Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penokohan merupakan salah satu unsur paling penting dalam sebuah novel. Penokohan
bahkan memberikan kontribusi besar dalam upaya pembuatan novel agar lebih berbobot.
Penokohan merupakan salah satu kunci yang dapat membangun perasaan senang
pembaca, atau bahkan rasa bosan pembaca. Seperti dalam novel “Hafalan Shalat Delisa”.
Tokoh Delisa digambarkan sebagai seorang anak kecil yang polos, tegar, ceria,
menyenangkan, dan lucu. Inilah yang akhirnya membuat pembaca tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang seberapa sempurnanya tokoh Delisa. Dari sekian banyak
unsur yang terkandung dalam novel ini, unsur penokohan merupakan salah satu unsur
yang berhasil membuat pembaca kuat duduk berjam-jam hanya untuk membaca novel
“Hafalan Shalat Delisa”. Meskipun dalam novel ini tidak ada tokoh antagonis, namun
penokohan yang beragam berhasil menutupi semua kekurangan novel ini. sehingga
ceritanya berhasil mencapai klimaks. Tidak sesederhana yang kita bayangkan. Peran
tokoh antagonis memang perlu, karena sebagai umpan terhadap tokoh protagonis. Namun
karena penokohan dalam novel ini bervariasi, maka ketidakhadiran tokoh antagonis tetap
bisa ditoleransi. Konflik utama novel ini ditampilkan melalui penokohan, dimana seorang
gadis kecil yang polos, menginginkan hadiah kalung untuk hafalan Shalatnya. Namun
ketika ada tsunami yang melanda Aceh, dia akhirnya menemukan tentang apa yang
sebenarnya menjadi keinginannya, yakni hafalan bacaan shalat yang sukses. Shalat yang
sempurna. Bukan lagi tentang ambisi pada kalung. Melalui penokohan, penulis
menggambarkan perasaan Delisa sehingga hal ini turut menjadi pembangun utama dalam
terbentuknya latar suasana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Novel Hafalan Shalat Delisa karya tere Liye merupakan novel bertema sosial religi yang
menggambarkan keadaan Aceh saat terjadinya Tsunami dan perjuangan seorang anak
untuk menghafalkan shalatnya. Novel ini berlatar tempat di Lhok Nga, Aceh. Novel ini
mengilustrasikan secara tertulis tentang bagaimana perjuangan seorang gadis bernama
Delisa. Bukan hanya perjuangannya untuk bertahan hidup setelah tsunami Aceh,
melainkan juga perjuangannya mengikhlaskan kepergian keluarganya, perjuangannya
melanjutkan kehidupan dengan satu kaki, dan perjuangan menyempurnakan hafalan
bacaan shalatnya. Selain itu, unsur paling dominan dalam novel ini adalah penokohan.
Dimana penulis pada beberapa bagian menyampaikan langsung tentang karakter tokoh
tertentu. Hal ini membantu pembaca dalam mengimajinasikan apa yang ditulis oleh
pengarang. Meski ada beberapa bagian yang hanya dijelaskan secara tersirat tentang
karakter tokoh tertentu, tetapi hal ini tidak mengurangi fungsi penggambaran karakter
tokoh demi terbangunnya suasana hati dan imajinasi penonton.

A. Pengertian Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga
dapat diketahui karakter para tokoh itu. Penokohan dapat digambarkan melalui dialog
tokoh, tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama, atau bahkan gambaran langsung
dari pengarang.
Berikut adalah penokohan tokoh dalam novel Hafalan Shalat Delisa :
a. Delisa :
1. Tegar : “Lututnya bahkan lecet (ia sih pakai digulung segala celananya).
Rambut ikal pirangnya penuh butiran pasir. Tetapi delisa ctetap cuek. Tak
kenal menyerah.” (Hafalan Shalat Delisa, hal 46).
2. Mudah bergaul, terbukti dengan kepandaiannya mengambil hati ustadzah Nur,
Ustad Rahman, sersan Ahmed, kak Shopi, teman-temannya, dan lain-lain.

2
Contoh kutipan : “…….setiap sore,ia lebih suka main bola bersama teman-
teman lelakinya dibandingkan dengan kakak-kakak dan teman-teman
perempuannya….”(Hafalan Shalat Delisa, hal 11).
3. Gigih dan bertanggung jawab, terbukti dengan kegigihannya dalam menghafal
bacaan shalat saat ujian dengan ustadzah Nur. Meskipun ada Gempa, dia tetap
melanjutkan hafalannya. Sampai tsunami datang dan menyeretnya.
4. Dewasa, penuh rasa ingin tahu dan pandai menyikapi persoalan hidup,
terbukti dengan kemampuannya untuk tetap tersenyum sekalipun dia harus
hidup tanpa keluarga dan tanpa satu kakinya. Dia bahkan mampu menjadi
penguat bagi ayahnya dan orang lain. Dia adalah perantara Allah atas
masuknya prajurit Smith ke agama islam.
Contoh kutipan : “Delisa sungguh tidak sedih dengan kepergian mereka.
Delisa tidak sedih karena itu.hari-hari terakhir, dengan menyaksikan banyak
kehilangan,Delisa sudah mulai mengerti soal itu…..”(Hafalan Shalat Delisa,
hal 166).
("Delisa.... D-e-l-i-s-a cinta Ummi... Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah
(Hafalan Shalat Delisa, hal. 53).
“Satu lagi bedanya dengan anak-anak lain, Delisa anak yang banyak
bertanya. Meskipun sering bandel, Delisa memiliki pola pikir yang beda
dengan anak-anak seumurannya….”(Hafalan Shalat Delisa, hal 12).

b. Umi Salamah :
1. Keibuan : terbukti dengan kelembutannya dalam mendidik putri-putrinya.
Dia tahu kapan harus tegas, dan kapan harus lembut.
2. Menepati janji : “Mereka ke pasar Lhok Nga. Membeli kalung hadiah
hafalan bacaan shalat Delisa (disamping belanjaan rutin mingguan
Ummi lainnya). Kalung yang dijanjikan Ummi sebulan yang
lalu.”(Hafalan Shalat Delisa, hal 17).
3. Rendah hati : "Ah nggak usah. Biar saya bayar penuh Koh Acan!"
(Hafalan Shalat Delisa, hal. 19).

3
c. Abi Usman :
1. Sabar, terbukti dengan ketabahan hatinya dalam menyikapi takdir, dimana dia
tak mampu bertemu keluarganya untuk terakhir kalinya, selain Delisa.
2. Penyayang, dia sadar atas posisinya sebagai seorang ayah, yang pantang
untuk kalah tegar dengan anaknya. Dia bahkan mencoba menggantikan peran
seorang ibu. Dia memasak untuk Delisa sekalipun masakannya tak pernah
lebih baik dari makanan di tenda setiap harinya.
Contoh kutipan : "Bagaimana sayang, apakah Delisa sudah merasa baikan?"
(Hafalan Shalat Delisa, hal. 226).

d. Kak Fatimah :
1. Rajin : “Fatimah duduk disamping mereka , membaca buku “Taman
orang-orang jatuh cinta dan memendam rindu!” (Hafalan Shalat Delisa,
hal 12).
2. Dewasa dan bijak : “fatimah tipikal anak sulung yang bia diandalkan.
Umurnya 16 tahun. Meski masih kelas satu madrasah aliyh, Fatimah bisa
menggantikan peran Ummi dengan baik......”(Hafalan Shalat Delisa, hal
11).

e. Kah Aisyah :
1. Jahil : “kayak sekarang, kan?” Aisyah yang sekarang nyeletuk jahil dari
ujung ruang keluarga.”(Hafalan Sholat Delisa, hal 9)
2. Kekanak-kanakan : “Aisyah menatap sirik. Ia benar-benar cemburu.
Kalung Delisa benar-benar lebih bagus dibandigkan miliknya.”(Hafalan
Shalat Delisa, hal 23).
3. Cerdas, dia selalu memiliki cara sendiri untuk menunjukkan rasa
sayangnya pada keluarga, khususnya Delisa. Dia bahkan menciptakan
jembatan keledai untuk membantu Delisa menghafalkan bacaan shalatnya.

4
f. Kak Zahra :
1. Pendiam dan penyayang : “(Delisa memang lebih respek dengan Zahra
dibandingkan Aisyah, mungkin karena Zahra pendian, jadi seram bila
berdebat dengannya) “ .(Hafalan Shalat Delisa, hal 49)
2. Lemah Lembut, terbukti dengan sikapknya pada keluarga.

g. Ustadz Rahman :
1. Dermawan :”Delisa berseru senang. Ustadz Rahman memberikan satu
batang coklat besar …”(Hafalan Shalat Delisa, hal 56).
2. Penyayang, terbukti dengan kelembutan dan ketelatenannya dalam
mengajari murid-muridnya, khususnya Delisa.

h. Ibu guru Nur :


1. Berjiwa besar : “ Ibu guru Nur dengan sisa-sisa kekuatan yang ada
berjibaku mendekati tubuh Delisa. Mulutnya tersedak. Meminum lebih
banya air lagi.....”(Hafalan Shalat Delisa, hal 73).
2. Tegas, terbukti dengan caradia mendidik murid-muridnya untuk
menghafalkan bacaan shalatnya.

i. Koh Acan :
1. Humoris, suka anak-anak.
2. Dermawan : “Haiya, kalau begitu kalungnya separuh harga saja Ummi
Salamah!’’ Koh Aca tersenyum riang.”(Hafalan Shalat Delisa, hal 19).

j. Umam :
1. Jahil : “Kalau urusan lain , Delisa tidak akan pernah mau satu kelompok
dengan Teuku Umam. Raja jahil- sama seperti Kak Aisyah; ratu
jahil.”(Hafalan Shalat Delisa,hal 45).
2. Tidak dewasa, terbukti dengan lamanya dia untuk menerima takdir bahwa
ibunya telah meninggal.
5
k. Tiur :
1. Tulus, terbukti dengan kesediaanya untuk mengajari Delisa naik sepeda
tanpa imbalan.

l. .Perawat Shopie :
1. Perhatian dan penyayang, terbukti dengan kebiasaanya memberi
boneka,cokelat, dan buku bacaan shalat untuk Delisa.
“ah-ya, Bi. Kak cofi memberikan hadiah boneka untuk Delisa!” (hafalan
shalat Delisa hal.150).
“Suster Shopi juga juga ikut menemani Delisa, sepertibiasanya meski
abi ada disana. Baik sekali Shopi membawakan berbagai buku bacaan
untuk mengusir rasa bosan—yang dibaca oleh Abi. Salah satunya adalah
bacaan hafalan shalat.” (hafalan shalat Delisa hal. 151).

m. Dr. Eliza :
1. Dermawan, terbukti dengan ketulusannya merawat Delisa dan
memberinya kaki palsu.
“Kaki palsu dari Dr.Eliza. baru tiba di posk tadi sore. Seii ruangan
berseru senang sekali…” (hafalan shalat Delisa hal.256).
“Dokter Eliza menghela napas, beranjak mendekat. Memeriksa berbagai
data dari kertas yang diberikan Suster Shopi. Lembut memeriksa tubuh
Delisa beberapa menit kemudian”. (hafalan shalat Delisa hal.117).

n. Prajurit Salam :
1. Pandai bergaul dengan anak-anak dan pantang menyerah, terbukti ketika
dia berusaha menyelamatkan Delisa dan menjadi relawan di Lhok Nga.

6
“Prajurit Smith menelan ludah melihat mayat Tiur yang membusuk.
Lemah melangkah mendekat. Menghela napas. Menyiapkan kantong
mayat.” (hafalan shalat Delisa hal.107).
“Bagaimana kabarnya?” salam bertanya datar. Menatap gadis kecil
yang terbaring tak bergerak di atas ranjang. Salam menelan ludah. Di
matanya, wajah itu masih tetap bercahaya. Dan itu sekali lagi, sepanjang
minggu ini membuat hatinya selalu gentar menatapnya.” (hafalan shalat
Delisa hal. 121).
“Prajurit Salam berkali-kali pura-pura kena tekel. Jatuh berdebam di atas
pasir. Berseru-seru minta pinalti. Juga pura-pura menendang bola ke arah
yang salah padahal tinggal selangkah di depan gawang lawan ini. hingga
iseng sekali memindahkan tiang bamboo gawang Delisa entah kemana.
Anak-anak hanya tertawa memegangi perut melihat Delisa bingung
mencari gawangnya pas balik undur dari maju ikut menyerang.” (hafalan
shalat Delisa hal.189).

o. Sersan Ahmed :
1. Cekatan, terbukti dari cara dia memimpin anak buahnya dalam upaya
penyelamatan korban di Lhok Nga.
Contoh kutipan :
“Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut. Beberapa menit
lainnya juga bergegas saat mendengar teriakan lemah prajurit Smith
barusan, ‘ada yang hidup, sir!’.”( hafalan shalat Delisa hal.105).

p. Kak Ubay :
1. Baik hati, bijaksana, jail. : “kak ubai tersenyum mengangguk mengantar
Abi hingga lorong rumah sakit, masuk kembali sambil terus menenteng
kamera digitalnya. Dan sejurus kemudian kak ubai lebih sibuk memoto-
moto Delisa yang terbaring lemah.”
“kak ubai merengkuh Delisa yang terisak…..” (hafalan shalat Delisa
hal.262).
7
q. Bu guru Ani :
1. Tabah dan penyayang. Dia tahu bagaimana mendidik murid-muridnya
setelah peristiwa tsunami yang menghancurkan Lhok Nga.

r. Istri Michael J Fox :


1. Penyayang, terbukti dengan kebaikan hatinya untuk menerima segala
ucapan Delisa yang belum dikenalnya. Dia bahkan menangis ketika Delisa
menceritakan betapa lebih beratnya cobaan Delisa dibanding dia.
Kutipan : “Istri J Fox jatuh terduduk, lututnya menyentuh tanah merah.
Kedua tangannya gemetar terjulur, lantas memeluk Delisa erat-erat.”
(hafalan shalat Delisa hal.169).

B. Cara pengarang menampilkan penokohan


Ada dua cara pengarang dalam menampilkan penokohan atau karakter tokoh, yaitu :
1. Analitik atau Diskursi, yaitu pengarang langsung memaparkan tentang karakter
tokoh. Biasanya pengarang menjelaskan secara langsung dengan kalimatnya,
bukan lagi tersirat. Sehingga pembaca tidak perlu lagi mengimajinasikan atau
menginterpretasikan karakter tokoh sendiri.
2. Dramatis, yaitu penggambaran penokohan yang tidak diceritakan secara langsung,
melainkan melalui penggambaran fisik tokoh, tingkah laku tokoh, respon tokoh
terhadap pemain lain, atau bahkan dialog tokoh dengan tokoh lain.

C. Pengaruh penokohan terhadap Hafalan Shalat Delisa


1. Sebagai pembangun suasana
Bagaimana cara penulis menggambarkan watak tokoh sangat membantu
pembangunan suasana. Penulis harus pandai memainkan pembaca agar
perasaannya terbawa dalam cerita.
2. Membantu pembaca mengimajinasikan tokoh
Ketika pengarang menjelaskan secara langsung mengenai watak tokoh, berarti
pengarang telah menggugurkan pembaca untuk menafsirkan sendiri tentang
8
karakter tokoh. Namun ketika pengarang tidak menjelaskan langsung, maka
secara dramatis pengarang hanya membantu menyiratkan karakter tokoh agar
pembaca dapat menyimpulkan karakter tokoh.
3. Sebagai media untuk memancing klimaks
Semakin banyak kalimat-kalimat basi, maka pembaca akan semakin masuk dalam
kata-kata penulis. Sehingga ketika pembaca mulai terlena dengan permainan
pengarang, maka klimaks akan lebih mudah untuk dicapai.
4. Menggiring perhatian pembaca
Bagaimanapun juga, novel memerlukan kalimat-kalimat pengantar yang
menggiing kalimat inti, sekaligus menggiring perhatian pembaca. Penulis harus
mampu memikat mata pembaca untuk melanjutkan bacaannya sampai tamat.
5. Membentuk persepsi pembaca
Hal ini hanya terjadi ketika pengarang tidak menjelaskan secara langsung
mengenai karakter tokoh. Sehingga dengan kemampuan pemahamannya,
pembaca akan memiiki persepsi sendiri dalam menangkap karakter tokoh.

Dari pemaparan diatas, jelas bahwa pada beberapa bagian, penulis sengaja
menceritakan atau menyebutkan tentang karakter tokoh tertentu. Hal ini dimaksudkan
agar pembaca lebih peka dalam menyerap suasana yang mencoba dibangun oleh
penulis. Selain itu, penggambaran karakter tokoh, baik melalui penjelasan langsung dari
pengarang maupun melalui dialog tokoh, sangat berpengaruh pada estetika dan esensi
kepadatan isi suatu novel. Logikanya sederhana. Ketika suatu novel hanya berisi
kalimat-kalimat penulis tanpa dialog maupun penjelasan karakter tokoh secara langsung
oleh penulis, maka jalan cerita novel tersebut akan monoton. Tidak ada gelombang-
gelombang suasana yang bisa digunakan oleh penulis untuk memainkan perasaan
pembaca.
Pada dasarnya, penokohan pasti ada dalam suatu novel. Namun yang menjadikan
penokohan berpengaruh pada kualitas suatu novel adalah cara pengarangnya dalam
menyampaikan karakter tokoh. Jika pembaca dibiarkan untuk mengimajinasikan tokoh
secara mandiri, maka nilai rasa dalam suatu novel akan berkurang.

9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Salah satu unsur intriksik novel adalah penokohan. Cara tokoh
menampilkan karakter tokoh ada dua, yakni dengan metode analitik dan metode
dramatis. Metode analitik berarti pengarang menjelaskan secara langsung
mengenai karakter tokoh. Sedangkan metode dramatis berarti pembaca
menginterpretasikan sendiri tentang persepsinya terhadap tokoh sehingga
pembaca mampu memahami bagaimana karakter tokoh itu. Seperti halnya novel
lain, novel hafalan shalat Delisa karya tere Liye ini juga memiliki unsur
10
penokohan. Hal ini sangat berpengaruh bagi segi estetika novel dan pembangun
suasana dalam novel dan penggiring perhatian pembaca. Ketika unsur penokohan
ini tidak diperhatikan dengan baik, maka bisa jadi klimaks dari novel ini kurang
baik. Bahkan tidak ada gelombang-gelombang yang bisa memainkan pembaca
untuk tetap mempertahankan matanya agar tak beranjak dari novel ini. jadi,
penokohan adalah unsur yang harus dipertimbangkan dalam suatu novel.
Kontribusinya sangat besar terhadap keberhasilan suatu novel. [enulis harus
benar-benar pandai dalam hal ini.

11

Anda mungkin juga menyukai