Anda di halaman 1dari 82

KATA PENGANTAR 

1
DAFTAR ISI

2
Ini tentang anak perempuan
yang selalu di paksa kuat oleh keadaan
menjadi harapan keluarga
dan
rautnya selalu bahagia
tapi hatinya sangat terluka
ia sangat terluka
bukan karena cinta
tapi hal-hal yang ia percaya
tidak sesempurna
apa yang ia lihat

3
4
Prolog

Namaku Laila Komalasari, aku lahir di Kuningan


pada tanggal 14 Oktober 2005. Nama “Laila”
berasal dari bahasa Arab berati malam yang gelap
sedangkan “Komalasari” berasal dari bahasa Jawa
yang berarti wanita seindah batu permata jadi nama
“Laila Komalasari” berati Wanita seindah batu
permata yang lahir di malam yang gelap.

Aku terlahir dari rahim seorang wanita yang ku


sebut mamah. Mamah adalah wanita hebat yang
selalu aku banggakan, dia sosok yang penting dan
sangat istimewa dikehidupanku walaupun kadang
aku merasa kesal karena ia selalu memarahiku,
tetapi aku sadar bahwa itu salah satu bentuk kasih
sayang yang ia berikan kepada ku.

1
Ibuku bernama Emoh Dasmah yang lahir di
Kuningan pada tanggal 4 Juni 1975. Mamah
mempunyai kepribadian yang cenderung cuek
terhadap sekitar tetapi walaupun begitu, ia
sebenarnya sangat memperhatikan sekitarnya.
Selanjutnya ada ayahku yang bernama Jojo Sutarjo
yang lahir di Kuningan tanggal 12 Mei 1975. Kata
orang ayah merupakan cinta pertama untuk anak
perempuannya, dan ya benar saja ia cinta
pertamaku. Ayah benar-benar merupakan sosok
yang luar biasa, walaupun sifatnya sungguh
cerewet.

Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, yang


pertama ada kakak laki-lakiku bernama Didi
Tarmadi, ia sudah menikah dengan perempuan
pilihannya yang bernama Unah Waryunah dan
sekarang mereka sudah dikaruniai dua orang anak.
Lalu yang kedua kakak laki-laki lagi yang bernama

2
Asep Tio, ia juga sudah menikah dengan
perempuan pilihannya tahun lalu dan sekarang
mereka sudah dikaruniai satu orang anak.

Sejak kecil aku ingin sekali menjadi dokter,


mengapa begitu? Karena dari dulu sampai sekarang
setiap mamah dan ayah sakit, aku selalu ingin
membantu mereka supaya lekas sembuh. Tapi
nyatanya dulu aku terlalu kecil untuk membantu
mengobati rasa sakit yang mereka rasakan.

Membaca adalah hobiku. Menurutku dengan


membaca bisa mengatasi rasa jenuhku. Karena
memang aku bisa dibilang anak introvert dan
keseharianku hanya berdiam diri dirumah.
Waktu terus berjalan, kehidupanku saat kecil tidak
begitu ada masalah, karena aku dulu hanya

3
bisa menangis dan tertawa. Pikiranku waktu kecil
Cuma satu, yaitu bermain setiap waktu.
Sebelum aku menemukan kebahagian hidupku,
banyak hal-hal buruk dan menyedihkan yang ku
hadapi, jika ada orang yang mengatakan bahwa
kehidupanku selalu indah maka mereka salah. Ada
suatu kesedihan yang ku sembunyikan dibalik
senyumanku. Kesehidan itu sengaja ku
sembunyikan karena aku hanya ingin terlihat indah
dihadapan semua orang yang melihatku tanpa harus
mengetahui perjuanganku. Kebahagian itu butuh
suatu proses yang panjang juga berliku dan aku
berusaha untuk melewati proses yang panjang juga
berliku itu.

***

4
Kuingin bercerita tentang masa kecil bahagia
Sejuta senyum bahagia tercermin dalam raut ceria
Hari-hari penuh tawa dan canda
Meski suara masih terbata-bata
Dan hanya bisa mengeja kata demi kata
Namun hati masih selembut sutra
Sebersih kertas putih tanpa pena yang
mengotorinya
Kurindu masa itu, masa indah hidupku
Masa yang tinggal kenangan belaka
Masa yang hanya dapat kuingat lewat asa
Tersimpan dalam album kisah semasa
Masa yang membuatku tersenyum dan tertawa
Tiap kali kuingat sejarahnya
Tentang kepolosan, ketidaktahuan

5
Keingintahuan, petualangan, permatan, pengalaman
Dan kebahagiaan lainnya
Awal dari akhir

Hari demi hari berlalu, pada tahun 2009 aku masuk


taman kanak-kanak. Pada hari pertama sekolah aku
datang terlalu pagi karena aku sangat bersemangat
untuk mengikuti pembelajaran dikelas. Saat
menunggu bel masuk, aku duduk di bangku
panjang di depan kelas dengan mamah.

Sebenarnya, aku belum mau bersekolah tetapi


orang tua ku menyuruhku dengan alasan agar
aku dapat mulai mengenal lingkungan. Akhirnya
aku pun setuju karena dalam pikiranku sekolah
taman kanak-kanak itu menyenangkan. Namun,
setelah ku jalani ternyata taman kanak-kanak tidak
seperti yang kupikirkan. Taman kanak-kanak

6
tidaklah terlalu menyenangkan karena disana aku
hanya mempunyai satu orang teman.

Suatu hari sekolahku mengikuti lomba fahsion


show yang diadakan di Kecamatan, yang mengikuti
lomba itu dipilih dan hanya tiga orang saja yang
menjadi perwakilan sekolah. Dan aku terkejut saat
Ibu guru menunjukku sebagai salah satu perwakilan
untuk mengikuti lomba itu.
“Nak kamu mau kan ikut lomba fahsion
show minggu depan?” tanya Bu guru
“Mau bu, tapi laila malu” jawab ku
“Kenapa harus malu? Laila kan cantik anak
baik jadi gak perlu malu. Jadi gimana mau ikut?”
kata Bu guru
“Iya laila mau kalau gitu” jawab ku
“Yaudah kalo gitu mulai besok laila latihan
disekolah bersama Icha dan maya yah” kata Bu
guru

7
“Iya bu” jawab ku.

Pulang sekolah seperti biasa aku selalu dijemput


oleh mamah, karena ayah selalu pergi ke Jakarta.
Pada saat pulang, aku bercerita apa saja yang ku
alami selama di sekolah dan juga bercerita tentang
aku yang terpilih menjadi perwakilan untuk
mengikuti lomba itu.

“Mamah tau aku tadi dipilih sama bu guru


buat jadi perwakilan lomba Fahsion Show loh” kata
ku (tersenyum lebar)
“Wah benarkah?” tanya mamah
“Ish iya beneran loh mamah, adek gak
bohong” jawab ku cemberut
“Wah hebatnya anak mamah, jadi kapan
lomba itu diadakan?” kata mamah sambil mengelus
rambutku dengan sayang

8
“Kata bu guru minggu depan mah, terus
mulai besok adek latihan sama Icha dan Maya”
jawab ku
“Kalo gitu adek harus semangat latihannya
yaa!” kata mamah
“Pasti dong mamah” jawab ku

Tak terasa seminggu telah berlalu, kini tiba


saatnya lomba akan dimulai. Aku sungguh sangat
gugup, karena banyak orang yang menonton. Tapi
untung ada mamah yang menenangkanku.

“Mamah adek takut” kata ku sambil


menarik-narik baju yang dikenakan mamah
“Jangan takut sayang anggap saja gak ada
orang, tenang oke! Anggap adek lagi latihan di
sekolah” kata mamah tersenyum teduh sembari
mengelus rambutku
‘Iya mamah” jawab ku

9
Dan yah kini saatnya aku naik ke atas panggung,
sungguh aku gugup melihat semua orang
menatapku.

“Adek bisa, ayo anggap saja seperti latihan”


ucapku dalam hati
“Fyuhhh.. bismillah” ucapku (menghela
nafas)

Aku tampil dengan penuh percaya diri, diatas


panggung aku bisa melihat mamah menatapku
dengan sorot bangga, sungguh aku merasa sangat
senang melihat mamah bangga terhadapku.

