(1)Tiba-tiba aku melihat Bapak berlinang air mata. Aku kaget luar biasa. (2) Tapi, ia tidak berkata
sepatah kata pun. (3) Ia tidak menatapku, tapi aku merasakan hatinya sedang menatapku tajam. (4)
Aku meraih tangan Ibu, menciuminya dan sungkem pada ibuku. (5) “Mohon doanya ya, Bu.” Ibu
terisak. (6) Aku juga melakukannya pada Bapak. (7) Kali ini aku yang terisak. (8) Karena ketika
memeluknya, aku merasakan tubuh Bapak yang sudah mulai tua dan ringkih. (9) Bapak kurus sekali,
2.
(1)Malam telah larut. (2) Aku terbangun di atas kasur di dalam kamar. (3) Hatiku terasa robek dan aku
merasa amat nista dan kecil dalam keluarga orangtuaku ini. (4) Mengapa Papa tiada pernah
memaafkan diriku? (5) Alangkah dosa diriku. (6) Alangkah tidak adilnya Papa dan betapa sakit hatiku
3.
(1)Malam telah larut. (2) Aku terbangun di atas kasur di dalam kamar. (3) Hatiku terasa robek dan aku
merasa amat nista dan kecil dalam keluarga orangtuaku ini. (4) Mengapa Papa tiada pernah
memaafkan diriku? (5) Alangkah dosa diriku. (6) Alangkah tidak adilnya Papa dan betapa sakit hatiku
(1) Tak jauh dari sebelah timur, persis di belakang kami, adalah Mongolia yang tak tersentuh,
mengandung marabahaya yang menerbitkan rayuan petualangan. (2) Ingin rasanya mencoba-coba
tantangan yang dihembuskan agin-angin lembahnya yang jahat, tidur di padang sabananya sambil
menghalau serigala dengan kayu bakar, atau terhalusinasi hantu-hantu gurunnya yang berumur
ribuan tahun. (3) Mongolia, sungguh menggoda. (4) Tapi nanti saja, karena kami harus rnenemui janjijanji kami. (5) Kami harus ke selatan, terus
beringsut ke selatan, rnenyelesaikan apa yang kami
ikrarkan di Paris.
Watak tokoh "kami" dan latar suasana pada penggalan novel tersebut adalah ....
5.
Telapak kaki boneka terbesar bertuliskan kalimat yang sama, Svetit vsegda, Vestit vezde-bersinarlah
selalu, bersinarlah di mana saja. Kutipan stanza tua penyair Rusia kesukaan ibu. “Ibu pernah
bilang,”kata Anna,”Pada suatu ketika, tanpa sengaja, bisa saja kita menjadi bagian tergelap dari
Matahari belum lagi mekar seutuhnya, tapi sinarnya yang lembut membuat pipi-pipi matryoshka
merona. Pagi ini aku adala seorang anak, seorang adik, seorang lelaki yang memiliki sejarah hidup,
setelah separuh abad lebih tanpa kejelasan asal-usul. Perempuan yang duduk diseberangku itu, yang
wajahnya mentah-mentah seperti wajahku, kakak kandungku Anna, tampak letih tapi lega.
Berbuat baiklah dengan memaafkan orang lain yang telah berbuat kesalahan padamu
Maafkanlah orang yang telah membuatmu menjadi sisi gelap dari masa lalumu.
Memaafkan masa lalumu bukanlah menjadi hal yang memalukan di hadapan keluargamu
Maafkanlah orang lain yang telah menyakitimu, terlebih ibu yang memohon maafny
Jawaban Benar
6.
Telapak kaki boneka terbesar bertuliskan kalimat yang sama, Svetit vsegda, Vestit vezde-bersinarlah
selalu, bersinarlah di mana saja. Kutipan stanza tua penyair Rusia kesukaan ibu. “Ibu pernah
bilang,”kata Anna,”Pada suatu ketika, tanpa sengaja, bisa saja kita menjadi bagian tergelap dari
merona. Pagi ini aku adala seorang anak, seorang adik, seorang lelaki yang memiliki sejarah hidup,
setelah separuh abad lebih tanpa kejelasan asal-usul. Perempuan yang duduk diseberangku itu, yang
wajahnya mentah-mentah seperti wajahku, kakak kandungku Anna, tampak letih tapi lega.
