Karya sastra adalah hasil pekerjaan seni kreatif manusia yang menampilkan
kehidupan di dalamnya, yang tidak hanya berisi imajinasi tetapi juga realita sosial.
Salah satu jenis karya sastra, adalah novel. Karya sastra seperti novel dan cerpen
menurut pandangan tradisional memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Karya intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri dari
dalam. Sedangkan, karya ektrinsik adalah unsur di luar karya itu namun secara tidak
Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk
dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis (Hill dalam Pradopo, 1995:108).
Oleh karena itu, dengan menganalisis sebuah karya sastra dimana dalam makalah ini
adalah novel, agar makna keseluruhan karya sastra itu dapat dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa unsur intrinsik yang terdapat dalam novel “Azab dan Sengsara” karya
Merari Siregar
2. Menganalisis unsur ektrinsik yang terdapat dalam novel “Azab dan Sengsara”
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui unsur intrinsik dan ektrinsik novel “Azab dan Sengsara” karya
Merari Siregar agar dapat mengetahui makna keseluruhan novel “Azab dan Sengsara”.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sinopsis Novel
Di kota Sipirok, ada seorang bangsawan yang kaya raya. Keluarga bangsawan
kaya raya ini mempunyai dua orang anak, yang satu laki-laki dan satu lagi perempuan.
Anak yang laki-laki itu bernama Sutan Baringin. Sutan Baringin begitu
dimanjakan oleh ibunya, segala kehendaknya dituruti dan selalu dibela bila dia
Sutan Baringin seorang laki-laki yang manja, malas, keras kepala, angkuh, serta
berperangai jelek.
ibunya. Nuria, perawan yang berhati mutiara itu, sebenarnya tidak mencintai Sutan
Baringin. Namun karena terpaksa dan menyenangi hati orang tua, maka dia pun dengan
sabar selalu menemani Sutan Baringin dengan setia sampai mereka punya anak, yang
satu laki-laki dan satunya lagi perempuan. Anak yang perempuan bernama Mariamin,
maupun orang tua, budi bahasanya halus, serta sopan santun. Setelah merangkak
remaja, Mariamin jatuh cinta dengan pemuda yang bernama Aminuddin, yang tidak
lain adalah saudara sepupunya sendiri, yaitu anak adik perempuan Sutan Baringin.
Namun percintaan mereka tidak kesampaian karena dihalangi oleh ayah Aminuddin
sendiri, dengan alasan Mariamin adalah orang miskin. Sebenarnya Ibu Aminuddin
setuju, tapi karena suaminya tidak setuju, maka terpaksa dia mengalah pada suaminya.
2
jatuh sakit karena cintanya yang tidak kesampaian itu. Oleh orang tuanya Mariamin
dikawinkan dengan Kasibun, seorang laki-laki hidung belang dan berkelakuan jelek.
Perlakuan Kasibun pada Mariamin begitu buruk dan sudah sangat keterlaluan.
dikabulkan oleh hakim agama, dan Mariamin pun cerai dengan Kasibun. Dengan hati
hancur, Mariamin kembali ke Sipirok, dan di sanalah dia menetap dengan penuh
B. Hasil Analisis
1. Unsur Intrinsik
a. Tema
sengsara. Dimana, pada novel ini adat istiadat lama yang dimaksud
“ Kedua laki-istri itu mufakat akan mencarikan jodoh anak mereka itu
b. Latar
1) Latar Waktu
1. Pagi hari
2. Siang hari
3. Senja hari
4. Malam hari
6. Hari Jum’at
3
2) Latar Tempat
Padang.
3) Latar Suasana
1. Menyedihkan
2. Senang
3. Haru
4. Tegang
c. Alur
dengan gadis lain pilihan ayahnya, setelah dua tahun Mariamin pun
4
bahagia dan Mariamin pun bercerai dan kembali ke negerinya sampai ia
1. Mariamin
Watak dari Mariamin adalah gadis yang cantik, baik, penyayang dan
dibawah ini :
2. Aminu’ddin
halus budi bahasanya. Oleh sebab itu Mariamin pun amatlah suka
Sengsara, 2010:21)”
5
4. Nuria / Ibu Mariamin
dibawah ini :
5. Ayah Aminudin
sebab rajinnya berusaha, maka hartanya itu pun makin lama makin
2010:13)”
6. Ibu Aminudin
Watak dari Ibu Aminuddin adalah wanita yang baik, patuh pada
anak yang dua orang itu. (Merari Siregar dalam Azab dan Sengsara,
2010:13)”
7. Kasibun
6
Watak dari Kasibun adalah seseorang licik, berkelakuan buruk,
lelaki hidung belang, bengis, dan kasar. Ini dijelaskan langsung oleh
8. Marah Sait
Watak dari Marah Sait adalah seseorang yang suka menghasut orang
menggunakan kata “ia” , “dia”. Selain itu, narator dalam novel juga tahu
isi hati para tokoh, sehingga dapat dikatakan bahwa novel ini
setangannya yang basah oleh air matanya itu, ia pun berkata perlahan-
7
f. Gaya Bahasa
1) Majas
2) Ungkapan
2010:18)”
3) Peribahasa
8
Maksud dari kutipan diatas adalah Akan meluaskan
di tanah Batak.
4) Istilah
yang masyhur sekarang fasal hal faal ... (Merari Siregar dalam
g. Amanat
ini adalah selalu bersikap sabar dalam menempuh ujian yang sangat
berat. Budi pekerti yang baik dan terpuji akan membawa kebahagian
2. Unsur Ektrinsik
9
menjumpai kepincangan-kepincangan khususnya mengenai adat, salah
mempunyai pola berpikir yang sudah tak sesuai dengan tuntutan zaman.
b. Nilai Sosial
c. Nilai Budaya
Nilai budaya pada novel ini yaitu adat masyarakat Sipirok saat
itu yang masih kental akan adat melayu. Salah satunya adalah
perjodohan. Dalam perjodohan pun masih ada aturan yang berlaku, yaitu
tinggi kedudukannya.
d. Nilai Moral
10
Di dalam novel ini terdapat beberapa nilai moral yaitu kepatuhan
berbakti pada ibunya. Selain itu, nilai moral lainnya yaitu isteri yang
Baringin.
A. Kesimpulan
Setelah membaca dan menganalisis novel “Azab dan Sengsara” karya Merari
Siregar ini, saya menyimpulkan bahwa hubungan antara unsur ektrinsik dengan
intrinsik dalam novel ini saling berkaitan. Dengan latar belakang penulis yang tinggal
11
di daerah Sipirok yang kental dengan adat melayunya, penulis dapat menceritakan
dengan cukup detil bagaiaman keadaan masyarakat Sipirok, terutama tentang adat
perjodohan. Dan menurut saya, novel ini merupakan bentuk dari isi hati Merari Siregar
kesengsaraan.
B. Saran
Novel “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar ini merupakan salah satu
perintis karya sastra modern di Indonesia. Novel ini diterbitkan pertama pada tahun
1920, yang dimana bisa dikatakan bahasa yang digunakan di dalam novel ini
cenderung melayu tinggi yang sudah jarang kita dengan. Sehingga membuat novel ini
agak sulit dibaca oleh pembaca yang awam dalam dunia sastra.
Jadi, menurut saya mungkin Balai Pustaka dapat mencetak kembali novel ini
namun dengan bahasa yang telah dirubah menjadi bahasa yang sehari – hari kita pakai.
Karena, dengan merubah bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
(https://konspirasisemestaa.wordpress.com/2016/06/08/analisis-novel-azab-dan-sengsara/,
12
Cengek, A., 2012, Azab dan Sengsara, [online],
(http://penjelajahsastra.blogspot.com/2012/05/analisis-novel-azab-dan-sengsara.html/,
16 November 2018 )
LAMPIRAN
13
14