Nim : 2108302113
Kelas : KPI 2C
B. Masa Sekolah
Mungkin kisah ini adalah time skip sekitar 5 tahun dari masa kecilku, aku mulai masuk ke
ranah sekolah dari mulai tahun 2008 waktu itu saya masuk sekolah TK ( taman kanak-kanak )
ashyidiqiyyah. Waktu sekolah dimasa kanak-kanak saya mulai mengenal yang namanya teman,
bermain bersama, dan hal yang menyenangkan lainnya disamping itu mungkin karena pemikirian
dan sikap anak-anak itu masih cengeng atau suka nangis aku dulu waktu di sekolah itu sering
menangis karena dulu teman-temanku sering mengejek tasku yang ada bonekanya. Jadi begini
ceritanya ketika aku akan masuk TK orang tuaku membelikan ku tas yang ada boneka yang bisa
bunyi awalnya aku tidak tau bahwa boneka yang ada ditasku itu bisa bunyi dan ternyata ketika aku
sedang belajar di kelas ada temanku yang iseng memencet boneka yang ada di tas saya lebih
terkejutnya lagi ternyata boneka itu bunyi sontak aku terkejut dan merasa malu ditambah teman-
temanku yang mulai tertawa sontak kejadian itu membuat aku menangis mungkin itu salah satu
hal memalukan yang pernah saya alami di TK. Mungkin untuk prestasi saya hanya dapat meraih
terbaik membaca al-qur’an. Jadi ketika itu ada perlombaan tempatnya di mas joko, alhamdulillah
saya terpilih menjadi salah satu perwakilan untuk mengikuti perlombaan tersebut dan
alhamdulillah saya bisa meraih juara disitu. Itu merupakan salah satu kebanggaan buat saya ketika
waktu TK.
Tak terasa sudah satu tahun saya sekolah di taman kanak-kanak dan akhirnya saya pun lulus
TK pada usia 6 tahun. Setelah lulus sayapun melanjutkan sekolah di SD Kampung Sawah 1.
Mungkin kebanyakan orang mengira masa yang paling menyenangkan itu adalah masa sekolah
asumsi orang itu memang benar adanya masa yang paling indah itu adalah masa sd maksud paling
indah disini itu adalah masa bermain. Masa- masa SD itu aku dikenalkan dengan adanya berkawan,
main bola bareng, berpetualang, mandi di irigasi bareng, pokonya jaman sd itu jaman terdebest
untuk bermain. Mungkin dari kisah diatas kalian beranggapan bahwa waktu sd saya hanya bermain
saja. Oh tidak, alhamdulliah saya cukup berprestasi waktu sd dimulai dari saya selalu masuk 3
besar dari mulai kelas1-6 SD dan pengalaman yang paling berkesan itu ketika saya mengikuti
perlombaan bulutangkis. Ini mungkin merupakan pengalaman yang butuh perjuangan waktu sd
dimulai dari perlombaan tingkat kecamatan disini saya lumayan berjuang untuk meraih juara
apalagi waktu final, disini saya harus-harus benar-benar berjuang ekstra untuk menggapai juara
dan alhamdulillah berkat usaha dan doa dari orang tua saya dapat menjuarai bulutangkis tingkat
kecamatan dan lanjut ketingkat kabupaten. Waktu ditingkat kabupaten saya benar-benar dibuat
cape dengan keadaan. Lawan-lawannya sangat berbeda ketika saya bermain ditingkat kecamatan
dan pada akhirnya saya hayu mampu sampai babak perempat final saja. Walaupun begitu itu
merupakan suatu kebanggaan bagi saya karena dengan kemampuan saya sendiri saya bisa bersaing
sampai tingkat kabupaten walaupun pada akhirnya saya kalah namun itu tidak membuatku patah
semangat saya akan terus berlatih untuk lebih baik lagi. Tak terasa perpisahan pun telah tiba 6
tahun bukanlah waktu yang membosankan banyak kenangan-kenangan menyenangkan yang tidak
bisa dilupakan sampai tua. Iya akhirnya saya lulus sekolah dasar pada tahun 2015 waktu yang amat
singkat namun sangat berkesan tawa dan duka kita emban bersama. Wahai kawanku sampai
kapanpun aku tidak akan pernah melupakan kalian semoga kita bisa berkumpul kembali dengan
membawa kesuksesan masing-masing.
C. Masa Pesantren
Setelah kurang lebih 6 tahun saya menjalankan pendidikan di sekolah dasar, akhrinya saya di
pesantrenkan oleh kedua orang saya. Mungkin bahasa pesantren sudah banyak dikenal oleh orang-
orang dengan lembaga pendidikan berbasis islam. orang tua memondokan anaknya disamping
untuk memperdalami ilmu agama dan bertujuan juga agar anak itu dapat di didik karakternya agar
menjadi anak soleh dan solehah. Begitupun juga saya, selain teradisi dari keluarga anak minimal
harus merasakan yang namanya pesantren dia juga harus terdidik akhlaknya agar menjadi anak
yang soleh. Akhirnya saya dimasukan ke pondok pesantren darul falah cihampelas bandung barat
setelah melakukan survei ke beberap pondok pesantren yang ada di jawa barat. Saya mondok urang
lebih 6 tahun di darul falah. Setelah di titipkan ke kiyai akhirnya sayapun resmi menjadi bagian
santri di darul falah. Benar kata orang dulu wajar ketika kamu pertama kali masuk pondok kamu
tidak akan merasa betah ternyata benar sekali malamnya saya mulai merasa tidak betah dan
akhirnya nangis di pojokan lemari. Selama kurang lebih 2 bulan saya selalu di jenguk oleh orang
tua saya sekitar 2 minggu sekali karena sifat cengeng saya yang mulai tidak betah mondok di
pesantren. Dan akhirnya setelah kurang lebih satu tahun saya mulai bisa beradaptasi dengan
pondok dan mulai bisa mengikuti kegiatan pondok dengan serius. Mungkin terkait perjuangan di
pondok itu kan identik dengan perjuangan menghafal kitab-kitab dan lain-lain. Awal mula saya
mulai bersungguh-sungguh menghafal kitab itu waktu saya di tanya oleh kakek saya sebelum
beliau wafat, beliau bertanya ke saya sudah hafal kitab apa saja dan alhamdulillah saya jawab
sudah hafal jurumiyah. Di situ kakek saya langsung bersyukur karena walaupun hanya hafal
jurumiyah namun perjuangan mengahafalnya itu loh yang membuat hal itu menjadi istimewa dan
kakek sayapun berpesan mungkin bagi saya ini adalah pesan terakhir bagi saya dari kakek saya
karena tidak lama setelah itu kakek saya meninggal dunia. Pesannya seperti ini “ jang kakek itu
pengen kamu itu meneruskan perjuangan kakek dan memiliki pondok pesantren “ seperti kakek
kamu ( maksud kakek disini adalah kakek dari ayah ) perkataan tersebut membuat saya terdorong
untuk bersungguh dalam menuntut ilmu yang asalnya saya hanya bermalas-malasan, main, dan
jajan, kini saya mulai membenahi diri saya sedikit demi sedikit dan alhamdulillah saya setiap
tahunnya mampu menghafal satu kitab bahkan sampai dua kitab. Dari semua kitab yang sudah
saya hafal mungkin alfiyah lah yang butuh perjuangan ekstra untuk menghafalnya karena saya
mulai menghafal alfiyah sendiri dari akhir kelas 2 SMP mungkin alasan yang menjadi saya lama
menghafal alfiyah adalah karena saya tidak niat dengan bersungguh-sungguh tapi walaupun begitu
saya masih ada keinginan untuk hafal alfiyah akhirnya setelah perjuangan yang sangat lama saya
mampu khatam alfiyah di kelas 2 SMA dan dapat mengikuti khataman alfiyah. Mungkin yang
belum tau akan merasa biasa-biasa saja, namun untuk para santri yang berjuang ini merupakan
suatu kebanggaan tersendiri karena mereka mampu menahan hawa nafsu mereka dan memilih
menghafal yang begitu banyak baitnya. Untuk prestasi saya tidak terlalu banyak mengukir prestasi
namun ada beberapa prestasi yang alhamdulillah saya pernah ukir seperti juara lomba cerdas
cermat, lomba baca kitab kuning, dan lainnya. Namun ada satu pristiwa yang sangat menyentuh
bagi saya. Kata guru-guru saya bahwa usaha itu tidak akan menghianati hasil, bahwa suatu saat
santri itu akan terpakai dimasyarakat. Itu semua bukan hanya ucapan semata, melainkan suatu
realita yang memang terbukti adanya. Sepeninggalannya ayah saya waktu saya hampir lulus di
pondok sebelum saya keluar saya mohon pamit kepada kiyai saya untuk meninggalkan pondok.
Disitu kiyai saya berpesan amalkanlah ilmu mu niscaya ilmu mu akan bertambah. Maka itu
terbukti setelah saya mulai disuruh orang tua saya untuk mengajar anak-anak. Ketika saya
mengajar alhamdulillah ilmu yang asalnya saya tidak tahu menjadi tahu, karena saya sering
muroja’ah kembali kitab-kitab yang sudah di kaji maka itu menjadi ilmu tambahan untuk kita.
Maka dari itu mari sama-sama bersungguh-sungguh dalam belajar karena suatu saat ilmu kita itu
pasti akan dibutuhkan baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain.