Anda di halaman 1dari 10

RESENSI, ANALISIS, DAN KRITIK

ESAI
NOVEL MARIPOSA
Karya: Luluk HF

Oleh:
Tanti Hartanti NIS 20211002563

SMA NEGERI 2 KOTA TANGERANG SELATAN


Alamat : Jl. Raya Serpong – PUSPIPTEK Kode Pos 15314
Telp. (021) 7560956 Fax. (021) 75872407
Website :http://www.sman2tangsel.sch.id
Email : info@sman2tangsel.sch.id
2023
MENDALAMI NOVEL CAPITAL LETTERS
A. IDENTITAS BUKU
Judul buku : CAPITAL LETTERS
Pengarang : JOCELYN SUHERMAN
Penerbit : ROMANCIOUS
Tahun terbit : 2022
Tebal Buku : 320 halaman
Harga buku : Rp 99.500

B. PEMBUKAAN
Novel ini dicetak pertama kali pada November tahun 2022, cerita ini sebelumnya
merupakan cerita AU-Twitter yang di angkat menjadi sebuah novel. Novel ini merupakan
salah satu novel terlaris karyanya Jocelyn Suherman

C. RESENSI NOVEL
1. Sinopsis
Cerita awal novel ini diawali dengan kegiatan orientasi berupa mentoring yang
diadakan oleh kampus DWP (Darwin West University). Shiloh Hanukkah dan Abiel Isaiah
yang secara tidak sengaja menjadi pasangan mentor kelompok 13 untuk mendampingi mentee
mereka. Namun betapa terkejutnya shiloh hanukkah ketika melihat ekspresi Abiel ketika
mereka diumumkan menjadi pasangan mentoring.
Abiel merasa tidak senang ketika dia dipasangkan dengan Shiloh dikarenakan Abiel
yang ingin menambah relasi dengan orang baru malah dipasangkan dengan teman SMA nya
sendiri yaitu Shiloh Hanukkah
Mau tidak mau suka tidak suka kegiatan mentoring ini pun akan tetap berjalan, Abiel
berusaha menerima keadaan bahwa ia harus berpasangan dengan teman SMA nya sendiri, dan
selanjutnya akan ada pengumuman nama nama mentee, mentee mereka bernama Ceri dan
Gerry.
Keesokan harinya para mentor dan mentee akan bertemu untuk pertama kali nya di
hall room kampus DWP, Shiloh dan abiel pun sibuk mencari cari dimanakah mentee mereka
berada, setelah beberapa menit mereka melihat 2 orang memakai name tag berwarna kuning
yang menandakan itu adalah kelompok 13 dan ternyata mereka adalah Ceri dan Gerry
Kegiatan orientasi ini berjalan seperti seharusnya, diawali dengan perkenalan dll.
Selanjutnya ketua mentoring yaitu Biru mengumumkan bahwa akan ada kegiatan bonding
berupa camping di suatu tempat yang akan di undi secara acak, sekarang giliran kelompok 13
untuk mengundi, dan ternyata mereka mendapatkan tempat camping di Waikiki Resort
Puncak

2
Hari pertama kegiatan orientasi di kampus DWP pun selesai, shiloh pulang ke kos
dimana ia tinggal dan ketika baru saja sampai di kos, shiloh mendengar kabar buruk bahwa
kos yang ia tinggali sekarang ini akan di renovasi dan mengharuskan shiloh untuk pindah ke
kos lain
Setelah beberapa waktu shiloh sudah menemukan kos baru yang akan ia tinggali,
selanjutnya shiloh mulai memberesi barang barang untuk pindah ke kosan barunya, setelah
satu setengah jam beres beres shiloh berangkat menuju kosan barunya itu dan berpamitan
terlebih dahulu kepada penghuni kos lamanya

2. Ulasan
“Untuk mencintai kamu, aku hanya butuh waktu satu detik. Sedangkan untuk
mendapatkan hati kamu? aku butuh berapa juta detik?”
Ya, itulah sepenggal kalimat yang menggambarkan bagaimana perjuangan seorang
Natasha Kay Loovy atau Acha untuk mendapatkan hati seorang Iqbal Guana Fredy. Novel ini
bukan berkisah tentang bad boy yang bertemu good girl, bukan pula tentang bad boy yang
bertemu dengan bad girl. Ini adalah kisah tentang prasasti hidup yang bertemu landak betina.

