Ayah saya
bernama Saharudin dan Ibu saya bernama Ramnah. Saya anak ke 6 dari
Oktober 1997, dan saya dibesarkan oleh kedua orang tua saya disana
Kakak saya yang pertama bernama Dedi Yana yang sekarang profesinya
Anak pertama bernama Hidayatul Zikri Hiqal dan anak yang kedua
ketiga bernama Ira Yana yang menikah dengan seorang laki-laki yang
seorang anak laki-laki yang bernama Khairul Hizam. Dan akhirnya kakak
saya resmi menjadi orang Pulau Rupat. Kakak saya yang keempat
ia ingin menikmati masa mudanya untuk saat ini. Kemudian, kakak saya
bernama Wahyu Reza Fahlevi. Sampai saat ini mereke belum dikaruniai
seorang anak.
sedangkan ibu saya seorang ibu rumah tangga. Namun, walaupun kami
hidup dengan sederhana tapi kami hidup bahagia. Kedua orang tua kami
dan abang saya sukses semua dalam belajar menjadi seorang sarjana
dan saya saying dengan mereka. Karena tanpa mereka kami tidak akan
pernah tahu seperti apa bentuk dunia ini, tidak akan tahu seperti apa
cinta dan kasih sayang darinya, dan tidak akan pernah merasakan yang
namanya hidup.
Hobi saya bermain futsal, bulu tangkis, basket, catur,
atlet nasional bulu tangkis yang pernah menjuarai dan meraih beberapa
medali untuk membela tanah air kita Indonesia dalam beberapa tahun
silam yakni Taufik Hidayat. Dari situlah saya mulai tertarik dengan
dari kecil saya sudah diajarkan ibu untuk selalu melaksanakan sholat
lima waktu. Waktu kecil dan sampai sekarang setiap azan dating, ibu
saya memasuki 5 tahun orang tua saya menyuruh kakak saya yang
untuk memasuki Sekolah Dasar pada usia 6 tahun. Itu dikarenakan saya
sudah bisa membaca dan berhitung dan kakak saya mengatakan saya
sudah layak memasuki Sekolah Dasar dikampung saya sendiri. Saat itu
kali. Saya berangkat kesekolah tidak diantar oleh orang tua saya, tapi
saya berangkat dan pulang sekolah bersama kakak saya yang pertama.
Karena waktu itu, orang tua saya setelah sholat subuh mereka
daerah Kecamatan Merbau. Pada hari pertama saya masuk, saya sangat
canggung dikarenakan jumlah siswa yang lebih banyak dari jumlah siswa
waktu saya sekolah dasar tentunya memiliki karakter dan tingkah laku
yang beragam dan tidak semua orang baik disana. Berbagai macam
motor milik orang tuanya, ada juga yang menggunakan sepeda dan
sambil berdagang atau berjualan es. Pulang sekolah saya berjalan kaki
begitu cantik dari orang tua saya. Terkadang saya mengeluh karena
uang jajan yang dikasih ibu hanyalah seribu sampai 2 ribu rupiah, tidak
seperti teman saya lainnya dengan uang jajan yang di kasih orang
uang jajan seperti mereka, karena saya mengerti akan keadaan ekonomi
pada waktu itu. Saya juga tidak pernah bolos atau merengek karena
uang jajan yang dikasih ibu sangatlah kurang bagi saya, karena saya
tahu masih banyak orang diluar sana yang lebih serba kekurangan
pendidikan sama sekali, walaupun sekolah gratis tapi orang tua mereka
tidak sanggup untuk membelikan baju seragam beserta buku dan alat
tulis untuk anaknya. Oleh karenanya saya selalu bersyukur kepada yang
dan saya juga ikut menjadi anggota pramuka yang semenjak dari SD
mengambil jenjang yang lebih tinggi lagi. Saya memilih SMA Negeri 1
dengan melewati jalan yang sangat buruk dan jelek. Beberapa kali saya
bersama yang didampingi oleh kakak senior. Beberapa dari kakak senior
memanggil nama saya dengan sebutan Messi. Namun, setelah saya naik
Sampai suatu ketika, kami bermain domino didalam kelas ketika guru
tidak masuk. Hamper satu kelas yang ikut bermain domino meskipun
Kami dihukum satu kelas, dan yang pernah ikut main domino nama-
mengulanginya lagi.
ujian nasional (UN). Saya ketakutan menghadapi ujian ini, karena ini
merupakan ujian yang menentukan masa depan saya. Oleh Karen itu,
mereka terutama pada ibu yang telah mengandung saya selama 9 bulan
telah menyusui dan membesarkan saya dengan penuh kasih sayang yang
mana sampai saat ini saya tidak akan bisa membalas semua itu. Tapi
saya akan lakukan yang terbaik untuk membalas semua jasa yang telah
diberikan kepada saya dan saya anggap jasa yang telah diberikan
selama ini kepada saya merupakan hutang yang harus saya lunasi
kepadanya.
salah satu teman kami meninggal duniam kami sangat terpukul dengan
bersamanya penuh suka dan duka. Pada tanggal 2 mei 2015 yang mana
pada hari itu kelulusan saya diumumkan lewat sebuah amplop dari
hati agar diberi kelulusan dengan nilai yang sesuai kemampuan saya.
kekecewaan. Hal itu membuat saya semakin ketakutan. Lalu ketika saya
itu lega, utang saya kepada ibu sedikit demi sedikit berkurang karena
saya lulus ujian nasional. Saya sangat bersyukur karena Allah SWT
telah menjawab do’a saya, tidak sabar saya ingin membagi kebahagiaan
ini kepada orang tua saya. Saya segera pulang menemui orang tua dan
memberi tahunya bahwa saya lulus dan itu membuat orang tua saya
seperti SMA, SMK, dan MA. Kebanyakan orang disana mengecat baju
seragam mereka dengan berbagai pola hiasan. Namun saya tidak karena
kepala sekolah melarang kami untuk mengecat baju. Jadi saya lebih
Negeri Riau. Namun Allah belum berkehendak, saya sempat putus asa.
Setelah SNMPTN berlalu, ada lagi program SBMPTN yang saya ikuti.
perairan dan teknik perencanaan wilayah dan tata kota. Saya terus
berusaha dan berdo’a dan Allah pun mengabulkan do’a saya. Saya lulus
karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Saya tidak akan mampu
kakak dan teman-teman yang selalu member semangat saya untuk terus
berusaha. Saya juga berterima kasih yang sangat dalam sekali kepada
Universitas Islam Riau yang saya cintai yang telah memberi saya
tidak jauh dari kampus. Di kampus saya mempunyai banyak teman yang
bisa berbagi satu sama lainnya. Berbagai macam tingkah laku dari
teman-teman saya disini. Ada yang lucu, ada yang cerewet, dan lain
tetap satu jua. Disini juga kami mempunyai abang senior yang menjadi
motivasi untuk kami semua. Sekarang saya baru semester satu dan
tidak akan lama lagi insya allah saya akan semester 2. Harapan saya
Semua itu tidak akan terkabul tanpa DUIT (Do’a, Usaha, Ikhtiar dan