Kini saatnya pengumuman pemenang, sungguh aku


tidak berharap aku akan mendapatkan juara karena
memang pesaingku sangat bagus. Tapi ternyata aku
mendapatkan juara kedua, sungguh aku sangat

10
terkejut mendengarnya. Itu terasa benar-benar
seperti mimpi.
Setelah pembagian piagam dan piala, langsung saja
aku berlari turun dari pnaggung menuju ke tempat
mamah duduk.

“Mamah adek jadi juara kedua mah, adek


menang mah” ucapku sambil mengangkat piala dan
medali sembari tersenyum lebar
“Alhamdulillah, anak mamah memang
hebat, selamat yaa sayang” ucap mamah tersenyum
bangga
“Nah kan adek menang jadi adek mau
hadiah apa dari mamah?” tanyanya
“Adek mau makan mie ayam bolehkan
mah?” jawabku penuh harap
“Hahaha...Iya nanti pulang dari sini kita
makan mie ayam” ucapnya sembari tertawa kecil

11
“ Yeyyy, makasih mamah ” Ucapku dengan
riang
“ Iya sama-sama sayang ” Ucapnya

***

Tak terasa dua tahun berlalu begitu cepat, aku


selesai menempuh pendidikan taman kanak-kanak.
Setelah tamat dari taman kanak-kanak pada tahun
2011, aku memasuki sekolah baruku yaitu SD
(Sekolah Dasar). Aku mengira, kehidupanku di
Sekolah Dasar sama dengan kehidupanku di taman
kanak-kanak, namun ternyata pikiranku salah. Di
Sekolah Dasar aku menemukan kehidupan baru, di
sana aku banyak menemukan teman-teman baru
dan membuat kesendirianku terhapuskan. Di
sekolah dasar aku mulai belajar bagaimana caranya
bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan. Setiap
hari ku lalui dengan bermain dan bercanda bersama

12
teman-temanku, di situlah aku merasakan indahnya
kehidupan.

Kata teman-temanku aku orangnya pendiam ketika


bersama orang baru tapi kalau sudah akrab maka
aku akan berubah menjadi orang yang paling
cerewet, dan yah aku mengakui itu. Aku sulit
berkomunikasi dengan orang baru, mungkin karena
aku tidak bisa memulai pembicaraan? Ntahlah aku
pun tak tau alasan pastinya apa.

Dan perlu kalian tahu juga aku orangnya kutu buku


sekali setelah masuk sekolah dasar padahal
seingatku saat masih taman kanak-kanak aku tidak
terlalu suka belajar, tapi ntahlah setelah masuk
sekolah dasar aku jadi semangat sekali belajar.
Kata temanku kalau aku sudah membaca buku
maka aku akan berubah menjadi orang yang cuek

13
terhadap sekitar, aku akan tetap fokus dengan
bukuku seolah-olah hanya ada aku disitu.

Ya ternyata memang benar bahwa usaha tidak akan


mengkhianati hasil, dan aku percaya itu. Presentasi
ku di sekolah dasar cukup gemilang karena dari
kelas 1 sampai kelas 6 aku selalu mendapatkan
juara 1 di kelas. Sejujurnya aku sempat terkejut
saat Bu guru mengumumkan juara kelas dan
namaku disebut sebagai juara pertama, tapi aku
bersyukur karena dengan itu aku bisa membuat
orang tua ku bangga pikir ku saat itu. Dan saat
pulang ke rumah aku memberi tahu hal itu pada
mamah karena saat itu ayah sedang di Jakarta.

“Mamahhhhhh.... tebak adek rangking


berapa?” Tanyaku (tersenyum malu-malu)
“Eumm..adek masuk sepuluh besar yah”
tebak mamah

14
“Eumm iyaa, tapi rangking berapa ihh ayoo
tebak!” Ucapku memaksa
“Adek rangking sepuluh?”
“No no no” Ucapku (menggoyangkan
kepalaku ke kiri dan ke kanan)
“Lima? "
“Bukan ih mamah” Ucapku (merenggut)
“Yaudah mamah nyerah deh, adek kasih
tahu aja adek rangking berapa hmm?” Tanyanya
“Adek rangking satuu mahhh” Kata ku
(mataku berbinar-binar)
“Wahh benarkah? Mana sini raport nya
mamah mau lihat”
“Iya mamah ih adek gak bohong, nih liat aja
raport nya”
“Iya mamah liat dulu oke”
“Alhamdulillah, pintarnya anak mamah”

15
“Mamah tau gak tadi adek gak nyangka tau
pas Bu guru manggil nama adek ke depan buat
nerima pialanya”
“Nah kalo gitu nanti adek harus bisa
mempertahankan prestasi itu yaa”
“Iya mamah”
“Adek juga harus lebih rajin lagi
belajarnya”
“Siap mamah”
“Oke, karena adek rangking satu jadi adek
mau apa dari mamah sebagai hadiah?”
“Sekarang adek gak mau apa - apa tapi gak
tau kalo nanti”
“Yaudah nanti kalo adek mau apa-apa
bilang aja oke”
“Iya mamah”
“Ahh..Iya mamah lupa telpon ayah pasti
ayah gak nyangka adek rangking satu deh”
“Ayoo telpon ayah mah”

16
“Iya sayang sebentar”

Tutttt...tuttt...tutttt (bunyi telpon berbunyi)


“Assalamualaikum” Ucap ayah
“Wa'alaykumussalam, halo ayah” Ucapku
“Iya kenapa adek?”
“Ayah adek mau tanya”
“Mau tanya apa adek?”
“Kalo misanya adek dapet rangking, adek
minta hadiah yaa”
“Emang adek udah bagi raport?”
“Udah tadi”
“Yaudah deh kalo adek masuk sepuluh
besar, nanti ayah kasih hadiah”
“Bener yaa ayah, gak boleh ingkar janji
loh”
“Iya kapan ayah ingkar janji ke adek hmm”
“Hehehe..gak pernah”
“Yaudah tadi adek dapet rangking berapa?”

17
“Pasti kamu gak nyangka deh” Ucap
mamah
“Emang adek rangking berapa?”
“Adek rangking satu yah”
“Hahh masa sih, bohong yah”
“Enggak ih adek gak bohong, nih liat
pialanya”
“Alhamdulillah, pertahanan yaa sayang.
Berati harus lebih rajin lagi belajarnya”
“Iya ayah”
“Terus adek mau hadiah apa dari ayah?”
“Eumm..Adek pingin boneka beruang tapi
yang besar bangett”
“Yaudah nanti kalo ayah pulang ayah bawa
yah”
“Bener yaa”
“Iya sayang”
“Yaudah deh, udah dulu yah ayahh.
Assalamu'alaikum”

18
“Wa'alaykumussalam”
Tutttttttttttttt...(bunyi sambungan telpon terputus)

Sejak kecil semua keinginanku selalu dipenuhi oleh


kedua orang tua ku, terutama ayah. Bila ingin
apapun pasti langsung saja dituruti. Mungkin
karena aku anak bungsu dan anak perempuan satu-
satunya, jadi mereka selalu memanjakanku. Tapi
itu berbeda saat aku memasuki sekolah dasar dan
aku pertama kali mendapatkan peringkat pertama di
kelas. Mereka memang masih memberi apapun
yang ku mau tapi lama kelamaan selalu ada
syaratnya yaitu aku harus selalu mendapatkan juara
satu.

“Ayah adek mau sepatu roda dong, beli


yaa”
“Buat apa adek?”

19
“Ya adek mau ih, yang lain banyak yang
suka main sepatu roda di sekolah”
“Yaudah nanti ayah beliin tapi kalo adek
dapet rangking satu lagi” ucap ayah
“Kok gitu sih ayah” protesku
“Ya iya dong, ayah bakal beli sepatu roda
kalo adek dapat rangking satu lagi di kelas”
jelasnya
“Terus kalo adek gak ranking satu gimana?”
tanyaku
“Ya berati sepatu rodanya juga gak jadi
dong” jawab ayah
“Yaudah deh, tapi janji yah kalo adek
rangking satu ayah bakal beliin adek sepatu roda”
pintaku
“Iya ayah janji” (pinky promise)

Mungkin untuk anak kecil kata-kata seperti itu bisa


membangkitkan semangat belajarnya karena ia

20
mempunyai tujuan belajar yaitu hadiah yang di
janjikan orang tuanya.

Tapi lama-kelamaan kalau orang tua secara tidak


langsung selalu menanamkan pemikiran kalau ia
harus selalu mendapatkan peringkat di kelas, kalau
ia mempunyai tanggungjawab untuk membuat
orang tuanya bangga. Apakah itu tidak terlalu
membebankan ke anak? Aku tau tidak ada orang
tua yang ingin anaknya menjadi orang yang tak
berguna, aku tau orang tua ingin yang terbaik untuk
anaknya, tapi apakah orang tua harus menuntut
anaknya untuk menjadi sempurna. Tapi, bukankah
anak juga pantas untuk memilih pilihannya?
Bukankah itu hak mereka? Aku tau tidak semua
orang tua seperti itu, tapi tak sedikit pula orang tua
yang seperti itu.

21
Apakah para orangtua pernah berfikir bahwa secara
tidak langsung mereka memaksakan kehendak
mereka kepada anaknya? Apa para orangtua tidak
pernah berpikir kalau kata-kata yang seperti itu,
yang bisa membuat ketakutan berlebih pada diri
anak misalnya takut tidak bisa memenuhi
ekspektasi orang tuanya, takut kalau ia tidak
mendapat ranking satu lagi, takut kalau orang
tuanya marah karena ia tidak mendapat peringkat
lagi, takut akan nilai yang tidak memuaskan, takut
kalah saing dengan temannya, dan ketakutan-
ketakutan yang lain.

Dan dampak lainnya yaitu sang anak akan belajar


melebihi kapasitasnya, belajar dengan gila-gilaan
karena takut nilainya turun, punya kecemasan
berlebih, dan dampak yang paling parah adalah
psikis nya dapat terganggu.

22
Ingin mengeluh hingga berpeluh.
Tapi lupa sudah tak ada lagi tempat untuk
sekedar mengaduh.

Satu dua tiga memang masih ada.


Namun enggan saja untuk memberi beban yang
tak seharusnya ikut dirasa.
Berapa kali berada di posisi seperti ini?

Tapi tetap saja tak bosan untuk kembali.


Ingin rasanya berlari tapi tak pernah suka
disebut sebagai pengecut.
Akhirnya tinggal tapi selalu saja berakhir
terseok.

23
Guncangan

Banyak sekali individu di dunia ini yang berangan-


angan untuk bisa menjalankan alur hidup dengan
indah dan sempurna. Memiliki keluarga yang
sempurna, memiliki pekerjaan yang sesuai dengan
harapan, dan sebagainya. Namun, semuanya hanya
bisa berandai-andai, sebab dunia ini adalah tentang
segala kesempurnaan dan kekurangan. Tak ada
yang benar-benar sempurna dan tak ada yang
benar-benar tidak sempurna.

Sama seperti aku, kebanyakan orang berpikir jadi


bungsu pasti enak nyatanya menjadi anak terakhir
tidaklah seenak yang di ucapkan orang. Memang
sih, dari kecil aku paling dimanja oleh orang tuaku.
Selalu saja dianggap masih kecil, pendapat ku
jarang di dengarkan, mau kemana-mana juga gak
bebas, selalu saja di cariin dan di

24
larang ini itu. Padahal kan aku juga gak akan
ngelakuin hal yang macem-macem. Aku tau itu
tandanya mereka sayang aku, tapi aku juga ingin
membuktikan bahwa aku cukup dewasa. Dan aku
ingin bisa bahagiain mereka dengan cara ku sendiri.
Aku juga butuh dukungan dan kepercayaan
mereka. Nyatanya menjadi anak terakhir juga harus
bermental baja, karena anak terakhir harus
berusaha apa yang diinginkan orangtua nya karena
pada saat anak pertama gagal disitu lah orangtua
mengharapkan semuanya pada si bungsu.

Ini tentang aku yang mempunyai masalah dengan


kecemasan berlebih dan itu dimulai ketika aku
berada di sekolah dasar.

Waktu itu, saat pertama kalinya aku mendapat


peringkat di kelas yaitu peringkat ke satu di kelas
satu SD. Orang tuaku terlihat sangat bahagia dan

25
bangga dengan apa yang aku raih. Mereka
memberikan ku hadiah dan apa pun yang aku mau
pasti di turuti. Dan mereka berpesan agar aku
mempertahankan prestasiku dengan belajar lagi
dengan sungguh-sungguh.

Hari-hari berlalu, semakin lama orang tuaku


semakin menuntut ku untuk selalu mendapatkan
peringkat pertama di kelas, memang mereka tidak
mengatakannya dengan terang-terangan, tapi aku
mengerti maksud mereka. Mungkin saat masih
kecil aku berpikir bahwa aku harus menjadi apa
yang orang tuaku mau karena pada saat itu aku
berpikir bahwa kalau aku tidak mendapat peringkat
pertama aku akan di marahi oleh mereka. Ya
memang sepolos itu pemikiran ku waktu kecil.

Karena pemikiran yang seperti itu, setiap harinya


aku selalu belajar hingga larut malam tanpa

26
sepengetahuan orang tuaku, apalagi kalau akan
ulangan ntah itu ulangan harian atau ulangan
semester pasti aku belajar dengan gila-gilaan.
Bayangkan saja di saat orang-orang rumah sedang
merajut mimpi tapi aku saat tengah malam
terbangun hanya untuk menghapal pelajaran.
Walaupun menghapal sambil menahan kantuk yang
menyerang bahkan seringkali aku ketiduran tapi itu
tetap aku lakukan setiap kali akan ulangan karena
aku berpikir dengan itu aku bisa mengingat semua
materi.

Mungkin untuk sebagian orang itu bilang


berlebihan tapi aku hanya seorang anak kecil yang
ingin memenuhi keinginan orang tuanya, apakah
itu salah?

Pernah saat ujian semester satu kelas dua, aku tetap


selalu menghapal saat tengah malam, dan kalian

27
tau? Aku mendapat peringkat kedua di kelas hanya
karena saat sebelum pembagian raport aku pergi ke
Jakarta menyusul mamah dan ayah. Aku pikir
waktu itu keberangkatanku tidak akan
mempengaruhi nilai ku, aku pun sudah bilang ke
guru ku kalau aku akan pergi ke Jakarta menyusul
orang tuaku dan mereka bilang tak apa, tapi apa
hasilnya? Aku yang seharusnya mendapat
peringkat pertama malah di turunkan menjadi
peringkat ke dua. Sungguh aku sangat terpukul
mendengar itu, rasanya aku kecewa terhadap diri
ku sendiri, aku menyalahkan diri ku sendiri karena
itu, aku menangis histeris sepanjang hari.
Walaupun orang tuaku bilang tak apa tak
mendapatkan peringkat pertama kali ini, masih ada
semester depan katanya. Tapi aku merasa sudah
mengecewakan mereka.

28
Dan dari saat itulah aku semakin memporsir belajar
ku dengan berlebihan, selalu belajar tengah malam
dan akibatnya aku sakit. Kata dokter darah ku
rendah dan terlalu banyak pikiran yang menjadikan
ku ngedrop. Aku di rawat di rumah sakit selama
tiga hari lamanya, tapi aku menangis histeris saat
itu. Aku menangis bukan karena takut dengan
jarum suntik tapi aku menangis karena aku berpikir
aku akan jauh tertinggal pelajaran di kelas dan aku
tidak akan mendapatkan peringkat pertama lagi.
Orang tuaku yang mendengar alasan itu langsung
menasehati ku.

