Anda di halaman 1dari 5

Autobiografi (Teks Sejarah Pribadi)

Oleh: Muhammad Naufal Razan

Mungkin masa kecil saya tidak seindah anak-anak seumuran yang lain. Nama

saya Muhammad Naufal Razan atau bisa kalia panggil juga Naufal. Saat saya

berumur 4 tahun, saya sudah terobsesi dengan alfabet dan angka, karna itu saya

sudah terampil membaca dan menghitung saat umur 4 tahun dan tidak merasakan

bahagia nya pendidikan usia dini dan taman kanak-kanak. Tetapi dengan adanya

bimbingan dan penjagaan dari orang tua, saya merasa masa SD saya cukup

menyenangkan dengan teman teman saya di sekolah.

Semasa saya kecil, saya adalah orang yang selalu menduduki 5 teratas

dibangku Sekolah Dasar karena itu saya sering mendapat penhargaan kecil dari

Guru, Ayah dan Ibu saya, tidak sedikit juga teman saya yang membelikan saya

jajanan saat istirahat tiba. Saat liburan tiba saya dan keluarga tidak lupa berwisata

keluar kota Jakarta dengan harapan dapat mencari angin segar dari kepenatan

sehari-hari, seperti umumnya keluarga lain, keluarga saya selalu menyampatkan

waktu untuk berkunjng kerumah saudara saat hari Lebaran dan hari libur panjang

lainnya.

Bersilaturahmi mengikat tali erat persaudaraan adalah hal yang saya sangat

sukai semasa kecil dahulu, hingga jarang terlihat kecanggungan diantara saudara

jauh maupun dekat saya dan keluarga saya, masa kanak-kanak tidak akan lepas

dari kata nakal dan jahil, saya pun turut bersikap nakal pada saat saya berumur

anak SD.
Hal yang selalu saya ingat adalah saya pernah bercanda diatas Kasur tingkat

milik sepupu saya, dan sepupu saya terjatuh dengan terpental sampai kebawah,

sepupu saya pun bangkit dan menangis sampai-sampai suaranya memenuhi seisi

rumah, mamah dan tante saya bergegas menuju tempat jatuhnya sepupu saya

akhirnya membantu sepupu saya untuk bangun dan telinga saya pun ditarik

sampai ikut kebawah juga, agak sakit sih tapi sepertinya tidak sepadan dengan

rasa sakit yang sepupu saya rasakan benjol di kepala,’kamu ngga papa kan?’ tanya

saya dengan nada setengah tertawa dan setengah panik, mama saya pun geram dan

berteriak ‘Gimana sih Naufal!!..’ saya hanya bisa pasrah dan meminta maaf

kepada sepupu dan Tante saya.

Dimasa Sekolah Menengah Pertama saya mempunyai teman baik atau bisa

disebut sebagai sahabat yang bernama Arif, Arif adalah anak yang sangat usil

tetapi tetap memiliki otak yang cerdik, ia biasa berbuat usil menggunakan otak

cerdik nya kepada teman-temannya, dan oleh sebab itu saya pun terkadang ikut-

ikutan berbuat usil mengikuti rencana Arif, karena jika anda tahu sebagian besar

rencana Arif tidak kalah cemerlang dengan rencana yang dibuat oleh mata-mata

Amerika (itu menurut saya).

Suatu hari disaat saya dan Arif berencana ingin mengerjai Sandi saya dan Arif

mempuyai ide cemerlang, Sandi adalah anak yang tinggi besar dari kelas sebelah

yang sering membully teman sekolah saya bahkan sekolah lain, mungkin bisa

dibilang bahwa satu sekolah yang tidak berada dalam “Geng” nya sangatlah
membenci Sandi, karena itulah kami berencana untuk membuatnya geram dan

kesal, kami meletakkan lem fox diatas bangku milik Sandi di jam istirahat, dan

saat Sandi kembali dari Kantin, Sandi akan terkena buah usil dari saya dan Arif,

dan disaat Sandi tiba dan duduk dibangku miliknya yang sudah saya dan Arif

letakkan Sandi berteriak dan segera berlari menuju kamar mandi untuk

membersihkan bokong nya dari lem tetapi hal itu sangatlah mustahil, Arif hanya

bisa tertawa karena rencana yang dibuatnya berhasil dengan sempurna.

Di penghujung semester kelas 9 Ujian Nasional sudah mendekati kami murid

kelas 9, disaat teman teman sebaya saya sedang berlatih untuk ujian, saya malah

tidak mempergunakan waktu dengan baik, saya selalu berbohong oleh orang tua

saya dan berkata bahwa saya sudah meguasai semua pelajaran dengan baik.

‘Naufal sudah belajar belum....! teriak mama saya dengan nada bertanya, saya

berbohong dan berteriak dengan menjawab sudah yang padahal saya belum

mempelajari materi apapun dari sekolah, saya lanjut bermain game dan tidak

menghiraukan pelajaran yang besok akan diujikan. Keesokan harinya saya dengan

penuh semangat memulai hari segera menuju kamar mandi dan bersiap untuk

menuju ke sekolah, saat saya mencium tangan kedua orang tua untuk ke sekolah

ibu saya pun mengelus rambut saya dan berkata ‘kerjain sebisa kamu ya Fal..

jangan nyontek... mama yakin kamu bisa ngerjain soalnya’, tetapi saya hanya

mengandalkan do’a kedua orang tua saya dan mengerjakann sebisa saya.
Disaat pengumuman kelulusan saya dinyatakan lulus tetapi, saya mendapatkan

rata-rata nilai yang tidak maksimal, saya sangat menyesal saya tidak menghargai

waktu dan belajar lebih giat lagi dimasa SMA mendatang.

Kini saya adalah siswa SMA kelas 12 atau bisa dibilang tahap akhir dalam

masa sekolah, masalah terbesar yang saya rasakan saat ini tentu adalah

memikirkan apa langkah yang baik yang harus dilakukan kedepannya agar saya

bisa menggapai cita saya pada masa mendatang. Jutaan shalawat serta salam juga

telah saya curahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan saya pun mengharapkan

sebanyak-banyaknya do’a kepada kerabat, keluarga, guru, serta teman-teman

terdekat. "Ribuan tantangan, Jutaan pengorbanan, Milyaran kemenangan".

Dengan cerita diatas lengkap sudah teks autobiografi tentang Muhammad

Naufal Razan yang sekiranya dapat memberikan kita ilmu besar tentang seberapa

pentingnya berperilaku jujur, kooperatif, dan bisa lebih mempersiapkan semua hal

dengan matang. Saya juga berharap dengan teks sejarah saya sebagai pelajar yang

penuh dengan cerita ini dapat menghibur dan membuat kita para pembaca tidak

merasa jenuh saat membaca, dan saya harap saya bisa berintrospeksi pada diri

sendiri dengan adanya karangan yang berisi tumpahan sedikit pengalaman buruk,

baik, dan jenaka ini.

" do what you have to do and make the most of your time." Demikian teks

autobiografi ini berakhir Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


.

Anda mungkin juga menyukai