Anda di halaman 1dari 7

Nama : Maura Febiola

Nomer : 19
Kelas : 9D

Judul : Omah: Membaca Makna Rumah Jawa

Penulis: Revianto Budi Santoso

Penerbit: Bentang Budaya, 2000

Tebal: 260 halaman

I. Sinopsis Novel “Omah Membaca Makna Rumah Jawa”

Rumah, kata sang bijak, adalah tempat mematut dua hati di bawah satu atap.

Sebuah keluarga sangat bergantung pada keberadaan rumah. Karena itu,

Kanjeng Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya agar selalu berdoa,

"Ya Allah, berikanlah kami rumah yang luas."


Dalam budaya Jawa, rumah dikenal sebagai tempat metu-manten-mati (lahir,

menikah, dan meninggal). Trilogi peristiwa penting itu sesungguhnya

menggambarkan bahwa rumah, seperti kata Norberg-Schulz, seorang pakar

arsitektur, berperan dalam mewujudkan posisi diri di dunia ini.

Dengan mengambil contoh rumah-rumah di Yogyakarta, yang telah dihuni

setidaknya oleh dua generasi, Revianto Budi Santoso berusaha mengelaborasi

makna rumah pada masyarakat Jawa. Buku yang berangkat sebagai tesis

master pada School of Architecture, McGill University, Kanada, ini menarik

disimak.

Alurnya mengalir. Datanya kuat. Dan Revianto menganalisis arti filosofis

dalam setiap bentuk bangunan rumah Jawa. Untuk kajiannya ini, Revianto

membagi tiga struktur rumah: struktur tunggal (milik pedagang kecil),

multistruktur (milik perajin batik), dan keraton (rumah tinggal bangsawan).

Revianto lalu membahas setiap nama sudut dalam rumah Jawa, mulai jogan

(tempat tujuan/ruang tengah), senthong (beranda), amben (ruang kerja dan

istirahat), pendhapa (ruang anjang-sana), omah (ruang dalam), dan lain-lain.

Setiap sudut ternyata memiliki arti penting.

Pendhapa, misalnya, selain dikenal sebagai tempat beranjangsana, juga

merupakan cermin akan kemampuan seseorang membangun hubungan

publik secara baik dengan tetangganya. Pendhapa adalah simbol kepedulian,


kebersamaan, dan penghormatan pada tetangga.

Pada rumah tipe kedua (multi-struktur), yang mencerminkan kelas menengah,

pembagian tata ruang biasanya lebih luwes. Misalnya, ruang yang agak luas,

seperti amben, acap digunakan sebagai lahan usaha batik. Kaum wanita Jawa

menenun motif-motif indah batik di ruang ini.

Kegiatan ini sekaligus mencerminkan bahwa secara kodrati wanita

merupakan makhluk yang feminin, tekun, ulet dan -kalaupun bekerja- tidak

harus mengabaikan kewajiban rumah tangganya. Sedangkan mengenai tata

ruang keraton, Revianto menjelaskan secara khusus mengenai peran setiap

ruang yang digunakan di tempat tinggal bangsawan itu.

Misalnya keputren. Ruang ini digunakan para klangenan (selir Sultan) yang

dibagi berdasarkan urutan keutamaan mereka di sisi raja. Klangenan yang

paling disenangi akan mendapat space yang lebih luas, demikian seterusnya.

Sedangkan ruang Siti Hinggil Utara hanya digunakan Sultan untuk menyapa

rakyatnya pada tiga momen saja: hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan peringatn

Maulid Nabi.

Bab ketiga menarik dicermati lebih jauh. Di sini Revianto membahas peran

rumah yang kedua, yaitu sebagai tempat manten (menikah), terutama bagi

keluarga mempelai wanita. Peristiwa ini menggambarkan peralihan peran

rumah dari sekadar tempat berteduh menjadi ajang ritual.


Peran rumah berikutnya adalah sebagai tempat prosesi kematian. Kematian

suami selaku kepala rumah tangga biasanya diabadikan oleh istri-istrinya

dengan tidak memindahkan barang apa pun yang menjadi milik suami dari

rumah yang ditinggalkannya. Abdi ini menunjukan kuatnya tali hubungan

suami-istri yang menjadi fondasi mengapa dua insan berlainan jenis dapat

bersatu di bawah atap yang disebut sebagai rumah.