“Adek kenapa nangis terus? Mana yang


sakit? Tangannya sakit gara-gara jarum infus
hmm?” Tanya mamah
“Bukan itu mamah” Jawabku sembari
terisak
“Lalu kenapa?” Tanyanya bingung

29
“Kalo sekarang adek di rawat terus nanti
adek ketinggalan pelajaran dong nanti pr adek
gimana?” Ucapku terbata-bata
“Astaghfirullah adek, itu mah gimana nanti
sekarang yang penting adek sembuh dulu, adek
mau cepet pulangkan?”
“Iya mau”
“Yaudah kalo gitu jangan pikirin sekolah
dulu yang harus adek lakuin sekarang minum obat
biar cepet sembuh ayoo”
“Ihh gak mau ahh pait mamah” Ucapku
sambil menutup mulutku
“Gak ada obat yang manis adek, yang manis
itu gula mau?”
“Ih gak mau mamah pait, terus adek gak
bisa minum obat tablet ih itu besar-besar obatnya”
rengekku
“Astaghfirullah, yaudah bentar mamah
bubukin dulu obatnya”

30
“Nih obatnya udh bubuk cepet minum ayo
biar cepet sembuh”
“Iya bentar mamah”
“Bismillahirrahmanirrahim” Ucap mamah
sambil membantuku meminum obat
“Ahh mamah pahit bangett”
“Nih minum biar gak pahit lagi” sembari
memberiku gelas berisi air putih
“Glek..glek..glek ahh udah mamah”
“Yaudah kalo gitu sekarang adek tidur”
Suruh mamah
“Iya mamah” Ucapku lalu tertidur

Setelah kurang lebih tiga hari di rawat akhirnya aku


diperbolehkan pulang ke rumah dengan catatan
harus rutin di minum obatnya. Aku sangat senang
sekali mendengarnya karena aku sudah bosan
berada di rumah sakit dengan bau obat-obatan yang
menyengat.

31
Aku kembali bersekolah setelah satu minggu, aku
jadi lebih semangat belajar karena aku ingin
mengejar pelajaran yang tertinggal, tapi tetap saja
saat akan ulangan atau mengikuti perlombaan pasti
aku selalu bangun tengah malam untuk menghapal.
Mungkin itu sudah menjadi suatu kebiasaan
bagiku. Tapi yang mengganggu adalah ketika aku
terlalu memikirkan yang belum terjadi, kecemasan
berlebih itu selalu mengganggu pikiranku, aku
ingin menghilangkan itu tapi tetap saja tidak bisa,
aku terlalu takut tidak bisa melakukan ini atau itu,
dan pasti akhirnya aku akan menangis dan
mengadu pada mamah, dan mamah yang sudah
mengetahui itu akan selalu bilang “adek mah
kebiasaan, belum apa-apa udah nangis duluan, adek
mah kumeok memeh di pacok.”

32
Hidup ini tebak-tebakan
yang tidak bisa ditemukan
jawaban pastinya
Hidup ini kejutan
sepaket dengan kabar buruk
dan sukacita
yang hanya bisa diterka-terka

33
Putih Biru

Tak terasa waktu berlalu begitu cepatnya, kini aku


sudah beranjak remaja, awal aku masuk SMP
semuanya terasa sangat berbeda, dari yang awalnya
memakai seragam putih merah, kini aku memakai
seragam putih biru, dari yang awalnya teman-
temanku hanya dari lingkungan sekitar, kini teman-
temanku banyak, bahkan dari beberapa desa.

Awal aku kenal dengan sahabat-sahabatku yaitu


Ridha dan Lilis dari desa Wilanagara dan Feby dari
desa Walahar. Kami berempat disatukan di kelas 7.
Kami selalu bermain bersama bahkan bangku
kamipun berdekatan. Awal masuk di tingkat SMP
aku baru merasakan yang namanya
kemping/perkemahan. Aku pun sangat bahagia
mendengar sekolah aku akan kemping. Kemping
pertama aku yaitu di desa Sindangsari Kecamatan

34
Luragung. Aku sangat bahagia sekaligus deg-degan
harus mempersiapkan apa saja selama mengikuti
kegiatan kemping tersebut.

Akhirnya waktu kemping pun tiba, aku, Ridha,


Lilis dan Feby satu regu, yaitu regu edelweis. Regu
kami sangat kompak sekali. Semua kegiatan kami
ikuti. Dimulai dari upacara pembukaan, kegiatan
penjelajahan yang sangat seru karena menjelajahi
hutan dan kebun sekitar, namun ada satu kegiatan
yang cukup takut untuk kami ikuti. Yaitu JJM atau
jalan jalan malam, ya siapa yang tidak takut dengan
kegiatan ini, kegiatan ini bukan per regu,
melainkan hanya jalan berdua saja menjelajahi rute
yang sudah di tentukan.

Teriakan demi teriakan dari teman-teman yang


ketakutan kian terdengar, bahkan katanya ada yang

35
sampai lari sambil menangis. Ketika tiba giliran
kami yang menjelajahi gelapnya malam.
“Da kamu berani gak” Tanyaku ke ridha
“beranilah, jalan doang kan?” Jawabnya
santai
”iya si jalan doang, kamu yakin?” tanyaku
ragu
”yakinlah, tenang aja la” jawabnya

akhirnya kami pun jalan, ketika melewati


perkebunan yang gelap kamipun saling
berpegangan karena takut, lalu Ridha yang tadinya
bilang berani akhirnya malah dia yang mengajak
saya untuk berlari.
”la la gelap la, ayo cepet la cepet lari” Ucap
Ridha ketakutan
dan akhirnya kamipun lari, dasar cewek.
Sesudahnya kami melewati perkebunan yang gelap
itu akhirnya kami menemukan satu lampu yang

36
menyala, tapi sialnya teryata lampu yang kami
temukan itu adalah lampu gerbang menuju tempat
pemakaman umum, ada-ada saja maju takut
mundur gelap. Akhirnya aku pun bertanya kepada
Ridha.
“Da gimana kita, mau lanjut atau kembali
lagi ?” tanyaku
“Lah udah tanggung la” jawabnya
”Depan kita makam loh, kamu yakin da?”
tanyaku lagi ragu
”Udah ayo kita pasti bisa” ucapnya yakin
Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk
mengikuti apa kata Ridha dan melanjutkan
perjalanan. Ketika kami mulai memasuki makam,
do’a-do’a pendek yang kami ingat tak terasa terus
terucap dari mulut kami, maklum sudah mulai
ketakutan, bahkan ketika kami dikagetkan oleh
hantu bohongan pun tak terasa do’a itu semakin
keras bahkan ketika aku menengok ke arah Ridha

37
ternyata dia sedang jongkok ketakutan, dia yang
bilang berani dia juga yang akhirnya ketakutan.
Akhirnya aku pun memeluk Ridha dan
mengajaknya untuk bangun. Sambil berpelukan
kami pun melanjutkan perjalanan dengan wajah
Ridha yang mau tidak mau lihat ke depan.

Akhirnya kami selesai dengan zona menyeramkan


tersebut dan tibalah kami di pos terakhir, yaitu pos
renungan. Di pos ini kita dihadapkan dengan cerita-
cerita menyedihkan, tentang kehilangan sahabat
hingga meninggalnya orang tua kita. Akhirnya
semua yang ada di pos renungan pun tak dapat
menahan air matanya, semua menangis bahkan ada
yang sampai lemas hingga pingsan. Setelah selesai
di pos terakhir kami pun kembali ke tenda sambil
menunggu waktu sholat subuh tiba.

38
Akhirnya kegiatan demi kegiatan pun telah kami
lalui, tibalah kami di acara puncak perkemahan
yaitu acara api unggun, aku sangat senang sekali
mendengar acara ini akan dimulai, melihat
tumpukan kayu yang tinggi menggunung aku pun
menebam-nebak bahwa api yang akan menyala
nantinya pasti sangat besar dan tinggi. Dan
akhirnya tebakan aku pun benar, api yang menyala
pun sangat besar dan menjulang tinggi lalu satu
demi satu petasan dinyalakan untuk ikut serta
memeriahkan acara api unggun tersebut. Bahkan
tak lupa panitia menerbangkan sebuah drone yang
ketika diterbangkan langsung disambut tepuk
tangan dan teriakan dari anak-anak yang merasa
bangga sekolahnya bisa mengadakan acara
tersebut. Akhirnya acarapun selesai, dan keesokan
harinya kami kembali pulang kerumah masing-
masing.
***

39
Berkaca dari kegiatan perkemahan kepramukaan
yang cukup seru dan menyenangkan akhirnya di
kelas 8 aku memutuskan untuk ikut ekskul
kepramukaan, yaitu Dewan Penggalang. Ekskul ini
sangat seru dan menyenangkan karna aku yang
tadinya tidak tahu apa-apa tentang kepramukaan
jadi bisa tau tentang PBB, tali temali bahkan cara
mempertahankan hidup ketika kita di alam.

