Jenis Pithecanthropus ini paling banyak jenisnya ditemukan di Indonesia. Ada beberapa
jenis Pithecanthropus yang diketahui, antara lain, sebagai berikut.
1. Pithecanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak) adalah fosil yang paling
terkenal temuan Dr. Eugene Dubois tahun 1890, 1891, dan 1892 di Kedungbrubus
(Madiun) dan Trinil (Ngawi). Temuannya berupa rahang bawah, tempurung kepala,
tulang paha, serta geraham atas dan bawah. Berdasarkan penelitian para ahli,
Pithecanthropus erectus memiliki ciri tubuh sebagai berikut.
Berjalan tegak.
Volume otaknya melebihi 900 cc.
Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat.
Tinggi badannya sekitar 165 – 170 cm.
Berat badannya sekitar 100 kg.
Makanannya masih kasar dengan sedikit dikunyah.
Hidupnya diperkirakan satu juta sampai setengah juta tahun yang lalu.
Hasil temuan Pithecanthropus erectus ini oleh para ahli purbakala dianggap sebagai
temuan yang amat penting, yaitu sebagai revolusi temuan-temuan fosil manusia purba
yang sejenis. Jenis fosil Pithecanthropus erectus ini diyakini sebagai missing link, yakni
makhluk yang kedudukannya antara kera dan manusia. Penemuan ini menggemparkan
dunia ilmu pengetahuan sebab seakan-akan dapat membuktikan teori yang
dikemukakan oleh Charles Darwin dalam teori evolusinya. Darwin dalam bukunya yang
berjudul The Descent of Man (Asal Usul Manusia) menerapkan teori berupa
perkembangan binatang menuju manusia dan binatang yang paling mendekati adalah
kera. Hal ini diperkuat penemuan manusia Neanderthal di Jerman yang menyerupai
kera maupun manusia.
Spesies
Status spesies untuk Homo rudolfensis, Homo ergaster, Homo georgicus, Homo antecessor, Homo
cepranensis, Homo rhodesiensis dan Homo floresiensis masih diperdebatkan. Homo
heidelbergensis dan Homo neanderthalensis berhubungan dekat satu sama lain dan dianggap
sebagai subspesies dari Homo sapiens. Baru-baru ini, DNA nuklir dari spesimen Neanderthal
dari Gua Vindija telah diurutkan, menggunakan dua metode berbeda yang memberikan hasil yang
sama sehubungan dengan garis keturunan Neanderthal dan Homo sapiens, dengan kedua analisis
tersebut menyatakan waktu berpisahnya antara 460.000 dan 700.000 tahun lalu, dan perpisahan
populasi disimpulkan terjadi sekitar selama 370.000 tahun. Hasil DNA nuklir mengindikasikan bahwa
sekitar 30% allele turunan pada Homo sapiens juga terdapat pada garis keturunan Neanderthal.
Frekuensi yang tinggi ini memungkinkan adanya perpindahan gen antara leluhur manusia dan
populasi Neanderthal.