Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara menyakiti dalam
bentuk fisik, verbal atau emosional/psikologis oleh seseorang atau kelompok yang merasa
lebih kuat kepada korban yang lebih lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang tanpa
ada perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita.
Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang berarti banteng. Secara
etimologi kata "bully" berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Bullying
dalam bahasa Indonesia disebut "menyakat" yang artinya mengganggu, mengusik, dan
merintangi orang lain(Wiyani, 2012).
Perilaku bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga
korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk
melawan tindakan negatif yang diterimanya.
Bullying memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban
bullying. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi
karena mengalami penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah
yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah.
Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti
mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis, selalu memiliki
kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman
sebayanya (Berthold dan Hoover, 2000).
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi bullying dari beberapa sumber buku:
Menurut Olweus (2005), bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif yang
disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-
ulang dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat
mempertahankan dirinya dengan mudah atau sebagai sebuah penyalahgunaan
kekuasaan/kekuatan secara sistematik.
Menurut Wicaksana (2008), bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis jangka
panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak
mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau
menakuti orang itu atau membuat dia tertekan.
Menurut Black dan Jackson (2007), bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif
yang di-dalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau
menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia,
kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta dilakukan secara
berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.
Menurut Sejiwa (2008), bullying ialah sebuah situasi di mana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh
seseorang/sekelompok, dan dalam situasi ini korban tidak mampu membela atau
mempertahankan dirinya.
Menurut Rigby (1994), bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti yang
diperlihatkan ke dalam aksi secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih
kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan secara senang
bertujuan untuk membuat korban menderita.
Unsur-Unsur Bullying
Menurut Coloroso (2006), terdapat empat unsur dalam perilaku bullying kepada seseorang,
yaitu sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying dapat saja orang yang lebih tua,
lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status sosial,
berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang sama. Sejumlah besar
kelompok anak yang melakukan bullying dapat menciptakan ketidakseimbangan.
2. Niat untuk mencederai. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional
dan/atau luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan menimbulkan rasa
senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.
3. Ancaman agresi lebih lanjut. Baik pihak pelaku maupun pihak korban mengetahui
bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali. Bullying tidak
dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja.
4. Teror. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi
dan memelihara dominasi. Teror yang menusuk tepat di jantung korban bukan hannya
merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan tindakan bullying, teror itulah yang
merupakan tujuan dari tindakan bullying tersebut.
Jenis dan Bentuk Bullying
Menurut Coloroso (2006), perilaku bullying dapat dikelompokkan menjadi empat bentuk,
yaitu:
d. Bullying elektronik
Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui
sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS
dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan,
animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau
menyudutkan.
Sedangkan menurut Susanto (2010), ciri-ciri korban bullying antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi
korban atau sebaliknya.
2. Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua
mereka.
3. Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang
bodoh dan tidak berharga. Kepercayaan diri mereka rendah dan tingkat kecemasan
sosial mereka tinggi.
4. Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki-laki lebih sering mendapat
siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik. Dibandingkan korban laki-laki,
korban perempuan lebih sering mendapat siksaan secara tidak langsung misalnya
melalui kata-kata atau bullying verbal.
5. Secara antar perorangan, walaupun korban sangat menginginkan penerimaan secara
sosial, mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah
sosial. Anak korban bullying kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban tidak
bersikap aktif dalam sebuah aktivitas.