Anda di halaman 1dari 5

Dendam harus di balas

Oleh: Hayatul Rahmi

Bumi berputar pada porosnya, Air mengalir dalam segar yang begitu jernih, burung-

burung berterbangan dengan suara desisnya, daun-daun jatuh di bawah pohonnya. Bunyi telapak

kaki yang berasal dari luar memasuki kedalam ruangan rumah yang sangat sederhana tapi punya

penghuni yang luar biasa yang istimewa bagiku. Keluarga adalah sumber ilmu pengetahuan

pertama bagiku dan juga merupakan teman bermain sambil belajar, emang iya belajar? Iyalah

kalau bukan keluarga yang mengajari pertama kali siapa lagi. Namaku hayatul rahmi, aku

merupakan anak ke empat dari 5 bersaudara, aku mempunyai only sister (kakak perempuan satu-

satunya) namanya Nurul afni orangnya super nakal dan pemberani , nakal ya tetap nakal tapi

orangnya genius banget, dia pernah mencapai juara umum di smp negeri 1 pirak timu dan juara

2 sastra antar sekolah sekabupaten dan banyak lagi juara-juara yang biasa menjadi kebanggaan

orang tua dan menjadi teman sekaligus guruku setelah ibu. Selain kakak perempuan aku juga

mempunyai 3 saudara laki-laki yang karakter ketiganya jauh berbeda. Sekilas tentang abang

yang pertama sering panggil Abang namanya Nasruddin, orangnya agak pendek tapi isi otaknya

sangat pintar sebagai buktinya dia pernah mencapai juara 1 di kelas dan ini dia orang patuh

banget tak pernah ngelawan sedikit pun. Mereka berdua memiliki kepintaran dan aktif di atas

rata-rata berbeda dengan abang yang satu lagi yaitu anak ketiga namanya Muhammad reza

kemudian di ubah menjadi khaidir akibat ia nakal banget. Salah satunya yang kuingat ketika ibu

bercerita bahwa di kala aku lahir entah sayang kepadaku atau benci aku kurang tau ketika baru

lahir ia tak mau jauh dari ibu dan aku, jika ada yang mau menjeguk atau bersilatur rahmi

ketempat persalinan ibuku yang baru saja melahirkan aku dia selalu rewel dan yang lebih parah

lagi ia mau pukul dengan pelepah sagu.dan dia pernah tinggal kelas sangking nakalnya SD pun
hampir tidak lulus, Alhamdulillah akhirnya lulus juga. walaupun SMPnya tidak tamat hanya

sampai kelas 1 aja.

Masa kecilku begitu seru masa begitu indah untuk bermain, berseda gurau dan bersenang.

Ya memang di marah!, Kadang di peduli! Tapi adakah merasa di pungkiri..? agar selalu tampil

bahagia menjadi anak yang ceria dan licah. Tujuan hidup di masa kecil pagi bangun tidur

bersiap-siap untuk pergi bermain. Ya walaupun aku gak pergi jauh dari kerumah bisa di katakan

anak rumahan tapi tetap bermain sumber kebahagianku.

Senin tahun 2007, aku di antar kesekolah pertama kalinya sangat senang, ya senanglah

bertemu teman baru, guru baru dan dunia bermain pun sangat luas. Ada kejanggalan dari aku

masuk sekolah dengan yang lainnya mereka jauh-jauh hari sudah menyiapkan alat untuk sekolah

sedangkan aku baru saja kemaren hari minggu pagi-pagi ibuku dan kakakku pergi kerumah pak

Ramli untuk mendaftarkan aku ke sekolah dasar. Aneh bin ajaib akhirnya aku bisa juga sekolah

di umurku 5 tahun setengah. Dengan modal rok lama dan tas lama kakak, baju lama dan sepatu

lama abang, dan jelbab ibu beserta satu buku dan pensil yang di beli di warung depan sekolah

akhirnya aku bisa juga sekolah. Kalau di bayangkan sekarang lucu dan sedih sih.. ya.. gak

papalah yang penting sekolah namanya juga takdir kalau gak di daftar hari itu mungkin aku

sudah nganggur sekolah. Aku gak bisa baca tulis yang ku bisa nulis kalau gak angka 5 ya angka

2 kalau huruf sama sekali aku gak tau.

Dalam ruangan semua murid di temani ibunya ada yang menangis, ada yang gak mau

sekolah karna teringat mainan di rumah, ada yang caper sama guru, dan beragam macam semua

murid. Aku sangat penasaran kenapa harus sekolah? Bagaimana metode dalam belajar? Yang

tetakhir apa yang akan di pelajari di sekolah? Petanyaan tersebut aku tersimpan rapi dalam hatiku
malu untuk ku utarakan kepada sang guru. Tak lama kemudian tepat jam 08:00 wib guru datang

ke kelas kami. beliau masuk dan memberi salam

“Assalamu’alaikum anak-anak” ibu guru memberti salam kepada kami semua

“waalaikum salam” kami menjawab serentak

“bagaimana hari ini menyenangkan bukan? Ya tentu pastilah kita belajar untuk mengikuti

jejak ibu kartini dan tengku fakinah untuk membela Negara dan agama kita. Sebagai

anak-anak kita harus menanamkan jiwa semangat dalam belajar dan harus mempunyai

cita-cita yang tinggi, belajarlah di waktu kecil bagai mengukir diatas batu tapi belajar di

waktu besar bagai mengukir di atas batu” ibu guru menasehati kami semua sebagai modal

sebagai pelajar

“nanti saat pulang wajib memberi salam kala membuka pintu dan bukan hanya rumah

murid saja tapi di kala tiap-tiap saat di kala mau masuk rumah orang lain wajib membeti

salam” tambah ibu guru lagi.