Buku ini cukup informatif untuk memahami arti rumah bagi masyarakat Jawa.

Kekuasaan, kemakmuran, ketenteraman, bagi banyak masyarakat Jawa

sangat ditentukan dari pilihan rumah yang dibangun. Maka, memahami omah

adalah memahami kehidupan kelompok kebudayaan.

II. Kegiatan Literasi

1. Apa hal yang paling kamu sukai dari buku tersebut, mengapa?

2. Manfaat apa yang penting untuk dibaca?

3. Adakah kalimat atau ungkapan yang mengesankan buatmu, apa itu?

4. Tulis rekomendasi kepada temanmu: Jika kamu ingin mendapatkan

informasi tentang............... Bacalah buku ini.

Jawab :
1. Hal yang paling saya sukai dari buku tersebut adalah buku tersebut

memberikan penjelasan yang belum saya ketahui sebelumnya mengenai

rumah di Yogyakarta.

2. Manfaat yang penting untuk dibaca adalah rumah memiliki arti yang

penting bagi sosial budaya masyarakat Jawa.

3. Kalimat atau ungkapan yang mengesankan buat saya adalah Kalender

"tidak menceritakan kapan suatu waktu, tapi menceritakan waktu macam

apa" (don't tell you what time it is; they tell you what kind of time it is).

4. Rekomendasi kepada teman saya adalah Jika kamu ingin mendapatkan

informasi tentang makna rumah bagi masyarakat Jawa, bacalah buku ini!

III. Struktur
1. Abstrak : Dalam budaya Jawa, rumah dikenal sebagai tempat metu-

manten-mati (lahir, menikah, dan meninggal). Trilogi peristiwa penting itu

sesungguhnya menggambarkan bahwa rumah, seperti kata Norberg-Schulz,

seorang pakar arsitektur, berperan dalam mewujudkan posisi diri di dunia ini.

2. Orientasi : Alurnya mengalir. Datanya kuat. Dan Revianto menganalisis arti

filosofis dalam setiap bentuk bangunan rumah Jawa. Untuk kajiannya ini,

Revianto membagi tiga struktur rumah: struktur tunggal (milik pedagang

kecil), multistruktur (milik perajin batik), dan keraton (rumah tinggal

bangsawan).

3. Komplikasi : Revianto lalu membahas setiap nama sudut dalam rumah Jawa,

mulai jogan (tempat tujuan/ruang tengah), senthong (beranda), amben (ruang

kerja dan istirahat), pendhapa (ruang anjang-sana), omah (ruang dalam), dan

lain-lain. Setiap sudut ternyata memiliki arti penting.

4. Evaluasi : Pendhapa, misalnya, selain dikenal sebagai tempat

beranjangsana, juga merupakan cermin akan kemampuan seseorang

membangun hubungan publik secara baik dengan tetangganya. Pendhapa

adalah simbol kepedulian, kebersamaan, dan penghormatan pada tetangga.

5. Resolusi : Peran rumah berikutnya adalah sebagai tempat prosesi

kematian. Kematian suami selaku kepala rumah tangga biasanya diabadikan

oleh istri-istrinya dengan tidak memindahkan barang apa pun yang menjadi
milik suami dari rumah yang ditinggalkannya. Abdi ini menunjukan kuatnya

tali hubungan suami-istri yang menjadi fondasi mengapa dua insan berlainan

jenis dapat bersatu di bawah atap yang disebut sebagai rumah.

6. Koda : Buku ini cukup informatif untuk memahami arti rumah bagi

masyarakat Jawa. Kekuasaan, kemakmuran, ketenteraman, bagi banyak

masyarakat Jawa sangat ditentukan dari pilihan rumah yang dibangun. Maka,

memahami omah adalah memahami kehidupan kelompok kebudayaan.

IV. Unsur Intrinsik

1. Tema : Buku ini menggambarkan tentang Rumah, kata sang bijak, adalah

tempat mematut dua hati di bawah satu atap. Sebuah keluarga sangat

bergantung pada keberadaan rumah.

2. Tokoh : Revianto Budi Santoso

3. Lattar : Omah/Rumah

4. Sudut pandang : Revianto Budi Santoso berusaha mengelaborasi makna

rumah pada masyarakat Jawa.

5. Amanat : Memahami omah adalah memahami kehidupan kelompok

kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai