Anda di halaman 1dari 3

Adikku Nisa

Oleh, Salma H

Berada disini mengingatkanku tentang kejadian yang terjadi 20 tahun yang lalu. Ingatan yang
memasuki pikiran ini membawa rasa bersalah, penyesalan, dan duka yang menyayat hatiku. Aku
menyalahkan diriku atas apa yang terjadi. Bila saja aku tidak mengizinkannya, mungkin ia masih
berada disini, menemaniku dan melewati kehidupan bersama.

Aku dan adikku Nisa tinggal di Panti asuhan semenjak orang tua kami meningggal dunia.
Panti asuhan yang kami tinggali adalah panti asuhan kecil yang berada di desa, bahkah jumlah anak
yang diasuh tidak lebih dari sepuluh orang, dan kebanyakan sudah mulai remaja. Pak Yayan yang
merupakan kepala panti asuhan adalah orang yang merawat kami dan anak-anak lainnya. Walaupun
orang tua ku sudah meninggal, asalkan ada Nisa, kami berdua pasti bisa Bahagia.

Pagi itu, seperti biasa aku dan Nisa hendak berangkat kesekolah. Sebelum berangkat, tiba-
tiba Pak Yayan memanggil adikku, dan beliau berkata “Nisa, kamu kalau sudah selesai sekolah jangan
pergi main dulu, langsung pulang saja, Pak Yayan punya kabar Bahagia untuk kamu”. “Baik Pak
Yayan nanti aku langsung pulang ke Panti”. Kata Nisa dengan ceria, lalu memberi salam perpisahan
kepada Pak Yayan.

Entah kenapa setelah mendengar perkataan Pak Yayan kepada Nisa, aku merasa ada yang
aneh. Akan tetapi karena hampir telat, aku tidak terlalu mengambil pusing perkataan Pak Yayan dan
langsung pergi Bersama Nisa ke sekolah.

Siang itu saat aku Kembali dari sekolah, aku melihat sebuah mobil terparkir di depan Panti
Asuhan. Aku heran siapa yang datang, sebelumnya tidak pernah ada orang yang dating Panti asuhan
disini. Seketika aku mengingat perkataan Pak Yayan kepada Nisa, lalu aku langsung berlari kedalam
Panti untuk mencari Nisa.

Benar saja firasatku, aku menemukan Nisa di kantor Pak Yayan Bersama dengan dua
`pasangan suami istri. “Apa maksud Pak Yayan ??”, teriakku dengan suara kencang yang memenuhi
ruangan. Mendengar itu Pak Yayan meminta dengan sopan kedua pasangan itu dan Nisa untu keluar
ruangan lalu perlahan menghampiriku dan berkata “Seperti kata Bapak, ada kabar Bahagia unutk
Nisa”. dengan raut senyumnya Sambil memberitau kepada ku bahwa kedua pasangan itu adalah
orang yang ingin mengadopsi Nisa.

“Mengadopsi apanya!! NIsa masih mempunyai aku sebagai kakaknya, Nisa tidak perlu
mempunyai keluarga baru. Kalau kalian ingin mengadopsi anak, kenapa tidak anak-anak yang lainnya
saja? Kenapa harus Nisa? tanyaku kepada Pak Yayan.

”Apa maksud kamu? Bukannya bagus apabila Nisa bisa tumbuh dengan adanya kasih saying
orangtua. Terlebih Nisa bisa mendapatkan Pendidikan yang lebih baik nantinya bila ia diadopsi oleh
mereka. Apa kamu tidak ingin melihat Nisa Bahagia? Bapak tau kamu menyangangi Nisa, tapi kamu
juga harus memikirkan masa depannya” kata Pak Yayan dengan suara lembut dan raut kekhawatiran
di wajahnya. “Jadi maksud Pak Yayan, aku tidak bisa memberikan kebahagiaan untuk Nisa? kataku
dengan tegas.

Mendengar itu pak Yayan lalu berkata ”Memangnya apa yang bisa kamu lakukan? Apa kamu
bisa mencari nafkah? Apa kamu bisa menyekolahkan Nisa? Apa kamu berfikir apabila kamu sudah
lulus dengan hanya ijazah SMA kamu bisa mencari pekerjaan? Kalau kamu berfikir seperti itu apa
yang akan terjadi dengan Nisa, kamu juga tau Panti Asuhan ini tidak bisa bertahan lama”.

Mendengar perkataan Pak Yayan membuatku terdiam. Aku tau bahwa Panti ini tidak akan
bertahan lama. Aku sadar apabila Pak Yayan hanya ingin membantu. Akan tetapi aku tidak rela. Ayah
dan ibu adalah orangtua Nisa. Walaupun aku tau Nisa tidak terlalu mengingat tentang mereka,
karenan Nisa hanya berumur tiga tahun saat kedua orang tua kami meninggal. Tapi tetap saja,
selama lima tahun terakhir kami selalu Bersama, dan Nisa adalah satu-satunya keluargaku. Hatiku
merasa sesak membayankan apabila lisa pergi meninggalkanku.

