Anda di halaman 1dari 2

Novel fiktif fakta terlangka

Judul: Bajak Laut dan Purnama Terakhir


Tahun terbit: 2016
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: Gagas Media
Tebal: viii + 332 hlm
Novel ini berukuran 13 x 19 cm. buku ini mempunyai soft cover yang terasa
berkualitas, tetapi tidak terlalu kuat. Novel ini dibagi-bagi dalam bab yang dipisahkan oleh
halaman special yang dapat dibedakan dengan jelas, tidak seperti novel lainnya yang hanya
menuliskan judul bab tersebut secara besar di tengah halaman. Novel ini mempunyai beberapa
ilustrasi yang menggambarkan apa yang sedang diceritakan, tetapi jumlahnya sangatlah
sedikit.
Penulis novel ini adalah Aditya Mulya yang ternyata telah menulis banyak novel
sukses lainnya. Pengalaman pertama saya membaca novel dari penulis asal Indonesia ini
sangatlah baik. Penulis berhasil menggabungkan cerita sejarah dengan komedi fiksi, tetapi
masih dapat membuat semuanya masuk akal. Sekarang ini, sudah jarang saya menemuka
penulis yang bias menggabungkan fiksi dan fakta dan membungkusnya dalam kemasan
semenarik ini.
Novel ini menceritakan sebuah cerita dar 3 sudut pandat yang berbeda, yang nantinya
disatukan dengan sangat baik. Sudut pandang pertama menceritakan tentang bajak laut konyol
yang bernama Jaka dengan awak-awaknya. Sudut pandang kedua menceritakan tiga perwira
elit. Dan yang ketiga menceritakan tentang jendral VOC yang mencari harta karun.
Novel ini berlatar di wilayah Indonesia dan sekitarnya. Walaupun menceritakan tentag
bajak laut, sebagian besar latar cerita di novel ini bukan berada di lautan. Di novel ini, terlihat
dengan sangat jelas bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai kebudayaan
leluhur yang luas dan kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dibuktikan dengan diceritakan
sejarah kerajaan terbesar di Indonesia dan keinginan jendral VOC yang ingin mengambil
harta karun yang ada di Indonesia.
Alur cerita ini sangatlah teratur, menceritakan semuanya denga detail dari awal sampai
akhir. Mulai dari Jaka yang bodoh dan konyol, sampai menjadi orang yang mengalahkan
musuh terbesar mereka berkat bantuan ketiga perwira. Dari sini, terlihat bahwa penulis telah
menyusun novel ini dengan baik sehingga dapat dimengerti dengan mudah oleh pembacanya.
Semuanya unsur novel diatas gisajikan ke pembaca dengan Bahasa yang tidak kalah
bagus. Kalimat pasif dan aktif digunakan penulis untuk menyampaikan cerita ini dengan baik
dan jelas. Penulis juga berhasil membuat semua percakapan di novel ini terkesan sangat nyata
dan tidak kaku. Bahasa yang digunakan di novel ini kebanyakan ada;ah bahasa sehari-hari
yang mudah dimengerti dan efektif, tetapi ada beberapa kata-kata tradisional yang mungkin
tidak dapat dimengerti oleh pembaca muda. Ini juga membuktikan bahwa penulis novel
mempunyai pengertian ats kebudayaan dan rutinitas tradisional Indonesia.
Unsur humor pada novel ini terletak pada cerita perjalanan Jaka dan awaknya.
Kebanyakan tingkah mereka berhasil membuat pembaca tertawa. Sedangkan kedua sudut
pandang lainnya lebih terkesan serius dan profesional. Unsur fakta yang sangat kuat dalam
novel ini membuktikan luasnya wawasan penulis. Rutinitas dan gaya hidup tokoh-tokoh di
novel ini digambarkan dengan sangat jelas dan realistis. Fakta-fakta seperti adanya organisasi
VOC dan banyaknya perompak laut di Indonesia pada jaman itu membuat pembaca percaya
seolaholah cerita ini adalah cerita yang nyata.
Keunggulan utama buku ini selain ceritanya sendiri menurut saya adalah gaya Bahasa
dan alurnya. Gaya Bahasa yang unik bukan hanya membuat pembaca mengerti cerita ini
dengan mudah, tatapi membuat mereka mau dan terikat pada novel ini sampai mereka habis
membacanya. Sangatlah jarang bias menemukan novel yang bisa memanfaatkan gaya bahasa
sebagai daya tariknya. Sedangkan alur dan jalan cerita yang teratur membuat pembaca
nyaman dengan novel ini. Sebagai contoh, pada pembukaan setiap sudut pandang di novel ini,
dituliskan dengan jelas semuanya tentang tokoh yang akan diceritakan. Mulai dar sifat, latar
belakang, dan tampak fisiknya. Jadi, tidak ada hal yang membingungkan di bab berikutnya.
Kekurangan novel ini adalah, kurangnya ilustrasi yang menarik bagi pembaca dan ada
beberapa hal yang tidak masuk akal. Beberapa aksi yang digambarkan oleh penulis dalam
novel ini terlihat tidak masuk akal dan dilebih lebihkan.
Saran saya untuk penulis dalam menulis novel berikutnya adalah, jangan terlalu
melebih lebihkan situasi agar terlihat lebih realistis dan natural. Selebihnya, penulis hanya
perlu meningkatkan apa yang telah berhasil dicapainya di novel ini.

Anda mungkin juga menyukai