Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS NOVEL

AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG


KARYA TERE LIYE

1. Pendahuluan
Penulis menganalisis novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye karena novel ini
memiliki alur yang mudah diikuti oleh si pembaca. Tere Liye menceritakan kehidupan sang tokoh
mulai dari masa remaja hingga dewasa. Ia pun menggambarkan karakter tokoh utama yang
memiliki sifat yang diajarkan ayahnya walaupun pada akhirnya tokoh utama akan merasa
dibohongi oleh cerita-cerita tersebut. Penggambaran perilaku tokoh-tokohnya juga begitu menarik
membuat pembaca tidak bosan.Selain itu, Tere Liye juga menyajikan nilai-nilai moral yang
dikemas dengan baik yang secara tidak langsung menginspirasi para pembaca untuk menjadi orang
yang berbakti kepada orang tuanya terutama Ayah.
Novel ini juga membahas nilai-nilai moral yang dapat diteladani oleh pembaca dengan melihat
perkara dari sudut pandang yang berbeda dan juga mengupas segala sisi kehidupan anak yang
dibesarkan dengan dongeng-dongeng, tentang membesarkan anak dengan cara
sederhana.Disamping itu, novel ini membahas tentang kasih sayang keluarga adalah segalanya.
Selain itu, penulis ingin memperluas pengetahuan dengan membaca novel tersebut yang disajikan
oleh pengarang melalui ceritanya dalam bentuk nilai-nilai kehidupan. Novel ini pun dapat
menambah pemahaman pembaca dari untaian hikmah pada setiap peristiwa yang terjadi dalam
cerita. Cerita ini dapat dijadikan sarana untuk lebih menyayangi orang tua terutama Ayah.Hal ini
untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Oleh karena itu, penulis menganalisis novel
Ayahku Bukan Pembohong karyaTere Liye yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di
Jakarta pada tahun 2011 dengan ketebalan 299 halaman.
2. Pembahasan
Sinopsis
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye menceritakan tentang seorang anak yang
dibesarkan dengan segala cerita hebat masa muda Ayahnya.Tapi dengan semua itu lah tumbuh
kepribadian yang baik dari diri anak itu. Pengajaran yang sederhana, namun berdampak besar.
Dam mengidolakan Ayahnya karena cerita-cerita itu. Dam memiliki seorang teman bernama Jarjit
yang kaya raya. Kehidupan masa kecil Dam sering diejek oleh Jarjit, tetapi Dam selalu mendapat
pembelaan dari seorang temannya bernama Taani. Cerita-cerita Ayahnya berlajut hingga Dam
memiliki anak. Hingga akhirnya Dam mengetahui jika Ayahnya tidak pernah berbohong padanya.

Identitas buku
Judul Buku : Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis : Tere - Liye
Tahun Terbit : 2011
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 299 Halaman
Ukuran Buku : 20 x 13,5 cm

Kepengarangan
Novel “Ayahku Bukan Pembohong” ditulis oleh Tere Liye. Beliau lahir pada tanggal 21 Mei 1979
di Bandung. Tere Liye berasal dari Sumatera Selatan dan merupakan anak keenam dari tujuh
bersaudara. Nama aslinya adalah Darwis, sedangkan Tere Liye merupakan nama populernya yang
diambil dari bahasa India yang berarti untukmu. Ia merupakan mahasiswa lulusan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Hingga saat ini Tere Liye telah melahirkan
empat belas karya best seller dan diantara karya-karyanya ada beberapa novel yang difilmkan :
Hafalan Shalat Delisa, Bidadari – Bidadari Surga, dan Moga Bunda Disayang Allah.
Email penulis : darwisdarwis@yahoo.com
Page facebook : Darwis Tere-Liye
Blog : tbodelisa.blogspot.com

Tema
Tarigan berpendapat bahwa tema adalah pandangan dunia tertentu tentang kehidupan atau satu set
tertentu dari nilai-nilai yang membentuk atau membangun atau gagasan utama dari karya sastra.
(1993:125). Sedangkan Aminudin mengungkapkan bahwa tema adalah ide cerita yang juga
bertindak sebagai awal dasar dalam menggambarkan penulis fiksi yang diciptanya. (1995:91).
Sementara Rusyana memaparkan bahwa tema adalah dasar atau makna dari sebuah cerita, tema
adalah cara hidup tertentu atau perasaan tertentu yang membentuk dasar dari gagasan utama atau
membangun sebuah karya sastra, dan semua fiksi harus memiliki tema dasar atau yang
menargetkan tujuan. (1988:67). Dan menurut penulis Tema itu adalah inti atau ide dasar cerita,
tema menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia yang menjadi ide dasar seorang
pengarang.
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye bertemakan seorang anak yang dibesarkan
dengan dongeng-dongeng, novel ini menceritakan tentang anak yang dibesarkan oleh ayahnya
dengan cerita-cerita masa muda ayahnya yang mengesankan. Kebahagiaan itu sederhana.Dunia
anak-anak yang selalu indah dan kasih sayang keluarga adalah segalanya.Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
“Hari ini umurku empat puluh. Sudah dua puluh tahun aku berhenti mempercayai cerita Ayah.
Bukan karena kehilangan semangat untuk mendengarkan kisah-kisah itu, bukan karena tidak bisa
menghargai seorang ayah, tetapi karena aku tahu persis, ayahku seorang pembohong.” (hal.7)

