Bumi berputar pada porosnya, Air mengalir dalam segar yang begitu jernih, burung-
burung berterbangan dengan suara desisnya, daun-daun jatuh di bawah pohonnya. Bunyi telapak
kaki yang berasal dari luar memasuki kedalam ruangan rumah yang sangat sederhana tapi punya
penghuni yang luar biasa yang istimewa bagiku. Keluarga adalah sumber ilmu pengetahuan
pertama bagiku dan juga merupakan teman bermain sambil belajar, emang iya belajar? Iyalah
kalau bukan keluarga yang mengajari pertama kali siapa lagi. Namaku hayatul rahmi, aku
merupakan anak ke empat dari 5 bersaudara, aku mempunyai only sister (kakak perempuan satu-
satunya) namanya Nurul afni orangnya super nakal dan pemberani , nakal ya tetap nakal tapi
orangnya genius banget, dia pernah mencapai juara umum di smp negeri 1 pirak timu dan juara
2 sastra antar sekolah sekabupaten dan banyak lagi juara-juara yang biasa menjadi kebanggaan
orang tua dan menjadi teman sekaligus guruku setelah ibu. Selain kakak perempuan aku juga
mempunyai 3 saudara laki-laki yang karakter ketiganya jauh berbeda. Sekilas tentang abang
yang pertama sering panggil Abang namanya Nasruddin, orangnya agak pendek tapi isi otaknya
sangat pintar sebagai buktinya dia pernah mencapai juara 1 di kelas dan ini dia orang patuh
banget tak pernah ngelawan sedikit pun. Mereka berdua memiliki kepintaran dan aktif di atas
rata-rata berbeda dengan abang yang satu lagi yaitu anak ketiga namanya Muhammad reza
kemudian di ubah menjadi khaidir akibat ia nakal banget. Salah satunya yang kuingat ketika ibu
bercerita bahwa di kala aku lahir entah sayang kepadaku atau benci aku kurang tau ketika baru
lahir ia tak mau jauh dari ibu dan aku, jika ada yang mau menjeguk atau bersilatur rahmi
ketempat persalinan ibuku yang baru saja melahirkan aku dia selalu rewel dan yang lebih parah
lagi ia mau pukul dengan pelepah sagu.dan dia pernah tinggal kelas sangking nakalnya SD pun
hampir tidak lulus, Alhamdulillah akhirnya lulus juga. walaupun SMPnya tidak tamat hanya
Masa kecilku begitu seru masa begitu indah untuk bermain, berseda gurau dan bersenang.
Ya memang di marah!, Kadang di peduli! Tapi adakah merasa di pungkiri..? agar selalu tampil
bahagia menjadi anak yang ceria dan licah. Tujuan hidup di masa kecil pagi bangun tidur
bersiap-siap untuk pergi bermain. Ya walaupun aku gak pergi jauh dari kerumah bisa di katakan
Senin tahun 2007, aku di antar kesekolah pertama kalinya sangat senang, ya senanglah
bertemu teman baru, guru baru dan dunia bermain pun sangat luas. Ada kejanggalan dari aku
masuk sekolah dengan yang lainnya mereka jauh-jauh hari sudah menyiapkan alat untuk sekolah
sedangkan aku baru saja kemaren hari minggu pagi-pagi ibuku dan kakakku pergi kerumah pak
Ramli untuk mendaftarkan aku ke sekolah dasar. Aneh bin ajaib akhirnya aku bisa juga sekolah
di umurku 5 tahun setengah. Dengan modal rok lama dan tas lama kakak, baju lama dan sepatu
lama abang, dan jelbab ibu beserta satu buku dan pensil yang di beli di warung depan sekolah
akhirnya aku bisa juga sekolah. Kalau di bayangkan sekarang lucu dan sedih sih.. ya.. gak
papalah yang penting sekolah namanya juga takdir kalau gak di daftar hari itu mungkin aku
sudah nganggur sekolah. Aku gak bisa baca tulis yang ku bisa nulis kalau gak angka 5 ya angka
Dalam ruangan semua murid di temani ibunya ada yang menangis, ada yang gak mau
sekolah karna teringat mainan di rumah, ada yang caper sama guru, dan beragam macam semua
murid. Aku sangat penasaran kenapa harus sekolah? Bagaimana metode dalam belajar? Yang
tetakhir apa yang akan di pelajari di sekolah? Petanyaan tersebut aku tersimpan rapi dalam hatiku
malu untuk ku utarakan kepada sang guru. Tak lama kemudian tepat jam 08:00 wib guru datang
“bagaimana hari ini menyenangkan bukan? Ya tentu pastilah kita belajar untuk mengikuti
jejak ibu kartini dan tengku fakinah untuk membela Negara dan agama kita. Sebagai
anak-anak kita harus menanamkan jiwa semangat dalam belajar dan harus mempunyai
cita-cita yang tinggi, belajarlah di waktu kecil bagai mengukir diatas batu tapi belajar di
waktu besar bagai mengukir di atas batu” ibu guru menasehati kami semua sebagai modal
sebagai pelajar
“nanti saat pulang wajib memberi salam kala membuka pintu dan bukan hanya rumah
murid saja tapi di kala tiap-tiap saat di kala mau masuk rumah orang lain wajib membeti
Hari-hari berlalu, keasyikan dalam belajar sambil bermain belum sepenunya kudapati
karna aku belum tau sepenuhnya tentang belajar, akhirnya naik kelas 2 dengan total nilai 55,5.
Tak lama aku duduk di kelas 2 keluargaku pindah rumah ya otomatis harus pindah sekolah. Tak
pernah kebayang sebelumnya untuk pindah sekolah tapi apa boleh buat namanya juga anak kacil
Walaupun aku sudah pindah sekolah tapi tetap saja memporeleh nilai di bawah rata-rata
bisa di katakana si bodoh. Ada apa denganku kenapa malas bangat belajar? apa tujuan hidupku
sebenarnya? Tak dapat di pungkiri lagi hidupku di kala itu bermain dan bermain tak ada lagi hal
yang istimewa bagiku. Aku yang di jadikan bahan remehan, ejekan dan hinaan yang selalu ku
peroleh bahkan di rumah pun aku di jadikan sebagai kayu tolak ukur banding dengan saudaraku
yang lain.
Di tahun 2011, dengan Bismilah aku sadar dan ingin belajar dari masa lalu, belajar dari
kesalahan-kesalahan yang dahulu dan menjadikan motivasi untuk masa depan. Dalam hati aku
tanamkan ingin balas dendam, ya balas dendam! Balas dendam dangan menjadi berhasil di hari
esok .”focus” itulah kuncinya aku mulai untuk maju belajar memberantas semua kata orang,
ejekan mereka, dan hinaan yang tak perlu sama sekali untuk di balas.
Di sekolah, dalam ruangan sekolah ibu Mardiana memanggil nama yang akan ikut lomba
olimpiade dan di bimbing dalam kantor sekolah. Ibu pun mulai bicara “baiklah anak-anak
sekarang ibu akan pangil nama-nama yang akan ikut lomba olimpiade” sesuasana dalam kelas
sunyi dan tegang tanpa hening dan sitt terdengar “siapa?” semua murid Tanya sesama penasaran
beda denganku tak menghiraukan karna tujuanku ingin bisa dan bukan untuk juara. Ibu lanjut
bicara : “Rauzatul jannah, Eka Yuliani, Rosnita, Nurhalimah, Makfirah dan ….” Ibu diam
sejenak memerhatikan lembaran putih yang tertulis nama-nama peserta lomba olimpiade. “dan
Hayatul Rahmi’. Semua murid yang ada kala itu tercengang kaget termasuk aku kok bisa
terdaftar sebagai peserta olimpiade sedangkan peringkat tak pernah 5 besar, paling tinggi 6 besar
itu hanya sekali waktu akhir semester kelas 4, kok bisa mereka kalah saing denganku yang si
bodoh ini. Entahlah itu semua di luar sangkaan karna Allah telah mempersiapkan yang terbaik
untuk hamba-hambanya.
Tak lama kemudian, hari yang di tentukan lomba sudah di depan mata aku masih ragu
apa mungkin aku bisa ikut lomba olimpiade matematika. Alhamdulillah aku memperoleh juara 2,
Rauzatul jannah juara 1 olimpiade IPA, Nurhalimah 2 olimpiade IPA, Makfirah 2 olimpiade
BAHASA INDONESIA dan Eka yuliani 1 olimpiade MATEMATIKA. Semunya akan di ikut
sertakan lomba olimpiade sekabupaten. Apa yang harus ucapkan lagi? Usaha tidak akan
mengkhianati hasi, sungguh Allah maha kuasa diatas tiap-tiap sesuatu, rencanaNYA tiada yang
tau. Selesai bagi piala dan foto-foto aku dan kawan-kawan semua di suruh masuk kedalam
kantor, di sana banyak guru aku merasa malu. Semua guru menatapku dengan tatapan yang
membanggakan. Di belakang aku ada pak Ilyas berkata “saya gak tau kalau hayatul rahmi bisa
dan punya potensi untuk maju. Sebenarnya di kelas 4 dia nilai pelajarannya bagus-bagus semua
tapi saya pikir do contet sama Burhani, maafkan bapak nak ya…!”.
“iyalah dia itu emang bisa dan punya pola pikir yang tajam tapi nggak ngomong, duduk santai
saja” sahut ibu Yusrawati. Aku tersimpuh malu dan merasa tidak pantas untuk di puji.
Di rumah ibu dan saudarak yang baru saja pulang sekolah berada di depan pintu.
Sepulang sekolah aku langsung pulang sesampai di depan pintu aku tiba-tiba air mataku jatuh.
“kenapa nak?” Tanya ibu. “ sudah jangan menangis menang kalah itu hal biasa yang terpenting
kita berusaha selebihnya bukan kita yang ngatur”. Ibu tenangkan aku agar tidak menangis akibat
kegagalan di lomba pertama yang aku ikut. “Bukan bu, rahmi juara 2”. Semuanya tertawa “kok
bisa di hari bahagia malah tertawa” leceh abangku. “emang itu jati dirinya” tambah kakakku
membantu. “sudah-sudah jangan rebut lagi, ibu bangga dengan kalian pokoknya”.
Itulah kehidupan tek pernah tau kapan kita di atas kapan kita di bawah semuanya akan
kita rasakan rasa di ejek, rasa di puji, rasa di pungkiri dan rasa di manja semua menjadi alur
dalam kehidupan.