Penantian Sang Bidadari

Judul Novel : Bidadari Tanpa Sayap

Penulis : Ayu Agus Rianti
Penerbit : Zettu, Jakarta Timur, Juli 2013
Tebal Buku : 300 Halaman
Harga : Rp 38

Novel yang bergenre romantic ini adalah novel perdana yang ditulis
pengarang yang lahir pada 21 Agustus 1976. Wanita yang akrab disapa Ayu ini
sudah menyukai dunia tulis menulis sejak dibangku SMA.
Ayu telah berkecimpung dalam penulisan buku-buku non-fiksi, seperti
“Pembukuan Sederhana Usaha Dagang & Jasa”, “20 kreasi Origami untuk Uang
Mahar”, “Meniru Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak” dan “Cara Efektif
Mengajarkan Rukun Iman Pada Anak Usia Dini”.
Novel ini menceritakan seorang muslimah yang baik dengan bentuk fisik
yang sangat biasa-biasa saja yang berusaha menjadi pejuang cinta. Meskipun
dalam proses ta’aruf menerima banyak penolakan tapi wanita yang disapa Fitriyah
ini mencoba tegar dan berdamai dengan takdir.
Hingga kemudian Fitriyah dijodohkan dengan lelaki tampan, tinggi dan
putih. Seribu tanya menggelayut dibenak Fitriyah, mengapa lelaki tersebut
bersedia meminangnya sebagai istri. Sebegitu solehnyakah lelaki itu, sehingga tak
melirik semua kekurangan fitriyah?
Ternyata rumah tangga Fitriyah dan Niko tidak selamanya berjalan dengan
baik, hari demi hari Niko selalu disibukkan dengan urusannya, semuanya dilalui
Fitriyah dengan sabar & memahami sang suami. Hingga Fitriyah merasa ada yang
berbeda dalam diri Niko.
Ternyata Ayu masih membuat cerita rumah tangga Fitriyah dengan Niko semakin
menarik. Setahun setelah menikah, Fitriyah mengandung, Menginjak usia
kandungannya 8 bulan, tiba-tiba cobaan datang mendera. Bak hujan deras yang
disertai petir menggelegar yang datang secara tiba-tiba tanpa langit memberikan
tanda-tandanya. Terkuaklah sebuah rahasia besar yang menunjukkan Niko adalah
seorang “gay” (hal 74).
Tanpa diduga Ayu menambahkan jalan cerita yang menarik, Fitriyah
bertemu dengan lelaki yang bernama El Sauqi Ayashi (hal 117). Dia adalah
seorang penulis terkenal. Dan kedekatan keduanya berhasil membuat perasaan
yang tidak seharusnya tumbuh lagi semakin menjadi-jadi. El membuat Fitriyah
tersanjung, ia menjadikan Fitriyah menarik bibir untuk tersenyum sepanjang hari
(hal 121). Apakah Fitriyah kembali menaruh hatinya untuk seorang lelaki?
Ternyata jalan cinta antara keduanya ‘tak berjalan sesuai yang diinginkan,
Fitriyah seperti terkena syndrome orang yang kasmaran. Setiap hari Fitriyah
sanggup menata hatinya. Namun dimalam yang sepi virus kangen mendadak
menyerang hatinya. Tapi El sudah menjadi milik orang lain yang sudah dipilihkan
Ibunya sebelum meninggal.
Meskipun cerita akhirnya mengharukan tapi tidak sampai disini Ayu
menulis ceritanya. Dia masih menambahkan bumbu-bumbu ketegangan. Akhirnya
penantian sang bidadari telah berakhir. El meminangnya selepas kepergian
Mayang. Rumahtangga mereka sangat harmonis tapi tidak berjalan lama. Ternyata
disinilah Ayu meramu masalahnya, masih ada berbagai persoalan dalam rumah
tangga Fitriyah (hal 210).
Penulis menyajikan kejadian dan konflik menjadi lebih menarik, ketika
kisah cinta Fitriyah kandas, mulai tumbuh kisah cinta yang sejati dan tulus.
Apalagi gaya bahasa dan alur cerita kehidupan Fitriyah yang tidak mudah ditebak,
menjadikan pembaca penasaran dan tidak cepat bosan. Cerita novel ini berkaitan
dan bagus. Namun sayangnya dalam pemilihan tempat kurang variatif, beberapa
ejaan asing pun dibiarkan mengambang tanpa ada penjelasan, mungkin penulis
bisa memberikan penjelasan di bawah naskah. Karena sesungguhnya kisah cinta
Fitriyah tidak mudah, banyak pemicu konflik yang tajam dan dramatis.
Keagamaan moral, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa
ditebak. Setulus cinta akan berbuah manis, meskipun itu semua tidak instan,
semuanya berjalan sedikit demi sedikit, dan yang sedikit itulah nantinya akan kita
rindukan. Meskipun begitu penulis mampu mengemas cerita dengan
mengedepankan unsur islami, pemaparan suasana yang digambarkan pun jelas,
sehingga pembaca mudah berimajinasi.
Novel ini boleh dibaca oleh semua kalangan, terutama untuk remaja karena cerita
ini kerap terjadi pada kehidupan nyata.