“Kakek bahkan bilang padanya kalau dirumah kita ada dua monster yang suka sekali bermain bola,
yang mengidolakan klub terhebat, juga pemain terhebat di dunia. Dan kalian tahu apa yang si
Nomor Sepuluh katakan setelah mendengar itu? Si Nomor Sepuluh bilang, dia tidak sabar ingin
sekali berkunjung meemui kalian.” Ayah kembali tertawa” (hal.6)

“Malam itu, hingga dua tahun ke depan, kisah tentang sang Kapten menyingkirkan cerita-cerita
lain. Aku tidak tahu apakah Ayah berbohong atau berkata benar. Aku masih terlalu kecil untuk
menyimpulkan. Aku tersuruk-suruk masuk kedalam kamar, menatap selintas poster raksasa sang
Kapten di dinding...” (hal.17)

“Hentikan omong kosong ini!” aku berteriak. “Aku tidak pernah percaya cerita-cerita Ayah.Si Raja
Tidur itu dusta, tidak ada satu pun catatan mengenai dirinya. Apel emas, layang-layang raksasa,itu
hanya ada di buku cerita. Dan Ayah mengarang-ngarah dari sana.” (hal.235)

“Nah, Dam selamat melanjutkan hidup.Apa kata pepatah, hidup harus terus berlanjut, tidak peduli
seberapa menyakitkan atau seberapa membahagiakan, biarkan waktu yang menjadi obat. Kau akan
menemukan petualangan hebat berikutnya di luar sana.” (hal.242)

Tokoh dan Penokohan


Menurut Aminudin tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. (2002: 79). Sedangkan Sudjiman tokoh adalah individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. (1988: 16).
Sedangkan Abrams memaparkan tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. (dalam
Nurgiyantoro1995:165). Menurut Stanton penokohan dalam cerita rekaan dapat diklasifikasikan
melalui jenis tokoh, kualitas tokoh, bentuk watak dan cara penampilannya. Menurut jenisnya ada
tokoh utama dan tokoh bawahan.Yang dimaksud dengan tokoh utama ialah tokoh yang aktit pada
setiap peristiwa, sedangkan tokoh utama dalam peristiwa tertentu (1965:17). Dan menurut penulis
tokoh adalah pemeran cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. penokohan ada dua yaitu tokoh antagonis dan
protagonis.

Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye memiliki tokoh diantaranya :

1. Dam : Baik, Prasangka, Tegas, penyayang, Pantang menyerah.


Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut

“ Kau lulus dari Akademi Gajah. Nilai sempurna untuk kelas menggambar dan pengetahuan
alam.Nilai rata-rata untuk enam peljaran lainnya, serta nilai cukup untuk kelas memanah, tetapi
siapa pula peduli dengan busur dan anak panah itu. Ah ya, satu lagi, dua penghargaan tertinggi dari
Akademi Gajah. Satu, untuk pencapaian dalam mengembangkan hubungan baik dengan penduduk
perkampungan. Dua, untuk pencapaian dalam mengembangkan pemahaman hidup yang bersahaja.
Hanya ada dua petugas yang menolak penghargaan ini, petugas perpustakaan dan penjaga pintu
gerbang yang kau tipu pada malam berburu,” Kepala sekolah tertawa.” (hal.241)

“Antrean panjang. Beberapa mahasiswi bergegas dalam barisan, berkata bahwa kelas segera mulai,
dan mereka akan terlambat. Aku mengangguk, membiarkan mereka menyalipku. Tiga-empat dan
semua teman-temannya tidak sopan menyalip antrean. Aku lebih asyik memperhatikan sekitar.
Jurusan ini berisik sekali, berbeda dengan gedung jurusanku. Wajah mahasiswa jurusanku tertekuk
seperti gambar arsitek.” (hal.244)