3. Keunggulan Buku
Kelebihan dari struktur yang dibangun dalam novel Capital Letters karya Jocelyn
Suherman ini ialah menggunakan bahasa yang tidak berat dengan gaya sederhana. Genrenya
juga ringan dan enak dibaca, novel ini memiliki alur yang tidak terlalu panjang dan menjadi
terasa singkat dibaca karena di sela-sela cerita muncul dialog-dialog lucu dan cukup
menggelitik, novel romantis ini cocok dibaca oleh remaja zaman sekarang karena di kalangan
remaja cerita-cerita seperti ini cukup disukai.

4. Kelemahan Buku

Kekurangan terhadap unsur yang dibangun dalam novel yaitu kesederhanaan dari
proses pembangunan karakter, dan jalan cerita. Novel ini tidak lebih dari sekadar kisah
seorang remaja perempuan yang berambisi untuk mendapatkan hati laki-laki yang disukainya,
seolah hidupnya dihabiskan hanya untuk mendapatkan hati laki-laki tersebut.
Dengan jalan cerita yang seperti itu cerita sangat mudah dipahami dan menimbulkan
kelemahan yaitu cerita tersebut menjadi tidak menarik dan sangat datar. Ketidak menarikan
tersebut menimbulkan rasa bosan ketika sudah membaca hingga pertengahan cerita karena
tidak ada sebuah teka teki yang disembunyikan. Cerita yang dibangun terkesan mengalir
begitu saja, hal tersebut juga didukung penggunaan bahasa standar sesuai dengan kehidupan
sehari-hari.
Kemudian dari segi karakter tokoh, Acha bukanlah contoh tokoh yang baik untuk
kalangan remaja. Karakter tokoh Acha di dalam novel terkesan berlebihan dan pikirannya
hanya terfokus pada Iqbal. Seolah dunianya hanya berpusat pada Iqbal.
Pertama, di dalam novel diceritakan bahwa Acha pindah sekolah hanya karena suka
kepada Iqbal. Kedua, Acha melabrak adik kelas yang bernama Tesya hanya karena Tesya
meminta diajari Iqbal untuk persiapan olimpiade bulan depan di kantin sekolah.

3
Padahal, Acha adalah siswa yang cerdas dan berprestasi. Ketimbang sibuk mengejar-
ngejar cinta Iqbal, seharusnya ia belajar dan mempersiapkan dirinya untuk masuk perguruan
tinggi. Hidup jelas bukan hanya tentang cinta. Manusia tidak bisa setiap hari memikirkan soal
cinta-cintaan.
Sama halnya dengan karakter tokoh Iqbal. Iqbal diceritakan sebagai laki-laki berwatak
dingin, tetapi dinginnya itu justru terasa dipaksakan. Alih-alih merasa senang karena Acha
pergi, justru Iqbal merasa kehilangan. Kewarasan tokoh Iqbal perlu dipertanyakan di sini.
Lelaki mana yang merasa kehilangan saat tahu orang yang suka dengannya secara agresif
menyerah begitu saja? Seharusnya, dia senang karena tidak ada hama yang mengganggu
hidupnya.
Selanjutnya, narasi dalam novel ini pun terkesan main-main. Lebih banyak tell
daripada show. Padahal dua unsur itu harus seimbang. Novel ini lebih banyak dialog kosong
daripada dialog dan narasi yang menunjang plot.
Hampir semua tokoh di dalam novel ini tidak memiliki pengembangan karakter.
Karakter Acha tidak berkembang dari awal hingga akhir cerita. Masih sama bucin-nya, masih
sama menyebalkannya dan masih sama agresifnya.
Karakter Amanda, sahabat Acha, pun tidak bisa masuk di nalar saya. Selain plin-plan,
Amanda rela berpacaran dengan laki-laki yang sama sekali tidak dicintainya hanya untuk
menyindir si Iqbal yang tidak peka. Tentu saja, para pembaca akan berpikir bahwa itu buang-
buang waktu. Amat sangat disayangkan bahwa kehadiran Glen tidak berguna dan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan dalam alur novel karena tokoh Glen di dalam novel hanya
sekadar menjadi badut.
Terakhir, ada beberapa hal yang seharusnya dapat diulas lebih dalam. Seperti:
mengapa di satu waktu kondisi kesehatan Acha bisa ambruk dan di waktu lain bisa segar
bugar, apa penyakit yang dideritanya? Apa yang membuat Iqbal dingin dengan gadis yang
menyukainya? Apa yang membuat manusia seperti Acha tergila-gila pada Iqbal, selain
ganteng? Apa alasan Iqbal yang tiba-tiba menyukai Acha, selain cantik? Seharusnya, yang
seperti ini cukup untuk mengganti semua dialog kosong di novel.
Selanjutnya, ada beberapa kalimat yang seharusnya tidak dimasukkan penulis di dalam
novel. Seperti kalimat:
Lonceng berbunyi, seorang pembeli masuk ke dalam kafe, membuat beberapa pasang
mata refleks menatap ke arahnya. Penasaran atau tidak, itu sudah menjadi jalannya impuls
manusia yang dapat menghubungkan reseptor ke efektornya. (Mariposa, halaman 7).
Kalimat seperti itu seharusnya tidak perlu dimasukkan ke dalam novel. Supaya tidak
terkesan info kurang penting.
Kemudian dari segi amanat terasa masih sangat hambar, pembaca tidak dapat
menemukan amanat selain kegigihan seorang wanita yang menyukai seorang pria. Sebenarnya
novel ini memiliki potensi yang besar dan bisa menjadi sesuatu yang "segar" jika diramu
dengan formula yang pas. Novel ini juga cocok untuk pembaca yang suka dengan bacaan
ringan tanpa harus berpikir berat dengan humor kekinian.

4
D. ANALISIS UNSUR-UNSUR
1. Unsur Instrinsik
a. Tema
Pada Novel Mariposa karya Luluk Hf ini menggambarkan perjuangan seorang
gadis bernama Acha untuk mendapatkan cinta seorang Iqbal walau telah ditolak
berulang kali. Acha tak pernah gentar meruntuhkan kokohnya tembok pertahanan
hati Iqbal. Secara umum novel ini memiliki tema perjuangan cinta. Seperti pada:
Acha mengibaskan-ngibaskan tangan, tubuhnya mendadak terasa panas.
“Acha nggak akan nyerah!”
“Sampai Nobita juara mate-matika se-kecamatan, Acha nggak bakal menyerah
ngejar Iqbal!” (Mariposa, hlm 19)

b. Alur
Alur yang digunakan dalam cerita novel Capital letters yaitu alur maju. Penulis
tidak menceritakan kehidupan di masa lampau.

c. Penokohan (Tokoh dan Watak)


Tokoh yang terdapat dalam novel Mariposa yaitu:
1. Shiloh
Pemalu:
“Acha mau minta nomornya Iqbal, kita satu camp olimpiade, loh, kemarin.
Acha di kimia dan Iqbal di fisika. Iqbal pasti ingat sama Acha kan?” tanya
Acha percaya diri di atas rata-rata. (Mariposa, hlm. 11)

Pantang menyerah:
“Sampai Cinta Fitroh tayang lagi di TV, Acha nggak akan pantang
mundur!”. (Mariposa, hlm. 19)

Ceria:
“Selamat pagi, Iqbal,” sapa seorang gadis dengan senyum paling ceria se-
Nusantara. (Mariposa, hlm. 13)

Pintar dan cerdas:


...Iqbal tidak ingin mengakui kepintaran Acha, tapi apa boleh buat. Iqbal
menyaksikannya langsung, gadis ini memang memiliki otak yang cerdas...
(Mariposa, hlm. 53)

Lugu dan jujur:


 ...Gadis dihadapannya ini luar biasa ajaib. Bagaimana bisa ada gadis
selugu dan sejujur ini?...(Mariposa, hlm. 67)    

Manja:

5
... Tamatlah! Apalagi Acha sudah mengeluarkan jurus manjanya. Iqbal tak
bisa berbuat apapun selain mengiakan... (Mariposa, hlm 359)
 
2. Abiel Isaiah
Irit ngomong, pintar dan suka membantu orang:
“Jadi maksud lo Iqbal yang ini? Cowok yang lo bilang sangat dingin tapi
pinter, irit ngomong tapi suka bantu orang lain selama camp olimpiade, dan
lo masih baper sama dia?” (Mariposa, hlm 8)

Tak ramah:
“siapa?” tanya Iqbal tak ramah.

Kasar
... Iqbal menepis kasar tangan Acha yang menyentuhnya. Iqbal tak segan
memberikan sorot mata yang dingin... (Mariposa, hlm 56)

Dingin dan cuek


... Meskipun Iqbal adalah sosok yang dingin dan cuek, ia masih punya hati
untuk membantu orang... (Mariposa, hlm 61)

Kejam:
“Gue nggak suka sama lo. Udah sana pergi!” usir Iqbal kejam. (Mariposa,
hlm 88)

Jujur:
“Terpaksa, lah,” terang Iqbal sangat jujur. (Mariposa, hlm 101)

Pintar:
“... Bergitu juga dengan Iqbal yang berhasil mendapatkan juara pertama
Olimpiade Fisika Nasional.” (Mariposa, hlm 49)

3. KC
Perhatian
Pemarah
 
4. Rian
Baik

5. Glen
Bodoh:
Rian menepuk bahu Glen, tersenyum paksa. “ Lo gak bodoh Glen, Cuma
gak pinter aja.” (Mariposa, hlm 77)

6.  Tante-mama (Kirana/Mama Acha)

6
Baik:
... Kirana menatap punggung putrinya dengan tatapan sendu. “Mama akan
selalu berusaha buat kamu bahagia, Natasya.” (Mariposa, hlm 174)
     
7. Mr. Bov (Ayah Iqbal)
Baik:
“Jadi ini yang namanya Acha,” sapa Mr. Bov hangat. (Mariposa, hlm 340)

8. Juna
Baik:
“Haduh, Amanda. Jangan makin ngaco deh. Juna itu, kan, emang baik
orangnya.” (Mariposa hlm. 46)

Ramah:
“Nggak perlu, Cha,” tolak Juna ramah. “Sepertinya gue udah tau
jawabannya.”

9. Dino
Baik:

d. Latar/setting
1. Latar Tempat
Sebagian besar cerita novel Capital letters, ceritanya berlatar tempat di kampus
dan di kosan.
2. Latar waktu
Latar Waktu novel Mariposa yaitu pagi hari, siang hari,sore hari dan malam
hari.

e. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Mariposa yaitu menggunakan sudut
pandang orang ketiga. Terlihat dari penulis menggambarkan para tokohnya dengan
nama-nama tokoh, tidak menggunakan tokoh aku.

f. Gaya Bahasa
1. Majas Sinestesia adalah majas metafora yang mengungkapkan sesuatu yang
terkait dengan indera.
...Jatuh cinta kepadamu membuat mata hatiku semakin buta dan tersiksa!
(Mariposa, hlm 115)
2. Majas Antonimasia adalah majas yang menyebutkan sesuatu secara tidak
langsung, melainkan dengan menggunakan sifat yang melekat pada obyek
tersebut.
“Ahh. Si hati batu,” sahutnya sambil menarik sudut bibirnya. (Mariposa, hlm.
8)

7
3. Majas Asosiasi atau perumpamaan adalah majas yang membandingkan dua hal
yang beda, tapi dianggap sama.
Amanda mengangguk-angguk pasrah. “Terserah, terserah, terserah,” pasrah
Amanda. “Susah emang kalo ngomong sama kobokan prasmanan!”
(Mariposa, hlm 47)

g. Amanat
Amanat yang dapat diambil dari novel Mariposa karya Luluk Hf adalah:
1. Setiap orang punya jatah gagal masing-masing. Kalau kita gagal harusnya kita
tetap senang. Karena jatah gagal kita sudah berkurang satu. Dan kita semakin
dekat dengan mimpi kita.
2. Kegagalan bukan akhir dari segalanya, melainkan sebuah awal menuju
kesuksesan.
3. Jangan lupa bersyukur atas apa yang sudah kita miliki sekarang/

2. Unsur Ekstrinsik
a. Latar Belakang Penulis
Jocelyn Suheraman merupakan penulis novel Capital Letters. Perempuan ini lahir
di Cibubur pada tanggal 2 September. Jocelyn suherman memiliki hobi menulis, ia
gemar sekali membuat cerita AU di Twitter dan menjadikan nya sebuah novel. Ia
sudah banyak mengalami kegagalan dalam proses menulis, tetapi ia tidak
menyerah. Cerita novelnya yang mengangkat kehidupan percintaan anak remaja
jaman sekarang membuat pembaca suka dengan penulis ini.
b. Nilai-Nilai
1. Nilai Pendidikan
Dalam novel Capital letters terdapat nilai pendidikan yaitu berprestasilah saat
kamu berperan menjadi siswa, meskipun kamu sedang memperjuangan rasa
cinta terhadap seseorang, tetapi pastikan kamu tetap mengutamakan presetasi
belajar.
2. Nilai Sosial
Nilai sosial dalam novel Mariposa yaitu janganlah kamu memaksakan
kehendak orang lain karena hal yang menurutmu baik, belum tentu baik untuk
orang lain.

E. KRITIK ESAI KARYA


1. Tanggapan penulis, saran dan masukan, serta kelayakan/segmen pembaca
Novel ini jika dieksekusi dengan baik, sepertinya novel bisa "menyegarkan" dan "sehat".
Apalagi dengan lawak-lawakan receh yang kekinian (yang anehnya saya merasakan
kelucuannya).
Menurut saya, novel ini sangat mubazir. Bayangkan saja, nyaris lima ratus halaman
dengan cerita yang “yah...begitulah...” untungnya saya adalah tipe pembaca
skimming. Spoiler sedikit, sudah 200-an halaman, tapi antarkarakternya tidak ada kemajuan.
Kalau kalian suka disiksa dengan cinta bertepuk sebelah tangan, memang kalian layak untuk
jadi pembaca novel ini.

