih berbaring di
ranjang UKS. Kepalaku masih sedikit pusing, maka dari
itu aku belum beranjak dari ranjang UKS. Setelah di rasa
pusingnya agak hilang, aku bangun dan terduduk di
ranjang UKS. Tak lama kemudian, terlihat Raina, Ridha,
dan Iki masuk ke UKS. Ridha juga membawakan tas ku.
Mereka bertiga ke sini untuk melihatku.
“Tepar dia abisngitungmtk” ucap Adam memberi tahu.

111
“Ngga ya, cuma pusing doang” ucapku.
“Lah orang kamu tadi tidur Mil” ucap Adam.
“Masih pusing?” tanya Ridha.
Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban. Raina
juga sebenarnya mengikuti Olimpiade, ia ikut Olimpiade
fisika. Namun, karena Olimpiade dilaksanakan selama
dua hari dan Raina kebagian hari pertama, sedangkan aku
hari kedua. Sehingga, aku dan Raina tidak berada di hari
yang sama untuk melaksanakan Olimpiade. Makanya ia
juga baru tahu saat pulang sekolah bahwa aku berada di
UKS.
Setelah aku merasa pusingku hilang, aku mengajak
Raina dan Ridha pulang. Aku juga mengajak Adam dan
Iki untuk segera pulang. Namun, karena Adam dan Iki
ada urusan, akhirnya mereka tidak ikut pulang.
Setelah dua minggu berlalu, pengumuman hasil
Olimpiade sudah ke luar. Namun, sayang sekali di antara
aku, Adam, dan Fitri tidak ada yang masuk dalam daftar
nama juara. Agak sedih karena tidak ada namaku di daftar
juara. Tapi, bagaimana pun hasilnya, yang terpenting aku
sudah berusaha dan berjuang sebisaku untuk Olimpiade
kali ini.

112
Setelah Olimpiade tak lama kemudian, aku melaksanakan
UAS. Untuk UAS kali ini, sekolah memperbolehkan
semua siswanya untuk ujian akhir semester di sekolah.
Sebelum pelaksaan UAS, setiap siswa dibagi kartu data
diri dan jadwal UAS. Kelasku kebagian ruangan 19 dan
20. Karena absen ku ada di tengah dan aku termasuk
kelompok B, aku melaksanakan ujian di ruangan 20. UAS
kali ini berlangsung selama 8 hari. Setelah UAS, diadakan
porak seperti tahun sebelumnya.
Ketika porak selesai, hari pembagian rapor pun tiba.
Rapor di ambil lagi oleh orang tua. Per angkatan dibagi
rapor di hari yang berbeda. Karena kelas 12 sudah lulus,
maka hanya ada pembagian rapor untuk kelas 10 dan
kelas 11. Pembagian rapor kelas 11 dilaksanakan di hari
kamis dan kelas 10 di hari Jumat. Para siswa yang masuk
peringkat satu sampai tiga dipanggil ke sekolah. Jadi, jika
yang lain hanya orang tuanya saja yang ke sekolah. Tapi,
bagi yang mendapat peringkat, ia juga harus ke sekolah.
Setelah pembukaan, penyebutan peringkat pun
dimulai. Kelas MIPA lah yang terlebih dahulu disebutkan
peringkatnya. Bagi anak yang namanya disebut pun maju
ke depan. Alhamdulillah namaku disebut ketika

113
penyebutan peringkat pertama di kelas 11 MIPA 3.
Setelah semua kelas MIPA disebutkan peringkatnya,
dilakukan pengalungan medali oleh orang tua siswa yang
mendapat peringkat. Setelah pengalungan medali
tersebut, orang tua dan siswa MIPA dipersilakan duduk
kembali. Kemudian giliran anak IPS yang disebutkan
peringkatnya. Anak IPS juga sama, orang tua mereka juga
mengalungkan medali pada mereka. Ketika acara
pengalungan medali sudah selesai, para orang tua siswa
dipersilakan untuk pergi ke kelas anaknya masing-
masing. Di kelas, rapor masing-masing siswa dibagikan.
Dan ketika semua rapor di kelas itu sudah dibagikan, para
orang tua siswa dipersilakan untuk pulang.
***
Sampainya di rumah, aku langsung menelepon ayah
dan kakak.
“Assalamu’alaikum, hallo-hallo” ucapku pada telepon.
“Waalaikumsalam” ucap ayah dan kakak hampir
bersamaan.
“Alhamdulillah aku peringkat pertama” ucapku.
“Aku juga dapet medali loh. Soalnya semester ini yang
dapet peringkat satu sampai tiga dikasih medali.

114
Medalinya juga tadi dikalungin langsung sama ibu”
ucapku lagi.
“Alhamdulillah, pinternya anak ayah. Selamat ya”
ucap ayahku.
“Wihadek keren!! Nanti kalau kakak udah gajian, kakak
beliin hadiah ya. Adek mau apa??” tanya kakakku.
“Nanti ajaaa hadiahnya. Aku kan pengen kuliah, nah
pasti butuh laptop kan ya. Jadi, aku minta nanti aja waktu
aku udah mau kuliah” jawabku.
“Oke deh, kalau emang mau sekarang juga gapapa.
Nanti tinggal bilang ke kakak kalau kamu mau apa” ucap
kakakku.
“Oke kak siap!!” balasku.
Aku dan keluargaku pun lanjut mengobrol. Hingga
tidak sadar, bahwa hari sudah menjelang malam. Ayah
dan kakak izin menutup teleponnya, mereka izin untuk
melanjutkan aktivitas mereka. Setelah izin, telepon pun
berakhir.

115
Kelas Akhir

Kini aku menginjak kelas akhir, yaitu kelas 12. Karena


virus corona sudah tidak ada dan pandemi juga sudah
dihilangkan, pembelajaran dilakukan full tatap muka.
Di kelas 12 ini, aku merasa bahwa tugas yang
diberikan oleh guru lebih berat. Deadlinenya pun
terkadang sangat cepat.Belum lagi, banyak juga tugas
kelompok. Belum lagi, di kelas 12 ini ada persiapan untuk
masuk perguruan tinggi. Kelas 12 juga masih aktif dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Karena hal itulah, di
kelas 12 ini aku merasa lebih sibuk dibandingkan dengan
aku saat kelas 10 dan kelas 11.
Banyaknya kegiatan membuat daya tahan tubuhku
menurun. Aku jadi lebih mudah sakit. Puncaknya adalah
ketika aku terkena gejala tifus. Aku sampai di infus
karena terkena gejala tifus.
Awalnya adalah ketika aku sering begadang untuk
mengerjakan tugas. Saat itu adalah hari Jumat. Ketika
pulang sekolah, aku merasa tidak enak badan. Aku
memberi tahu kepada ibu, bahwa aku tidak enak badan.

116
“Ibu, aku ga enak badan” ucapku pada ibu.
Ibu menempelkan tangannya pada jidatku.
“Anget. Makan dulu ya, abis itu baru minum obat”
ucap ibu.
Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban. Setelah
selesai makan, aku minum obat. Kemudian, aku
membaringkan tubuhku di ranjang. Kondisiku benar-
benar tidak mengenakan. Pusing dan panas yang datang
membuatku merasa tak nyaman. Untuk tidur pun susah.
Namun, setelah lama terjaga, akhirnya aku tertidur.
Menjelang magrib, ibu membangunkanku.
“Mila, sayang, bangun. Tidurnya lanjut lagi abis isya”
ucap ibu membangunkanku.
Setelah isya, aku melanjutkan tidur yang tertunda tadi.
Sebenarnya kondisiku masih kurang mengenakan, tapi
aku memaksakan untuk tidur lagi. Karena, siapa tahu
besok pagi aku sudah enakan dan sehat kembali.
***
Esok paginya kondisiku masih kurang mengenakan.
Panas yang datang masih ada.Ibu yang tak tega melihat
kondisiku mengajakku untuk periksa ke dokter. Namun,
aku masih optimis bisa sehat tanpa ke dokter.

117
Siang harinya kondisiku masih sama, tetap tidak
mengenakan. Sampai sore pun kondisiku masih belum
berubah. Ibu memaksaku untuk pergi ke dokter. Karena
aku pun merasa sudah tidak kuat, akhirnya aku
mengiyakan ajakan ibu untuk pergi ke dokter. Aku pergi
ke dokter di antar oleh ibu dan ayah dengan
menggunakan motor. Ketika sampai dan di periksa,
dokter menyarankan untuk di infus.
“Gimana? Mau di infus?” tanya ibu padaku.
“Iya, boleh” ucapku.
Setelah itu, aku di pindahkan ke ruang infus. Infus pun
mulai dipasang oleh dokter. Ketika pemasangan aku
merasa takut, takut akan sakit yang jarum suntik berikan.
Namun, setelah infus dipasang, aku merasa bahwa jarum
suntik tidak sesakit itu.
“Ayah kalau mau pulang dulu gapapa, nanti kalau
infus abis mungkin bakal udah dan pulang. Nanti ibu
telepon ayah” ucap ibu pada ayah.
“Oke, ayah pulang dulu ya sayang” ucap ayah sembari
mengusap kepalaku.

118
Setelah ayah pulang, aku mencoba untuk tidur.
Karena, aku bingung harus melakukan apa jika tetap
terjaga.
Sekitar satu jam kemudian aku terbangun. Ketika aku
bangun, ada pasien baru yang datang. Ternyata itu adalah
salah satu warga desaku. Ibu yang tahu dan melihat
mereka pun menyapa mereka.
***
Menjelang magrib infusku masih ada setengah. Ibu
yang merasa lapar izin padaku untuk mencari makan
terlebih dahulu. Beberapa menit kemudian, ibu datang
membawa makanan. Ibu juga membawa bubur untuk aku
makan. Ibu makan duluan dan ketika selesai, ibu
menyuapi aku makan. Rasa makanan yang masuk ke
mulutku pahit, rasanya tidak enak.
“Ibu, boleh udahajaga makannya?” tanyaku pada ibu
yang baru menyuapiku 3 sendok makan.
“Kamu baru makan 3 sendok. Tambah dikit lagi ya,
supaya cepet sembuh” jawab ibu.
“Dikit aja tapi ya” ucapku.

119
Ibu mulai menyuapiku lagi. Pada sendok ke 8 aku
meminta untuk berhenti. Aku rasa sudah cuku makanku
kali ini. Jika diteruskan, bisa jadi aku akan muntah.
Ibu memberiku air minum. Ketika meminumnya, aku
merasakan rasa pahit dilidahku. Rasanya tidak enak jika
terus-terusan meneguk air putih. Akhirnya, aku hanya
meminum sedikit air minum yang ibu berikan padaku.
“Minum yang banyak sayang, jangan sampai kamu
kekurangan minum” ucap ibu.
“Pahit. Aku gasuka rasanya” ucapku.
Ibu yang mendengar itu meneguk air minum yang tadi
kuminum itu.
“Gak pahit kok rasanya” ucap ibuku.
“Tapi, kamu lagi sakit. Jadi, wajar kalau kamu bilang
air minum ini rasanya pahit” ucap ibuku lagi.
***
Sekitar jam 9 malam infusku tersisa sedikit lagi. Ibu
menelepon ayah, meminta untuk segera menjemputku dan
ibu. Sekitar dua puluh menit kemudian, ayah sudah
sampai. Ketika ayah sampai, ibu memanggil dokter dan
berkata bahwa infusku akan habis.
“Mau tambah atau udah?” tanya dokter padaku.

120
“Udah, dok. Aku pengen pulang” jawabku.
Mendengar itu, dokter mulai melepas infusku. Setelah
infus terlepas, aku pulang. Sampainya di rumah, aku
langsung pergi ke kamar dan merebahkan diriku di
ranjang.
Esok harinya, kondisiku lebih membaik dari kemarin.
Aku mulai bisa bangun dan berdiri. Namun, aku masih
belum bisa berdiri terlalu lama. Tubuhku masih lemas
jika harus berdiri lama. Meski tubuhku sudah lebih
membaik. Tapi, makanan dan minuman yang masuk ke
mulutku masih terasa pahit. Karena itulah, aku tidak
sekolah hari ini. Harusnya, hari ini aku sekolah. Tapi, ibu
tidak mengizinkanku. Ia bilang untuk istirahat terlebih
dahulu sampai aku benar-benar merasa lebih baik.
Sore harinya, tubuhku kembali panas. Kondisiku
kembali tidak mengenakan. Ibu yang khawatir
mengajakku kembali ke dokter. Tapi, ibu mengajakku ke
dokter yang berbeda. Aku sempat menolak, karena untuk
apa ke dokter lagi. Namun, ibu terus membujukku hingga
akhirnya aku mau ke dokter lagi.
Kali ini aku sampai dirontgen. Ketika hasilnya ke luar,
dokter bilang bahwa paru-paruku kotor. Dokter juga

121
bilang, bahwa aku terkena gejala tifus. Makanya panasku
masih naik turun sampai sekarang. Setelah itu, dokter
memberikan resep obat. Ibu pun menebus obatnya.
Setelah itu, aku dan ibu kembali ke rumah.
Sampainya di rumah, ibu menyuruh aku untuk makan
karena aku akan minum obat. Ibu menyuapiku. Setelah
itu, aku minum obat dan pergi tidur.
Esok harinya, aku masih belum pergi ke sekolah.
Kondisiku masih naik turun dan ibu masih belum
mengizinkan aku untuk pergi ke sekolah. Aku tidak pergi
ke sekolah sampai hari Jumat. Itu artinya, minggu ini aku
full tidak sekolah. Namun, ibu tidak mempermasalahkan
itu. Ibu bilang padaku bahwa yang penting aku sehat
dulu, baru habis itu aku boleh pergi lagi ke sekolah.
Di hari Sabtu kondisiku membaik. Selama seharian aku
tidak merasa pusing ataupun tidak enak badan. Ibu senang
melihatku sudah baikan. Tapi, ibu masih belum
mengizinkanku melakukan banyak hal. Ia menyuruhku
untuk tetap beristirahat terlebih dahulu.
Hari Minggu kondisiku juga baik. Di hari minggu ini
aku sudah mulai bisa mengerjakan tugas sekolah. Aku
mengerjakan tugas minggu ini yang harus dikumpul nanti

122
Senin. Sebelum mengerjakan, aku bertanya pada Ridha,
ada tugas apa saja yang dikumpul minggu depan. Setelah
tahu tugas apa saja yang harus dikumpulkan, aku mulai
mengerjakannya. Setelah tugas selesai, aku mengambil
handphonekudan menuju ranjang untuk berbaring. Ketika
sudah berbaring, aku mulai memainkan handphoneku.
Aku membuka aplikasi whatsapp. Aku membalas pesan-
pesan yang masuk. Ada pesan juga dari kak Wawa yang
belum akubalas.

Kak Wawa
HALOOO ADEK GUE KEMBALI!!
ADEKKKK GIMANA KABARNYA???
udah makan belum?
hari ini gue menjadi babu alias membantu ibu. gue juga
tadi jemput adik gue ke sekolahnya. lu hari ini
ngapainaja??

Mila
HALOOO KAKKK
gue baru sembuh nih, abis sakit hehe
gueudah makan, lu udah makan belum???
WIII KEREN DONGG MEMBANTU IBU. SLAMAT YAA
LU UDAH KERJA KERAS HARI INI!!!

123
Kak Wawa
LOH ADEK SAKIT APAAA??KENAPA BISA SAKIT?
udah minum obat belum? udah ke dokter belum?
adek istirahat yang cukupp, jangan kebanyakan
begadang:((

Mila
gejala tifus kak. gara-gara kebanyakan begadang
kayaknya kak, jadinya sakit deh:((
tadi pagi udah minum obattt. udah ke dokter juga, yang
pertama di infus, kalau yang kedua di rontgen
iyaaaa, nanti diusahaingak gadang lagii

Kak Wawa
CEPET SEMBUH YA ADEKKKKKKK!!!
ohh jadi lu dua kali ya ke dokternya? semogaabis ini ga
ke dokter lagi dancepet sehat lagi yaa!!

Mila
iya aamiin, makasiikakk!!!!
lu juga jaga kesehatan yaaa!
gue mau tidur dulu ya kak

124
Jadi, kak Wawa itu adalah orang yang ku kenal di media
sosial. Dia lebih tua dua tahun dariku.Aku berteman dekat
dengannya. Dia orang yang asyik dan menyenangkan.
Aku dan dia juga sefrekuensi. Jadi, menyenangkan ketika
mengobrol lewat WA dengannya. Aku juga sering
menceritakan keseharianku dengannya, begitu pun
sebaliknya, ia juga sering menceritakan kesehariannya
padaku. Banyak hal yang sudah aku ceritakan pada kak
Wawa. Mulai dari masalah hidup, masalah sekolah,
masalah pertemanan, kebingunganku mengenai masuk
perguruan tinggi, dan masih banyak hal lain lagi yang
sudah kuceritakan pada kak Wawa. Kak Wawa juga
sering bercerita mengenai dirinya padaku. Namun, karena
aku dan dia bertemu online. Jadi, aku belum pernah
bertemu dengan dia secara langsung. Semoga, aku dan dia
bisa bertemu dalam waktu dekat. Aku dan kak Wawa juga
sudah punya banyak rencana apa yang akan dilakukan
ketika kita bertemu. Semoga saja, rencana yang sudah aku
dan kak Wawa susun bisa tercapai untuk dilakukan.
Karena, membayangkannya saja sudah terasa
menyenangkan.
***

125
Esoknya, hari Senin, aku sudah bisa pergi ke sekolah.
Aku merasa sudah cukup kuat untuk bisa pergi ke
sekolah. Aku diantarkan oleh ayah ke sekolah.
Karena hari ini hari Senin, maka ada upacara bendera.
Aku ikut berbaris. Aku berbaris dengan Ridha. Awalnya
aku merasa kuat-kuat saja berdiri cukup lama. Namun,
ketika amanat upacara, aku mulai merasa pusing.
Penglihatanku mulai kabur. Dan akhirnya, aku pingsan.
Ketika membuka mata, aku sudah berada di UKS. Aku
dipapah untuk pindah dari tandu ke ranjang UKS oleh
anggota PMR. Setelah aku berada di ranjang dan
berbaring, aku mulai memejamkan mataku. Aku pun
tertidur.
Aku terbangun ketika upacara telah selesai. Karena
aku sudah merasabaikan, aku pun segera pergi menuju
kelas. Baru saja ke luar UKS, aku bertemu Ridha dan Kia.
Ternyata mereka mau menyusulku ke UKS.
“Loh, kok udah ke luar si?” tanya Kia padaku.
“Udahlah, udah biasa lagi” jawabku.
“Jangan maksain kalo gakuat” ucap Ridha.
“Kuat kok, aman. Yuk ke kelas” ajakku kepada
mereka.

126
Kami bertiga pun kembali ke kelas. Ketika di kelas,
aku bertukar tempat duduk dengan Ridha. Alasannya
karena, tempat dudukku tepat di arah angin kipas
sehingga lumayan dingin di situ, sedangkan tempat duduk
Ridha tidak terasa angin dari kipas tersebut. Aku juga
meminjam jaketnya Iki karena masih merasa dingin
meski sudah bertukar tempat duduk dengan Ridha. Aku
masih bisa menahan tidak enak badanku ketika istirahat
pertama. Namun, saat akan istirahat ke dua, aku tidak bisa
membayangkan apakah aku akan kuat atau tidak.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Aku pulang
diantar oleh Adam dan Ezi.
“Assalamu’alaikum” ucap Adam.
“Waalaikumsalam” ucap ibuku membukakan pintu.
“Kenapa sayang? Sakit ya?” tanya ibu
menghampiriku.
Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban.
“Terima kasih ya sudah mau mengantar Mila pulang”
ucap ibu pada Adam dan Ezi.
“Iya bu sama-sama. Kami izin kembali ke sekolah ya
bu” ucap Adam.
“Oh iya, silakan” balas ibuku.

127
Setelah mendengar jawaban ibuku, Adam dan Ezi pun
kembali ke sekolah. Aku pun segara di papah masuk ke
dalam. Aku menceritakan mengenai insiden pingsan tadi
di sekolah. Setelah itu, ibu menyuruhku untuk istirahat.
Aku pun, berbaring di kasur dan tak lama kemudian aku
pun tertidur.
Selasa sampai Kamis aku tidak sekolah. Ketika hari
Jumat, barulah aku sekolah. Ketika hari Jumat, aku
merasa tubuhku lebih enak dari kemarin.
***
Satu bulan telah berlalu semenjak aku sakit, kini aku
merasa bahwa tubuhku sudah sehat kembali seperti sedia
kala. Namun, di saat aku merasa tubuhku baik-baik saja,
esok harinya aku kembali sakit. Meski sakit, aku masih
bisa bersekolah di sakit yang ini. Ibuku pernah berkata,
bahwa, aku sakit juga bisa dikarenakan aku yang terlalu
memikirkan sesuatu. Memang benar, di kelas 12 ini aku
terlalu khawatir pada sesuatu, sehingga secara tak aku
sadari, aku sudah cukup stres. Kini, aku tak lagi terlalu
memikirkan sesuatu, sehingga sesuatu tersebut dapat
menjadi beban. Kini, aku menjalakan hidup dengan enjoy
dan happy.

128
Setelah aku yang sering sakit, terbitlah berbagai tugas
kelompok di sekolah. Sehingga pernah, waktu itu, satu
minggu full aku selalu pulang sore atau malam karena
kelompok itu. Meski banyak dan terkadang merasa
kewalahan, aku tetap mengerjakan tugas sebisaku.

129
Penutup

“Sayang, ayo makan dulu. Udah siang nih” ucap ibu


menghampiriku.
“Bentar, aku belum selesai rapi-rapi file dalam
flashdisknya” ucapku.
“Itu bisa nanti lagi, ayo cepet makan siang dulu” ucap
ibuku lagi.
Setelah berucap seperti itu, ibu pergi ke arah dapur
duluan. Aku membereskan dulu meja belajarku. Setelah
selesai, aku segera menyusul ibu ke dapur. Aku dan ibu
mengambil makanan dan memakannya bersama. Aku dan
ibu makan bersama di ruang TV. Setelah selesai, aku
menyimpan piring di tempat cucian kotor. Ketika piring
sudah berada di tempat kotor,aku kembali pada ibu. Aku
dan ia mengobrol ringan.
“Bu, aku mau masuk UNPAD” ucapku pada ibu.
“Udahmantep mau ke UNPAD?” tanya ibuku.
“Aaaaaaa...aku bingung. Aku juga tertarik sama IPB
dan UPI” ucapku lagi.

130
“Kalau jurusan, kamu udah tahu mau ke mana?”
tanyaibu padaku.
“Belum, aku pengen masuk ke situ, tapi aku juga
pengen masuk ke sini” jawabku.
“Dipikirkan lagi ya. Coba kamu juga ShalatIstikharah,
meminta petunjuk kepada Allah” ucap ibu padaku.
“Iya siap bu, nanti aku Shalat Istikharah” balasku pada
ibu.
“Pintarnya anak ibu” ucap ibu sembari mengusap
rambutku.
Ibu dan aku pun melanjutkan obrolan kami. Namun, di
tengah obrolan, Wafi tiba-tiba menangis. Ibu yang
mendengar Wafi menangis pun segera beranjak untuk
menghampiri Wafi.
“Wafi udah bangun, ibu ke Wafi ya” ucap ibu.
“Oke” balasku.
Setelah itu, aku kembali ke kamar. Aku meneruskan
kembali merapikan fileflashdisk.

131
TENTANG PENULIS

Mila Nurmala lahir di Kuningan pada 08 Mei 2005,


biasa dipanggil dengan panggilan ‘Mila’ atau ‘Bangmil’.
Anak bungsu dari dua saudara. Bersekolah di SMA
Negeri 1 Luragung dan mengikuti kegiatan literasi di
sekolah. Di SMA masuk jurusan MIPA, namun punya
ketertarikan padajurusan dirumpunSOSHUM untuk
kuliah. Menyukai sesuatu yang berkaitan dengan
menghitung. Senang juga mendengarkan lagu, lagu
favoritnya adalah Why’d You Only
CallMeWhenYou’reHigh?byArcticMonkeys.Menyukai
anime dan juga komik. Mempunyai cita-cita untuk masuk
PTN top 10 di Indonesia.
Untuk berakrab diri dengan Mila, bisa berkunjung ke:
IG : @mlanurma
Email : milanurmala252@gmail.com

132

Anda mungkin juga menyukai