Anda di halaman 1dari 16

BEDAH NOVEL SEJARAH

ALDI RIZKY PRATAMA


IDENTITAS BUKU
Judul buku : Rindu
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun terbit : 2014
Tebal buku : 544 Halaman
UNSUR INTRINSIK

Tema dalam novel Rindu adalah Sebuah Perjalanan.

“Ini kisah tentang perjalanan, dan sebagaimana lazimnya sebuah perjalanan ,


selalau disertai dengan pertanyaan-pertanyaan.” (hal 2)
UNSUR INTRINSIK

Sudut pandang dalam novel Rindu adalah Orang pertama.

“Aku yakin bukan karena kau, Lars.”(hal 105)


Tokoh & Penokohan dalam novel Rindu adalah;

Daeng Andipati Anna dan Elsa Kakak beradik Kapten Phillips Seorang
Seorang saudagar kaya yang cantik, pintar dan penuh nahkoda di kapal itu ia pelaut
yang baik hati dan sopan santun serta ceria. yang baik hati dan pekerja keras
dermawan. serta tekun.
“…Anna dan Elsa berlarian riang
“…Ini Daeng Andipati, menuju kantin.” (hal 421) “…Kapten phillis adalah pelaut
pedagang di kota Makasar. yang baik. Dia pekerja keras,
Masih muda, kaya raya, tekun, cerdas, dan jangan lupa
pintar dan baik hati.” Dale adalah seorang tukang bagian terpenting attituide, sikap
(hal 11) cukur tua yang terkenal di kota yang sangat pantas pangkatnya
Makasar. naik dengan cepat. (hal 237)
“…Dale adalah tukang cukur
terbaik di Makassar. (hal 18)
Ahmad Karaeng Seorang Laras Seorang Chef, dengan badan Ruben si Boatswain
ulama masyhur, tutur besar, memiliki hati yang baik. Seorang kelasi muda yang
katanya lembut, bijak dan Di dapur ini akulah penguasanya. memiliki kepribadian baik
Kalian ikut peraturan yang kubuat. dan ramah.
pandai ilmu agama.
Mutlak, kalian terlalun dimanja Phillips. “…Entahlah, kenapa Tuhan
Terlalu banyak diceboki soal egaliter, menakdirkan ia harus satu
“…Nama pelanggan itu kesetaraan di kapal ini.(hal 167) kabin dengan Ruben yang
adalah Ahmad Karaeng, baik hati dan ramah. Belum
semua penduduk Makasar tahu persis jawaban yang
hingga Para-Pare lebih Bonda Upe Perempuan cina satu itu..(hal 90)
mengenalnya dengan muslim yang memiliki ketakutan akan
panggilan Gurutta. Ia masalah.
merupakan salah seorang “…Kalian bisa memanggilku Bonda
Upe. Guru mengaji mereka menyapa
ulama masyhur di zaman
lembut, seorang ibu berusia empat
itu.” (hal 18) puluh tahun. Bonda berarti bibi
dalam bahasa setempat.(hal 90)
C. Alur dalam novel Rindu adalah maju.

“Tepat pukul satu siang, kapal penumpang Blitar holland memulai perjalanan, peluit anginnya melengking
panjang tanda kapal siap berangkat. Kapten phillips sendiri yang memimpin keberangkatan, berdiri gagah di
ruang kemudi. “(hal 42)

D. Latar waktu dalam novel Rindu adalah senja, pagi, malam, siang.

Kantin : “Tuan Andipati, maaf mengganggu sarapan. Kapten Phillips meminta tuan ke kabin kerjanya”(hal:76)

Ruang kemudi : “Kapten Phillips tidak bisa meninggalkan ruangan kemudi. Ia meneria Daeng Andipati di
sana”(hal:267)

Kabin kerja : “Tiga orang telah menunggu di dalam kabin keja kapten”(hal:429)

Ruang perawatan, “Ambo Uleng ada di depan sudut ruangan, perawat menunggu memberikan izin kepada
Gurutta”(hal:282)
Senja : “Beberapa penumpang sengaja keluar dari kabin melihat matahari tenggelam.” (hal:47)
Pagi : “Pagi Om kelasi,Anna menyapa kelasi yang bertugas meja, gelas, dan cerek.“(hal:74)
Malam : “Selamat malam Ambo” Gurutta mendorong pintu kabin…” (hal:399)
Siang : “Selamat siang Ruben” Gurutta menyapa…”(hal:282)

