Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS NOVEL

Nama : Rizky Ihwannor Ramadhan


Kelas : XII IPS 1

1
Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong
Karya : Tere Liye

2
ANALISIS STRUKTUR NOVEL AYAHKU (BUKAN)
PEMBOHONG KARYA TERE LIYE .

Tokoh
Tokoh utama
1. Dam

Tokoh tambahan
1. Ayah
2. Ibu
3. Jarjit
4. Taani
5. Retro
6. Johan
7. Sang kapten
8. Zas
9. Qon

Penokohan

1. Tokoh Utama
a. Dam
“Apakah apel emas itu sungguhan, Yah?” Aku menimang-nimang
salah satu apel di piring. Ayah terbatuk, menoleh. “Kau bertanya apa,
Dam?”. “Eh, apel emas Lembah Bukhara. Yah. Apakah Ayah pernah
membaca buku tentang cerita itu? Maksudku, apakah cerita itu ada di
buku-buku dongeng?” Aku buru-buru memperbaiki, yang justru
semakin merusaknya. “Kau tidak menuduh Ayah berbohong, kan?”
Ayah bertanya tajam. “Bukan itu maksudku, Yah.” Aku menelan
ludah.
Kutipan di atas menggambarkan Dam yang bertanya kepada Ayah
tentang cerita Lembah Bukhara. Ia meragukan cerita Ayah setelah
membaca buku yang ditemukannya di perpustakaan Akademi Gajah.
Namun, pertanyaannya itu telah membuat Ayah tersinggung. Dengan
kejadian tersebut ada banyak pertanyaan dalam pikirannya, dugaan hatinya,
tetapi ia memutuskan untuk menjawab secara sederhana. Menurutnya
cerita-cerita Ayah merupakan cara Ayah untuk memdidiknya.

2. Tokoh Tambahan
a. Ayah
Sejak kecil, bahkan sejak aku belum bisa diajak berbicara, Ayah
sudah suka bercerita. Ia menghabiskan banyak waktu untuk

3
menemaniku, membaca buku-buku. Ketika halaman buku-buku
itu habis, meski sudah membeli buku-buku terbaru dari toko dan
meminjam seluruh tumpukkan buku di perpustakaan, Ayah mulai
mencomot begitu saja dongeng dari langit-langit kamar.

Kutipan di atas menggambarkan sejak kecil bahkan sejak tokoh Aku


belum bisa diajak berbicara, Ayah sudah suka bercerita. Ia selalu menemani
dan menghabiskan waktu untuk bercerita dengan membaca berbagai buku
yang dimilikinya. Ia selalu menemani tokoh Aku dengan membaca berbagai
buku. Jika Ayah telah habis membaca semua buku-buku yang dimilikinya,
Ayah tidak pernah kehabisan akal untuk tetap bercerita. Ayah
memanfaatkan situasi yang berada di sekitar untuk memulai ceritanya.
Ketika ia telah habis membaca buku-buku cerita yang dimilikinya dari
membeli di toko buku dan meminjam di perpustakaan, Ayah tidak kehabisan
akal untuk dapat bercerita. Ayah mulai memanfaatkan situasi yang ada di
sekitar misalnya membuat cerita dari langit-langit kamar.

b. Ibu
Bergegas Dam, kau sudah terlambat. Sambil mengomel Ibu
memasukan celana dan kacamata renangku ke dalam kantong
plastik, mencari sepatu, sekaligus meneriakiku yang masih
berkutat memasang seragam sekolah.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Dam terlambat ke sekolah.


Sehingga Ibu mengomel sambil memasukan celana dan kacamata
renangnya ke dalam kantong plastik, mencari sepatu, sekaligus
meneriakinya yang masih berkutat memasang seragam sekolah. Hal ini Ibu
lakukan karena ia peduli dengan Dam. Ia tidak ingin anaknya terlambat
sekolah. Dan selepas pulang sekolah anaknya harus latihan renang.
Sehingga ia membantu memasukkan celana dan kacamata renangnya ke
dalam kantong plastik, dan mencari sepatu.

c. Jarjit
“Jelas sudah, Jarjit membenci kau karena setiap hari dia
dibandingbandingkan dengan kau. Belum lagi papa Jarjit selalu
bilang keluarga kau keluarga terhormat, keluarga yang baik,
menyuruh Jarjit menghargai kau, ayah, dan ibu kau seperti
menghargai keluarga sendiri.”

Kutipan di atas menjelaskan bahwa seseorang menceritakan kepada


tokoh utama mengapa Jarjit membencinya. Menurutnya Jarjit begitu
membencinya karena ia dibanding-bandingkan dengan tokoh utama oleh
papanya yang mengatakan bahwa keluarga tokoh utama merupakan

4
keluarga terhormat dan baik. Jarjit harus menghormatinya seperti
menghormati ayah, ibu dan tokoh utama yang bernama Dam.

d. Taani
Hanya Taani yang tahu semua-semua cerita Ayah tentang sang
Kapten. Aku dengan bangga menunjukkan surat hebat bersampul
biru itu, sambil wanti-wanti agar ia tidak bilang ke siapa-siapa.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh aku hanya menceritakan
semua cerita Ayah kepada Taani. Ia percaya bahwa Taani tidak akan
menceritakan ke siapa-siapa lagi. Namun, semua cerita tersebut diketahui
oleh teman tokoh utama yang lainnya. Sehingga ia menganggap Taani yang
menceritakan kembali kepada teman yang lain. Meskipun Taani mengaku
tidak melakukannya namun tokoh utama tetap tidak percaya.

e. Retro
“Ayahku pernah ke lembah ini.” Aku membaca lagi beberapa
paragfar, benar, meski hanya membaca sekilas, repot menghalau
tangan Retro. Semua detail cerita yang ada dalam buku tua ini cocok
dengan cerita Ayah. Ini cerita Ayah: Apel Emas Lembah Bukhara.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Ketika itu Retro membaca buku


yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah. Tiba-tiba tokoh utama
menanyakan buku apa yang dibaca Retro. Ketika ia melihat judul bukunya,
ia mengatakan kepada Retro bahwa Ayahnya pernah pergi ke lembah yang
ada di cerita buku itu.

f. Johan
“Benarkah sang Kapten nanti akan menemui Ayah kau, Dam?”
katanya ayah kau teman baik dia? Benarkah itu kawan? Wajah
Johan penasaran bercampur antusiasme.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Johan bertanya kepada tokoh
utama tentang sang Kapten. Menurut informasi yang diterimanya bahwa
sang Kapten akan menemui ayah dan merupakan teman baiknya juga.
Namum pertanyaan Johan tidak dijawab oleh tokoh utama.

g. Sang Kapten
Ayah benar, sang Kapten menjadi inspirasi terbesarku. Aku
berlatih dua kali lebih bersemangat dibanding anggota klub lain,
datang lebih awal pulang paling akhir. Aku tidak pernah lagi
datang terlambat ke sekolah, semangat mengayuh sepeda, selalu
mengerjakan tugas rumah yang diberikan Ibu, bah aku
mengiyakan ide Ayah agar mengisi waktu senggang dengan
bekerja

5
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dengan menjadikan sang Kapten
sebagai inspirasi tokoh aku, ia menjadi anak yang rajin. Ia tidak lagi datang
terlambat latihan renang, tidak pernah lagi datang terlambat ke sekolah,
semangat mengayuh sepeda, selalu mengerjakan tugas rumah yang
diberikan Ibu, bah ia mengiyakan ide Ayah agar mengisi waktu senggang
dengan bekerja.

h. Zas
“Apakah cerita-cerita kakek itu benar, Pa?” Zas bertanya ,
matanya bekerjap-kerjap ingin tahu.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zas bertanya kepada papanya
tentang kebenaran cerita kakek. Zas bertanya demikian karena ia tidak
menemukan cerita-cerita kakek dimanapun.

i. Qon
“Qon tahu, Qon tahu,” bungsuku beringsut menyikut kakaknya,”
yang jago melewati tiga bek lawan sekaligus kan, Kek?.
Kutipan di atas menjelas bahwa kegembiraan Qon mendengarkan
cerita kakeknya. Ia mengetahui bahwa yang diceritakan kakeknya adalah
pemain sepak bola. Sehingga ia mengatakan bahwa pemain sepak bola itu
dapat bermain dengan baik yaitu dengan melewati tiga bek lawan sekaligus.

Alur

1. Tahap Penyituasian (Situation)

Aku berhenti memercayai cerita-cerita Ayah ketika umurku dua


puluh tahun. Maka malam ini, ketika Ayah dengan riang menemani
anakanakku, Zas dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada
masa mudanya, aku hanya bisa menghela napas tidak suka.
Kutipan di atas menggambarkan pengenalan situasi awal cerita yaitu tokoh
aku mulai tidak percaya kepada cerita ayahnya ketika dewasa berumur dua
puluh tahun. Ketika itu tokoh aku telah memunyai dua orang anak bernama
Zas Dan Qon. Pada suatu malam Ayah dengan riang menemani kedua anaknya
untuk bercerita pengalamannya. Namun, tokoh aku tidak menginginkan kedua
anaknya mendengarkan cerita-cerita Ayah.

2. Tahap Pemunculan Konflik (generating circumstance)

Tiga puluh tahun lalu. “Kau sudah mengantuk Dam?” Ayah tertawa
menatapku. Aku menggelek kuat-kuat. Tidak. Aku pasti bertahan
menunggu siaran langsung ini. Tadi pagi, seluruh teman di sekolah

6
sibuk meributkan pertandingan ini, bertengkar membela klub
kesayangan masing-masing.
Kutipan di atas menggambarkan bahwa tiga puluh tahun lalu Dam berusia
remaja dan akan menyaksikan pertandingan sepak bola di layar kaca yang
menayangkan klub kesayangannya. Berita tentang pertandingan tersebut telah
membuat teman-teman di sekolahnya ribut dan bertengkar untuk membela klub
kesayangan masing-masing.

3. Tahap Peningkatan Konflik (rising action)

Isi surat itu pendek saja, orang tua Zas dan Qon dipanggil kepala
sekolah. Sudah dua hari berturut-turut anak itu bolos sekolah. Hari
pertama mereka pulang lebih cepat sebelum lonceng berbunyi. Hari
kedua bahkan mereka sejak pagi tidak masuk.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Dam yang merupakan orang tua dari
Zas dan Qon mendapat surat panggilan dari kepala sekolah. Yang isinya
menyatakan bahwa sudah dua hari berturut-turut kedua anaknya bolos sekolah.
Hari pertama mereka pulang sebelum waktunya pulang sekolah. Dan hari
kedua mereka tidak masuk sekolah. Ketika Dam membaca surat itu ia sangat
marah kepada kedua anaknya dan Ayah. Ia menganggap bahwa gara-gara
tertarik mendengarkan cerita-cerita Ayah kedua anaknya sampai bolos sekolah.

4. Tahap Konflik (climax)


Eman bulan Ayah tinggal bersama kami. Malam ini semua harus
berakhir. Masih segar dalam ingatanku, aku mengancam dua bulan
lalu setalah Zas dan Qon bolos tiga hari berturut-turut, agar ia
berhenti bercerita di bawah atap rumahku. Malam ini, saat penat
lepas pulang dari perjalanan jauh, mendapati anak-anakku sedang
mencari tahu kata “Akademi Gajah” di dunia maya, aku akan
membuat keputusan tegas.
Kutipan di atas menggambarkan kemarahan Dam yang tidak dapat lagi
menahan rasa sabarnya untuk menghadapi Ayah yang terus bercerita hingga
membuat kedua anaknya bolos sekolah. Ketika pulang dari perjalanan jauh,
tanpa sengaja ia melihat kedua anaknya sedang mengakses Akademi Gajah. Ia
tidak ingin kedua anaknya sibuk dengan cerita-cerita Ayah, padahal usia
mereka baru delapan tahun. Dam hanya ingin kedua anaknya sibuk dengan
pendidikannya, bukan sibuk mencari tahu kebenaran cerita Ayah. Keputusan
malam itu ialah keputusan Dam mengusir Ayahnya dari rumah meskipun sang
istri Taani tidak menyetujui. Dengan perginya Ayah dari rumah membuat Zas
dan Qon mulai terbiasa tanpa kehadiran kakek mereka dan juga cerita-cerita
bohongnya. Meskipun ayah tidak lagi tinggal satu atap bersama keluarga Dam,
namun Taani dan kedua anaknya dapat mengunjungi Ayah kapan saja,
memberi makanan, dan mengurus Ayah di rumah kecilnya.

7
5. Tahap Penyelesaian (denouement)

Aku melangkah di atas keramik putih. Tiba di ranjang operasi.


Kondisi Ayah menyedihkan. Tubuh kurus tua itu terkulai lemah di
atas tempat tidur. Matanya redup. Napasnya tidak teratur. “Maafkan
ayah,” Ayah berkata lirih, menatap gerakan tanganku.
Kutipan di atats menggambarkan kondisi kesehatan Ayah yang sudah
tidak baik lagi dan terbaring lemas di temapat tidur. Dengan suara yang pelan
ia meminta maaf kepada Dam sambil menatap gerakan tangannya. Dengan
keadaan seperti itu, membuat Dam merasakan kesedihan dan seketika itu
kebenciannya kepada Ayah berangsur hilang. Sakit yang diderita Ayah
membuat ia harus menghembuskan nafas terakhirnya. Hingga pada pagi hari
proses pemakan Ayah dilaksanakan.

Latar

1. Latar Tempat
Aku semakin tersengal memperhatikan dari ujung ruangan. Dan di
rumah ini, aku tidak akan membesarkan Zas dan Qon dengan dusta
seperti yang dilakukan Ayah dulu kepadaku.

Kutipan di atas mencerminkan peristiwa tokoh aku yang tidak menyukai


sang ayah berada di rumahnya.

2. Latar Waktu
Esok harinya sekolah libur. Latihan klub renang dimulai sejak pagi.
“Apa yang kau inginkan?” aku bertanya dingin. “Kau mengakui
kalau kau memang pengecut.” Jarjit juga tidak kalah dingin.

Teks di atas menggambarkan keesokan harinya ketika sekolah libur.


Latihan klub renang dimulai sejak pagi hari. Latar waktu dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong digunakan pengarang untuk menunjukan peristiwa
keesokan harinya ketika sekolah libur. Latihan klub renang dimulai sejak pagi
hari.

3. Latar Sosial
Perkelahianku dengan Jarjit pagi itu terhitung serius. Kami berkelahi
di belakang gedung sekolah (jadi tidak ada teman yang bergegas
melapor pada guru). Ia dan kameradnya mengeroyokku. Lima lawan
satu. Tubuhku jadi sansak, pelipisku berdarah.

Teks di atas menggambarkan terjadinya perkelahian antara tokoh aku


dengan Jarjit dan teman-temannya di belakang gedung sekolah. Jarjit dan
teman-teman mengeroyok tubuhnya hingga tokoh aku mengalami luka di

8
pelipis. Latar sosial digunakan pengarang untuk menunjukan tidak baiknya
hubungan kekerabatan antar teman sekolah. Hal ini dapat dilihat dengan
terjadinya perkelahian yang melibatkan siswa-siswa yang masih duduk di
bangku sekolah. Mereka memunyai masingmasing kelompok berteman, bahkan
ada yang tidak memunyai teman sama sekali sehingga dirinya terbiasa
mendapat ejekan dari teman-teman lainnya.

Sudut Pandang Kebahasaan

1. Sudut Pandang Orang Pertama


Aku berhenti memercayai cerita-cerita Ayah ketika umurku dua
puluh tahun.“Maka malam ini, ketika Ayah dengan riang menemani
anakanakku, Zas dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada
masa mudanya, aku hanya bisa menghela napas tidak suka.
Pengarang menggunakan kata “aku” sebagai sudut pandang orang
pertama dalam cerita. Teks di atas menggambarkan aku yang mulai tidak
memercayai semua cerita ayah. Ketika ayah bercerita bersama kedua anaknya,
tokoh aku di sini menunjukan bahwa tidak menyukai cerita-cerita ayah dengan
menghela napas penuh kekesalan.

2. Sudut Pandang Orang Ketiga


Drama setengah jam itu berakhir. Zas dan Qon akan terbiasa. Mulai
besok saat bangun mereka akan terbiasa tanpa kehadiran Kakek di
meja makan. Taani akan mengerti. Aku hanya mengembalikan situasi
seperti enam bulan sebelumnya. Ayah kembali ke rumah kecil itu.
Taani tetap bisa mengunjungi Ayah kapan saja, mengirim makanan,
mengurus Ayah, membawa Zas dan Qon. Aku tidak keberatan
dengan itu.
Pengarang menggunakan kata ganti “Ayah” sebagai sudut pandang orang
ketiga. Teks di atas menampilkan cerita tokoh “Ayah”. Berdasarkan teks di atas
pengarang menampilkan tokoh Ayah yang harus pergi dari rumah anaknya
karena tidak ingin kedua cucunya selalu mendengar cerita-cerita darinya. Ayah
kembali ke rumahnya ketika ia masih tinggal bersama istri dan anaknya.
Meskipun demikian, sang anak tetap mengizinkan istri dan kedua anaknya
untuk mengunjungi Ayah kapan saja, mengirim makanan, mengurus Ayah,
membawa kedua anaknya Zas dan Qon.

3. Sudut Pandang Serba Tahu


Ayah beranjak dari kursi dengan perasaan jengkel. Pelayan restoran
yang menerima pesanan Ayah tidak menjanjikan maksimal tiga
puluh menit sup hangat itu sudah sampai, tapi ini sudah satu jam.
Terlalu.
Pengarang menggunakan kata “Ayah” sebagai sudut pandang serba tahu.
Berdasarkan teks di atas, pengarang menunjukkan bahwa seolah-olah

9
mengetahui apa yang dirasakan atau perasaan tokoh Ayah ketika sup
pesanannya terlambat datang hingga satu jam.

Gaya Bahasa

1. Gaya Bahasa Perbandingan

Kerongkonganku tercekat, dadaku menyempit, seperti ada yang


terenggutkan.
Teks di atas merupakan gaya bahasa perumpamaan karena terdapat
terdapat kata-kata yang dibandingkan dengan kata “seperti”. Hal tersebut dapat
dilihat pada kalimat “Kerongkonganku tercekat, dadaku menyempit, seperti ada
yang terenggutkan”. Pada kalimat tersebut kata “seperti” digunakan untuk
menyatakan bahwa kerongkongan tercakat, dada menyempit itu
diperbandingkan dengan kata “terenggutkan” seolah-olah kerongkongan
tercakat dan dada menyempit karena terkena sesuatu.

2. Gaya Bahasa Pertentangan

Bulu kudukku ikut berdiri, ikut merasakan atmosfer teriakan yang


membahana di kangit-langit stadion. Sang kapten tersenyum.
Teks tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola karena terlalu
melebihlebihkan sesuatu hal. Terlihat pada kata kalimat “Bulu kudukku ikut
berdiri, ikut merasakan atmosfer teriakan yang membahana di kangit-langit
stadion.” Kalimat tersebut menggambarkan bahwa tokoh Aku merasakan bulu
kuduknya merinding karena mendengar teriakan suara penonton di stadion
yang begitu ramai dan nyaring.

3. Gaya Bahasa Pertautan

“Hanya bilang, selamat malam, dua monster kecil di rumah ini ingin
berkenalan dengan Anda, namanya Zas dan Qon.
Teks di atas merupakan gaya bahasa eponim karena menggunakan nama
yang biasa dihubungkan denagan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai
untuk menyatakan sifat itu. Hal tersebut dapat dilihat pada kata “monster”
dimaksudkan untuk menyatakan keberanian yang dimiliki dua anak kecil
tersebut untuk berkenalan dengan seseorang.

4. Gaya Bahasa Perulangan

Dua puluh tahun akademi ini berdiri. Dua puluh tahun menjadi
kepala sekolah, belum pernah ada murid yang berani berbohong
kepadaku.

10
Teks di atas merupakan gaya bahasa repetisi karena terdapat perulangan
kata yang dianggap penting yang memberikan penekanan pada sebuah konteks
yang nyata yang terlihat pada kata “dua puluh tahun”. Pengulangan kata
tersebut untuk menegaskan bahwa pada saat itu sudah dua puluh tahun akademi
berdiri. Sudah dua puluh tahun juga tokoh Aku menjabat sebagai kepala
sekolah akademi

Amanat

Dam menganggap cerita-cerita ayahnya bohong dan tidak masuk akal. Begitu
juga dengan Zas dan Qon yang memiliki anggapan yang sama terhadap cerita
kakeknya. Dam, Zas, dan Qon terlalu terburu-buru mengambil simpulan untuk
cerita seunik dan sehebat itu. Akibatnya, mereka berprasangka bahwa cerita-cerita
itu hanya khayalan. Ketika Dam mencari informasi tentang Akademi Gajah di
internet, kebenaran mulai terungkap. Sesuatu yang tidak ada di internet belum
tentu tidak ada di dunia nyata. Saat Dam mencari informasi tentang ibunya,
akhirnya dia percaya kalau dulu ibunya seorang artis. Pada saat pemakaman
ayahnya Dam, mereka bertiga justru baru sangat percaya cerita-cerita darinya
ialah nyata.

*Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka


(kecurigaan), sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa. Dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
menggunjing satu sama lain. (Al Hujuraat[49]: 12)

SINOPSIS

Novel ini mengisahkan tentang seorang ayah yang memiliki pengalaman


dan perjalanan yang sangat luar biasa pada masa mudanya. Namun, anaknya yang
bernama Dam menganggapnya terlalu luar biasa bahkan mustahil. Cerita yang ia
bagikan kepada anaknya tentang perjalanan tersebut tidak bisa ditemukan
sumbernya. Internet, buku-buku di perpustakaan umum, dan pengetahuan orang
lain pun tidak bisa melacak lokasi atau kejadian selama perjalanan.

11

Anda mungkin juga menyukai