Hari-hari berlalu, keasyikan dalam belajar sambil bermain belum sepenunya kudapati

karna aku belum tau sepenuhnya tentang belajar, akhirnya naik kelas 2 dengan total nilai 55,5.

Tak lama aku duduk di kelas 2 keluargaku pindah rumah ya otomatis harus pindah sekolah. Tak

pernah kebayang sebelumnya untuk pindah sekolah tapi apa boleh buat namanya juga anak kacil

tentu harus mengikut orang tua.

Walaupun aku sudah pindah sekolah tapi tetap saja memporeleh nilai di bawah rata-rata

bisa di katakana si bodoh. Ada apa denganku kenapa malas bangat belajar? apa tujuan hidupku

sebenarnya? Tak dapat di pungkiri lagi hidupku di kala itu bermain dan bermain tak ada lagi hal
yang istimewa bagiku. Aku yang di jadikan bahan remehan, ejekan dan hinaan yang selalu ku

peroleh bahkan di rumah pun aku di jadikan sebagai kayu tolak ukur banding dengan saudaraku

yang lain.

Di tahun 2011, dengan Bismilah aku sadar dan ingin belajar dari masa lalu, belajar dari

kesalahan-kesalahan yang dahulu dan menjadikan motivasi untuk masa depan. Dalam hati aku

tanamkan ingin balas dendam, ya balas dendam! Balas dendam dangan menjadi berhasil di hari

esok .”focus” itulah kuncinya aku mulai untuk maju belajar memberantas semua kata orang,

ejekan mereka, dan hinaan yang tak perlu sama sekali untuk di balas.

Di sekolah, dalam ruangan sekolah ibu Mardiana memanggil nama yang akan ikut lomba

olimpiade dan di bimbing dalam kantor sekolah. Ibu pun mulai bicara “baiklah anak-anak

sekarang ibu akan pangil nama-nama yang akan ikut lomba olimpiade” sesuasana dalam kelas

sunyi dan tegang tanpa hening dan sitt terdengar “siapa?” semua murid Tanya sesama penasaran

beda denganku tak menghiraukan karna tujuanku ingin bisa dan bukan untuk juara. Ibu lanjut

bicara : “Rauzatul jannah, Eka Yuliani, Rosnita, Nurhalimah, Makfirah dan ….” Ibu diam

sejenak memerhatikan lembaran putih yang tertulis nama-nama peserta lomba olimpiade. “dan

Hayatul Rahmi’. Semua murid yang ada kala itu tercengang kaget termasuk aku kok bisa

terdaftar sebagai peserta olimpiade sedangkan peringkat tak pernah 5 besar, paling tinggi 6 besar

itu hanya sekali waktu akhir semester kelas 4, kok bisa mereka kalah saing denganku yang si

bodoh ini. Entahlah itu semua di luar sangkaan karna Allah telah mempersiapkan yang terbaik

untuk hamba-hambanya.

Tak lama kemudian, hari yang di tentukan lomba sudah di depan mata aku masih ragu

apa mungkin aku bisa ikut lomba olimpiade matematika. Alhamdulillah aku memperoleh juara 2,
Rauzatul jannah juara 1 olimpiade IPA, Nurhalimah 2 olimpiade IPA, Makfirah 2 olimpiade

BAHASA INDONESIA dan Eka yuliani 1 olimpiade MATEMATIKA. Semunya akan di ikut

sertakan lomba olimpiade sekabupaten. Apa yang harus ucapkan lagi? Usaha tidak akan

mengkhianati hasi, sungguh Allah maha kuasa diatas tiap-tiap sesuatu, rencanaNYA tiada yang

tau. Selesai bagi piala dan foto-foto aku dan kawan-kawan semua di suruh masuk kedalam

kantor, di sana banyak guru aku merasa malu. Semua guru menatapku dengan tatapan yang

membanggakan. Di belakang aku ada pak Ilyas berkata “saya gak tau kalau hayatul rahmi bisa

dan punya potensi untuk maju. Sebenarnya di kelas 4 dia nilai pelajarannya bagus-bagus semua

tapi saya pikir do contet sama Burhani, maafkan bapak nak ya…!”.

“iyalah dia itu emang bisa dan punya pola pikir yang tajam tapi nggak ngomong, duduk santai

saja” sahut ibu Yusrawati. Aku tersimpuh malu dan merasa tidak pantas untuk di puji.

Di rumah ibu dan saudarak yang baru saja pulang sekolah berada di depan pintu.

Sepulang sekolah aku langsung pulang sesampai di depan pintu aku tiba-tiba air mataku jatuh.

“kenapa nak?” Tanya ibu. “ sudah jangan menangis menang kalah itu hal biasa yang terpenting

kita berusaha selebihnya bukan kita yang ngatur”. Ibu tenangkan aku agar tidak menangis akibat

kegagalan di lomba pertama yang aku ikut. “Bukan bu, rahmi juara 2”. Semuanya tertawa “kok

bisa di hari bahagia malah tertawa” leceh abangku. “emang itu jati dirinya” tambah kakakku

membantu. “sudah-sudah jangan rebut lagi, ibu bangga dengan kalian pokoknya”.

Itulah kehidupan tek pernah tau kapan kita di atas kapan kita di bawah semuanya akan

kita rasakan rasa di ejek, rasa di puji, rasa di pungkiri dan rasa di manja semua menjadi alur

dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai