Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MENGANALISIS STRUKTUR TEKS DRAMA

Petunjuk

1. Carilahteks drama di laman daring!


2. Analisislah struktur teks drama tersebut sesuai kolom di bawahini!
3. Upload teks dramadanhasilanalisis kalian dalambentuk pdf! (teks drama
danhasilanalisisjadisatu file)

Analisis Struktur Teks Drama

Judul : SENJA MULAI TEMARAM

Struktur Kutipan Teks Analisis


Prolog Sebuah ruangan beranda depan dengan Dalam bagian prolog apa
kursi goyang, dan di sana ada kakek tua yang dituliskan sudah
sedang tidur-tiduran yang sedang bagus,sudah terdapat
menikmati sebatang rokok dan
synopsis singkat,
memandangi pot bunga dan jam yang ada
di beranda depan rumahnya. Angin yang pengenalan tokoh, hanya
bertiup sepoi-sepoi membuat kakek tua saja ringkasan konflik
hampir tertidur di kursi goyang yang di yang disajikan kurang
gunakanya, Tidak lama berkelang nenek jelas.
datang membawakan secangkir kopi untuk
kakek.

Dialog 1. orientasi 1. pada bagian orientasi,


- Orientasi NENEK : ini kopinya..! pengenalan tokoh sangat
KAKEK : Manis ? bagus, latar waktu dan
- Koflik/Komplikasi NENEK : Manis ! suasana juga sudah
- Resolusi KAKEK : Jam berapa sekarang ?
tergambar dari diaog
NENEK : Jam berapa ? di dekatnya
ada jam, kok malah nanya jam sekarang. tokoh. Namun dalam latar
KAKEK : jam inikan sudah rusak waktu kurang jelas
tiga hari, masak sekarang jam enam? jamnya karena hanya
(kakek memangiL- disebutkan kejadian
memangil cucunya) Ita.. ita.. ita.. setelah ashar.
NENEK : Ita belum pulang.
KAKEK : Apa waktu ashar sudah
2. pada bagian
masuk.?
NENEK : Sudah sejak tadi aku komplikasi, cerita yang
menyuruhmu sembahyang. Semakin tua diambil sangatlah bagus.
semakin lupa, seharusnya semakin tua itu Hanya saja pada bagian
semakin khusuk. ini konflik kurang greget
KAKEK : Aku ini sudah semakin karena mungkin konflik
khusuk. Apakah dulu kau tertarik kepada ini terjadi dalam keluarga
ku karena aku seorang santri.?
sehingga tingkat
NENEK : Tidak.
KAKEK : jangan suka menuduh, emosionalnya juga
kau itu tertarik kepada ku dulu karena aku cenderung rendah. Selain
seorang pemain sirkus dan jago gulat. itu ada beberapa
percakapan yang mungkin
2. komplikasi kurang cocok untuk anak-
anak kecil. Dimana
NENEK : Itu kan dulu.! Untuk terdapat actor yang
sekarang aku akan lebih tertarik kepadamu memliki kebiasaan kurang
jikalau dirimu lebih dekat dengan tuhan, baik yaitu merokok.
karena kita ini isemakin tua dan semakin
dengan kata yang namanya Mati.
KAKEK : Siapa juga yang tidak 3. pada bagian resolusi
tahu kalau semakin tua semakin dekat juga bagus. Dimana tokoh
dengan mati. Aku juga sudah berdo’a agar memberikan beberapa
umur ku ini di panjangkan dan aku juga sudut pandang tentang
sudah berusaha untuk memelihara aktris atau actor sehingga
kesehatan ku. Coba kau perhatikan! Selesai pandangan mengenai
zikir subuh aku gerak jalan dari sini
actor jauh dari Tuhan-Nya
sampai ke taman dekat balai kota itu. Itu ku
lakukan setiap pagi dan setiap hari. dapat terselesaikan.
NENEK : Tapi kau merusak
keindahan taman itu.
KAKEK : Kata siapa sehingga kau
berani berkata seperti itu.?
NENEK : Tukang-tukang sapu.
KAKEK : Tukang sapu yang mana.?
NENEK : Tukang sapu di taman
telah mendapatkan tumpukan puntung
rokokmu di kursi dekat kolam. Itu pasti
tumpukan puntung rokokmu.
KAKEK : Aku protes.!
NENEK : Protes.! Itu sudah pasti
puntung rokokmu. ” Rokok klembak
menjan”.
KAKEK : Tapi aku tidak suka kau
katakan kalau itu tumpukan puntung
rokokku. Puntung rokokku tidak lebih dari
lima batang.
NENEK : Setiap paginya.?
KAKEK : Ya.
NENEK : Coba saja kaupikir. Kalau
setiap paginya lima batang, kalau sebulan
berapa.? Nah.. kalau sebulan berarti lima
batang di kali tiga puluh jumlahnya seratus
lima puluh batang. Itu baru yang di taman
saja. Belum yang kau selipkan di seluruh
rumah ini.
KAKEK : Kau ini hanya pandai
mengomel saja. Kapan kau berhenti
melarang aku merokok ?
NENEK : Ita cucumu itu sudah
pernah membaca koran. Katanya dokter-
dokter di jerman telah mengatakan kalau
merokok itu memendekkan umur.
KAKEK : Ita memang suka
mengada- ada. Mulai dulu ita tidak suka
kalau aku merokok. Apalagi merokok....
NENEK : Aku tidak pernah
memanjakannya. Kau sendiri yang suka
memanjakannya. Aku hanya sering
merasa ....... kalau memikirkan nasib ita.
Sejak kecil iya tidak pernah merasakan
kasih sayang ibunya. Aminah dulu selama
menjadi menantu kita tidak pernah berkata
kasar kepadaku. Kalau aku sendirian di
rumah, aku jadi mudah teringat kepada
Aminah.
KAKEK : Aku juga sering
mengenang menantuku Aminah, sayang ita
tidak seperti ibunya. Aminah tidak pernah
melarang aku merokok. Apalagi
menyembunyikan tempat rokokku. Tapi ita
pandai membaca saja , sudah
mengemukakan pendapat dokter jerman
soal merokok. Memang cucuku itu pandai.
NENEK : Lah memang cucuku itu
anak yang pandai, ita sudah pandai
membaca sekarang. Tahun depan ia sudah
duduk di S.M.P. Berapa kali ia sudah turun
siaran di R.R.I., ita memang pandai
menyanyi, deklamasi, main angklung dan
main sandiwara, tapi aku kurang senang
jika ita kelak jadi artis!
KAKEK : Mengapa ?
NENEK : Aku mulai khawatir.

3. resolusi

KAKEK : Mengapa khawatir ?


Cucunya pandai kok merasa khawatir.
NENEK : Sebab aktor atau artis itu
jauh dari tuhannya.
KAKEK : Mengapa jauh dari
tuhannya ?
NENEK : Seorang akator atau artis
yang berhasil selalu tenggelam dalam
sorakan penonton. Ia selalu sibuk ini, itu.
Berlatih dan bermain tanpa menganal
waktu. Buktinya kau sendiri dulu, selama
kau jadi pemain sirkus dan jago gulat,
hidupmu selalu berpindah-pindah. Dari
satu negeri kenegeri lain. Kau selalu makan
enak, tidur di losmen atau hotel, dan anak
istrimu kau lupakan.
KAKEK : Salahnya aku dulu tidak
mau turut, tapi aku tidak lupa, meskipun
tidur ku dilosmen atau hotel, aku masih
bisa mengumpulkan sisa-sisa
pendapatanku. Kukumpulkan sedikit demi
sedikit, dan lama kelamaan menjadi bukit.
Lihat saja rumah kita ini yang terletak di
tengah kota. Dan berada di atas sebidang
tanah yang luas. Berapa rupiah harganya
sekarang kalau kujual ? Dari mana
semuanya ini ? Semuanya itu tidak lain
dari hasil jerih payahku selama menjadi
pemain sirkus tiga puluh tahun yang lalu.
Tapi aku mengharap dengan sangat jangan
sekali-kali seorang aktor atau artis itu kau
katakan jauh dari tuhaNYA.
NENEK : Apakah kau dulu khusyuk
?
KAKEK : Aku tidak pernah
mengatakan aku dulu khusyuk. Tapi kau
jangan mengatakan aktor atau artis jauh
dari tuhannya, kalau kau mengatakan
sering kali lupa, itu boleh. Tapi toh tidak
semuanya begitu. Semua yang ada
dijadikan bukti sekang. Sesuatu yang
berakhir dengan kebaikan itulah yang baik,
siapapun yang pada akhir hidupnya
mengucapkan kata : LAA ILAAHA
ILLALLAAH akan masuk surga.
NENEK : Seperti ulama.
KAKEK : Aku memang ulama di
rumah ini. Dulu aku pemain sirkus dan
jago gulat. Tapi aku sekarang kiayai di
rumah ini.

Epilog Kemudian terdengar suara nyanyian anak- Dalam bagian epilog


anak dari arah kejauhan. Suara nyanyi mungkin terdapat sedikit
semakin dekat. Dan dua orang tua itu telah kekurangan, yaitu tidak
menebak kalau suara yang di dengarnya
adanya ajaran yang
adalah suara ita yang menyanyikan lagu
kesayangannya. tersurat yang dapat
diambil dari drama
tersebut. Sehingga
penonton harus mencari
sendiri ajarannya.

SENJA MULAI TEMARAM

Sebuah ruangan beranda depan dengan kursi goyang, dan di sana ada kakek tua sedang tidur-
tiduran yang sedang menikmati sebatang rokok dan memandangi pot bunga dan jam yang ada
di beranda depan rumahnya. Angin yang bertiup sepoi-sepoi membuat kakek tua hampir
tertidur di kursi goyang yang di gunakanya, Tidak lama berkelang nenek datang
membawakan secangkir kopi untuk kakek.

NENEK : ini kopinya..!


KAKEK : Manis ?
NENEK : Manis !
KAKEK : Jam berapa sekarang ?
NENEK : Jam berapa ? di dekatnya ada jam, kok malah nanya jam sekarang.
KAKEK : jam inikan sudah rusak tiga hari, masak sekarang jam enam? (kakek
memangiL-memangil cucunya) Ita.. ita.. ita..
NENEK : Ita belum pulang.
KAKEK : Apa waktu ashar sudah masuk.?
NENEK : Sudah sejak tadi aku menyuruhmu sembahyang. Semakin tua semakin lupa,
seharusnya semakin tua itu semakin khusuk.
KAKEK : Aku ini sudah semakin khusuk. Apakah dulu kau tertarik kepada ku karena
aku seorang santri.?
NENEK : Tidak.
KAKEK : jangan suka menuduh, kau itu tertarik kepada ku dulu karena aku seorang
pemain sirkus dan jago gulat.
NENEK : Itu kan dulu.! Untuk sekarang aku akan lebih tertarik kepadamu jikalau
dirimu lebih dekat dengan tuhan, karena kita ini isemakin tua dan semakin dengan kata yang
namanya Mati.
KAKEK : Siapa juga yang tidak tahu kalau semakin tua semakin dekat dengan mati.
Aku juga sudah berdo’a agar umur ku ini di panjangkan dan aku juga sudah berusaha untuk
memelihara kesehatan ku. Coba kau perhatikan! Selesai zikir subuh aku gerak jalan dari sini
sampai ke taman dekat balai kota itu. Itu ku lakukan setiap pagi dan setiap hari.
NENEK : Tapi kau merusak keindahan taman itu.
KAKEK : Kata siapa sehingga kau berani berkata seperti itu.?
NENEK : Tukang-tukang sapu.
KAKEK : Tukang sapu yang mana.?
NENEK : Tukang sapu di taman telah mendapatkan tumpukan puntung rokokmu di
kursi dekat kolam. Itu pasti tumpukan puntung rokokmu.
KAKEK : Aku protes.!
NENEK : Protes.! Itu sudah pasti puntung rokokmu. ” Rokok klembak menjan”.
KAKEK : Tapi aku tidak suka kau katakan kalau itu tumpukan puntung rokokku.
Puntung rokokku tidak lebih dari lima batang.
NENEK : Setiap paginya.?
KAKEK : Ya.
NENEK : Coba saja kaupikir. Kalau setiap paginya lima batang, kalau sebulan
berapa.? Nah.. kalau sebulan berarti lima batang di kali tiga puluh jumlahnya seratus lima
puluh batang. Itu baru yang di taman saja. Belum yang kau selipkan di seluruh rumah ini.
KAKEK : Kau ini hanya pandai mengomel saja. Kapan kau berhenti melarang aku
merokok ?
NENEK : Ita cucumu itu sudah pernah membaca koran. Katanya dokter-dokter di
jerman telah mengatakan kalau merokok itu memendekkan umur.
KAKEK : Ita memang suka mengada- ada. Mulai dulu ita tidak suka kalau aku
merokok. Apalagi merokok....
NENEK : Aku tidak pernah memanjakannya. Kau sendiri yang suka memanjakannya.
Aku hanya sering merasa ....... kalau memikirkan nasib ita. Sejak kecil iya tidak pernah
merasakan kasih sayang ibunya. Aminah dulu selama menjadi menantu kita tidak pernah
berkata kasar kepadaku. Kalau aku sendirian di rumah, aku jadi mudah teringat kepada
Aminah.
KAKEK : Aku juga sering mengenang menantuku Aminah, sayang ita tidak seperti
ibunya. Aminah tidak pernah melarang aku merokok. Apalagi menyembunyikan tempat
rokokku. Tapi ita pandai membaca saja , sudah mengemukakan pendapat dokter jerman soal
merokok. Memang cucuku itu pandai.
NENEK : Lah memang cucuku itu anak yang pandai, ita sudah pandai membaca
sekarang. Tahun depan ia sudah duduk di S.M.P. Berapa kali ia sudah turun siaran di R.R.I.,
ita memang pandai menyanyi, deklamasi, main angklung dan main sandiwara, tapi aku
kurang senang jika ita kelak jadi artis!
KAKEK : Mengapa ?
NENEK : Aku mulai khawatir.
KAKEK : Mengapa khawatir ? Cucunya pandai kok merasa khawatir.
NENEK : Sebab aktor atau artis itu jauh dari tuhannya.
KAKEK : Mengapa jauh dari tuhannya ?
NENEK : Seorang akator atau artis yang berhasil selalu tenggelam dalam sorakan
penonton. Ia selalu sibuk ini, itu. Berlatih dan bermain tanpa menganal waktu. Buktinya kau
sendiri dulu, selama kau jadi pemain sirkus dan jago gulat, hidupmu selalu berpindah-pindah.
Dari satu negeri kenegeri lain. Kau selalu makan enak, tidur di losmen atau hotel, dan anak
istrimu kau lupakan.
KAKEK : Salahnya aku dulu tidak mau turut, tapi aku tidak lupa, meskipun tidur ku
dilosmen atau hotel, aku masih bisa mengumpulkan sisa-sisa pendapatanku. Kukumpulkan
sedikit demi sedikit, dan lama kelamaan menjadi bukit. Lihat saja rumah kita ini yang terletak
di tengah kota. Dan berada di atas sebidang tanah yang luas. Berapa rupiah harganya
sekarang kalau kujual ? Dari mana semuanya ini ? Semuanya itu tidak lain dari hasil jerih
payahku selama menjadi pemain sirkus tiga puluh tahun yang lalu. Tapi aku mengharap
dengan sangat jangan sekali-kali seorang aktor atau artis itu kau katakan jauh dari tuhaNYA.
NENEK : Apakah kau dulu khusyuk ?
KAKEK : Aku tidak pernah mengatakan aku dulu khusyuk. Tapi kau jangan
mengatakan aktor atau artis jauh dari tuhannya, kalau kau mengatakan sering kali lupa, itu
boleh. Tapi toh tidak semuanya begitu. Semua yang ada dijadikan bukti sekang. Sesuatu yang
berakhir dengan kebaikan itulah yang baik, siapapun yang pada akhir hidupnya mengucapkan
kata : LAA ILAAHA ILLALLAAH akan masuk surga.
NENEK : Seperti ulama.
KAKEK : Aku memang ulama di rumah ini. Dulu aku pemain sirkus dan jago gulat.
Tapi aku sekarang kiayai di rumah ini.

Kemudian terdengar suara nyanyian anak-anak dari arah kejauhan. Suara nyanyi semakin
dekat. Dan dua orang tua itu telah menebak kalau suara yang di dengarnya adalah suara ita
yang menyanyikan lagu kesayangannya.

Anda mungkin juga menyukai