Detail Buku
a. Judul Buku : Ayat Ayat Cinta
b. Jenis Buku : Novel
c. Pengarang : Habiburrahman El-Shirazy
d. Penerbit : Republika
e. Percetakan : PT Intermasa
f. Editor : Anif Sirsaeba A
g. Desain Cover dan Isi : Abdul Basith El Qudsy
h. Tahun Terbit : Desember 2004
i. Tebal : 419 halaman
j. Panjang dan Lebar : 20,5 cm x 13,5 cm
k. Angkatan : 2000
Setelah akad nikah mereka tidak langsung tinggal bersama, 2 hari setelah akad nikah, pesta
pun di gelar. Barulah mereka pergi ke sebuah flat di lantai nmor 21 di tepi sungai nil. Mereka
berbulan madu disana, dan di akhir minggu aisha memberi kejutan ke fahri bahwa flat ini
miliknya, dan ia dan fahri akan menempati flat ini, akhirnmya dengan bebrapa pertimbangan
fahri menerima keputusan bersama mereka tersebut.
Fahri mendapat kejutan dari Maria dan Yousef. Maria dan adiknya itu datang ke
rumah Fahri untuk memberikan sebuah kado pernikahan. Namun Maria tampak lebih kurus
dan murung. Memang saat Fahri dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang pergi berlibur.
Begitu mendengar Fahri telah menjadi milik wanita lain dan tidak lagi tinggal di flat, Maria
sangan terpukul.
Kebahagiaan Fahri dan Aisha tidak bertahan lama, karena Fahri harus menjalani
hukuman di penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Fahri dibawa ke markas
polisi Abbasca. Fahri diinterogasi dan dimaki dengan kata-kata kotor. Fahri dituduh
memperkosa Noura hingga hamil hampir tiga bulan. Noura teramat luka hatinya saat Fahri
memutuskan untuk menikah dengan Aisha. Di persidangan, Noura yang tengah hamil itu
memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungannya adalah anak Fahri. Pengacara
Fahri tidak dapat berbuat apa-apa, karena ia belum memiliki bukti yang kuat untuk
membebaskan kliennya dari segala tuduhan. Fahri pun harus mendekam di penjara selama
beberapa minggu dan melewati ramadhan pertamanya di sel bawah tanah.
Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah
Maria. Marialah yang bersama Noura malam itu yaitu malam yang Noura sebut dalam
persidangan sebagai malam di mana Fahri memperkosanya. Maria sedang terkulai lemah tak
berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Dan
ia terus mengigau menyebut nama fahri. Dokter mengatakan sentuhan dan suara fahri adalah
rangsangan supaya maria cepat sadar, namun fahri tidak mau melakukannya karena maria
bukanlah istrinya .Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Pernikahan itu
berlangsung di rumah sakit. Aisha berharap dengan mendengar suara dan merasakan
sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma panjangnya dan dapat memberi kesaksian di
pengadilan tentang sebenarnya yang terjadi.
Akhirnya Maria dapat membuka matanya, aisha menceritakan semuanya kepada
maria , dan akhirnya maria bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Ketika di
pengadilan maria membawa bukti bahwa malam itu maria sampai pagi berada dikamarnya
dan sama sekali tidak meninggalkan kamarnya apalagi masuk ke kamar fahri, namun naas
karena terlalu emosi maria yang saat itu masih dalam keadaan sakit langsung jatuh pingsan
setelah memberi kesaksian, dan segera dilarikan ke rumah sakit. Fahri pun memenangkan
pengadilan itu karena noura mengakui kesalahannya karena telah memfitnah fahri dan
menyesengsarakan orang yang ia cintai. Takbir bergemuruh di ruang pengadilan itu
dilantunkan oleh semua orang yang membela dan simpati pada Fahri. Seketika Fahri sujud
syukur kepada Allah Swt. Aisha memeluk Fahri dengan tangis bahagia tiada terkira. Paman
Eqbal dan Bibi Sarah tidak mampu membendung airmatanya. Syaikh Ahmad dan Ummu
Aiman juga sama. Satu persatu orang Indonesia yang ada di dalam ruangan itu memberi
selamat dengan wajah baru.
Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Dengan jiwa besar Fahri
memaafkan Noura. Terungkaplah bahwa ayah dari bayi dalam kandungan Noura adalah
Bahadur. Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan baik.
Aisha menganggap Maria sebagai adiknya, demikian pula Maria yang menghormati Aisha
selayaknya seorang kakak.
Maria terus mengigau dalam komanya, membaca ayat-ayat surat maryam dan
dilanjutkan dengan surat tha ha dan air matanya terus mengalir, akhirnya setelah ayat terakhir
surat tho ha yang keluar dari mulutnya maria tersadar dan menceritakan semuanya kepada
fahri. Maria mengatakan bahwa ia mencium bau surga dan melihat kedalam rombongan yang
masuk kedalamnya, ketika ia mau masuk beberapa kali malaikat penjaga surga itu tidak
mengizinkannya dengan alsan ia bukan termasuk golongan nabi muhammad, ia menangis
menyebut nama ALLAH dan akhirnya dari salah satu pintu surga keluarlah maryam , ia
mengatakan bahwa jika ingin masuk surga, ia harus termasuk dalam rombongan nabi
muhammad saw. Fahri mengerti bahwa maria adalah wanita yang muslim hatinya tapi maria
belum mengucapkan syhadat sebagai tanda masuknya ia kedalam agama islam, Akhirnya
Fahri membantu Maria dengan cara mengambilkan air untuk berwudlu. Dengan sekuat tenaga
Fahri membopong Maria yang kurus kering itu menuju kamar mandi. Aisha juga membantu
membawakan tiang infus. Dengan tetap dibopong oleh Fahri, Maria diwudhui oleh Aisha.
Setelah selesai, Maria kembali dibaringkan di atas kasur seperti semula. Lalu dengan suara
lirih yang keluar dari relung jiwa ia mengucapkan syahadat. Ia tetap tersenyum. Perlahan
pandangan matanya redup. Tak lama kemudian kedua matanya yang bening itu tertutup rapat.
Fahri memegang tangannya dan denyut nadinya telah berhenti. Tidak ada yang
menduga jika maut akhirnya merenggut Maria. Maria menghadap Tuhan dengan
menyungging senyum di bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya. Kata-kata yang
tadi diucapkannya denagn bibir bergetar itu kembali terngiang ditelinga Fahri. Namun Maria
sangat beruntung karena sebelum ajal menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf
dengan bantuan Fahri dan Aisha.