Seketika suara Pak Yayan menyadarkan ragaku. “Kamu tidak perlu terlalu sedih. Nisa
diadopsi bukan berarti kalian tidak akan pernah bertemu. Kalian masih bisa bertukar kabar dengan
surat. Dan apabila kamu sudah mulai dewasa, kamu juga bisa mengunjungi Nisa nantinya” kata Pak
Yayan sembari menenangkanku. Kata-kata Pak Yayan meringankan keresahanku. Beliau benar, aku
harus memikirkan masa depan Nisa. Aku tidak ingin Nisa tidak memiliki Pendidikan dan Kehidupan
yang baik nantinya. “Baiklah Pak Yayan aku setuju. Bapak benar, Nisa akan mendapatkan Pendidikan
dan kasi hsayang orangtu yang tidak pernah Nisa ingat ingat sebelumnya”, kataku memberi
persetujuan akan pengadopsian Nisa. Mendengar itu Pak Yayan berterimakasih kepadaku, dan
mengatakan bahwa ia akan menyiapkan dokumen pengadopsian Nisa secepatnya.

Setelah itu aku keluar dari kantor PaK Yayan dan menemukan Nisa sedang duduk didepan
menungguku. Nisa berlari kearahku dan berkata “Kakak tenang saja, aku juga tidak ingin diadopsi,
aku ingin terus Bersama kakak” kata Nisa dengan tatapan sedih dan meyakinkan ku bahwa dia tidak
akan menginggalkanku. “Tidak Nisa. Kamu harus mau untuk diadopsi oleh mereka, mereka terlihat
baik. Kakak yakin mereka pasti bisa menjaga dan memberikan yang terbaik untuk Nisa” kataku. “Aku
nggak mau kak! Aku nggak mau pergi, aku ingin bersama kakak. Kenapa kakak menyuruhku pergi?
Apa kakak sudah tidak menyayangiku lagi?” teriak nisa dengan tersedu-sedu.

Melihat Nisa yang menangis dan enggan untuk berpisah denganku, membuat ku tak rela
untuk mengiziznkan kepergiannya. Hatiku terasa bimbang, dalam hati aku bertanya apa
keputusanku. Aku tidak ingin berpisiah dengan Nisa, tetapi aku juga tidak ingin Nisa hidup susah dan
memiliki masa depan yang tidak jelas.

“Nisa tenang saja, kakak tidak akan meninggalkan kamu. Kakak akan sering mengunjungi
kamu nantinya agar kamu tidak kesepian, kakak juga akan sering mengirim kabar ke Nisa supaya Nisa
selalu merasa dekat dengan Kakak” kataku kepada NIsa meyakinkan walaupun NIsa memiliki
keluarga baru nantinya, aku tidak akan meninggalkannya. Mendengar itu Nisa akhirnya setuju untuk
diadopsi.

Malam hari pun tiba. Setelah Pak Yayan sudah melengkapi semua dokumen pengadopsian
Nisa. Tiba saatnya untuk kepergian Nisa Bersama keluarga barunya. Hati merasa belum siap,
mengingat bahwa satu-satunya keluarga yang aku miliki akan pergi dari sisiku. Tiba-tiba kedua
pasangan itu mendatangi ku dan meyakinkanku bahwa mereka akan menjaga dan menyayangi NIsa
seperti anaknya sendiri. Mendengar itu membuatku yakin bahwa Nisa akan baik-baik saja. Lalu aku
dan NIsa berpelukan dan menangis dalam pelukan masing-masing. Berjanji bahwa kita tidak akan
melupakan satu sama lain dan akan terus memeberi kabar dan menyempatkan untuk bertemu
nantinya.

Mobil yang membawa Nisa mulai meninggalkan Panti dan mulai menghilang dari pandangan
dan hanya menyisakan sedikit lampu mobil yang lama kelamanan juga hilang dan meninggalkan
kegelapan yang sunyi.
Aku tiadak bisa tertidur dan hanya menatap kosong kamar tidurku sambal memikirkan NIsa.
Entah kenapa ada perasaaan tidak enak dalam pikiranku. Saat ini a ku merasa kepergian Nisa ini akan
membuat aku dan Nisa tidak akan pernah bertemu lagi. Dengan cepat aku menepis perasaan itu dan
meyakinkan bahwa Nisa akan baik-baik saja, dan keluarga baru Nisa juga kan menjaga NIsa dengan
baik.

Di tengah malam, tiba-tiba Pak Yayan masuk kekamarku dengan tatapan horror diwajahnya.
Ekspresi Pak Yayan membuatku takut untuk dan tidak ingin berfikir bahwa telah terjadi sesuatu yang
buruk menimpa Nisa. Pak Yayan lalu menyuruhku bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Diperjalanan,
tidak ada satupun yang berbicara. Pak Yayan hanya terdiam dan focus menyetir. Aku ingin
menanyakan apa yang terjadi, tapi aku juga takut apaila mendengar kenyataan yang akan diucapkan
oleh Pak Yayan.

Sesampainya dirumah sakit, aku mengikuti Pak Yayan yang belari kea rah UGD. Saat berada
di depan ruangan UGD, aku terdiam mematung dengan tatapan kososng. Aku merasa waktu
berhenti saat melihat NIsa terbaring di atas Kasur dengan luka yang memenihu tubuhnya dan layer
monitor yang menunjukkan garis lurus. Jantung ku tersa berhenti sesaat, pandangan ku mulai kabur,
dan kesadaranku hilang saat dokter menyatakan bahwa adikku Nisa telah meninggal dunia.

Dalam kegelapan di jiwaku, aku menyadari bahwa aku tidak akan pernah bisa melihat Nisa.
AKu tidak bisa menepati janjiku untuk selalu Bersama dengannya. Dan sekarang Nisa telah
meninggalkanku sendirian di dunia ini

Anda mungkin juga menyukai