8
Adapun gaya penulisan dalam mengungkapkan gagasan masing-masing, pada umumnya
tidak menggunakan bahasa baku dan kerap bercampur dengan bahasa asing (bahasa Inggris).
Dalam pembahasan, kutipan-kutipan ditulis sesuai dengan kondisi teks apa adanya. Jumlah
halaman dari novel Mariposa yang relatif tebal, yaitu 496, dinilai terlalu berlebihan karena
menampilkan plot-plot yang dianggap tidak penting. Alur progresif dan cepat novel tersebut
ternyata dinilai tidak cukup untuk menggerakkan cerita secara efektif dan logis. pembaca
menganggap banyak plot holes yang tidak masuk akal dan dipaksakan, selain itu alur
ceritanya berkesan lambat sehingga akibatnya plot twist-nya tidak terasa dan berpotensi
membuat pembaca jenuh.
Seperti untuk mempertegas pandangan tersebut, Aprilia (2020) menyebutkan bahwa novel
fenomenal tersebut mengecewakan karena ceritanya ternyata begitu saja, ceritanya terkesan
dipanjang-panjangkan, banyak adegan tidak penting yang terasa dipaksa disisipkan. Persepsi
para pembaca ini membuktikan bahwa alur dalam novel Mariposa tidak mendapatkan
apresiasi positif. Selain pernyataan tentang alur dan perguliran cerita yang dinilai lamban
tersebut, mayoritas pembaca menganggap Acha sebagai sosok yang bucin “budak cinta” yang
dapat diinterpretasikan sebagai perempuan yang dengan sengaja mengikatkan diri pada laki-
laki yang disukainya dan bersikap agresif (alih-alih “asertif” yang berkonotasi lebih positif
dalam konteks kepribadian). Siswi SMA peserta olimpiade sekolah yang dianggap berperilaku
“genit” dan kekanak-kanakan itu dinilai pembaca membosankan dan mengganggu, bahkan
dinobatkan sebagai the most annoying heroine yang pernah aku baca. Kondisi tersebut
dikritisi pembaca yang menyatakan baru mengetahui karakter Achai yang luar biasa agresif.
Satu-satunya tanggapan positif dari pembaca terhadap tokoh Acha dan Iqbal walaupun
kehidupan mereka dalam novel diwarnai percintaan, tetapi mereka sama-sama jenius, cerdas,
berotak encer, dan yang lain semacamnya. Konstruksi atas tokoh remaja perempuan itu
dianggap wajar dan normal karena dipasangkan dengan sosok laki-laki yang juga berkualitas.
Dengan pijakan itulah, tampaknya cerita menjadi lebih menarik dan ‘berimbang.
Resepsi yang demikian banyak, meskipun negatif, terhadap tokoh Acha merupakan
sesuatu yang logis karena perannya dalam cerita sangat dominan. Ketokohutamaan Acha,
dibandingkan dengan Iqbal, misalnya, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Sayuti yang
dikutip Munaris (2011), yaitu bahwa tokoh utama merupakan pihak yang paling banyak
mengambil porsi dalam penceritaan. Peristiwa-peristiwa pun berputar di sekitar kehidupan
tokoh tersebut. Pembaca novel Mariposa menganggap penggunaan tema percintaan remaja
merupakan sesuatu yang akhir ceritanya mudah ditebak.
Walaupun dianggap memiliki sejumlah kekurangan, eksplorasi aspek humor oleh
pengarang cukup diapresiasi oleh pembaca, penulis mencoba melontarkanhumor-humor receh
khas zaman sekarang baik dalam narasi maupun dialog. Pembaca menilai unsur humorlah
yang menyelamatkan novel Mariposa. Sampul yang bergambar dan berwarna atraktif juga
dianggap pembaca sebagai kekuatan Mariposa. Bagian sampul pun menjadi penting karena
memuat tulisan “telah dibaca puluhan juta kali dan akan segera difilmkan”.
Selain itu dalam Mariposa terdapat ilustrasi pada bab-bab tertentu yang membuat pembaca
tidak (terlalu) jenuh. Selain bagian sampul, trailer film Mariposa yang dipromosikan melalui
berbagai media daring dan menampilkan artis Angga Yunanda serta Adhisty Zara juga
dianggap membantu pembaca novel dalam membangun imajinasi tentang tokoh-tokoh dalam
kisah fiksi remaja tersebut.

9
Harapan pembaca terhadap novel Mariposa tentang motivasi/alasan pembaca membaca
karya tersebut. Pembaca cenderung menanggapi secara negatif unsur-unsur intrinsik novel
Mariposa, terutama alur yang dianggap terlalu lambat dan tokoh perempuan yang
digambarkan terlalu agresif. Resepsi tersebut menyimpulkan bahwa cerita novel berkesan
tidak realistis dan membosankan. Namun, sebagian pembaca menunjukkan apresiasi positif
pada aspek humor dan tema romance yang disajikan pengarang.
Harapan sebagian besar pembaca tidak sesuai dengan kenyataan yang ditampilkan oleh
novel Mariposa. Pembaca menyatakan bahwa alasan ketertarikan membaca novel tersebut
adalah karena rekomendasi teman serta klaim penerbit buku dan Wattpad yang menyebut
Mariposa sebagai mega bestseller. Setelah membaca, baru menyadari bahwa labelling yang
hiperbolis tersebut tidak lain merupakan bentuk promosi dan strategi penjualan belaka
sehingga tidak menjamin kualitas karya.
Terungkap juga bahwa ketertarikan pembaca dipicu oleh wacana bahwa novel Mariposa
akan difilmkan dan dimainkan oleh para artis terkenal di kalangan remaja. Sementara itu,
faktor-faktor penyebab perbedaan tanggapan pembaca yang ditemukan dalam kajian ini
adalah karena perbedaan pengetahuan tentang sastra, pengetahuan tentang kehidupan, dan
pengalaman membaca karya sastra.
Tapi, selamat untuk penulisnya yang sudah menerbitkan lebih dari satu buku dan laris
manis tanjung kimpul. Sudah difilmkan juga. Semoga filmnya tidak terlalu kaku seperti
bukunya.

10

Anda mungkin juga menyukai