Ekstrinsik Novel Indonesia
4 Desember 2014 by Yusriza FR
UNSUR INTRINSIK
1. Delisa
2. Ummi Salamah
3. Abi Usman
4. Kak Fatimah
5. Kak Zahra
6. Kak Aisyah
7. Umam
8. Tiur
9. Ustadz Rahman
10. Bu Guru Nur
11. Koh Acan
12. Sersan Ahmad
13. Sophi
14. Prajurit Salam / Smith
Penokohan
1. Delisa
Susah bangun
Pelupa
Kutipan : “Delisa tuh selalu lupa untuk mengecek di atas mejanya dulu, kalau nyari sesuatu!’
Fatimah mengingatkan.Hal 49)
Penyayang
Kutipan : “Delisa.. cinta Ummi karena Allah!” Ia pelan sekali mengatakan itu,Tetapi suara itu
berharga. Amat menggetarkan. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok hati. (Hal 53)
Suka berbagi
Kutipan : “Kak Aisyah tenang aja, Nanti Delisa kasih pinjam deh!” Delisa sudah berseru duluan.
(Hal 14)
”Kak Copi potong aja separuhnya..” Delisa berkata sambil tersenyum saat Shopi hendak
menyerahkan lagi cokelat yang sudah terbuka. Shopi tertegun. Ia mengerti sekarang, gadis kecil
di hadapannya ternyata hendak berbagi. (Hal 135)
Tegar
Kutipan : “Kaki… Kaki Delisa dipotong Bi!” Delisa menyeringai. Abi mengeluh… Ya Allah,
pemandangan ini sungguh sangat menyakitkan, teramat menusuk hatinya. Lihatlah, Delisa ringan
saja menyampaikan semua berita itu.(Hal 144)
Kutipan : Delisa mendengar suara mengerikan itu. Tetapi Delisa sedang khusyuk. Delisa ingin
menyelesaikan shalatnya dengan baik. Ya Allah Delisa ingin berpikiran satu. Maka Ia tidak
bergeming dari berdirinya.(Hal 71)
Pantang Menyerah
Kutipan : ”Badannya terus terseret. Ya Allah, Delisa ditengan sadar dan tidaknya ingin sujud…
Ya Allah, Delisa ingin sujud dengan sempurna. Delisa sekarang hafal bacaannya… Delisa tidak
lupa seperti tadi shubuh (Hal 71)
2. Ummi Salamah
Bijaksana
Kutipan : Tidak! Ummi memang sengaja menunjuk Aisyah melakukan pekerjaan itu, agar
Aisyah lebih bertanggung-jawab atas adiknya.
“Nah, kalau bukan untuk kalung, kamu nggak sepantasnya cemburu dengan hadiah adikmu kan?
Ah iya, besok lusa kan kita bisa pergi ke tempat Koh Acan lagi masing-masing nanti beli huruf
untuk kalungnya.
Penyayang
Kutipan : “Ummi Cinta Delisa karena Allah!” Ummi Salamah terisak memluk bungsunya.
Memeluknya erat. (Hal 53)
3. Abi Usman
Pekerja keras
Kutipan : Abi bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing – Arun
yang pulangnya 3 bulan sekali.
Pengertian
Kutipan : “Tentu saja Delisa bisa menghafalnya kembali. Insya Allah jauh lebih cepat
sekarang… Kan, Delisa pernah menghafal sebelumnya. (Hal 151)
Perhatian
4. Kak Fatimah
Tegas
Kutipan: “Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin delisa nggak pakai teriak-teriak apa?”
(Hal 2)
Sabar
5. Kak Aisyah
Keras Kepala
Egois
Kutipan : “Makanya kamu cepetan menghafal bacaannya…. bikin repot saja!” (Hal 8)
Iri
Kutipan : “Kenapa Delisa dapat kalung yang lebih bagus! kenapa kalung Delisa lebih bagus
dibandingkan dengan kalung Aisyah… lebih bagus dari kalung Zahra… kalung Kak Fatimah.”
(Hal 32)
6. Kak Zahra
Sabar
Kutipan :”Iya! Tapi kamu nyarinyakan bisa lebih pelan sedikit? Nggak mesti merusak lipatan
pakaian yang lainkan?” (Hal 49)
Pendiam
Kutipan : Hening tak memperdulikan kegiatan Delisa. Lebih hening dari pada Zahra yang
memang pendiam. (Hal 25)
7. Umam
Nakal
Kutipan : “Maafin Umam, Umi. Umam ngaku, Umam yang ngambil uang belanja Umi”
Jahil
Kutipan : Ustadz Rahman yang barusan melolotin Teuku Umam yang lagi ijeng menjawil Jilbab
Tiur. (Hal 38)
8. Tiur
Baik
9. Ustadz Rahman
Pengetian
Kutipan : “Biar nggak kebolak-balik kamu mesti menghafalnya berkali-kali… Baca berkali-
kali… nanti nggak lagi! Nanti pasti terbiasa.” (Hal 38)
Bijaksana
Kutipan : Bukan Ustadz Rahman tidak mau menjelaskan panjang lebar. Tetapi mengajari anak
kecil seperti Delisa, harus ada tehniknya. (Hal 39)
Kutipan : Ibu Guru Nur sungguh pintar membesarkan hati. (Hal 66)
Baik Hati
Kutipan : “Tidaklah…Kalau untuk hadiah hafalan shalat ini, Ummi Salamah bayar separuh saja,
haiya!” (Hal 20)
Tegas
13. Sophie
Perhatian
Kutipan : “ Kamu hari ini mandi, ya… Sebentar, kakak siapkan dulu airnya… “ ( Hal 132)
14. Smith
Perhatian
ALUR
Alur dalam novel “Hafalan Shalat Delisa”, yaitu Alur Maju. Hal ini dibuktikan oleh beberapa
tahapan sebagai berikut :
Awal cerita dalam novel ini didahului oleh sebuah keluarga yang memiliki seorang anak
bernama Delisa. Delisa adalah anak kecil berumur 6 tahun yang sedang berusaha menghafal
bacaan shalatnya. Delisa selalu susah untuk menghafal bacaan shalatnya. Setiap shalat Kak
Aisyah membaca keras-keras bacaan shalatnya agar Delisa lebih mudah untuk menghafal bacaan
shalatnya. Kak Aisyah selalu menjahili Delisa. Abi Delisa bekerja di pertambangan minyak
sehingga Abi Delisa pulang 3 bulan sekali.
Awal pertikaian ditunjukan ketika delisa akan dibelikan kalung oleh ibu sebagai hadiah telah
menghafal bacaan shalatnya. Namun kalung yang delisa beli berbeda dengan kalung yang
dibelikan ibu kepada kakak-kakaknya. Hal tersebut membuat Kak Aisyah merasa cemburu atau
iri terhadap kalung yang dibelikan ibu kepada Delisa
Titik puncak certita adalah ketika Delisa sedang menjalani tes hafalan bacaan shalat oleh Ibu
Guru Nur. Ketika itu tiba-tiba saja kota Aceh dilanda gempa yang sangat kuat. Gempa itu
berskala 9.1 SR. Delisa yang sedang tes tetap melanjutkannya, tidak peduli kondisi sekitar
seperti apa. Padahal semua murid yang sedang menunggu giliran sudah berhamburan keluar
sekolah. Namun Ibu Guru Nur tetap setia menemani Delisa. Setelah gempa mereda, air laut
seketika naik sangat tinggi, menyebabkan para nelayan berlari kesana-kesini. Ternyata gempa itu
disertai dengan tsunami. Air dengan arus yang sangat dahsyat menerjang tubuh mungil Delisa
yang sedang menjalani tes. Abi yang tau berita ini lewat televisi, langsung meminta cuti ke
bosnya untuk kembali ke aceh dan segera mengetahui kondisi keluarganya. Namun ketika Abi
sampai di Aceh, dia mendapat berita yang menyedihkan. Abi di beritahu oleh Koh Acan bahwa
semua anggota keluarganya telah meninggal. Hanya tinggal Delisa sajalah yang sampai saat ini
belum ditemukan juga.
4. Antiklimaks
Antiklimaks dalam novel ini ketika Delisa telah merelakan kepergian seluruh anggota
keluarganya kecuali Abi. Delisa tidak akan pernah membahas Ummi didepan Abi. Delisa tidak
ingin membuat Abi sedih. Dan semenjak kejadian itu Delisa lupa akan semua hafalan shalat yang
pernah ia hafal. Delisa berusaha untuk menghafalnya lagi namun hal terserbut malah semakin
sulit untuk dihafal.
5. Penyelesaian Masalah
Pada akhirnya, Delisa tersadar hal apa yang dapat membuat lupa akan hafalan shalatnya itu. Hal
itu adalah Delisa menghafal bacaan shalatnya hanya demi mendapat kalung dari Ummi. Delisa
menghafal bacaan shalatnya agar mendapat imbalan dari Ummi. Dan sekarang Delisa sudah
dapat mengingat seluruh hafalan shalatnya karena Delisa memiliki satu niat, yaitu ikhlas dalam
melakukan apapun dan jangan mengharapkan suatu imbalan.
LATAR
1. Latar Tempat
Lhok Nga
Kamar Rawat
Kutipan :Shopi melangkah keluar kamar, entah mengambil apa (Hal 132)
Hutan
Kutipan : Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut. (Hal 109)
Tenda darurat
Kutipan : Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut. (Hal 156)
Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut (Hal 156)
2. Latar Waktu
Pagi hari
Cahaya matahari menyemburat dari balik bukit yang memagari kota (Hal 5)
Siang hari
Sore hari
Kutipan : Matahari bergerak menghujam bumi semakin rendah. Jingga memenuhi langit (Hal 46)
Dini Hari
Kutipan : Malam ketiga ketika Delisa terbaring tak berdaya. Pukul 02.45 (Hal 112)
3. Latar Suasana
Ramai
Kutipan : Pasar Lhok Nga ramai sekali. Hari Ahad begini. Semua seperti sibuk berbelanja. (Hal
19)
Senang
Kutipan : “Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak
Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!” (Hal 17)
Sedih
Kutipan : Sungguh semua hancur. Sungguh semuanya musnah. Ya Allah, kami belum pernah
melihat kehancuran seperti ini. Kota ini tak bersisa, kota ini luluh lantak hanya meninggalkan
berbilang kubah masjid, kota itu menjadi cokelat, kota ini tak berpenghuni lagi. Kota ini! Kota
itu! (Hal 81)
SUDUT PANDANG
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut yaitu sudut pandang orang
ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh
pemeran dalam novel tersebut, dimana seakan-akan pengarang begitu mengerti perasaan yang
dialami tokoh dalam cerita.
Kutipan : “Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah. Ya Allah… kalimat itu
membuat hatinya meleleh seketika” (Hal 53)
Gaya Bahasa
Gaya Hiperbola
Kutipan : “Ya Allah… kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika” (Hal 53)
“Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Tubuh yang ditatapnya bercahaya. Berkemilauan-menakjubkan.
Lihatlah! lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan satu”. (Hal 108)
Gaya Personifikasi
Gaya Metafora
AMANAT
Amanat yang dapat diambil dari novel “Hafalan Sholat Delisa” yaitu Apabila kita memiliki
kemauan pasti ada jalannya. Namun apabila kita ingin mencapai suatu harapan hanya untuk
sebuah imbalan itu percuma, karena hal yang kita lakukan tersebut tidak berasal dari hati kita
sendiri tapi berasal dari nafsu kita untuk mendapat imbalan tersebut. Sebaiknya kita melakukan
apapun sesuai dengan hati kita, jangan pernah mengharapkan suatu imbalan apapun terhadap
perkejaan atau suatu harapan yang kita inginkan. Dan sebaiknya kita juga melakukan apapun
dengan hati yang lapang dan ikhlas. Kehidupan dan Kematian memang kehendak dari Allah
SWT. Kehidupan yang kekal yakni bKehidupan akhirat. Kenikmatan akan diberikan pada setiap
hamba yang beramal sholeh dan siksaan dan kepedihan hanyalah untuk hamba yang ingkar.
Maka hendaknya kita memanfaatkan kehidupan kita di dunia hanyalah untuk beribadah pada
Allah. Tanamkan sikap zuhud dan senaantiasa beramal sholeh. Hidup untuk Yang Maha Hidup.
UNSUR EKSTRINSIK
“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis Indonesia yang diambil dari bahasa
India dengan arti : untukmu. Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menghasilkan
14 buah novel.Nama asli dari pengarang ini adalah Darwis ,yang beristrikan Riski Amelia, dan
seorang ayah dari Abdullah Pasai.Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga
petani, anak keenam dari tujuh bersaudara.Riwayat pendidikannya antara lain, SDN 2 Kikim
Timur Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel,SMUN 9 Bandar Lampung,Fakultas
Ekonomi UI.Profesinya sekarang sebagai penulis dan sebagai pemateri dalam forum
diskusi.Berkat dari kerja kerasnya itu membuat novel nya itu sampai ke pasaran
Internasional,oleh sebab itu ia dijuluki sebagai novelis terbaik Indonesia. Novelnya ada yang
sampai ke mancanegara yang diterjemahkan dalam bahasa inggris.Karya-karyanya yang telah
dipublikasikan antara lain berjudul Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Pukat,
Burlian,Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Ayahku bukan Pembohong,The
Gogons Series: James & Incridible, Bidadari-Bidadari Surga, Sang Penandai, Rembulan
Tenggelam Di Wajahmu, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur,
Senja Bersama Rosie, dan ELIANA serial anak-anak mamak.Semua dari karya-karyanya itu
mendapatkan tanggapan positif dari setiap pembaca. Hampir semua dari novel-novelnya itu
menjadi best seller.
Dibandingkan dengan novel sesudah maupun sebelumnya,novel Hafalan Shalat Delisa ini lebih
memberikan wawasan yang banyak terutama mengenai ibadah seperti menjaga kekhusyukan
dalam shalat. Pada novel ini penulis memakai bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami
oleh pembaca,berbeda dengan novelnya yang berjudul Ayahku Bukan Pembohong,yang banyak
menggunakan kata-kata kiasan dan juga majas-majas yang sulit dipahami bagi pembaca terutama
bagi pembaca pemula.Novel Hafalan Shalat Delisa lebih banyak problema yang terjadi tidak
hanya terfokus pada satu permasalahan saja dan semua nya itu dipecahkan atau diselesaikan
dengan bijaksana,sedangkan pada novel Ayahku Bukan Pembohong hanya terfokus pada satu
permasalahan yaitu hanya terfokus pada kebohongan ayahnya dan penyelesaian dari
permasahannya itu juga kurang memuaskan .Novel Hafalan Delisa itu juga membuat pembaca
sangat terharu olehnya,karena semagat hidup dari Delisa,hal itu memotivasi para pembaca untuk
selalu semangat dalam melawan kehidupan dan tak mengenal putus asa.
Novel Hafalan Shalat Delisa ini mengangkat cerita mengenai anugerah dibalik keikhlasan.Kita
dapat melihat dari keikhlasan yang dimiliki Delisa ketika menghafal hafalan shalat,ikhlas
menerima keadaan nya setelah tsumani seperti kaki yang teramputasi,dan ikhlas menerima
kepergian Umi Salamah.
Novel ini sangat bagus bagi pembacanya,karena membuat emosi kita ikut dalam setiap yang
dirasakannya.Novel ini ditulis dengan bahasa yang sederhana namun menyentuh hati
pembaca.Bukti-bukti yang diberikan pada setiap kejadian membuat kisah-kisah ini seperti
nyata.Bagian yang berkesan yaitu ketika pengambilan nilai praktek shalat Delisa sekaligus pada
saat itu terjadinya tsunami (Pada Bab yang berjudul 26 Desember 2004 itu !),dan ketika
penggambaran bagaimana Delisa terjepit oleh sela-sela semak belukar (halaman 112) karena
pada bagian ini pembaca dapat menggambarkan seperti apa kejadian ketika tsunami itu.Dan
tokoh-tokoh pendukung dari bab itu membuat suasana menjadi hidup.
Tere-liye ingin menyebarkan pemahaman bahwa HIDUP INI SEDERHANA melalui tulisannya.
Berikut sedikit kutipan dari pojok “biografi” salah satu novelnya, yang sangat berkesan di hati
saya (selaku pembaca) :
“Bekerja keras, namun selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa
bersyukur dan berterima-kasih maka tereliye percaya, sejatinya kita sudah menggenggam
kebahagiaan hidup ini”
Budaya yang ada di dalam novel ini adalah ketika semua anak Ummi Salamah telah lulus dalam
hafalan membaca shalatnya maka sebagai hadiahnya, Ummi membelikan sebuah kalung sebagai
hadiahnya. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut :”Delisa boleh pilih kalungnya sendiri,
kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!” (Hal 17)
1. Agama
Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangat kuat, karena semua anak-anak Ummi
Salamah diwajibkan menghafal bacaannya shalatnya dan diwajibkan untuk shalat sesuai dengan
waktunya. Semua anak Ummi Salamah belajar mengaji di TPA bersama Ustadz Rahman. Hal ini
dibuktikan dalam percakapan berikut :” Delisa bangun, sayang… Shubuh!” (Hal 2)
1. Moral
Di gambarkan nilai-nilai moral yang sangat kental. Kita dapat menganalisi dari keadaan sosial
dan kegiatan masyarakat di daerah tersebut. Sangat sopan dan juga sangat mengutamakan nilai-
nilai agama dan budaya islam.
1. Sosial
Banyak sekali nilai sosial yang tertoreh pada novel ini, sebagai contoh kebersamaan seorang ibu
yang menyayangi ke-4 anaknya dengan sabar. Walau dalam keluarganya tersebut tidak hadirnya
seorang ayah. Namun keluarga tersebut dapat hidup sejahtera dan tentram.
Realita
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang tua yang kurang peduli dengan nilai
keagamaan anaknya. Kita juga dapat melihat sekitar kita, banyak anak-anak yang kurang peduli
dengan kegiatan keagamaannya seperti contoh kurang minat untuk menghafalkan doa-doa sholat
dan membaca Al-Quran. Hafalan Sholat Delisa sangat baik untuk di terapkan dalam
kehidupan beragama dan berkeluarga.
1. Situasi Masyarakat
Situasi masyarakat saat penulisan novel ini yaitu tepat pada peristiwa Tsunami di Banda Aceh
tertanggal 26 Desember 2004.
Novel ini sangat tepat untuk dibaca untuk semua kalangan. Baik anak-anak maupun remaja
bahkan orang tua sekalipun. Pesan yang tersirat dalam novel ini memberikan banyak inspirasi
bagi para pembacanya.
Tiap bait puisi dibeberapa kalimatnya menambah poin plus untuk novel ini. Alur cerita yang
sangat menghanyutkan membuat para pembaca (khususnya saya) untuk selalu ikhlas dalam
menerima segala cobaan yang telah ditakdirkan dari Allah SWT.
Bahasa yang digunakan penulis sederhana namun mampu menyentuh hati pembaca,tidak susah
dipahami.Dimengerti oleh semua kalangan pembaca baik pembaca pemula atau sudah tingkat
lanjut.
2. Kekurangan
Kekurangan dari novel ini yaitu tidak adanya biografi penulis yang disediakan pada bagian akhir
halaman novel,pengarang menggunakan nama samaran tidak nama asli (Tere-Liye), tidak adanya
sinopsis yang disediakan pada bagian belakang cover, sehingga ketika kita ingin membelinya
kita ragu novel ini menceritakan tentang apa.