E. Amanat dalam novel Rindu adalah;

1) Jangan terjebak kisah masalalu yang memilukan hingga akan merusak masa depanmu. Berhenti lari
dari kenyataan hidupmu, berhenti cemas atas penilaian orang lain dan berbuat baiklah sebanyak
mungkin.
2) Berikanlah maaf karena karena dengan memaafkan sesungguhnya beban dihatimu akan berkurang,
3) Cinta yang baik selalu mengajari kamu agar menjaga diri. Kendalikan harapan dan keinginan
memiliki, maka seberapa besar apapun besar wujud kehilangan itu, kau akan siap mengahadapinya..
4) Lawanlah kemunkaran dengan tiga hal. Dengan tangan, tebaskan pedang penuh gagah berani.
Dengan lisanmu, sampaikan dengan perkasa. Atau dengan benci di dalam hati, tapi itu sunguh
selemahlemahnya iman.
UNSUR EKSTRINSIK

a) Nilai Moral
1) Jangan merusak diri sendiri karena masalah yang dihadapi,
“Kita boleh jadi benci atas kehidupan ini. Boleh kecewa. Boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak
pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri.”(hal. 284)
2) Jangan pantang menyerah,
“Jika harapan dan keinginan belum tergapai, belum terwujud maka teruslah memperbaiki diri sendiri,
teruslah belajar.”(hal 493)
b) Nilai Agama
Apabila Tuhan sudah berkehendak tidak ada yang mampu menghalangi Lahir atau mati adalah takdir
Allah. Kita tidak bisa menebaknya. Kita tidak bisa memilih orang tua, tanggal, tempat, ... tak bisa. Itu hak
mutlak Allah. Kita tidak bisa menunda atau memajukannya walau sedetik. (hal 470) Takdir tidak pernah
bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita suka. Takdir bahkan basa-basi menyapa pun
tidak. Kita tak dapat mengendalikannya, namun kita dapat mengendalikan diri sendiri untuk menyikapinya.
Bersedia menerimanya atau mendustakannya. (hal 471))
BIOGRAFI

Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979, ia merupakan anak dari seorang
petani biasa yang tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Nama
asli Tere Liye adalah Darwis. Tere Liye hanya nama pene yang
diberikan di setiap karyanya.
Tere Liye adalah anak keenam dari tujuh bersaudara. Kehidupan
masa kecil yang dilalui Tere Liye penuh dengan kesederhanaan yang
membuatnya tetap sederhana hingga kini. Sosok Tere Liye terlihat
tidak banyak gaya dan tetap rendah hati dalam menjalani
kehidupannya.
Tere Liye menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Kikim Timur,
Sumatera Selatan. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke SMP
Negeri 2 Kikim, Sumatera Selatan. Setelah itu, pendidikan menengah
atasnya di SMAN 9 Bandar Lampung. Setelah lulus SMA, ia
melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Indonesia dan
berkuliah di Fakultas Ekonomi.
Tere Liye menikah dengan Riski Amelia, dan dari pernikahan
tersebut mereka dikaruniai dua orang anak yaitu Abdullah Pasai dan
Faizah Azkia.
SINOPSIS

Novel ini menceritakan tentang sebuah kapal besar yang melakukan perjalanan haji , yang di lakukan selama 9
bulan. Yang di dalamnya penuh dengan cerita bahagia dan airmata. Daeng Andipat yang berangkat bersama
keluarganya. Begitu juga dengan Gurutta yang sudah menunggu sekian lama untuk melakukan perjalanan ini, ambo
yang pergi karena kesedihannya dan kepiluan hatinya, pasangan sepuh Mbah Kakung Slamet dan Mbah Putri Slamet
yang bersama cinta sejatinya untuk memenuhi janji, Begitu pula denga Bonda Upe dan suami yang memiliki
kesempatan untuk memenuhi kerinduannya dan penumpang lainnya. Walaupun lama perjalanan yang mereka
lakukan tidak menyurutkan niat mereka untuk tetap beribadah menunaikan rukun islam yang kelima.
Lantas tidak begitu saja pertanyaan itu mengiringi kapal itu. Masih ada masalah lain yang timbul, piston
kapal yang rusak menyebabkan kapal harus di hentikan di lautan menuju Sri Lanka. Kapal dengan masalah piston itu
sudah selesai dan bisa di tangan dengan baik. Kemudian muncul kembali dari bajak laut somalia yang di kenal
kekejamannya.
Kerinduan atas tanah suci selesai sudah. Pertanyaan yang mengganjal menjadikan mereka jiwa yang kuat dan
mantap untuk meniti kahidupa ke depan. Tidak ada lagi ragu di dalamnya. Tidak terlepas dari cinta sejati pasangan
sepuh itu yang meninggal di tempat yang sama dan dikuburkan di tempat yang sama pula. Begitu pula dengan kisah
cinta umbo. Yang ternyata orang yang akan berjodoh dengan wanita itu adalah dirinya. Daeng Andipati yang sudah
memaafkan ayahnya meniti kehidupan dengan bahagia dan kembali bersilahturahmi dan berkomunikasi kembali
dengan keluarganya.
STRUKTUR

ABSTRAK

Cerita ini bermula di suatu pagi di penghujung tahun 1938. Tepatnya tanggal 1 Desember 1938, bertepatan dengan 9 syawal 1
357.Matahari baru sepenggalah naik ketika pagi itu, sebuah kapal besar merapat di Pelabuhan Makassar Tidak banyak orang yan
g mengingatnya tapi tahun 1938 adalah
salah satu tahun bersejarah bagi Indonesia.Masih menggunakan nama Hindia Belanda, Indonesia Mengikuti Piala Dunia
tahun 1938 di Prancis untuk pertama sekali sekalinya sampai kini. Sementara itu, di belahan Eropa, Hitler menyerang Austria,
Benih-
benih Perang Dunia II mulai disemai. Di kawasan Asia Pasifik, Jepang dan China terlibat perang besar memperebutkan Kanton d
an Shanghai. Indonesia masih dikuasai oleh Belanda masih tujuh tahun lagi 1945, saat proklamasi kemerdekaan.Tahun 1938,
dengan kegagalan Gubernemen Maluku, Gubernur Jenderal de Jonge, pemimpin pemerintah kolonial Belanda di B
atavia memutuskan membentuk tiga provinsi baru atas eflandgewest, tanah jajahannya. Pertama, Sumatera dengan ibukota Med
an Kedua Borneo dengan ibukota Kota Baru. Ketiga Timur Besar(Celebes) dengan ibukota Makassar. (Hal 1
ORIENTASI
Akan tetapi, kisah ini bukan tentang hal hal besar ini Apalagi tentang sepakbola, Bukan. Kisah ini lebih sederhana tapi
tetap bersejarah-setidaknya bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Ini kisah tentang perjalanan. Dan sebagaimana
lazim nya sebuah perjalanan, selalu disertai dengan pertanyaan pertanyaan.
Pagi itu, baru lepas satu minggu hari raya Idul Fitri Sisa-sisa Lebaran masih terasa hangat meski kue kue kerin telah
disimpan kembali dalam toples kedap udara Baju. baju baru telah dilipat kembali, diletakkan di tumpukan terbawah
lemari. Baru dikeluarkan lagi saat Lebaran Haji Masih lama sekali Lebaran Haji itu. Masih tiga bulan lagi. Tapi,
kedatangan kapal besar itu membuatnya terasa sudah dekat. Masa-masa itu. Pelabuhan Makassar sudah terbiasa
kedatangan kapal. Entah itu membawa serdadu Belanda, atau para pedagang beras, gula, dan terigu. Ada juga yang
mengangkut komoditi lokal seperti kopra, cengkeh, dan rempah-rempah untuk dibawa ke Benua Eropa. Tapi kapal
besar yang satu ini berbeda. Ia datang hanya setahun sekali. Mengangkut penumpang dengan tujuan amat khusus pula.
Saat mulai mendekati dermaga, kapal besar itu me- ngeluarkan suara melenguh panjang. Suara peluit angin adalah
tanda agar kapal-kapal lainnya menyingkir. menyediakan jalan lewat suara peluitnya terdengar gagah. seolah merobek
pagi yang cerah. Puluhan kelasi terlihat sigap bekerja di atas dek dengan baju seragam warna putih samar-samar.
Sedangkan di dermaga, puluhan petuga pelabuhan juga sibuk mempersiapkan penyambutan. (Hal 2)
KOMPLIKASI
Saat itulah matanya berkhianat. Saat mengambil buku di lemari pakaian, ia tidak sengaja melihat sepucuk surat
yang sengaja ia sembunyikan ditumpukan terbawah baju. Itulah satu-
satunya benda yang ia bawa saat pergi ari Pare Pare selain pakaian yang dikenakan. Sepucuk surat yang jadi muasal s
eluruh masalah. Ia menatap surat itu. Dan hanya soal waktu, tangannya juga berkhianat. la benci sekalikenapa tang
annya refleks mengambilsurat itu. Ia benci sekali kenapa ia tidak kuasa menghentikannya. Hei, jari-
jarinya malah membuka lipatan kertas itu. Apa yang ia harapkan? ncang sekali mata dan tangannya anat. la kira kali
ini ia lebih tangguh saat membacanya kembali? Atau jangan-
jangan ia malah berharap isi surat itu telah berubah jadi sebaliknya? omong kosong! Semua kesibukan ini, pengalam
an baru, tidak pernah mampu mengusir pergi kenangan itu Jika itu sebuah benteng, maka benteng itu rapuh, rontok
seketika. Jika itu sebuah tameng, maka tameng itu juga tipis dan ringkih, hancur seketika. Lihatlah ia justru lamat l
agi seluruh isi surat itu. Untuk kemudian lama me dipukul palu. Menghujam dalam Hatinya seperti sakit sekali. Sam
a seperti yang ia rasakan saat pertama kali membacanya Hanya bisa menatap kosong. Lima belas menit di kabin itu.
Tidak ada lagi air mata yang tersisa. Tidak ada. Ambo Uleng menggeram. Merobek-
robek surat itu, melemparkannya ke tempat sampah di bawah dipan. Kasar mendorong pintu. Lari di sepanjang loro
ng. Menaiki anak tangga. Bahkan, hampir menabrak na, Elsa, dan ibunya yang kembali dari tukang jahit. Ia tidak p
eduli. Tidak peduli walaupun gadis kecil menggemaskan itu riang sekali menyapanya. Ia hanya ingin sendiri sekaran
g. Terus berlari hingga dek paling atas. Terus berlari ke ujung, hingga pagar kapal menjadi batas. Tidak ada lagi tem
pat berlari. ( Hal 162-163)
Evaluasi
Bonda Upe bertanya kepada Gurutta Ahmad Karaeng "Aku seorang cabo, Gurutta. Apakah Allah...Allah akan
menerimaku di Tanah Suci? Apakah peremp hina sepertiku berhak menginjak Tanah Suci? Atau cambuk menghantam
punggungku, lutut terhujam ke bumi Apakah Allah akan menerimak Atau, mengabaikan perempuan pendosa
sepertiku Membiarkan semua kenangan itu terus menghujam kepalaku. Membuatku bermimpi buruk setiap malam.
Membuatku malu bertemu dengan siapa pun." Kabin kecil itu lengang sejenak. Pertanyaan itu telah tersampaikan.
(Hal.310)

Resolusi
Hari demi hari, pelabuhan demi pelabuhan, para penumpang sudah saling mengenal dan berinteraksi satu sama
lain. Takdir memberi jawaban atas pertanyaan besar mereka. Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan
dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan ? Dilupakan? Itu sudah
menjadi bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. (Hal. 310)
Koda
Hari ke- 5 kapal sandar di pelabuhan Jeddah. Berakhir sudah kisah perjalanan selama 30 hari itu. Ambo Uleng
memutuskan ikut berhaji bersama penumpang lain. Bonda Upe terisak melihat Masjidil Haram. Adik Anna dan Elsa
juga lahir diatas kapal ketika perjalanan pulang. Mbah Kakung juga telah menunaikan perjalanan cintanya. Ia
menyebut lirih nama istrinya didepan ka’bah. Kerinduan itu telah tersampaikan disini. Mbah Kakung juga meninggal
saat perjalan kembali ke tanah air, diatas lautan tempat Mbah Putri meninggal. Jasadnya juga dilemparkan kelaut.
Dan untuk kisah cinta Ambo Uleng dengan putri pemilik kapal itu, Gurutta menyelesaikan semuanya, gadis itu
ternyata akan dijodohkan dengan murid dari Gurutta. Namun hari ini kepada daeng Yusuf sang pemilik kapal Gurutta
menawarkan murid terbaiknya yaitu Ambo Uleng. Kisah Cinta yang Allah tuliskan untuk Ambo Uleng yang begitu
indah.(hal. 541-544)

Anda mungkin juga menyukai