“Kau pasti Dam.” Gadis itu sudah tertawa.“Tidak ada mahasiswa yang akan ringan hati
memberikan antrean pada selusin perempuan yang ketawa-ketiwi, hanya tersenyum saat petugas
kantin bilang tidak ada kembalian, atau sekedar menyerigai datar ketika mejanya diserobot.Tidak
ada orang dengan kebaikan sedetail itu.Kau pasti Dam. Astaga, kau sekarang terlihat berbeda
sekali.” (hal.245)
“Itu memang bukan cerita bohong.” Aku menggaguk, sepakat. “Tetapi Ayah bisa mengarang-
ngarang detail tambahan pada Zas dan Qon. Entah itu ada babi bersayap atau seekor naga di danau
sekolah.” (hal.278)

Raut muka istriku berubah. “Aku tahu kau tidak suka cerita-cerita Ayah, Dam. Tetapi tidak
bisakah kau berhenti bilang bahwa cerita-cerita itu bohong? Setiap kali kau melakukannya aku
merasa terganggu. Terlepas dari bohong atau tidak, dan lagi pula itu hanya dongeng-dongeng
biasa, dia tetap ayah kau, Dia juga tetap kakek tersayang Zas dan Qon. (hal.179)

“Tangan dan kakiku terus mengayuh. Setengah jam berlalu, satu anak sudah berhenti di ujung
kolam tersenggal dan menyerah. Aku mengertakan gigi. Aku bisa bertahan lebih lama dari itu.
Lima belas menit kemudian, dua anak menyusul meyerah, berengan gontai ke tepi kolam dengan
sisa tenaga. Ayolah, aku membujuk seluruh tubuhku, tinggal satu pesaing lagi, bertahan sebentar
saja dan semua akan berhasil. Aku melirik Ayah yang sudah berdiri di tribun. Bendera sudah
berhenti berkelepak. Air hujan mengalahkan angin. Butiran hujan, seperti senapan mesin,
menembaki dari langit. Aku menggigit bibir, berusaha menebalkan niat. Aku tidak akan menyerah
semudah itu.” (hal.27)

“Anak ini boleh jadi memiliki rekor waktu tercepat proses seleksi, tapi kita akan lihat apakah dia
memiliki semangat pantang menyerah yang menjadi mars klub sejak berdiri. Aku tidak suka
memberinya kesempatan kedua, membuang-buang waktu, tapi kita lihat saja apakah dia memang
layak atau tidak. Kau siap, hah?” pelatih meneriakiku.” (hal.43)

“Dia anak yang baik. Dia menjaga wanita tua ini sepanjang perjalanan.”Nenek itu tertawa renyah,
menunjuk-nunjukku, menyuruh keluarganya menyalamiku.” (hal.172)

“Aku sempat menemani Ibu makan malam di kamarnya, memijat hingga ia jatuh tertidur.
Mematikan lampu, berjinjit keluar.” (hal175)

“Ayahku bukan pembohong. Seluruh kota tahu ayahku jujur dan sederhana,” aku menyergah
Retro.” (hal.163)

2. Ayah: Bijaksana, penyabar, peduli, rendah hati.


Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Ayah tidak menjadi hakim agung. Ayah memilih jalan hidup sederhana. Berprasangka baik ke
semua orang, berbuat baik bahkan pada orang yang baru dikenal, menghargai orang lain,
kehidupan dan alam sekitar. Itu jalan hidup Ayah. Dan itu juga yang dipilih hidup Ibu kau. Apakah
Ayah dan Ibu kau bahagia? Kalau kau punya hati yang lapang, hati yang dalam, mata air
kebahagian itu akan mengucur deras. Tidak ada kesedihan yang bisa merusaknya, termasuk
kesedihan karena cemburu, iri, atau dengki dengan kebahagian orang lain. Sebaliknya,
kebahagiaan atas gelar hebat, pangkat tinggi, kekuasaan, harta benda, itu semua tidak akan
menambah sedikit pun beningnya kebahagiaan yang kau miliki.” (hal.294)

“Pulang sekolah, dengan menumpang angkutan umum, Ayah menjemputku. Ia


langsungmengantarku ke klub renang kota kami.” (hal.22)

“ Bagaimana tahun kedua kau?” Ayah berganti topik pembicaraan.” (hal.177)

3. Ibu : Penyayang, peduli, tegas


Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Bergegas, Dam. Kau terlambat!” Sambil mengomel, Ibu memasukan celana dan kacamata renang
ke dalam kantong plastik, mencari sepatu, sekaligus meneriakiku yang masih berkutat memasang
seragam sekolah.” (hal 19)

“Kau belum menyisir rambut, Dam!” Ibu berteriak.” (hal.19)

“Siapa bilang dia boleh makan kue itu? Dia masih dihukum ,” Ibu yang mengiringi langkah Ayah
protes.” (hal.38)

4. Taani : Penyayang, pengertian


Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Kaki kau pegal, Dam?” Taani, satu-satunya anak perempuan di kelas memanggil namaku,
mendekati mejaku saat bel istirahat berbunyi.” (hal.20)
“Ayah tinggal sendirian, Dam. Tidak ada yang memaksa apakah ayah sudah makan atau belum,
mencuci pakaian, atau membereskan rumah……” (hal. 265)

5. Jarjit : Baik, Sombong, Suka mengejek


Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Paling dua meter,” Jarjit menjawab mantap, seperti baru tadi pagi saja ia mengukur tinggi badan
bersama-sama sang Kapten di poliklinik.” (hal.21)
“Sepertinya dugaanku benar, kawan. Rambut jeleknya membuat dia tenggelam…..”(hal. 36)
“Sarapan, Dam” (hal. 20)
6. Retro : keras kepala, pengumpat
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
”Aku teman sekamarmu, bagaimana mungkin namaku tidak ada?” Retro berseru sebal… “Namaku
harus ada!” Retro mengancam, tangannya bergerak cepat, hendak merampas kertas di tanganku.”
(hal. 207)

“Kupikir teman semejaku sudah berhasil membuatnya, rasanya sudah pedas asin. Ternyata keliru,
menurut guru itu asin pedas. Astaga, sejak kapan ada beda antara ikan bumbu pedas asin dan asin
pedas?” (hal. 203)

Alur dan Pengaluran


Tahap pengaluran
1. Orientasi /tahap pengenalan
2. Pemunculan konflik/masalah
3. Klimaks/komplikasi
4. Antiklimaks/resolusi
5. Koda/penyelesaian

Menurut Atar Semi alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai
sebuah interelasi fugsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.
(1988:43-46). Sedangkan Aminuddin berpendapat bahwa alur merupakan rangkaian cerita yang
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
(1987:83). Menurut Forster latar adalah rentetan peristiwa yang membentuk struktur cerita, dimana
peristiwa tersebut sambung sinambung berdasaran hukum sebab-akibat.(1971:93). Alur
adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk karena hubungan sebab-akibat.
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye beralur maju mundur.

Alur maju dapat dilihat dari kutipan berikut.


“Malam itu, hingga dua tahun ke depan, kisah tentang sang Kapten menyingkirkan cerita-
cerita lain. Aku tidak tahu apakah Ayah berbohong atau berkata benar. Aku masih terlalu kecil
untuk menyimpulkan. Aku tersuruk-suruk masuk kedalam kamar, menatap selintas poster raksasa
sang Kapten di dinding...” (hal.17)
Alur mundur dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Tiga puluh tahun lalu. “Kau sudah mengantuk, Dam?” Ayah tertawa menatapku. Aku
menggeleng kuat-kuat. Tidak. Aku pasti bisa bertahan menunggu siaran langsung ini. Tadi pagi,
seluruh teman di sekolah sibuk meributkan pertandingan ini, bertengkar membela klub kesayangan
masing-masing. Mula-mula hanya berteriak saling membanggakan, berdebat, lantas berakhir
dengan saling memiting, hingga guru datang memisahkan kami. Bagaimana mungkin aku tidak
menonton? ….” (hal. 8)

Sedangkan pengaluran novel ini progresif karena cerita dimulai dari tahap pengenalan,
pemunculan konflik, klimaks, antiklimaks dan penyelesaian.
Tahap pengenalan ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Hari ini umurku empat puluh. Sudah dua puluh tahun aku berhenti mempercayai cerita ayah.
Bukan karena kehilangan semangat untuk mendengarkan kisah-kisah itu, bukan karena tidak bisa
menghargai seorang Ayah, tetapi karena aku tahu persis, tidak bisa menghargai seorang
pembohong…” (hal.7)
Tahap pemunculan konflik dapat dilihat dalam kutipan berikut ini
“Hentikan omong kosong ini!” aku berteriak. “Aku tidak pernah percaya cerita-cerita Ayah. Si
Raja Tidur itu dusta, tidak ada satu pun catatan mengenai dirinya. Apel emas, layang-layang
raksasa,itu hanya ada di buku cerita. Dan Ayah mengarang-ngarang dari sana.” (hal.235)

“Nah, Dam selamat melanjutkan hidup.Apa kata pepatah, hidup harus terus berlanjut, tidak peduli
seberapa menyakitkan atau seberapa membahagiakan, biarkan waktu yang menjadi obat. Kau akan
menemukan petualangan hebat berikutnya di luar sana.” (hal.242)

Tahap komplikasi dapat dilihat dalam kutipan berikut ini


“Ayah tidak menjadi hakim agung. Ayah memilih jalan hidup sederhana. Berprasangka baik ke
semua orang, berbuat baik bahkan pada orang yang baru dikenal, menghargai orang lain,
kehidupan dan alam sekitar. Itu jalan hidup Ayah. Dan itu juga yang dipilih hidup Ibu kau. Apakah
Ayah dan Ibu kau bahagia? Kalau kau punya hati yang lapang, hati yang dalam, mata air
kebahagian itu akan mengucur deras. Tidak ada kesedihan yang bisa merusaknya, termasuk
kesedihan karena cemburu, iri, atau dengki dengan kebahagian orang lain. Sebaliknya,
kebahagiaan atas gelar hebat, pangkat tinggi, kekuasaan, harta benda, itu semua tidak akan
menambah sedikit pun beningnya kebahagiaan yang kau miliki.” (hal.294)
“Ayahku pernah ke lembah ini.” Aku membaca lagi beberapa paragraf, benar, meski hanya
membaca sekilas, repot menghalau tangan Retro. Semua detail cerita yang ada dalam buku tua ini
cocok dengan cerita Ayah. Ini cerita Ayah: Apel Emas Lemah Bukhara.” (hal. 133)

“Kau yakin Ayah kau pernah ke lembah itu?” (hal. 141)

“Kalu apel emas itu amat hebat, tentulah semua orang di dunia tahu, bukan? Berita sepele seperti
buah tomat bengkak saja sampai kemana-mana,” Retro menyebutkan dugaan berikutnya “Tetapi
menurut buku….” “Lantas bagaimana ayah kau tahu? Jangan-jangan dia memang menga…” Retro
buru-buru menutup mulutnya, menyeringai” (hal. 143)

“Tetapi aku membenci Ayah yang yakin sekali bilang itu kisah nyata. Seolah-olah ia terlibat dalam
cerita, menunggang laying-layang, mengunyah apel emas, atau bersahabat baik dengan sang
kapten…” (hal 165)

Tahap penyelesaian dapat dilihat dalam kutipan berikut ini


“Kau sepetinya tidak suka melihat Ayah tinggal di sini, Dam.” Setelah terdiam sejenak, berusaha
mati-matian mengendalikan diri, Ayah menatapku lamat-lamat. “Ya, aku tidak suka. Kecuali Ayah
bilang paa Zas dan Qon bahwa cerita-cerita itu bohong,” aku berkata tegas, membalas tatapan
Ayah. Ayah menggeleng “Aku tidak berbohong.” “Kalau begitu Ayah tahu risikonya. Ayah harus
pergi dari….” (hal 279)

”Tidak usah. Aku akan menumpang angkutan umum. Mereka mungkin mau mengantar orang tua
ini sampai ke rumah.” Ayah menggeleng. “Selamat tinggal” (hal 280)

Tahap koda dapat dilihat dalam kutipan berikut ini


“Pagi ini Ayah dimakamkan. Aku tidak pernah melihat keramaian seperti ini sebelumnya di kota,
mengalahkan kejuaraan nasional renang, festival kembang api, bahkan tur sang Kapten dua puluh
tahun silam…..” (hal 295)

“Sang Kapten sudah memelukku erat-erat. “Aku turut berdukacita, Dam. Ayah kau adalah
segalanya bagi kapten tua ini. Ayah kau terlalu sederhana untuk mengakuinya.” Aku balas
memeluknya erat-erat, menangis terisak, Pagi itu aku tahu, Ayah bukan pembohong.” (hal 298)

Latar
Menurut Aminudin latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu
maupun peristiwa, serta mempunyai fungsi fisikal dan fungsi psikologis. (1987: 67). Sedangkan
menurut Tarigan latar merupakan latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu cerita.
(1984 : 136). Menurut Wellek latar merupakan penggambaran tempat/ruang dan waktu, latar juga
sangat erat hubungannya dengan tokoh – tokoh cerita, karena tentangnya dapat mengekspresikan
watak pelaku. (1962: 221). Dan menurut penulis latar adalah suatu keterangan mengenai waktu,
ruang dan suasana terjadinya peristiwa atau cerita.

Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere liye memiliki latar:


Latar waktu: Dini Hari, Jam, Pagi, siang Sore, dan Malam
Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
“Aku terlambat setengah jam. Ibu guru menyuruhku berdiri di pojok kelas…” (hal.20)

“Aku melirik jam di sudut layar laptop, satu menit lagi pukul sembilan, saatnya menyuruh Zas dan
Qon tidur...” (hal.164)

“ Percuma saja kau tunggu. Malam ini klub kesayangan kau sepertinya bakal kalah tipis.” Ayah
duduk disebelahku, meletakan segelas cokelat panas.” (hal.8)

“Masih pagi, sekolah belum ramai saat Taani tergopoh-gopoh datang.” (hal.40)

“Tidur, Dam. Ini sudah pukul tiga dini hari.” Ibu mendelik(hal.16)

“ Sore hari, papa dan mama Taani datang, membawa bekal, pakaian ganti, dan selimut. Zas dan
Qon makan dan menumpang mandi di toilet rumah sakit.

Aku masih menatap lamat-lamat jendela ruang gawat darurat, entah apa yang terjadi di dalam
sana.” (hal.286)

“Pagi ini Ayah dimakamkan. Aku tidak pernah melihat keramaian seperti sebelumya di kota,
mengalahkan kejuaraan nasional renang, festival kembang api, bahkan tur sang Kapten dua puluh
tahun silam.” (hal.295)

Latar tempat : Ruang Keluarga, Ruang Kelas, Pemakaman, Kolam Renang, Lobi Sekolah,
Perpustakaan.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
“Lima belas detik ruang keluarga lengang.” (hal.16)

“Aku terlambat setengah jam. Ibu guru menyuruhku berdiri di pojok kelas…” (hal.20)

“…Si nomor sepuluh tinggal sepuluh langkah dari pusara ayah” (hal.296)

“Kolam renang kota ramai oleh anak-anak…” (hal.23)

“Melihat anggota Tim pemburu memasuki lobi sekolahku benar-benar menghilangkan seleraku”
(hal.221)
“Seperti yang kuduga aku akan menemukan buku itu esok harinya saat aku melanjutkan hukuman
membrsihkan perpustakaan sekolah” (hal.147)

Latar Suasana : Ramai, Sepi.


Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
“Lapangan sekolah ramai oleh anak-anak yang bermain bola kasti. Tertawa, dan saling kejar
dan…” (hal.21)
“Ruang kerjaku lengang, menyisakan denging laptop.” (hal. 189)

Amanat
Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu pada nilai-nilai,
sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di
dalamnya (Kenny, 1966: 89 via Nurgiyantoro, 2009: 321).Amanat menurut Siswandarti (2009: 44)
adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita, baik tersurat maupun
tersirat.Berdasarkan pengertian tersebut Amanat merupakan pesan yang dibawa pengarang untuk
dihadirkan melalui keterjalinan peristiwa di dalam cerita agar dapat dijadikan pemikiran maupun
bahan perenungan oleh pembaca.
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye beramanatkan janganlah kita berburuk sangka
pada seseorang, karena sesungguhnya apa yang kita lihat itu belum tentu yang sebenarnya kita
ketahui. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Ayahku bukan pembohong.Seluruh kota tahu ayahku jujur dan sederhana,” aku menyergah
Retro.” (hal.163)

“Ayah adalah siapa-siapa, Dam. Bahkan papa Jarjit pernah bilang Ayah adalah orang paling
terhormat dibanding kolega bisnis paling kayanya.” (hal.274)

“ Itu bukan cerita bohong, Dam,” Ayah menjawab pelan.” (hal 278)

Bahasa
Bahasa sesuai dengan pendapat Siswandarti (2009: 44) merupakan jenis bahasa yang dipakai
pengarang, sebagai contoh misalnya gaya pop untuk remaja, gaya komunikatif, atau jenis bahasa
yang kaku (seperti pada cerita terjemahan). Nurgiyantoro (2009: 272) juga berpendapat bahwa
bahasa merupakan sarana pengungkapan yang komunikatif dalam sastra.
Pada novel juga terdapat cara pengucapan bahasa yang sering disebut gaya bahasa. Gaya bahasa
(style) merupakan cara pengucapan pengarang dalam mengemukakan sesuatu terhadap pembaca
(Ambrams, 1981: 190-1 via Nurgiyantoro, 2009: 276). Dalam stile juga terdapat beberapa unsur
seperti, leksikal, struktur kalimat, retorika, dan penggunaan kohesi.Berikut penjabaran tentang
unsur-unsur tersebut menurut Nurgiyantoro (2009: 290-309).
Bahasa yang digunakan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye dengan ragam
Bahasa Indonesia sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini
“Jelas sudah, Jarjit membenci kau karena setiap hari dia disbanding-bandingkan dengan kau.
Belum lagi papa Jarjit selalu bilang keluarga kau keluarga terhormat, keluarga yang baik,
menyuruh Jarjit menghargai kau, ayah dan ibu kau seperti menghargai keluarga sendiri.” (hal.67)
“ Kau pengecut!” Jarjit membentakku, ludahnya muncrat.” (hal.67)
“ Buatku?” Aku mengernyitkan dahi.” (hal.74)
“ Aku harap kau lolos, Dam.” Jarjit yang berjalan didepanku mendadak berhenti, menoleh.”
(hal.76)
“Tentu saja. Kau pikir ayahku membuat sendiri surat ini? Mengarang-ngarangnya?” Aku sedikit
tersinggung.”

Majas
Menurut Tarigan gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam
berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.
Menurut Aminuddin mengemukakan bahwa style atau gaya bahasa merupakan cara yang
digunakan oleh pengarang dalam memeparkan gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek
yang ingin dicapai
Menurut Luxemburg dkk berpendapat bahwa gaya bahasa merupakan sesuatu yang memberikan
ciri khas pada sebuah teks. Teks pada giliran tertentu dapat berdiri semacam individu yang berbeda
dengan individu yang lain. Di dalam novel “Ayahku (bukan) Pembohong” penulis menemuka
beberapa majas. Berikut kutipannya.

“Sejak aku tahu ibu sakit-sakitan, paham bahwa Ibu punya kelainan bawaan yang membuat ia
seperti rumus matematika, sehat tiga-empat bulan, jatuh sakit satu-dua minggu. Sakit kali ini tidak
biasa. Sudah sebulan, ini berarti rekor sakit terlama” (hal. 174)

“Aku terbata melakukan apa saja untuk memperbaiki keadaan. Terlambat, perayaan ulang tahun
Ibu hancur berkeping-keping…” (hal. 192)

“Sore itu aku dan Retro menghabiskan waktu luang dengan berkutat menarik jarring-jaring. Retro
tertawa lebar melihat ikan-ikan itu berlompatan berusaha kabur dari jarring saat berhasil diangkat.”
(hal. 203)
“Itulah hakikat sejati kebahagiaan, Dam. Ketika kau bisa membuat hati bagai danau dalam dengan
sumber mata air sebening air mata.” (hal. 292)

Sudut pandang
Menurut Machiavelli sudut pandang adalah sebuah system yang adalah pada perlindungan
kekuasaan pada penguasa dalam wilayah tertentu. Bisa juga berarti sebuah planning untuk menata
wilayah yang dikuasainya agar jauh lebih baik dari sebelumnya. Menurut Descartes sudut pandang
adalah intisari dan pemikiran seorang manusia dalam merencanakan segala sesuatu dalam jangka
kedepannya dan akan menjadi sebuah rencana yang harus dilakukan demi mencapai hasil yang
diinginkan dan tentunya agar menjadi lebih baik. Menurut Francis Bacon sudut pandang adalah
segala sesuatu yang digabungkan menjadi sebuah pemikiran yang mendasari sebuah konsep yang
telah disusun dan akan dijalankan menjadi sebuah hasil yang diinginkan. Menurut penulis, novel
“Ayahku (bukan) Pembohong” menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal itu dapat dilihat
dari kutipan berikut.
“Aku tidak pernah tertarik dengan rak itu, apalagi buku-buku ceritanya. Sekali-dua aku mendengar
Retro tertawa lebar di mea seberang sana, atau Retro diam-diam menyeka jung matanya, atau
Retro yang tiba-tiba memukul mejanya karena terbawa emosi cerita. Aku hanya menanggapinya
dengan berteriak menyuruhnya diam. Ia membuat garis lengkungku tidak sempurna...’ (hal. 131)
“Aku justru mencemaskan Ibu. “Aku akan mengirim surat agar Ibu tidak jatuh sakit karena rindu.”
Ibu tersenyum, menyeka ujung mata. “Kau tidak boleh pacaran di sekolah.” Aku menyeringai
lebar. “Ibu lupa, Ibu wanita nomor satu dalam hidupku. Aku tidak akan pacaran dengan gadis
manapun.” Ibu mencubit lembut pipiku.” (hal. 195)
“Hingga hujan reda kami terus bicara. Percakapan terhenti saat aku teringat harus segera
menyerahkan selusin sketsa desainku. Kami berpisah di depan gedung. Aku tersenyum dari atas
vespa tua. Taani melambaikan tangan. Aku tahu, besok lusa ia akan jadi bagian hidupku.” (hal.
247)
Unsur Ekstrinsik (penjelasan)

Nilai Sosial
Menurut Young : menguraikan bahwa nilai sosial sebagai suatu asumsi yang abstrak dan sering
tidak disadari mana yang benar dan mana yang penting. Menurut Koentjaraningrat adalah sebuah
sistem nilai budaya memiliki fungsi sebagai sebuah pedoman tertinggi bagi tingkah laku manusia.
Menurut Alvin L Bertrand adalah nilai merupakan sebuah kesadaran yang disertai juga dengan
emosi yang dimana relatif cukup lama hilang nya terhadap sebuah gagasan, orang atau pun objek.
Novel Ayahku (bukan) Pembohong memiliki nilai-nilai sosial hal ini dapat dikutipkan sebagai
berikut
“Itulah si Nomor Sepuluh! Ia berlari-lari kecil mendekat, telunjuknya menunjuk-
nunjuk padaku, menggelengkan kepala. Di belakang Nomor Sepuluh juga tersenyum ramah
idola masa kecilku, sang Kapten....” (hal 296)

“Wade memeriksa kelengkapan anggota kelompok, memastikan tidak ada yang tertinggal
atau terluka, mencatat hasil masing-masing.” (hal 222)

Nilai Budaya

Thodorson (dalam Warsito 2012: 98) Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan
pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Ketertarikan orang atau
kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relative sangat kuat bahkan bersifat emosional. Oleh
sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri. Koentjaraningrat (dalam
Warsito 2012 : 99) Nilai budaya adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup
dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat dalam hal-hal yang mereka anggap amat
mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam
bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam
mengambil alternative, cara-cara, alat-alat dan tujuan-tujuan pembuatan yang tersedia. Novel
Ayahku (bukan) Pembohong memiliki nilai budaya hal ini dapat dikutipkan sebagai berikut

"Sejak kecil, bahkan sejak aku belum bisa diajak berbicara, Ayah sudah suka bercerita" (hal.14)

“Ibu berkali-kali minta maaf pada ibu Jarjit.” (hal.37)


Nilai Moral

Menurut Hurlock Pengertian moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok
sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep
konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Novel Ayahku (bukan) Pembohong memiliki nilai moral hal ini dapat dikutipkan sebagai berikut.

"Kita sudah bersepakat. Setengah jam sudah lewat, saatnya tidur. Kalian tidak akan melanggar
kesepakatan kita, bukan? Atau tidak akan ada lagi orang yang menghormati janji kalian." (hal.
109)

Kelebihan dan kelemahan

1. Kelebihan
Novel Ayahku (bukan) Pembohong adalah novel pembangun motivasi dan spiritual yang banyak
mengandung unsur dari pengalaman hidup orang tua. Karena teman novel yang diangkat adalah
tentang motivasi untuk kehidupan. Bahwasanya mencari kebahagiaan dalam hidup itu sederhana,
bukan sekedar bergelimahan harta, emas, dll. Tetapi ketentraman dan kedamaian hidup yang
menjadi hakikat kebahagiaan sejati. Novel ini banyak sekali manfaatnya karena mengandung nilai-
nilai positif yang tertera dalam cerita ini.

2. Kelemahan
Kelemahan novel Ayahku (bukan) Pembohong adalah membuat pembaca atau penikmat karya
agak sulit mengetahui pengaluran cerita karena banyaknya cerita pengalaman sebagai selingan.
3. Penutup

Kesimpulan

Penulis menganalisis novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye karena novel ini
memiliki pengaluran yang mudah diikuti oleh si pembaca. Tere Liye menceritakan kehidupan sang
tokoh mulai dari masa remaja hingga dewasa. Ia pun menggambarkan karakter tokoh utama yang
memiliki sifat yang diajarkan ayahnya walaupun pada akhirnya tokoh utama akan merasa
dibohongi oleh cerita-cerita tersebut.. Penggambaran perilaku tokoh-tokohnya juga begitu menarik
membuat pembaca tidak bosan.Selain itu, Tere Liye juga menyajikan nilai-nilai moral yang
dikemas dengan baik yang secara tidak langsung menginspirasi para pembaca untuk menjadi orang
yang berbakti kepada orang tuanya terutama Ayah. Novel ini memiliki nilai-nilai kehidupan yang
dapat diteladani oleh para pembaca melalui sudut pandang seorang anak kepada Ayahnya dan
seorang Ayah yang mencoba memberikan segala pelajaran yang terbaik untuk anaknya.
Cerita-cerita dongeng yang diceritakan secara detail oleh pengarang kadang kala membuat
pembaca menjadi agak sedikit jenuh. Novel yang dikhususkan oleh kalangan remaja ini agar
disisipkan kata-kata yang membuat cerita dongeng tersebut terlihat lebih menarik perhatian
pembaca. Oleh karena itu, pengarang agar menggunakan kata-kata yang lebih menarik agar tidak
terlihat monoton.

Anda mungkin juga menyukai