Jawaban Salah
7.
(1) Sementara itu klakson-klakson berbagai bis dengan bermacam-macam warna berkaok memasuki
terminal Blok M. (2) Ada pula bis yang selalu menggemakan kagu-lagu Melayu dengan irama dangdut,
meriah. (3) Tetapi yang paling menakutkan adalah kekasaran-kekasaran para sopir. (4) Biar sudah di
pelataran terminal belum juga memperlambat kekencangannya. (5) Bis-bis itu hinggap seperti tawon.
(6) Berdengung dan memuntahkan penumpang-penumpang dari Banteng, Grogol, dan Kota. (7) Lalu
menjaring lagi manusia-manusia yang sangat membutuhkan ke jurusan-jurusan yang mereka pilih
Kena Jaring karya Rahmat Ali
Bukti latar suasana keramaian di terminal sesuai kutipan tersebut terdapat pada kalimat bernomor ...
Jawaban Benar
8.
Alangkah pedih hati Salamah. Marni sebenarnya ingin meminta sesuatu kepadanya. Tapi takut. Takut
mengundang amarahnya. Tapi tidak sayangku, bisik Salamah dalam hati. Kau terlalu baik anakku.
Kau tidak melawan jika aku tidak memberimu uang. Kau tidak minta apa-apa karena kau tahu betul
betapa ibumu ini melarat. Melarat sekali. Kau tidak pernah merengek minta dibelikan mainan. Anakku,
ini yang membuat aku begitu terenyuh kepadamu. Kau begitu tabah menghadapi hidup kita yang
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....
Seorang ibu yang sangat menyayangi anak sehingga tak pernah memarahinya.
Seorang anak yang taat kepada orang tuanya meskipun orang tua sangat miskin
Seorang ibu yang tidak ingin anaknya kesusahan sehingga berbagai cara dilakukan
Seorang anak yang sangat memahami kondisi orang tuanya yang serba kekurangan
Seorang ibu yang selalu tabah dalam menghadapai berbagai permasalahan hidupnya.
Jawaban Benar
9.
"Ayah," kataku suatu ketika, "Saya kira saya tidak kuat belajar. Saya ingin mencari kursus
kejuruan saja. Biarlah adik-adik yang menjadi sarjana yang akan meneruskan jejak ayah."
Akan tetapi, ..apa jawaban.ayah? Ia hanya tertawa sinis. Ia menyangka hal tersebut pertanda
kemalasan. Dengan tegas ia menolak, Ia 'sendiri yang kemudian mengaturku untuk memasuki
Aku bukan anak yang bodoh. Aku kira aku cukup baik dan IQ-ku tidak memalukan. Akan tetapi
Jawaban Salah
10.
Beberapa lama setelah itu baginda teringat kepada kedua orang tuanya. Baginda meminta ijin kepada
kedua istrinya, lalu berangkat dengan lasykarnya ke Negeri Palinggam Desa, yang telah dikuasai oleh
Maharaja Dewa Angkasa dari Sepura Desa dan menawan kedua orang tuanya. Dilihatnya Negeri
Palinggam Desa sudah hancur, lalu ia mencipta sebuah negeri yang sempurna dan tinggal di sana.
Setelah beberapa lama tinggal di sana, lalu Chandra Hasan pun pergi menyerang Maharaja Dewa
Seorang raja yang berhasil tinggal lama disebuah negara milik raja lain.
Seorang raja yang berhasil menawan orang tua dari musuhnya selama ini
Seorang raja yang pada akhirnya dijadikan dewa oleh rakyatnya sendiri
Jawaban Benar
11.
Ketika baru tiga-empat kayuh sepedanya, hujan deras turun dari langit. Banyak orang segera menepi,
mencari tempat berteduh. Tapi tidak dengan perempuan itu. Tak ada tanda-tanda ia akan menepi. Yu
Ngatemi terus mengayuh sepedanya. Walau jalannya melambat, hujan deras tidak menghalangi
niatnya. Tekadnya sudah bulat:hari ini ia harus mendapat uang sebanyak mungkin, demi sebuah citacita, untuk sebuah masa depan anak
kebanggan dan tercintanya. Senyum tipis mengiringi kayuhan
sepedanya di sela hujan yang tidak mau berkompromi. Wajah si sulung dengan balutan baju wisuda
seolah menambah kekuatan kayuhan sepedanya. Petir di langit tidak membuatnya takut melanjutkan
perjalanan.
Jawaban Salah
12.
Ahmad menggeleng, Wajahnya terlipat. “Lagi banyak cucian tetangga. Setrikanya rusak satu, jadi Ibu
tidak bisa ikut menyetrika. Aku harus menyelesaikan setrikaan hingga larut malam. Belum lagi lepas
Aku menelan ludah menatap wajah suram Ahmad. Setrikaan yang dimaksud Ahmad itu adalah
‘setrika arang’. Kalian masukkan baraarang ke dalam setrikaan besi, mengipasinya agar baranya
menyala merah, ketika besi bagian bawahnya sudah panas, setrika siap digunakan.
Jawaban Salah
13.
Peluit panjang tanda final lomba bola tingkat kampung dibunyikan. Dua kali 20 menit, jeda istirahat
lima menit. Waktu yang lebih dari cukup untuk menggunduli lawan 6-0. Lima gol dibuat Ahmad, yang
untuk kesekian kalinya tampil seperti menari di lapangan. Membuat orang ramai bersorak-sorai
setiap kali dia menyentuh bola, memukul tabung-tabung bambu setiap kali Ahmad membuat gol. Dan
tidak segan-segan mengangkat tubuh mungilnya selepas pertandingan. Kami berhak mewakili
bahagia
gaduh
meriah
gembira
Ramai
Jawaban Salah
14.
Cermati kutipan berikut!
Sudah 60! Hitunganku sampai. Ia ingkar! Aku berada di puncak kegelisahan. Tanganku dingin,
jantungku berdetak makin cepat. Suara kumbang-kumbang semakin riuh merubung aku, menerorku
tanpa ampun. Ngiung! Ngiung! Ngiung! Dadaku sesak karena rindu dan marah, aku naiki sadel
sepeda, sudah tak tahan ingin berlalu dari neraka ini. Namun ketika aku akan mengayuh sepeda, aku
mendengar persis di belakang suara itu. Suara yang lembut seperti tofu. Suara yang membuat
kumbang-kumbang terdiam bungkam. Inilah suara yang sejuk seperti angin selatan, suara terindah
yang pernah kudengar seumur hidupku, laksana denting harpa dari surga “ Siapa namamu?’Aku
Aku telah berada sampai di puncak, tetapi teman yang ditunggunya tak kunjung datang, ia pun kesal
Suara-suara kumbang itu telah membuat Aku seperti diteror, perasaannya tak tenang, ia pun segera pergi.
Kerinduan dan kemarahan Aku telah menjadi satu sehingga ia tak sabar mengayuh sepedanya sampai ke
rumah.
Perasaan Aku yang berkecamuk ketika menunggu seseorang sirna karena suara yang dinantikan terdengar.
Aku merasakan penantiannya menunggu seseorang tidak sia-sia karena yang dirindukannya datang juga.
Jawaban Benar
15.
(1) Waktu itu ayahmu sangat lapar sekali, dan hari telah jam dua siang. (2) Pagi harinya ayahmu
belum sarapan sebab keuangan tidak mengijinkan untuk makan tiga kali satu hari dan harga beras itu
dua puluh lima rupiah satu kilo. (3) Kau bayangkan, anakku, bis pertama muncul dalam keadaan
penuh sesak, bis kedua yang datang sejam kemudian juga penuh sesak sehingga orang-orang di
dalam is itu seperti ikan pepesan layaknya. (4) Bis ketiga datang yang terlambat setengah jam dari
semestinya karena lalu lintas terganggu oleh kecelakaan, menurut kabar ada seorang anak sekolah
rakyat ditabrak sebuah truk. (5) Kemudian lalu lintas yang terganggu itu, terganggu lagi oleh
beberapa oto pemadam kebakaran lewat yang bunyinya meratap-ratap di jalan raya. (6) Dan karena
rapatnya itu, bis-bis, becak-becak yang ditarik manusia, dan mobil-mobil pembesar pun diharuskan
Bukti latar suasana memprihatinkan pada diri si ayah sesuai kutipan tersebut terdapat pada kalimat
bernomor ...
Jawaban Benar
16.
”Ampun, Tuanku,” jawab serigala, ”sejahat-jahat teman, ialah yang mencari keuntungan dirinya
sendiri dengan tiada memedulikan orang lain yang akan rugi karenanya. Hal yang semacam itu
kerapkali terjadi dalam pergaulan. Kemudian Tuanku telah mengetahui apa yang telah terjadi antara
patik dengan Tuanku. Oleh sebab itu, janganlah Tuanku murka kalau patik berkata, bahwa patik
tiadalah dapat memercayai perkataan Tuanku lagi, dan sejak hari ini tertutuplah pintu bagi kita untuk
barsahabat pula.
Jawaban Salah
17.
(1)Ibu guru Aisyah menjodohkanku dengan murid dari suaminya yang telah menjadi guru. (2)Aku
yakin dan percaya padanya, maka kuturuti apa yang dia perintahkan. (3)Aku menuruti perintahnya
agar aku menikah tanpa tahu siapa calon suamiku.(4)Begitu juga dengan lelaki itu, yang tidak tahu
siapa calon istrinya. (5)Cara ini dilakukan Ibu Guru Aisyah agar pernikahan ini tidak mengundang hal
Hari itu, tepat pada ulang tahunku yang ke-24 tahun. Sebuah pernikahan yang sederhana tetapi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jawaban Benar
18.
Ibu guru Aisyah menjodohkanku dengan murid dari suaminya yang telah menjadi guru. Aku yakin
dan percaya padanya, maka kuturuti apa yang dia perintahkan. Aku menuruti perintahnya agar aku
menikah tanpa tahu siapa calon suamiku. Begitu juga dengan lelaki itu, yang tidak tahu siapa calon
istrinya. Cara ini dilakukan Ibu Guru Aisyah agar pernikahan ini tidak mengundang hal negatif. Dan
Hari itu, tepat pada ulang tahunku yang ke-24 tahun. Sebuah pernikahan yang sederhana tetapi
Yah, ini adalah pernikahanku, tak banyak orang yang diundang. Hanya keluarga dari kedua belah
Jawaban Benar
19.
Ibu guru Aisyah menjodohkanku dengan murid dari suaminya yang telah menjadi guru. Aku yakin
dan percaya padanya, maka kuturuti apa yang dia perintahkan. Aku menuruti perintahnya agar aku
menikah tanpa tahu siapa calon suamiku. Begitu juga dengan lelaki itu, yang tidak tahu siapa calon
istrinya. Cara ini dilakukan Ibu Guru Aisyah agar pernikahan ini tidak mengundang hal negatif. Dan
Hari itu, tepat pada ulang tahunku yang ke-24 tahun. Sebuah pernikahan yang sederhana tetapi
Yah, ini adalah pernikahanku, tak banyak orang yang diundang. Hanya keluarga dari kedua belah
Jawaban Benar
20.
(1)”Kamu khawatir aku akan mati karena kehilangan cincin itu?” Nimah mengangguk pelan. (2)
Nyonya majikan tersenyum, “Itu hanya tahayul, Mah, yang menentukan kematian manusia bukan
benda-benda, tapi Tuhan. (3) Jika takdir telah menentukan kematian kita, siapa yang bisa
mengelaknya (4) dan lagi, aku sudah tua. Jika tiba-tiba kematian menjemputku itu sudah sewajarnya.
(5) jadi, kamu tidak perlu khawatir, Mah. (6) Takdir manusia itu sudah ditentukan Yang di Atas, kamu
(1)”Kamu khawatir aku akan mati karena kehilangan cincin itu?” Nimah mengangguk pelan. (2)
Nyonya majikan tersenyum, “Itu hanya tahayul, Mah, yang menentukan kematian manusia bukan
benda-benda, tapi Tuhan. (3) Jika takdir telah menentukan kematian kita, siapa yang bisa
mengelaknya (4) dan lagi, aku sudah tua. Jika tiba-tiba kematian menjemputku itu sudah sewajarnya.
(5) jadi, kamu tidak perlu khawatir, Mah. (6) Takdir manusia itu sudah ditentukan Yang di Atas, kamu
Nilai budaya yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut adalah ...
Jawaban Salah
22.
(1)”Kamu khawatir aku akan mati karena kehilangan cincin itu?” Nimah mengangguk pelan. (2)
Nyonya majikan tersenyum, “Itu hanya tahayul, Mah, yang menentukan kematian manusia bukan
benda-benda, tapi Tuhan. (3) Jika takdir telah menentukan kematian kita, siapa yang bisa
mengelaknya (4) dan lagi, aku sudah tua. Jika tiba-tiba kematian menjemputku itu sudah sewajarnya.
(5) jadi, kamu tidak perlu khawatir, Mah. (6) Takdir manusia itu sudah ditentukan Yang di Atas, kamu
Pernyataan yang menggambarkan Nimah merupakan seorang yang pesimistis terdapat pada kalimat
...
23.
(1)“Nama saya Doni,” tangannya terulur dan Sonia menyambutnya sembari menyebutkan namanya
jug. (2) “Saya punya cara untuk mendapatkan tiket film itu,” ujar laki-laki itu lagi. “Sonia tertarik?”
tanya Doni. (3)”Tergantung, kalau sama saja dengan jalan pintasnya Luna, kayaknya enggak. Beli dari
calo, kan?” duga Sonia. (4) “Sonia sudah tau?” Doni terkejut. Tapi, tak kalah terkejutnya Sonia
padahal tadi ia asal bicara saja. (5) Sonia pun berlalu meninggalkan teman-temannya dalam
kebingungan.
24.
(1)“Nama saya Doni,” tangannya terulur dan Sonia menyambutnya sembari menyebutkan namanya
juga. (2) “Saya punya cara untuk mendapatkan tiket film itu,” ujar laki-laki itu lagi. “Sonia tertarik?”
tanya Doni. (3)”Tergantung, kalau sama saja dengan jalan pintasnya Luna, kayaknya enggak. Beli dari
calo, kan?” duga Sonia. (4) “Sonia sudah tau?” Doni terkejut. Tapi, tak kalah terkejutnya Sonia
padahal tadi ia asal bicara saja. (5) Sonia pun berlalu meninggalkan teman-temannya dalam
kebingungan.
Latar suasana penuh kecurigaan dalam kutipan tersebut terdapat pada kalimat nomor ...
25.
tapi tidak boleh menggendong dia”, kata anak sulungku. (3)“Kalau dia terbangun dan menangis?”.
(4)“Biarkan saja, anakku tidak terbiasa digendong”. Seolah-olah tidak yakin bahwa aku mengerti katakatanya, anakku mengulang kembali lagi,
nada suaranya keras mengancam.
(5)“Betul loh Bu, jangan sampai ibu pulang, aku direpotkan anak manja dan terlalu minta
Jawaban Benar
26.
(1)Jauh-jauh aku datang baru ini pertama aku sudah dapat kekecewaan. (2)“Ibu tidur di kamar Puspa,
tapi tidak boleh menggendong dia”, kata anak sulungku. (3)“Kalau dia terbangun dan menangis?”.
(4)“Biarkan saja, anakku tidak terbiasa digendong”. Seolah-olah tidak yakin bahwa aku mengerti katakatanya, anakku mengulang kembali lagi,
nada suaranya keras mengancam.
(5)“Betul loh Bu, jangan sampai ibu pulang, aku direpotkan anak manja dan terlalu minta
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
27.
(1)Jauh-jauh aku datang baru ini pertama aku sudah dapat kekecewaan. (2)“Ibu tidur di kamar Puspa,
tapi tidak boleh menggendong dia”, kata anak sulungku. (3)“Kalau dia terbangun dan menangis?”.
(4)“Biarkan saja, anakku tidak terbiasa digendong”. Seolah-olah tidak yakin bahwa aku mengerti katakatanya, anakku mengulang kembali lagi,
nada suaranya keras mengancam.
(5)“Betul loh Bu, jangan sampai ibu pulang, aku direpotkan anak manja dan terlalu minta
Penggambaran watak anak sulung yang tidak sopan terhada ibunya diungkapkan melalui ...
pikiran tokoh
perilaku tokoh
dialog antartokoh
28.
Banyak yang bisa dituai di sana. Tergantung kau dari jenis yang mana? Pengisi surga atau pengisi
bermuculan di sana mengusung misi mulia. Walau tak jarang ada pula yang sekadar cengengesan
melakukan tamasya duka. Dan: Menjarah! Menjarah harta. Menjarah perhatian. Menjarah popularitas.
Kulihat semua itu ditayangkan mereka di televisi. Aku sempat menangis melihat ada orang
tertangkap basah dengan muka lebam dihajar petugas. Ya Allah, kataku dengan titik air mata,
manusia macam apa yang Engkau tinggalkan di zaman kami ini, di negeri yang aku cintai ini. Maling
pun Engkau kirim ke tempat duka semacam itu. Engkau biarkan mereka memasukkan tangan ke
dalam baskom, menyurukkannya ke bawah serbet penutup, meraup uang selawat, (di tempat
Hal yang ada dalam kutipan cerpen tersebut yang juga ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
adalah ...
Tidak tepatnya penyaluran bantuan kepada korban bencana alam yang disumbangkan masyarakat.
Penyelewengan bantuan oleh orang-orang yang dipercayakan untuk mengurus korban bencana
Adanya kekeliruan pengiriman bantuan untuk korban bencana ke lokasi bencana alam.
Kurangnya kesadaran masyarakat dengan suka rela membantu para korban bencana alam
Banyaknya sumbangan yang terkumpul dengan cepat untuk para korban bencana alam.
29.
Cermati kutipan berikut!
(1) Kata Bayan, “Adalah konon seorang perempuan terlalu baik parasnya. (2) Maka ia nikah dengan
perempuan terlalu baik parasnya. (3) Maka ia nikah dengan laki-laki terlalu amat cemburuan; selama
ia duduk dengan istrinya itu, jangankan ia berniaga, berjalan jauh pun ia tidak pernah. (4) Hatta
beberapa lamanya maka segala harta yang dibawanya pun habislah. (5) Maka kata perempuan itu,
“Hai Tuan Hamba! Betapa hal kita ini? (6) Tiada lagi yang dimakan, baiklah Tuan pergi berlayar
(8) Maka sahut suaminya, “Tiada aku mau bercerai dengan Tuan dan tiada aku percaya akan dikau;
Bukti watak bahwa seorang (suami) pencemburu terdapat pada kalimat ,....
30.
(1) Kata Bayan, “Adalah konon seorang perempuan terlalu baik parasnya. (2) Maka ia nikah dengan
perempuan terlalu baik parasnya. (3) Maka ia nikah dengan laki-laki terlalu amat cemburuan; selama
ia duduk dengan istrinya itu, jangankan ia berniaga, berjalan jauh pun ia tidak pernah. (4) Hatta
beberapa lamanya maka segala harta yang dibawanya pun habislah. (5) Maka kata perempuan itu,
“Hai Tuan Hamba! Betapa hal kita ini? (6) Tiada lagi yang dimakan, baiklah Tuan pergi berlayar
(8) Maka sahut suaminya, “Tiada aku mau bercerai dengan Tuan dan tiada aku percaya akan dikau;