Dan ketika aku sudah menjadi dewan penggalang,


tibalah giliran angkatan aku yang menjadi panitia
perkemahan. Aku dan teman-teman berpikir keras
bagaimana caranya acara yang kami buat harus
lebih sukses dan lebih meriah dari acara tahun
tahun sebelumnya. Setelah berpikir panjang
akhirnya kami dan dewan guru pun memutuskan
untuk kemping angkatan saya yaitu di desa
kutamandarakan. Setelah menentukan lokasi

40
perkemahan akhirnya kamipun membuat denah
lapangan, yaitu untuk menentukan dimana lokasi
posko utama, tenda dewan penggalang, tenda
peserta putra dan peserta putri.

Keesokan harinya kami dan dewan guru survei


untuk menentukan lokasi dan Medan penjelajahan.
Medannya cukup seru dimana kami melewati
hutan, kebun, persawahan dan juga menyebrangi
sungai. Aku yakin untuk medan yang sekarang
lebih seru dari yang tahun sebelumnya. Setelah
selesai dengan survey medan penjelajahan, kami
pun kembali ke sekolah untuk menyiapkan hal-hal
yang lainnya. Kami pun masih terus berpikir
bagaimana caranya agar bisa lebih sukses lagi,
kami mulai merancang bentuk gapura selamat
datang dari bambu dan juga membuat rancangan
panggung pembina dari bambu.

41
Keesokan harinya setelah selesai kami membuat
rancangan, kami pun mulai mencari bambu dan
menebangnya untuk kami uji coba terlebih dahulu
sebelum langsung ke bumi perkemahan. Setelah
selesai dengan semua persiapan. Akhirnya tibalah
waktunya perkemahan, kami dewan penggalang
berangkat lebih dulu untuk mempersiapkan
semuanya di lokasi. Aku pun bertanya kepada
sahabat-sahabatku yang kebetulan mereka juga ikut
menjadi dewan penggalang sama sepertiku.
“Gays, yakin kita sudah siap?” Tanyaku
“insya Allah siap” Jawab mereka serentak
Aku pun memberanikan diri untuk yakin dan
percaya pada teman-temanku bahwa acara yang
akan kita lakukan akan lebih sukses dari tahun-
tahun sebelumnya.

Akhirnya acara pun dimulai, kami mendekor


posko, panggung pembina dan lain-lainnya. Selesai

42
mendekor kami pun bersiap untuk melakukan
upacara pembukaan. Acara demi acara kami lalui

dengan lancar dan tanpa ada hambatan sama sekali.


Dan akhirnya sampailah kami di acara puncak yaitu
acara api unggun. Sore harinya kami semua sibuk
mempersiapkan acara tersebut, dari mulai dekorasi
lampu di panggung pembina, mempersiapkan
lampion untuk diterbangkan dan menumpuk kayu
bakar untuk dijadikan api unggunnya. Setelah
semuanya selesai tibalah saatnya acara dimulai, aku
terpilih sebagai pembawa obor utama, dan feby
terpilih sebagai pembawa obor dasa darma.

Dan akhirnya acara pun dimulai, kami pembawa


obor mempersiapkan diri untuk memasuki
lapangan acara, lampu-lampu dimatikan dan
semuanya hening seketika, kami pun mulai deg-
degan semuanya menjadi tegang.

43
“La, aku tegang banget nih, bisa gak ya?
Tanya Feby
“iya sama aku juga tegang, tapi kita bisa
ko” yakinku kepadanya
“aku sedikit lupa gerakannya, gimana dong”
katanya risau
“udah kamu ikutin aja gerakan yang lain,
nanti juga hafal lagi” jawabku
“okey la”
Acara dimulai, dan alhamdulilah semuanya
berjalan dengan lancar, dimulai dari penyalaan
obor utama, penerbangan lampion, drone dan
penyalaan kembang api pun berjalan dengan lancar
dan alhamdulilah lebih meriah dari tahun
sebelumnya. Dan acara perkemahan pun selesai,
kami kembali ke rumah masing-masing.
***
Tanpa terasa dengan berjalannya waktu ujian
kenaikkan kelas pun tiba, aku mempersiapkan diri

44
dengan baik, agar aku memperoleh nilai yang
bagus. Pelajaran demi pelajaran aku lewati dengan
baik, tanpa terasa ujian pun selesai.

Hari pembagian raport pun tiba, aku sangat takut


ranking aku menurun. Tibalah kelas 7b diumumkan
juara kelasnya, Alhamdulillah ternyata aku masih
bisa mendapatkan peringkat pertama sekaligus
menjadi juara pararel.

Pada semester satu kelas 8, sekolahku mengadakan


pemilihan ketua OSIS dan wakil ketua OSIS. Aku
memberanikan diri untuk mencalonkan diri sebagai
wakil ketua OSIS,aku berpasangan sama temanku
Adhi sebagai ketua osis. Kami mendapat nomor
urut 3, kami berkampanye untuk mencari suara
siswa-siswi SMPN 1 Luragaung. Hari pemilihan
ketua osis dan wakil ketua osis pun tiba.
Pemungutan suara berjalan dengan aman, tertib,

45
bebas dan rahasia. Kami sangat gugup menunggu
hasil perhitungan suara, perhitungan suara pun
selesai. Panitia mengumumkan hasil perhitungan
suara, ternyata kami kalah dari calon nomor urut 1.
Tapi aku tidak patah semangat karna aku akan
menjadi sekretaris di osis. Itu lah pengalaman
pertama ku ikut Kepengurusan Osis, aku aktif
dalam setiap kegiatan ataupun rapat osis.kami dari
anggota osis menyusun banyak program-program.

***
Hari hari berlalu, tak terasa kini aku sudah duduk di
bangku kelas 9, sekolah kami pun berencana akan
mengadakan study tour ke Jogja. Kami pun mulai
menabung untuk ongkos dan uang jajan kami
disana. Dan pada malam hari tanggal 14 Desember
2019 tepatnya pukul 20.00 kami berkumpul di
taman Luragung dan pada pukul 21.00 kami pun
berangkat ke Jogja untuk study tour.

46
Aku duduk sebangku dengan Ridha. Kami pun
saling bercanda dan berbagi cemilan pada saat bus
sedang berjalan. Pada pukul 04.00 kami pun tiba di
salah satu mesjid untuk melaksanakan sholat subuh
berjamaah. Dan setelah selesai sholat subuh kami
pun melanjutkan perjalanan untuk ke tempat tujuan
awal kami, yaitu Candi Borobudur. Saat di
perjalanan menuju candi, ketika aku sedang asik
mengobrol dengan Ridha, tiba-tiba suara dia tidak
terdengar lagi, dan ya benar saja dia tertidur lagi,
mungkin masih mengantuk akhirnya saya biarkan.
Jam 06.00 bus kami pun tiba di Candi Borobudur,
aku pun langsung membangunkan Ridha.
“da, ayo bangun mbi udah nyampe nih”
Ucapku
“sampe kemana la?” tayanya sambil
membuka mata
“ini kita udah nyampe di candi Borobudur”

47
“ah yang bener la, ko cepet si? Perasaan
tidur baru sebentar hehe”
“sebentar apaan, orang lagi ngobrol tiba-
tiba gk ada suaranya, pas diliat eh tidur” Jawabku
kesal
”hehehe, maafin ya, ngantuk banget
soalnya” ucapnya cengengesan
“Oke-oke, yaudah siap-siap yu, yang lain
udh mau turun tuh” ajakku
“okey”
Akhirnya kami pun turun dari bus dan bersiap
menjelahi megahnya candi Borobudur. Langkah
demi langkah terus berlalu, tak terasa aku dan
Ridha pun berada diatas candi. Melihat
pemandangan yang begitu bagusnya, Ridha tak
tahan ingin berfoto untuk mengabadikan momen
ini.
“la la foto yuk foto, bagus banget nih
pemandangannya” ajaknya

48
“boleh boleh, ayo” jawabku
Kami pun berfoto bersama dan juga bersama
teman-teman lainnya, ketika sedang asyik berfoto
tak terasa waktu sudah menunjukan jam 10.00,
akhirnya terpaksa kami harus meninggalkan Candi
Borobudur dan melanjutkan perjalanan ke tempat
berikutnya, diperjalanan kamipun mampir dulu
untuk mengisi perut kami di salah satu restoran
yang cukup luas, setelah selesai makan, kami
melanjutkan perjalanan ke museum dirgantara.

Disana kami melihat banyak pesawat-pesawat


tempur dan lain-lainnya yang pernah menjadi
alutsista andalan tentara Nasional Indonesia.
Sedang asik menjelahi museum, tak terasa waktu
sudah menunjukan pukul 16.00 akhirnya kamipun
harus meninggalkan museum. Setelah seharian
asyik mengelilingi candi dan museum dirgantara,
malamnya kami menginap di salah satu hotel di

49
dekat Malioboro. Pukul 17.30 mobil kami tiba di
hotel tersebut. Aku dan teman-teman yang lainnya
langsung diantarkan ke kamarnya masing-masing.
Aku satu kamar dengan Ridha, Lilis, Feby, dan
Dea. Kami pun langsung bergegas untuk mandi dan
berkumpul kembali jam 19.00 untuk makan malam.
Setelah selesai makan kami kembali ke kamar
masing-masing untuk menikmati malam sambil
melihat indahnya suasana Jogja di malam hari.

Keesokan harinya pada pukul 07.00 kami pun


berkumpul untuk kembali melanjutkan perjalanan
kami yaitu ke tempat wisata gunung Merapi.
Disana kami disuguhkan oleh pemandangan
gunung yang tinggi dan hamparan pasir yang
begitu luas. Aku dan teman-teman yang lainnya
memberanikan diri untuk mencoba naik ke mobil
Jeep untuk mengelilingi objek wisata disana.
Dengan jalur yang cukup ekstrim aku dan teman-

50
teman akhirnya berteriak ketakutan tapi seru,
apalagi ketika mobil tersebut melintasi genangan
genangan air yang cukup dalam. Kami pun
berteriak dengan disertai cipratan-cipratan air ke
tubuh kami. Ya ekstrim memang, tapi seru dan
bikin ketagihan. Asyik bermain mobil sambil
kotor-kotoran tak terasa waktu sudah menunjukan
pukul 14.00, dengan berat hati kami terpaksa
meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan
perjalanan ke tempat berikutnya.

Tempat berikutnya adalah pantai Parangtritis, ya


tempat dimana kami bisa bermain air dengan bebas,
berlari-larian, kotor-kotoran pokoknya apapun itu
yang bisa membuat hati bahagia hehehe. Pukul
15.30 bus kami terparkir dengan rapih di tempat
parkiran pantai tersebut. Anak-anak yang sudah
tidak sabar ingin bermain air langsung berlari-

51
larian menuju pantai. Aku dan yang lainnya pun
terbawa suasana.
“la ayo la cepet lari kita main air" ajak Lilis
“iya sebentar tunggu-tunggu” Jawabku
Setelah tiba di pinggir pantai Lilis pun langsung
menarik dan menyiram aku dengan air laut, sambil
ketawa-ketawa dia terus melakukannya
“ayo la mandi la hahaha" ucapnya
Tak terima baju aku jadi basah kuyup akhirnya aku
pun membalas perbuatan Lilis
“awas kamu, aku bales nih hehehe” sambil
membalas menyiramkan air ke tubuhnya
Akhirnya tubuh kami pun basah kuyup. Kami yang
sedang asik bermain air teralihkan pandangannya
oleh teman-teman kami, ada yang

52
bermain bola, naik kuda dan bermain motor ATV.
Lilis pun penasaran dengan motor ATV.
“la naik ATV yuk hehehe” ajaknya
“emang kamu bisa?” tanyaku
“bisaaa, udah ayo, jatoh paling kebawah
hehehe” jawabnya
Belum sempat mengiyakan tangan aku sudah
ditarik olehnya, akhirnya dengan perasaan deg-
degan karena tak yakin Lilis bisa mengendarai
motor ATV, aku pun memberanikan diri untuk ikut
naik. Dan ya benar saja, dia langsung tancap gas,
motor pun langsung ngebut. Tanpa perasaan
bersalah dia pun tertawa terbahak-bahak.
“hahaha sorry la, pegangan-pegangan
hahaha” ucapnya
Aku yang takut hanya bisa teriak-teriak sambil
mengingatkan dia.
“pelan-pelan da pelan-pelan aku belum mau
mati” ucapku ketakutan

53
Dan tak lama akhirnya dia bisa mengendalikan
motor tersebut, kami pun mengelilingi pantai
sambil tertawa diatas motor ATV. Dan tak terasa
waktu sudah hampir magrib, aku dan teman-teman
disuruh untuk bersih-besih dan mandi sebelum
meninggalkan pantai tersebut. Setelah semuanya
bersih, kami pun makan terlebih dahulu sebelum
melanjutkan perjalanan. Setelah selesai makan,
kami kembali menaiki bus untuk ke tujuan
berikutnya, yaitu Malioboro lalu pulang.
Dijalan kami berbagi cerita tentang keasikan-
keasikan kami dari hari kemarin. Sedang asik
bebagi cerita dengan teman-teman tiba-tiba ada
guru kami yang menyalakan televisi di dalam bus.
Ternyata dia memutarkan lagu dangdut. Akhirnya
sambil menikmati perjalanan di bus kami pun
bernyanyi bersama. Tak terasa berapa lagu yang
sudah kami nyanyikan, akhirnya tibalah kami di
Tempat wisata terakhir kami, yaitu Malioboro,

54
disana aku dan teman-teman pun berbelanja untuk
oleh-oleh keluarga yang menunggu dirumah. Aku
pun bingung dan bertanya kepada Ridha “da kamu
mau beli apaan buat yang dirumah”
“gak tau aku juga bingung” jawabnya
“beli makanan apa baju ya?” tanyaku
bingung
“beli keduanya aja yu daripada bingung
hehehe”
“gimana, ya?”
Tanpa berpikir panjang Ridha pun langsung
menarik aku untuk ke toko pakaian dan
memilihnya. Dikarenakan wanita yang tak kuat
melihat baju yang bagus dan harganya murah
akhirnya kami pun membeli beberapa baju untuk
oleh-oleh ke rumah. Setelah selesai berbelanja baju
aku pun mengajak Ridha untuk ke tempat
makanan. Dan kami pun berbelanja makanan.
Sedang asik-asiknya berbelanja tak terasa waktu

55
menunjukkan pukul 21.00, dimana kami semua
harus kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan
untuk pulang. Aku dan Ridha pun bergegas untuk
ke mobil. Ketika bus sudah mulai berjalan, aku
yang penasaran dengan rasa makanan yang tadi aku
beli akhirnya mencoba untuk membuka makanan
tersebut. Dan ketika aku coba ternyata rasanya
cukup enak, akhirnya aku menawarkannya ke
Ridha
“da da, cobain deh makanan yang tadi, enak
banget loh” ucapku
“lah ko di buka, kan buat dirumah?
Tanyanya bingung
“udah ayo ambil, cobain aja dulu hehehe”
Ridhapun mengambil makanan itu dan
memakannya, dengan rasa yang begitu enak, tak
terasa oleh-oleh yang aku beli tinggal setengah.
“da, oleh-oleh aku tinggal setengah hehehe”

56
“hehehe dimakanin mulu si, udah-udah buat
dirumah”
Dengar berat hati aku pun menyudahi kegiatan
mengemil itu dan memilih untuk tidur.
“iya iya udah, aku mau tidur aja ah, takut
abis makanannya hehehe”
“hehehe yaudah aku juga mau tidur ko”

Akhirnya kami pun tertidur, dikarenakan makanan


yang kami bawa takut habis kalau kami terus
begadang. Tak terasa waktu menunjukan pukul
05.40 dan bus kami pun tiba di taman Luragung.
Akhirnya aku dan Ridha pun turun dari bus dan
langsung mengabari keluarga untuk menjemput
kami di taman Luragung. Aku pun menelpon ayah
yang kebetulan sedang ada dirumah.
“Assalamu’alaikum ayah adek jemput ya,
udah nyampe di Luragung nih”

57
“Waalaikusalam, oke siap meluncur, tunggu
yah”

Dan akhirnya perjalanan aku ke Jogja pun selesai,


alhamdulilah aku kembali kerumah dengan
keadaan sehat wal'afiat dan membawa oleh-oleh
baju dan makanan yang walaupun tinggal setengah
karena dimakan dijalan.

Tak terasa kini sudah 3 tahun berlalu, saat ujian dan


remedial telah selesai. Saatnya angkatan kami
mempersiapkan acara perpisahan. Kami
melaksanakan perpisahan di sekolah karena
keadaan yang tidak mendukung untuk melakukan
perpisahan diluar. Pada waktu itu, kami melakukan
gladi bersih sebelum hari perpisahan besok. Saat
dilaksanakannya gladi bersih semuanya dapat hadir
sehingga persiapan acara besok menjadi lebih
matang.

58
Hari perpisahan pun tiba, setiap murid berada
sesuai susunan kelas masing-masing. Acara pun
berlangsung dengan hikmat, semuanya hanyut
dalam kesedihan. Aku merasa masa SMP ini
banyak suka dan duka sehingga semuanya bisa
dijadikan pelajaran.

59
PROSES

Hidupkanlah dalam hatimu


Sebuah proses adalah jalan menuju sebuah hal
yang kamu raih
Hidupkanlah dalam pikiranmu
Bahwa proses adalah suatu hal yang harus lebih
kamu hargai
Hidupkanlah dalam tindakanmu
Bahwa kamu berhak untuk berproses menjadi
lebih baik lagi
Semua ada proses, butuh proses, dan harus ada
rasa berjuang dan perjuangannya

60
Kelabu

Setelah aku menyelesaikan sekolah menengah


pertama kemudian aku melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah atas.
Sekarang aku bersekolah di SMAN 1 Luragung
kelas 12 jurusan IPA. Aku mengambil jurusan IPA
karena aku ingin melanjutkan kuliah di kebidanan.
Sebelum aku melanjutkan ke jenjang perkuliahan
banyak suka dan duka yang ku lalui di masa SMA
ini.

Kurasa masa SMA ini sangat cepat karena tidak


terasa sekarang aku berada di kelas 12. Saat
datangnya virus corona pada maret 2020 membuat
pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran
jarak jauh karena menghindari penyebaran virus
corona. Semua kegiatan dilakukan hanya dirumah
saja. Karena itu aku sempat merasakan beberapa

61
kendala seperti bagaimana cara memahami materi
yang diberikan melalui video maupun PPT. Orang
tuaku juga bingung bagaimana mengatasi hal itu
sedangkan kalau keluar rumah saja takut
bagaimana mau mengikuti les tambahan. Tetapi
hari-hari kulalui, aku mulai belajar dengan mandiri
sampai dititik ini aku merasa pembelajaran jarak
jauh menjadi mudah karena sudah 2 tahun lebih
aku melewatinya.

Pada awal belajar online aku sangat bingung


bagaimana cara menggunakan bermacam aplikasi
yang baru aku gunakan seperti zoom, dan google
classroom. Lalu aku bertanya ke kakak.
“Kak bagaimana cara menggunakan
aplikasi zoom?”
Lalu kakak menjawab “Pertama-tama kamu sign in
aplikasi zoom dulu setelah itu kamu masukkan
meeting id lalu masukkan passcode lalu kamu bisa

62
on cam dan on mic kamu dengan cara menekan
tombol mikrofon dan kamera lalu kamu bisa
bertemu dengan guru dan teman mu”
“Ouh begitu yah terima kasih kakak”
Ucapku
Lalu aku melakukan pertemuan dengan temanku.
Aku sangat senang sekali bisa bertemu dengan guru
dan temanku walau tidak bertatap muka.

Setelah 5 bulan aku pun menjalani Penilaian Akhir


Semester satu, aku sudah belajar semua materi
tinggal bagaimana cara mengerjakan Penilaian
Akhir Semester tersebut, aku kira Penilaian Akhir
Semester jawabannya ditulis dikertas ternyata cara
mengerjakan Penilaian Akhir Semester berbeda
karena mengerjakan di laptop atau hp. Jika
mengerjakannya di kertas saja dan dikirim fotonya,
kemungkinan gurunya pasti akan susah menilainya
apalagi kalau tulisan anak jelek. Akhirnya sekolah

63
saya pun memutuskan menggunakan situs sekolah
supaya guru lebih enak menilai hasil Penilain Akhir
Semester tersebut, aku pun kaget jika Penilaian
Akhir Semester menggunakan situs sekolah karena
aku sudah terbiasa menulis jawaban di kertas lalu
kirim ke gurunya saat penilaian harian.

Tak terasa kini saatnya hari pembagian raport, aku


sungguh khawatir akan peringkat ku, walaupun
mamah sudah bilang tak apa kalau tak
mendapatkan peringkat pertama karena yang
terpenting aku sudah berusaha. Pembagian raport
dilakukan secara online mengingat angka
penyebaran virus Corona makin melonjak, dan
raport dibagikan dengan bentuk pdf. Tapi tak di
sangka-sangka sebelumnya kalau aku akan
mendapat peringkat pertama di kelas, aku sangat
bersyukur dan bangga atas pencapaian yang aku
raih.

64
Malam yang begitu sunyi dengan alunan suara
jangkrik yang bersautan, aku duduk di depan laptop
melihat video YouTube. Tiba-tiba handphoneku
berdering. Aku berteriak kegirangan setelah
mengeceknya, lantaran dalam pesan singkat
tersebut berisikan informasi bahwa pembelajaran
tatap muka akan dilaksanakan di bulan Agustus
mendatang dengan syarat harus mematuhi protokol
kesehatan dan mendapat persetujuan dari orang
tua/wali.

Hari yang paling aku nanti-natikan adalah hari


pertamaku mengikuti proses pembelajaran tatap
muka di sekolah walau terbatas. Aku sangat senang
karena di sekolah bisa lebih mudah memahami
materi yang dijelaskan. Sekolah tatap muka
menurutku sangat penting apalagi seperti aku
sekarang yang mau melanjutkan kuliah, dimana
aku harus memiliki bekal ilmu yang lebih banyak.

65
Sesampaiku di sekolah, aku disambut oleh petugas
osis di gerbang sekolah dan diarahkan untuk
mencuci tangan serta dicek suhu badanku dengan
menggunakan thermogun. Jika pada thermogun
menunjukkan angka di atas 37 derajat Celsius,
maka harus pulang lagi ke rumah dan tidak dapat
mengikut proses pembelajaran tatap muka di kelas.
Untungnya, suhu badanku 36,2 derajat Celsius.
Aku pun bergegas menuju ruang kelas. Saat aku
berdiri di depan pintu kelas, aku disapa oleh teman-
temanku yang duduk saling berjauhan. Kamipun
berkenalan lebih lanjut dan saling berbagi
pengalaman selama pandemi COVID-19. Ada yang
harus membantu orang tuanya terlebih dahulu
kemudian mengikuti proses pembelajaran secara
daring, ada pula yang harus berbagi waktu
menggunakan handphone dengan adik-adiknya
untuk belajar, terkadang ada materi yang sangat
sulit dipahami padahal sudah mencari beberapa

66
penjelasan di berbagai sumber dan juga sudah
bertanya via whatsapp dengan guru mata pelajaran
yang bersangkutan, bahkan adapula yang tidak
mengikuti pembelajaran dengan alasan kuotanya
habis.

Tepat pukul 07.00 bel berbunyi, yang menandakan


proses belajar mengajar akan berlangsung. Setiap
30 menit, guru bergantian masuk ke kelas hingga
pukul 11.45. Saat pergantian pelajaran ketujuh,
kami diberi waktu 15 menit untuk menambah
energi dengan menyantap bekal masing-masing
tanpa harus meninggalkan posisi duduk.

Tiba-tiba bel berbunyi yang berarti proses


pembelajaran hari ini telah selesai. Kami diarahkan
untuk langsung kembali ke rumah masing-masing
dan diperingatkan untuk selalu menjaga prot
kesehatan serta tidak mampir kemana-mana.

67
Pembelajaran tatap muka pada hari ini sangatlah
menyenangkan, meskipun pembelajaran hari ini
hanya dapat diikuti 18 siswa karena jumlah siswa
di setiap ruangan kelas hanya boleh diisi maksimal
50% dari kapasitas ruangan, juga kita bisa
berinteraksi secara langsung dengan guru dan
teman-teman meskipun duduk saling berjauhan dan
tidak dapat melihat wajah satu sama lain dengan
jelas karena sebagian wajah kita ditutupi oleh
masker. Selain itu, pembelajaran tatap muka dapat
memudahkan kami yang mengalami kesulitan
memahami materi karena dapat bertanya saat itu
juga. Dan pembelaran hari ini jauh lebih efektif
dibandingkan saat belajar secara daring.

68
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kini aku
sudah berada di kelas 12. Banyak suka dan duka
yang aku lalui untuk bisa berada ditahap ini. Aku
tau perjalanan ku masih panjang, masih ada cita-
cita yang harus aku wujudkan, ada masa depan
yang harus dipersiapkan, dan ada orangtua yang
harus dibahagiakan.

69
“Untuk diriku sendiri
Terima kasih sudah bertahan dan berjuang
hingga saat ini
Terima kasih telah menjadi pribadi yang terus
berusaha lebih baik
Maaf untuk segala kesusahan, kelelahan, dan
kesedihan yang tiada henti
Mari kita berjuang sedikit lagi
Tetap semangat ya aku”

70
Semesta ini penuh dengan kejutan
Kita nggak pernah tahu
kapan kita akan mulai tertarik dengan seseorang
Kita juga nggak pernah tahu
kapan jadwal kita untuk jatuh cinta.
Tugas kita sebenarnya sederhana
Cukup nikmati saja alurnya.

71
Jatuh Hati

Rasaku sempat terdiam beberapa tahun lamanya.


Sedikit pun aku tidak ingin ada pergerakan yang
begitu dominan di dalam hatiku. Aku sempat
menutup mati pintu hati begitu rapat. Apa pun
perihal cinta, tidak akan pernah kubiarkan untuk
masuk. Toh banyak kebaikan yang aku rasakan.
Kehidupanku menjadi teratur. Hari-hariku berjalan
dengan lancar tanpa ada satu pun keadaan yang
begitu membebani perasaan.

Aku tidak lagi begitu khawatir dengan sepi.


Kesunyian adalah hal yang sangat menyenangkan
untuk ku kawani. Hari-hariku diisi oleh pertemanan
dan buku. Sampai pada akhirnya aku bertemu
dengannya.

72
Dia yang telah dengan lancangnya mencuri
perhatianku, dan mengusir sepi yang biasanya
menemaniku. Dia hanya seorang laki-laki
sederhana yang mampu membuat aku tertawa
dengan segala tingkahnya. Dia yang tak pernah
sekalipun bernada tinggi bila sedang marah, dan dia
yang selalu memberikan semangat dikala aku
sedang terpuruk.

Ah..berbicara tentang dia mungkin akan sangat


panjang bila aku menceritakan semua tentangnya.
Tapi di sini aku akan sedikit bercerita tentangnya
dan juga tentang aku dan dia.

Ricky Andria Nurcholis namanya, dia lahir pada


tanggal 23 Juni 1999, ya memang dia lebih tua
enam tahun dibandingku. Mungkin karena itu juga
yang membuatnya terlihat dewasa dalam
menyikapi masalah apapun. Kini dia sedang kuliah

73
semester akhir di salah satu universitas yang ada di
kuningan. Dia juga sudah menjadi guru dan
mengajar di SMPN 2 Luragung.

Pertama kali aku bertemu dengannya adalah saat


aku berada di kelas 9 semester 1. Aku masih ingat
betul saat itu dia datang ke sekolahku dan
memperkenalkan dirinya sebagai pembina baru di
ekstrakurikuler kepramukaan. Kebetulan saat itu
aku menjabat sebagai Dewan Kehormatan yang
otomatis aku akan sering berkomunikasi
dengannya. Awalnya aku merasa canggung karena
aku memang sedikit susah dalam mengenal orang
baru tapi lama-kelamaan menjadi terbiasa. Aku
pikir awalnya dia orang yang cuek dan galak
karena aku belum pernah melihat dia tersenyum
tapi ternyata pikiranku salah karena setelah lama
kenal dengannya aku jadi tahu kalau dia orang yang
humoris menurutku.

74
Aku tak tahu kapan rasa ini datang, aku merasakan
hal yang aneh ketika dekat dengan dia. Aku jatuh
hati pada caranya memanggil namaku. Sama
halnya dengan yang lain memang, tetapi suaranya
ketika menyebutkannya membuatku candu
seketika. Aku jatuh hati pada caranya
memandangku. Karena hanya dengan seperti itu
mata kita bisa saling bertemu dan kerap ada yang
terungkap melalui manik mata itu. Aku jatuh hati
pada senyum yang selalu dia berikan pada semua.
Walau itu berarti aku harus menahan cemburu
ketika dia tersenyum manis pada mereka.

Kalau dihitung-hitung mungkin kita sudah dekat


selama 3 tahun lebih, waktu yang terbilang lama
memang. Aku pun salut dengan dia yang selalu
sabar menghadapi sifat keras kepalaku, marahnya
aku, dan cueknya aku. Selama ini saat dia marah

75
atau ada masalah denganku, dia tak pernah
sedikitpun menaikkan suaranya kepadaku, dia
selalu mengalah walau kadang dia juga sedikit
keras kepala. Tapi ada satu sifat dia yang aku tak
suka yaitu kala dia sedang cemburu, memang
cemburu tidak salah karena itu berati dia sayang
kepadaku tapi kadang itu membuatku malas karena
kalau dia sedang cemburu maka dia akan
menanyakan semuanya sampai semua pertanyaan
yang ada di otaknya terjawab. Tapi aku berterima
kasih kepadanya, karena selalu ada di saat aku
sedih dan selalu memberikan semangat kepadaku
agar tetap kuat. Dan maaf karena aku kadang
membuatmu kesal dan marah dengan semua
sikapku. Semoga kau masih mau untuk tetap
berjalan bersamaku.

Mencintaimu adalah perihal menerima risiko. Apa


pun itu. Aku paham betul bagaimana hati bekerja.

76
Cinta akan selalu tumbuh seiring waktu. Bisa
menjadi baik, bisa juga berbalik dari apa yang
pertama terasa. Begitulah sewajarnya. Dan, aku
hanya ingin mencintaimu dengan wajar. Tidak ada
yang ingin kulakukan berlebihan, karena memang
yang berlebihan tidak baik.

Aku ingin merindukanmu sewajarnya. Memberi


perhatian sekadarnya. Namun, satu hal yang selalu
aku lakukan adalah menjaga hatimu seutuhnya.
Aku tidak pernah berniat berpaling darimu. Aku
tidak pernah berniat mengalihkan hatiku pada
senyuman yang lain. Meski. sebagai manusia
sewajarnya merasa senang melihat yang indah.
Namun, aku tahu, aku memiliki keindahan sudah
terlalu indah untukku. Seutuhnya kamu.

77
Tentang Penulis

Penulis bernama Laila Komalasari atau biasanya


dipanggil Lail. Ia lahir di Kuningan pada tanggal
14 Oktober 2005. Laila adalah anak bungsu dari 3
bersaudara dari pasangan Jojo Sutarjo dan Emoh
Dasmah. Ia bersekolah di SMAN 1 Luragung yang
kini berada di kelas 12 Mipa 2. Ia bercita-cita ingin
menjadi seorang perawat. Dan ini merupakan karya
novel pertamanya.

78

Anda mungkin juga menyukai