ORANG TUA : Aku melihatnya tahun yang lalu botak seperti sekarang.
Maka kupilih kerja yang paling baik. Aku melihatnya lima puluh tahun
yang lalu sebelum petir membelahnya. Daun-daun hijau, daun-daun tua,
daun-daun segemuk mentega, hidup gemuk dan berlemak. Berdiri di
situ dan lihatlah! Karena ada orang di rumah itu.
http://banknaskah-fs.blogspot.com/ 1
PEMUDA : Lantai sudah hilang, jendela hilang dan dimana
seharusnya ada atap, hanya langit yang membentang. Dan di sini pun
pecahan kulit telur jatuh dari sarang burung gagak.
ORANG TUA : Tapi ada beberapa yang tidak peduli pada apa yang
hilang atau pada apa yang ada. Arwah-arwah dari alam barzah yang
kembali ke rumah dan tempat yang mereka kenal.
http://banknaskah-fs.blogspot.com/ 2
hakim, Ponggawa-ponggawa dan perwira yang dulu bertempur di
semenanjung dan muara. Mereka yang telah pergi dengan tugas
pemerintah pulang untuk mati atau datang dari seberang tiap awal
musim kemarau untuk meninjau bunga-bunga di bulam Mei dalam
taman. Mereka mencintai pohon-pohon yang ditebang ayahku untuk
membayar kekalahan di meja judi atau dengan kuda, minuman atau
perempuan. Mereka mencintai semua lorong yang ada di rumah ini.
Membinasakan rumah dimana orang-orang besar menjadi dewasa,
kawin dan meninggal. Kunyatakan disini, telah berlangsung suatu
kejahatan yang laknat!
ORANG TUA : Supaya aku tidak lebih unggul darinya, ayahku tidak
pernah mengirim aku ke sekolah. Tapi masih ada orang yang cinta
karena aku juga anak ibuku. Istri penjaga mengajar aku membaca, Pak
Padri mengajar aku bahasa. Banyak buku-buku berharga dengan jilidan
mewah abad lalu. Buku-buku modern dan kuno. Beribu-ribu buku.
ORANG TUA : Kuberi kau pendidikan yang patut bagi anak haram
yang gampang. Ketika aku berumur enam belas tahun, ayahku
membakar rumah-rumah itu dalam mabuknya.
http://banknaskah-fs.blogspot.com/ 3
PEMUDA : Tak seorangpun ayah.
ORANG TUA : Kutikam dia dengan pisau. Pisau yang sehari-hari biasa
kita pakai. Setelah itu kutinggalkan dia di tengah api yang sedang
berkobar. Mereka menemukan mayatnya. Seseorang menemukan bekas
pisau tapi tak berani memastikan karena mayat itu hangus bagai arang.
Beberapa teman pemabuknya bersumpah untuk menghadapkan aku ke
pengadilan, mendalihkan ancaman yang pernah dilontarkan. Penjaga
memberikan pakaian tua, aku melarikan diri, bekerja dimana-mana,
hingga aku menjadi penjual dari jalan ke jalan. Bukan pekerjaan baik,
tapi cukup baik. Karena aku anak ayahku. Karena apa yang dia lakukan
bisa aku lakukan. Dengar! Dengarlah! Derap kuda! Dengar!
ORANG TUA : Jalan terus! Jalan terus! Malam ini adalah peringatan
malam perkawinan ibuku atau malam aku dikandung, ayahku naik kuda
dari tempat minum. Sebotol arak di tanganya.
http://banknaskah-fs.blogspot.com/ 4
kembali. Jangan biarkan dia menjamahku! Tidak benar bahwa suami
mabuk tak bisa membuahi dan kalau ia mulai berhasil, kau harus
mengambil benih pembunuhnya. Tuli! Tuli! Keduanya tuli! Bahkan jika
kulempar kayu atau batu mereka tak mendengar. Itulah bukti pikiranku
sudah sakit. Tapi ada satu soal, ibuku harus mengalami sekali lagi semua
bahkan segalanya. Didorong oleh rasa sesal. Tapi bisakah ia berkelamin
lagi dan tak menemukan kepuasan didalamnya. Bila ketidakpuasan
harus bersama-sama, mana yang lebih kuat! Aku tanpa didikan.
Pergilah! Panggil pertulian! Ia dan aku akan menguraikan segalanya
sementara kedua orang itu berbaring di ranjang, membuahi dan
mengandung aku.
ORANG TUA : Kembali! Kembali! Kau kira kau bisa melarikan diri
dengan bungkusan uangku di tanganmu? Dikiranya sementara aku
bicara tak melihat kau mengaduk-aduk buntalan itu?
http://banknaskah-fs.blogspot.com/ 5
BERHAMBURAN. ORANG TUA ITU TERHUYUNG TAPI TIDAK
JATUH. MEREKA BERDIRI SAMBIL MEMANDANG JENDELA.
TAMPAK TERANG. TAMPAK SEORANG LELAKI SEDANG
MENGISI GELASNYA DENMGAN WHISKEY.
PEMUDA : Bagaimana kalau kau kubunuh? Kau membunuh
kakekku karena kau muda dan ia tua. Sekarang aku yang muda dan kau
yang tua.
ORANG TUA : Lebih muda. Padahal perempuan itu harus tahu bahwa
lelaki itu bukan macamnya.
http://banknaskah-fs.blogspot.com/ 6
ORANG TUA : Makluk itu takkan tahu apa-apa, karena bukan apa-apa,
jika kubunuh orang di bawah jendela itu, ia bahkan takkan sempat
memutar kepalanya.
ORANG TUA : Ayahku dan anakku oleh pisau yang sama. Ini
mengakhiri.
SELESAI
http://banknaskah-fs.blogspot.com/ 7