Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

I. Hasil Penelitian
A. Analisis Perwatakan Tokoh Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa
Karya Tere-Liye
Tarigan (2011:133)

mengemukakan 7 macam cara melukiskan

perwatakan tokoh cerita, yaitu:


a. Physical description
Cara ini dipergunakan pengarang dengan melukiskan bentuk lahir dari
pada tokoh. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan melalui tokoh Delisa
dalam kutipan berikut :
Contoh
1. Delisa lagi-lahi susah bangun . Aisyah menjawab Sambil
menyerinagai, menunjuk Delisa. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 4)
2. Delisa bangun sayang. Subuh! (Hafalan Shalat Delisa,
2008: Hal 2)
3. Ummi Delisa bisa lihat kalungnya sekali lagi? Delisa membujuk
Ummi yan sibuk memotong kain (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal
25)
4. Badannya terus terseret. Ya Allah, Delisa ditengan sadar dan tidaknya
ingin sujud... Ya Allah, Delisa ingin sujud dengan sempurna. Delisa
sekarang hafal bacaannya... Delisa tidak lupa seperti tadi shubuh
(Hafalan Shalat Delisa, 2008 : Hal 71)
5. Delisa tak bisa bergerak, kaki kananya hingga ke betis sempurna
terjepit di sela- sela dahan semak. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal
1)
6. A..a,a..aaa suara Delisa terdengar seali lagi (Hafalan Shalat
Delisa, 2008: Hal 128)

Bila memperhatikan kutipan di atas, pengarang berusaha memberi


sugesti bahwa tokoh Delisa adalah seorang gadis manja dan pantang
menyerah.
7. Bukan, sayang... Kan kita udah janji, kamu nggak akan pegang
kalungnya sebelum kamu hafala seluruh bacaan shalat! sebelum lulus
dari ujian Ibu Guru Nur .(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal. 22)
8. Ya Allah, mata Delisa teduh sekali. Mukannya lembut menatap
Ummi. ( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 52)
9. Ummi juga Cinta Delisa karna Allah! (Hafalan Shalat Delisa, 2008:
Hal 53)
10. Kau memiliki banyak teman di bandingkn seluruh dunia dan seisinya
sayang.(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 88)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Ummi Salamah adalah seorang
Ibu yang sabar dan penyang terhadap anak-anaknya.
11. Ah iya, nanti Abi juga kasih hadiah buat Delisa. Sepeda! Abi
berkata lembut. (Hafalan Shalat Delisa,2008 : Hal 30)
12. "Tentu saja Delisa bisa menghafalnya kembali. Insya Allah jauh lebih
cepat sekarang... Kan, Delisa pernah menghafal sebelumnya(Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal.151)
13. "Bagaimana sayang, apakah Delisa sudah merasa baikan?" (Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal.226)
Dari kutipan di atas dapat terlihat bawa Abi Usman adalah sosok
seorang ayah yang bijaksana terhadap keluarganya. Abi Usman
sangat menyangi ke empat putrinya. Di mata tetangga keluarga Abi
Usaman terkenal sopan dan baik. Usman selalu mengajarkan kepada
empat anaknya untuk lebih menghargai orang yang lebih tua. Dapat
kita lihat dari kutipan di bawah ini.

b. Portroyal of throught streem of conscious


Cara ini dipergunakan pengarang dalam melukiskan watak pelaku
dengan jalan menerangkan apa yang terlintas dalam pikiran pelaku atau
bagaimana jalan pikiran pelaku. Hal ini dapat diperhatikan melalui
pikiran tokoh-tokoh dalam kutipan berikut ini :
Contoh
14. ("Delisa.... D-e-l-i-s-a cinta Ummi... Delisa c-i-n-t-a Ummi karena
Allah (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal. 53)
15. Kak Aisyah, tenang saja. Nanti Delisa kasih Pinjam, deh! Delisa
sudah berseru duluan. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 34)
16. Terima kasih, Kak Aisyah! Delisa melompat, memeluk kakaknya.
( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 50)
17. Delisa tanpa menunggu, beringsut memeluk.( Hafalan Shalat
Delisa, 2008: Hal 144)
Dari kutipan di atas tergambar bahwa watak Delisa adalah anak yang
baik dan penyang.
18. Bangun! Bangun pemalas!
19. Aisyah jangan ganggu Delisa.. lagian kamu kenapa pula belum
ambil air wuduh. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 4)
20. Kak Aisah Cuma bisik-bisik gitu.. gimana Delisa ngikutin! (Hal 8)
21. Aisyah menatap galak. Mengambilnya teatpi tidak sedikit pun
bilang terima kasih. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 33)
Jelas terlihat dari kutipan di atas bahwa watak Aisyah adalah seorang
gadis yang keras kepala dan pencemburu.
Contoh
22. " Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin delisa nggak pakai
teriak-teriak apa?" (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal.2)

23. " Delisa bangun, sayang... Shubuh!" (Hafalan Shalat Delisa, 2008:
Hal 2)
Dari kutipan di atas jelas terlihat bahwa watak Fatimah adalah
seorang kakak yang baik dan penyabar. Sayang terhadap ketiga adiknya,
tidak murah marah. Selalu rajin membangunkan ketiga adiknya untuk
Shalat subuh.
Contoh
24. "Iya! Tapi kamu nyarinyakan bisa lebih pelan sedikit? Nggak mesti
merusak lipatan pakaian yang lainkan?" Hafalan Shalat Delisa, 2008:
(Hal.49)
25. Zahra menyeringai, ah seperti biasa, pasti merajuk nggak jelas lagi!,
(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 31)
26. Lima menit kemudian giliran Kak Zahra. Nggak lama Zahra kan
pendiam, jadi lebih banyak mendengar nasihat Abi. (H Hafalan
Shalat Delisa, 2008: al 30)
Dari kutipan di atas jelas terlihat bahwa watak Zahra adalah
anak yang baik sopan dan pendiam. Zahra dan Aisyah adalah Kak
Delisa yang kembar. sifat Zahra jauh berbeda di bandingkan dengan
Aisyah.
c. Reaction to event
Melalui cara ini pengarang menggambarkan tentang bagaimana reaksi
pelaku terhadap kejadian-kejadian. Untuk mengetahui hal itu dapat
diperhatikan dari tokoh-tokoh sebagaimana terdapat dalam kutipan
berikut :
27. Delisa mengulang lagi menghafal dari bacaan surat pendek. Takbir.
Kemudian ruku lagi, (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 24)

28. Delisa ingin khusyuk di shalat pertamanya yang sempurna. Shalat


yang halah seluruh bacaannya. Hafalan Shalat Delisa, 2008: (Hal 71)
29. Kau harus menyelesaikan hafalan shalat itu, sayang kau harus
menyelesaikannya! (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 74)
30. Delisa hanya ingin bisa shalat dengan baik. (Hafalan Shalat
Delisa, 2008: Hal 252)
31. Lepas satu minggu, Delisa sudah nyaris hafal seluruhnya. Shalatnya
jauh lebih nyaman. Shalatnya jauh lebih Khusyuk. (Hafalan Shalat
Delisa, 2008: Hal 257)
Dari kutipan di atas dapat tergambar bahwa Delisa memiliki
sikap percaya diri untuk dapat dan khusyuk untuk menghafal bacaan
shalatnya

32. Lihatlah, gadis kecil ini menderita lebih banyak, tetapi wajahnya
teramat teduh. Gadis kecil ini sungguh menderita lebih banyak
dibandingkan dirinya, namun wajahnya bercahaya oleh penerimaan.
Pengertian itu datang kepada Prajurit Smith. (Hafalan Shalat Delisa,
2008: Hal 114)
Dari kutipan diatas tergambar bahwa Smith Adam adalah
seorang Prajurit Tentara Amerika yang di tugaskan untuk membantu
Banda Aceh. Smith dan

Prajurit lainnya berada di sini sebagai

sukarelawan untuk membantu mencari ribuan korban tsunami.


33. seratus tiga puluh kilomer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa Usai
bertakbiratul-ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Tarian
kematian itu mencuat, mengirim tanda kelam menakutkan. (Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal 66)
34. Ratusan ribu penduduk Aceh san sekitarnya tidak tahu. Miliyaran
penduduk dunia belum tahu. Tapi seribu malaikat bertasbih di atas
langit Lhok Nga. Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat, banda

Aceh rebah jimpa. Nias lebur seketika. Lhok Nga menyusul.


(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 67)
35. Gempa berkekuatan 8,9 skala richter menghantam bagian utara polau
sumatera, Indonesia. Banda Aceh, Sumatera Utara sekitarnya.
Konfirmasi mengatakan sekitar 3.000 orang meninggal. (Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal 75)

Bila diperhatikan kutipan tergambar bahwa gempa berkekuatatan 8,9


skala richter merenggut nyawa keluarga Delisa. Ummi, Kak Fatimah, Kak
Zarah dan Kak Aisyah.

d. Direct auther analysis


Melalui cara ini pengarang secara langsung menerangkan keadaan tokoh
dalam cerita. Berikut beberapa kutipan yang mendukung :
Contoh
36. Hati Delisa berubah kelam. Mutiara itu mengutuk semuanya.
Lihatlah, Ya Allah, gadis kecil itu baru enam tahun. Tidak mengerti
tentang semua perasaan ini. Tidak paham tentang semua
keputusanMu.( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 223)
37. Badannya terus terseret. Ya Allah, Delisa ditengan sadar dan
tidaknya ingin sujud... Ya Allah, Delisa ingin sujud dengan sempurna.
Delisa sekarang hafal bacaannya... Delisa tidak lupa seperti tadi
shubuh (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal. 71)
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa kejadian Tsunami
membuat Hati Delisa Hancur Kehilangan Ummi yang ia cintai, kakak
dan Teman-temannya.
e. Discussion of environment

pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon. Melalui cara ini


pengarang dalam melukiskan watak pelaku melalui gambaran sekitar
pelaku dan sebagainya). Hal ini dapat diperhatikan dari kutipan berikut:
Contoh
38. Delisa buru-buru membuka bungkus cokelatnya. Memotong
separuh. Menyerahkan potongan itu pada kak Aisyah.
Ini untuk Kak Aisyah. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 62)
Dari kutipan di atas tampaklah bahwa watak Delisa anak yang baik.
Sayang terhadap keluarganya, suka membagi-bagi makana kepada
kakaknya.

39. "Biar nggak kebolak-balik kamu mesti menghafalnya berkali-kali...


Baca berkali-kali... nanti nggak lagi! Nanti pasti terbiasa." (Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal.38)
40. Delisa berseru senang. Ustadz Rahman memeberikan satu batang
cokelat besar. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 56)

Dari kutipan di atas watak Ustadz Rahman adalah orang yang baik
dan pengertian. Ustadz Rahman selalu mengahajrkan hal-hal baik kepada
anak di Menuasah.

f. Rection of others about to character

Melalui cara ini pengarang menggambarkan tentang bagaimana


pandangan pelaku lain terhadap tokoh utama. Hal dapat dilihat pada
kutipan-kutipan dibawah ini :
Contoh
41. Delisa bangkit berdiri tersenyum senang melihat pekerjaanya.
Umam menatapnya. Bergatian menatap nama-nama yang tergarut di
tanah. Dia akhirnya mengerti maksud Delisa tadi. Kenapa tidak ada
nama di sana ? raut muka Umam tiba-tiba berubah sedikit lebih
menyenangkan. Menyeringai datar. T-e-r-i-m-a kasih- Umam berkata
pelan. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 216)
42. Berjanji tidak akan melawan lagi. Berjanji sungguh-sungguh kalau
diberikan kesempatan bertemu dengan Ummi, tidak akan nakal lagi.
Uamam jadi anak yang baik. Umam menelan ludah. Berirkar dalam
hati. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: hal 218)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa Delisa adalah gadis yang baik,
menghibur Umam yang sedang bersedih ketika Ummi dan Kakaknya
pergi meninggalkan Umam, karna tsunami. Seperti halnya dengan Delisa
yang lebih tegar meghadapi peristiwa itu.
g. Coversation of about to character
Pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan
keadaan pelakon utama.
Contoh
43.Apakah dia akan baik-baik saja? Suster Shopi bertanya. Mata hitam
bundarnya berkerjap-kerjap. Sedikit cemas. Semoga . Dokter Eliza
hanya tersenyum tipis. Lantas melangkah memeriksa kondisi ibu-ibu yang
terbaring di ranjang sebelah Delisa. ( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal
117)

44. Honey, kamu sudah siuman,,,,, Suster Shopi berseru kecil mela
ngkah mendekat. (Hal 128)
45. Shopi meneruskan membersihkan tubuh Delisa. (Hafalan Shalat
Delisa, 2008: Hal 133)
46. Shopi selalu menemaninya. Meski iyu bukan jadwal piketnya.
(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 134)
Kutipan di atas adalah percakapan antara Suster Shopi dan Dokter
Eliza. Suster Shopi dan Dokter Eliza adalah orang baik dan penyayang.
Delisa anak yang baik sehingga banyak orang yang perduli keadaannya.
47. kak Ubai mengambilkan segelas air buat Delisa. Membantu
meminumkannya.( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 237)
48. Kak ubai sudah pulang. Abi datang menggantikannya
berjaga. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 247)
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Ubai adalah seorang
sukarelawan dari Medan. Ubai kuliah di salah satu Universitas islam di
Medan. Ubai datang Ke Aceh Untuk membantu dan menghibur wargawarga Aceh yang kehilangan sanak saudaranya. Ubai anak muda yang
baik dan perhatian terhadap anak-anak. Ubai salah satu sukarelawan yang
sangat peduli terhadap Delisa.

49. Ibu Guru Nur mengambil daftar absen. Mulai memanggil satu
persatu anak-anak untuk membaca hafalan shalatnnya di depan
kelas. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal65)
50. Ibu Guru Nur yang demi melihat Delisa tetap tak bergerak
membaca hafalan sahalatnya, ikut tak bergerak di atas
meja.( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal68)

51. kau, harus menyelesaikan hafalan itu, sayang. Kau harus


menyelesaikannya! Ibu Guru Nur berbisik sendu.( Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal 74)

Dari kutipan di atasa dapat dilihat Ibu Guru Nur adalah orang yang
baik dan penyabar. Ibu Guru Nur selalu menyemangati Delisa untuk
menghafal bacaan shalatnya.
52. Haiyah, kalau begitu kalungnya separuh harga saja Ummi
Salamah! Koh Acan tersenyum riang. (Hafalan Shalat Delisa,
2008: Hal 19)
53. Haiya, saya nggak mungkinlah pasang harga mahal kalau buat
hadiah Hafalan sahalat! Nggak mungkinlah.( Hafalan Shalat
Delisa, 2008: Hal 20)
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Koh acan adalah seorang
pedagang perhiasan di pasar. Koh Acan baik dan penyanyang. Koh Acan
adalah salah satu tetangga Delisa di Desa Lhok Nga yang baik terhdap
kelurga Delisa.
54. Delisa pulang ngaji naik sepeda Tiur lagi. Bonceng.( Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal 56)
55. pas Tiur datang, mereka memutuskan untuk belajar sepeda
langsung di jalan raya.( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 57)
56. Tiur tersenyum lemah.Menatap Delisa. (Hafalan Shalat
Delisa, 2008: Hal 58)
57. Ayo Delisa, aku ajarin naik sepedanya (Hafalan Shalat
Delisa, 2008: Hal 42)
Dari Kutipan di atas dapat terlihat bahwa Tiur adalah teman dekat
Delisa. Tiur anak yang baik dan perhatian terhadapt Delisa.

B. Analisis Tema Dalan Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye


Contoh
58. Delisa ingin pertama kalinya ia Shalat, untuk pertama kalinya ia bisa
membaca bacaan Shalat dengan sempurna, Delisa ingin seperti
Rasul. Delisa ingin seperti itu, Delisa ingin Khusyuk, Ya Allah.
(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 68)
59. Delisa hanya ingin bisa menghafal shalatnyadengan baik Delisa
hanya ingin mendoakan Kak Aisya, Kak Zarah, Kak Fatimah (Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal 252)
60.
Dari kutipan di atas dapat terlihat Tema yang terdapat dalam Novel
Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye adalah Perjuangan Seorang
Gadis Kecil Menghafal Bacaan Shalatnya.

C. Analisis Nilai Didaktis Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa


Karya Tere-LIye

Dalam novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye terdapat


beberapa nilai-nilai yang dapat kita ambil hal yang baik dan patut untuk
diteladani.
1. Nilai Sosial
Contoh
61. Kak Aisyah, tenang saja. Ananti Delisa kasih pinjam deh! Delisa
sudah berseru duluan. Seperti sudah dewasa gayanya. (Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal 34)
62. Delisa belum makan.. belum ada teman untuk berbagi.
(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 212)
63. Haiya, kalau begitu kalungnya separuh harga saja Ummi Salamah!
Koh Acan tersenyum riang. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: hal 20)
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nilai Sosial yang terdapat
dalam Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye adalah saling
berbagi kepada seksama seperti kelurga, teman dan orang lain.
64. Sesran Ahmed menyambut dari atas Helikopter. Kesulitan
menggapai tubuh Delisa. Meloncat turun, lantas menggendong Delisa
menaiki super Puma. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 153)
65. Apakah dia akan baik-naik saja? suster Shopi bertanya.(Hafalan
Shalat Delisa, 2008 : Hal 117)
66. Bagaimana kabarnya? Salam bertanya datar. Menatap belum tahu
cara terbaik membuatnya segera sadar shopi menjelaskan dengan
suara prihatin. (Hafalan Shalat Delisa, 2008 : Hal 121)
67. Bagaimana Hafalan ShalatMu, sayang? Abi bertanya setelah
mereka berdiam lama. ( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 164)
68. Delisa semakin kejang dalam pangkuan kak Ubai. Matanaya
mendelik tinggal pituhnya. Ubai serasa memeluk sebongkah batu
yang baru diambil ari bara api. Tubuh Delisa panas sekkali. Mobilnya

itu meleset menuju Rumah Sakit darurat Lhok Nga. ( Hafalan Shalat
Delisa, 2008 : Hal 228)
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nilai Sosial dalan Novel
Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye adalah peduli terhadap orang
lain

2. Nilai Agama (Religius):


Contoh
69. Adzan Shubu daru Menuasah terdengar syahdu. Bersahut-sahutan
satu sama lain. Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih
gelap. Tapi jangan salah, gelap-gelapan begini kehidupan sudah
dimulai. Remaja tanggung sambil menguap menahan kantuk sambil
mengambil wudhu. Anak lelaki bergegas menjamah sarung dan
kopiah. Anak gadis menjumput lipatan mukena putih dari atas meja.
Bapak-bapak membuka pintu rumah menuju menuasah. Ibu-ibu
membimbing anak kecilnya bangun shalat berjamaah. ashalaaatu
kharium minan naum!( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 1)
70. Delisa bangun, sayang shubuh! (Hafalan Shalat Delisa, 2008:
Hal 2)
71. Ummi sedang mengaji: mengajari Aiszyah dan Zahrah. (Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal 5)
72. Delisa bangun dengan semangat. Shalat subuh dengan semangt.
Hafalan Shalat Delisa, 2008: (Hal 63)

Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nilai Agama dalam


Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye adalah Sebagai umat
muslim diwajibkan melaksanakan perintah Allah Swt mejalankan
Shalat 5 waktu. Selalu ingat dan taat kepada Tuhan yang telah
menciptakan alam semesta beserta isinya
73. Ummi kenapa ya Delisa selalu susah bangun shubuh- shubuh. Ia
bertanya sambil menguap. Teringat masalah tadi, juga masalahnya
selama ini susah bangun. yee, kamu nyetor dulu nanti nanyanya!
Kayak sudah jago sja ngajinya, (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 6)
74. Berayun-ayun pelan, sambil menghafal doa iftitah. Delisa memang
lagi berjuang menghafal bacaan shalat minggu-minggu ini. Setiap
kesempatan yang ada, ia pasti menenteng-nenteng buku hafalan
bacaan shalatnya. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 12)
75. Delisa ingin untuk pertama kalinya is shalat, untuk pertama kalinya
ia bisa membaca bacaan shalat dengan sempurna, delisa ingin seperti
Rasul delisa ingin sperti itu Delisa ingin khusyuk Ya Allah.
(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 68)
76. Bagaimana Hafalan ShalatMu, sayang? Abi bertanya setelah
mereka berdiam lama. s-u-s-a-h Bi. Delisa menjawab sambil
menyeringai, (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 164)
77. Bukankah Delisa sudah Ikhlas menghafal bacaan shalatnya. Tidak
ada paksaan sama sekali. Delisa juga sudah tulus menghafal bacaan
shalat itu. Kan, sma sekali tidak ada hadiah yang dijanjikan? Tidak
ada? Kecuali janji sepeda dari Abi. Tetapi itukan baru Abi bilang
setelah ia berhasil menghafalnya dulu. (Hafalan Shalat Delisa, 2008:
Hal 246)
78. Delisa harus menyelesaikan hafalan bacaan shalat itu, sayang . delisa
harus menyelesaikannya.( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 250)
79. Delisa hanya ingin hafal shalatnya! Delisa hanya ingin berdoa agar
Delisa selalu bersama Ummi dalm Shalatnya delisa hanya ingin itu.
(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 253)

Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nilai Agama dalam Novel
Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye adalah tulus dalam melakukan
suatu hal dan tidak mengharapkan imbalan.

3. Nilai Moral
Contoh
80. Kelurga Usman memang bahagia. Apalagi yang kurang? Empat
anak yang Saleha. Kehidupan berkecukupan. Bertetangga dengan baik
dan hidup bersahaja dan apa adanya.( Hafalan Shalat Delisa, 2008:
Hal 10)
81. Delisa cinta Ummi karna Allah tasbih Ummi terlepas. Mata
berkaca-kaca. Ya Allah apayang barusan di katakana
bungsunya?( Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 53)
82. Malam ketiga ketika Delisa terbaring tak berdaya. Pukul 02.45.
duapertiga malam. Waktu terbaik yang engkau janjikan. Malam itu,
prajurit Salam gentar melagkah masuk ke dalam ruangan rawat
Delisa. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 112)
83. sabar . Anakku! Allh akan membalas semua kesabaran dengan
pahala yang besar! (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 156)
84. Ibu Guru Ani menyuruh Delisa mampir ke posko PMI selepas
pulang sekolah, temapt kak Ubai. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal
206)

Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nilai Moral dalam Novel
Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye adalah sayangilah kelurgamu
seperti mereka menyayangimu.

85. kan Abi Delisa bisa jadi Abinya Tiur? Delisa tersenyum manis.
Muka itu sungguh tulus. Dan dan pernyataan itu tidak mengada-ada.
Meski Delisa jagonya mengada-ada( Hafalan Sahal Delisa, 2008: Hal
58).
86. Delisa cukup menjadi Delisa saja. Tetapi Abi terpaksa sekaligus
menjadi Ummi, Kak Fatimah, Kak Zarah, dan Kak Aisyah bagi
Delisa. (Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 177)
87. Matanya menatap tubuh Delisa yang tergantung di tengah-tengah
semak belukar penuh oleh bunga-bunga putih tersebut. (Hafalan
Shalat Delisa, 2008: Hal 108)
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nilai Moral dalam Novel Hafalan
Shalat Delisa Karya Tere-Liye adalah ikhlas membantu semua orang tanpa
meminta sebuah imbalan.

4. Nilai Budaya
88. Kalau ada syukuran pasti ada uang receh yang di lempar,,, kan,
lumayan buat beli manisan di sekolah. (Hafalan Shalat Delisa, 2008:
Hal 5)
89. Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan ? seperti kak Fatimah, Kak
Zarah dan Kak Aisyah!(Hafalan Shalat Delisa, 2008: Hal 17)
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Nilai Budaya dalam Novel
Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-liye adalah kalung dan manisan sudah

menjadi tradisi di kelurga Delisa jadi harus dijalankan secara terus


menerus.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah memperhatikan mulai dari pendahuluan hingga pembahasan maka
penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Jika diperhatikan dari analisis perwatakan tokoh dalam novel Hafalan
Shalat Delisa Karya Tere-Liye, maka dapat dikatakan bahwa pelaku
yang digambarkan pengarang dengan ciri-ciri atau karakter yang berbedabeda.

2. Tema yang disimpulkan dalam novel Hafalan Shalat Delisa Karya TereLiye adalah Perjuangan Seorang Anak Kecil dalam Menghafal Bacaan
Shalat.
3. Nilai Didaktis
Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye memiliki nilai-nilai
didaktis, antara lain :
1. Nilai Sosial
- Saling berbagai kepada seksama seperti keluarga, teman dan
-

orang lain.
Saling peduli terhadap orang lain

2. Nilai Agama (Religius)


- Sebagai umat muslim diwajibkan melaksanakan perintah Allah
-

Swt mejalankan Shalat 5 waktu


Niat yang ikhlas harus diikuti dengan amal yang sebaik-baiknya.

3. Nilai Moral
-

Sayangi Kelurgamu seperti mereka menyayangimu


Ikhlas membantu semua orang tanpa memnta sebuat imbalan.

4. Nilai Budaya
- Kalung dan manisan sudah menjadi tradisi di kelurga Delisa Jadi,
harus di jalankan secara terus-menerus
B. Saran
Setelah menganalisis novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye
maka penulis memberikan saran :

1. Penelitian sastra seperti ini perlu ditingkatkan dan disebarluaskan oleh


Dosen kepada mahasiswa agar nilai-nilai yang terdapat dalam sastra
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk pengajaran disekolah, setiap guru bahasa Indonesia hendaknya
mengajarkan sastra itu sebagai kesatuan, sehingga apa yang dipelajari
dalam teori sastra dan sejarah sastra dapat dipahami sebagai dasar
untuk menggeluti hasil karya sastra.
3. Guru sebagai tenaga pengajar hendaknya dapat membekali diri
dengan mengembangkan potensi yang ada khususnya dibidang sastra
agar memiliki bekal yang cukup dalam merespon kehidupan sekaligus
mengembangkan sastra sebagai ilmu pengetahuan.
4. Disarankan kepada mahasiswa untuk dijadikan sebagai bahan
bandingan dalam melakukan penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Adhitya, Dea. 2010. Memahami Novel. Bogor: Quandra.
Dahlam. H. 2011.keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.
Hamalik. Oemar. Prof. 2006.Peroses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi
Aksara.
Kosasih, H,E. 2011. Ketatabahasaan Dan Kesusastraan. Bandung: Yrama
Widya.
Nashir, Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama & Budaya.
Yogyakarta: Multi Presindo.
Rafiek, M. 2012. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru- Karyawan dan
Penelitian Pemula. Bandung : Alfabeta
Sugiyono, Prof. Dr. 2010. Metode Penelitian Kuntitatif dan kualitatif dan
R&D . Bandung:

Alfabeta

Sukardi, 2008. Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara.


Somad, Adi Abdul. 2009. Mengenal Berbagai Karya Sastra. Bekasi: Adhi
Aksara Abadi Indonesia.
Tarigan, H,G. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Wibowa, Wahyu. 2005. Berani Menulis artikel Babak Baru Kiat Menulis
Artikel Untuk Media Massa Cetak. Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai