Anda di halaman 1dari 3

Resensi Novel A Little White Lie

Identitas Novel :
Judul Buku : A Little White Lie
Pengarang : Titi Sari Anggri Kiswari
Penerbit : PT.Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Jakarta, Maret 2007
Jumlah Halaman : 272

Kepengarangan :
Novel ini merupakan karya pertama dari sang penulis yang bernama Titi Sari Anggri
Kiswari yang lahir di Yogyakarta 27 April 1989. Selain menulis, dia juga suk membaca dan
bermimpi memiliki perpust Selain menulis, dia juga suk membaca dan bermimpi memiliki
perpustakan dengan rak-rak tinggi penuh buku di dalamnya. novel ini di terbitkan ketika
sang penulis baru menginjak usia 20 tahun, dan tengah tercatat sebagai mahasiswi Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sinopsis :
Cerita berawal dari Ocha, siswi SMA Teratai yang tak seperti teman-teman
kebanyakan. Bagaimana tidak, saat hampir semua anak-anak perempuan di sekolahnya
mengagumi Adit, ia malah tidak tahu yang mana namanya Adit. Suatu hari, Ocha terlambat
pulang gara-gara menemani Pia, sobat karibnya, yang hari itu memang telat dijemput.
Alhasil, Ocha pulang lebih sore dari biasanya. Setelah kepergian Pia, Ocha langsung pergi ke
tempat parkir tanpa ditemani oleh siapa pun. Di tempat parkir itu hanya tinggal tiga motor.
Bebek hitam dengan helm standar hijau jelas milik Ocha. Jenis pitung berwarna merah milik
Pak Bedjo, penjaga sekolah. Untuk bebek hitam dengan helm standar yang juga berwarna
hitam, Ocha tidak tahu milik siapa Setelah Ocha siap di atas motor dan menghidupkan
mesinnya, dia sadar ada yang aneh di mesin mototnya. Benar saja, mesinnya tidak mau
menyala. Kemudian dia standarkan lagi motornya untuk mencoba kembali memeriksa
kondisinya, baik samping kanan dan kiri, depan belakang bahkan kondisi bannya juga ia
periksa. Namun semua baik-baik saja.
Diambil handphone di tasnya dan dia hubungi nomor telepon rumah dari situ. Begitu
ia menempelkannya ke teinganya ternyata Ocha kehabisan pulsa. Ocha hanya bisa jongkok
dan pasrah di samping motornya, menunduk. Karena rasa kesal yang tidak tertahankan lagi,
tanpa sadar kia menangis. Rasanya campur aduk, ditambah dia juga kepikiran tentang mitos
di sekolahnya yang memang peninggalan Belanda ini suka terlihat noni-noni Belanda jalan-
jalan sore.
Tiba-tiba ada tangan lembut yang menyentuh puncak kepala Ocha. Entah mengapa
dia juga merasakan tubuhnya merinding. Tanpa mempedulikan resiko buruk, Ocha langsung
memballikan wajahnya dan melihat ada seseorang pria. Syukurlah orang itu adalah orang asli.
Mas Bintang nama pemuda itu yang menghampiri Ocha dan membantunya unruk
memperbaiki motornya. Pria itu kemudian memperbaiki mesin motorku sementara aku
mengamatinya. Sepertinya kakak kelas, batin Ocha terhadap Cowok itu. Setelah beberapa
saat akhirnya Mas bintang selesai memperbaiki motornya. Dan saat dia mencoba
menyalakannya, Syukurlah bisa menyala.
Ocha benar-benar terpukau. Sejak saat itu, ia suka terhadap Mas Bintang. Ia mulai
mendekati Mas Bintang melaui sms, dengan menggunakan nama samaran, Mita. Sms nya
membuahkan hasil Paling tidak, Ocha jadi sering ngobrol sama Mas Bintang meskipun cuma
di dunia maya.
Tibalah saatnya pertandingan basket antarsekolah SMA Teratai. Dengan bujukan Pia
yang mengatakan kemungkinan Mas Bintang jadi wasit hari itu, membuat Ocha datang ke
pertandingan itu. Meskipun ternyata, iming-iming Pia yang mengatakan Mas Bintang jadi
wasit, ternyata hanya akal-akalan Pia aja agar Ocha mau menemani Pia menonton
Adit, yang saat itu kelas X tanding basket. Insiden pun terjadi. Ocha yang
memang sedang mlongo gara-gara mencari keberadaan Mas Bintang, terkena lemparan bola
basket tepat di mukanya. Dan ternyata lemparan itu tidak lain dan tidak bukan berasal dari
Adit! Bukannya minta maaf, Adit malah ngomel-ngomel bilang Ocha tidak konsentrasi
menonton pertandingan dan tidak menghargai para pemain yang sedang bertanding. Tidak
terima dengan sikap Adit.
Ocha langsung lari meninggalkan lapangan. Ia berlari ke arah perpustakaan di lantai
atas, tempat favoritnya. Di sana ia dapat menangis tanpa ada seorang pun yang tahu.
Kesedihan Ocha belum berakhir sampai di situ. Sepulangnya ke rumah, ia kembali sms-
an dengan Mas Bintang. Dan tebak bahwa Mas Bintang sudah punya pacar. Ocha benar-
benar kaget. Ia sedih berat. Kenapa ia tidak tahu kalau Mas Bintang sudah punya pacar. Buat
apa selama ini ia sms-an dan berusaha mendekati Mas Bintang dengan nama palsu pula. Ia
kembali menangis dalam kegelapan. Setelah itu, entah keberuntungan apa yang
menghampirinya, ia mendapatkan nomor HP dan alamat rumah Adit dengan amat sangat
mudah. Padahal dia tidak meminta, bahkan tidak mau tahu nomor HP ataupun alamat rumah
Adit, tapi bisa dapat kedua-duanya dengan mudah, tanpa perjuangan sedikit pun.Tentunya ia
tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ocha yang memang sudah sangat
dendam dengan Adit, mulai sms-an dengan Adit dengan maksud untuk ngerjain pemuda itu.

Kelebihan :
Novel ini ditulis dengan bahasa yang sederhana, ringan dan sering digunakan
sehingga mudah untuk dipahami. Tidak hanya itu, dalam karya ini setting dan suasana
digambarkan secara jelas, sehingga pembaca seolah ikut bergabung didalam cerita. Alur
campuran dengan menonjolkan kisah-kisah yang saling berkaitan dan agak misterius,
membuat pembaca ingin terus membaca novel ini hingga selesai. Penokohan dalam cerita di
novel ini pun merupakan penggambaran dari kehidupan anak remaja masa kini, sehingga
pembaca tak perlu sulit-sulit menyelami penokohan tokoh. Tentunya novel ini sangat
menghibur pembacanya.

Kelemahan:
Novel ini menyajikan cerita yang panjang dan berputar-putar, sehingga dapat
membuat pembaca ingin melompati beberapa bagian untuk langsung membaca bagian inti
dari konflik novel ini. Kata-kata yang bersifat gaul juga menjadi kelemahan bagi novel ini
karena membuat pembaca awam akan sulit mencernannya. Novel ini juga mempunyai
karakterisitik mudah ditebak.

Anda mungkin juga menyukai