Anda di halaman 1dari 4

Dua Cinta Negeri Sakura - Irene Dyah

Judul : Dua Cinta Negeri Sakura

Penulis : Irene Dyah

Penerbit : Gramedia

Tahun Terbit : 2015

Halaman : 181 hlm

Harga : Rp 49,500

Seandainya aku tidak ke Solo waktu itu...seandainya nasib tidak membawaku bertemu
pria itu...aku pastilah tetap menjadi Miyu Hasegawa yang normal. Gadis Jepang biasa
yang hidup dalam irama tetap barangkali monoton, tapi toh, menikmatinya. Tapi
sekarang? Aku bersandar di tempat tidur kanak-kanak yang bukan milikku, rambut
semrawut, hati dan otak lebih semrawut lagi. Memelototi Crazy Stupid Love di TV
tanpa suara dengan mata sembap. Meratapi dan mengasihani diri sendiri, jatuh hati
pada pria yang salah.Hidup Miyu yang tenang mendadak absurd karena kehadiran
Scott , fotografer yang sering terlena menatap Miyu menari di pentas, melupakan
kamera di tangannya. Lebih absurd lagi, Miyu harus menyembunyikan identitas pria itu
dari kedua sahabatnya: Aliyah; istri dan ibu yang masih kerepotan mengurus hijab
barunya, serta Ajeng; gadis metropolis yang nyinyir pada pernikahan.Kala akal sehat
tidak sejalan dengan hati , mana yang Miyu pilih? Lepas dari Scott yang tidak kenal kata
menyerah, atau merelakan diri hanyut terbawa pesona yang begitu memabukkan?
Dan ketika Masjid Camii Tokyo mempertemukan Miyu dengan sang Bintang Fajar,
sungguhkah Miyu telah menemukan happy ending-nya?
Jangan kamu melepaskan gunung permata di tanganmu hanya karena tergiur ingin memungut
satu butir kecil batu yang tercecer. —Miyu Hasegawa

"Orang bila jatuh cinta, Cuma ada dua kemungkinan. Menjadi sangat peka, atau
menjadi bebal kuadrat." – page 38

Tahun lalu, saya sempat mereview dan mengadakan Giveaway untuk sebuah novel
berjudul Tiga Cara Mencinta karangan mba Irene Dyah (review click here). Seperti
yang sudah pernah saya singgung di review tersebut, akan ada novel lanjutan dari Tiga
Cara Mencinta. Dan, novel lanjutan tersebut telah terbit! Dengan judul Dua Cinta
Negeri Sakura. Yuhuu.. Mari kita bertemu kembali dengan Miyu, Aliyah dan
Ajeng. :)Dua Cinta Negeri Sakura masih bercerita tentang persahabatan Miyu, Aliyah
dan Ajeng. Jika novel Tiga Cara Mencinta konflik berfokus pada Aliyah, maka konflik
Dua Cinta Negeri Sakura akan berfokus pada Miyu. Persoalan cinta masih dipilih
penulis untuk dijadikan sebagai cerita, namun adanya sentuhan Islami dalam cerita
menjadikan novel ini mempunyai daya pikatnya sendiri *aishh . Tema yang diangkat
dalam novel ini adalah Jatuh Cinta Pada Orang yang Salah *walau kata Ajeng, cinta
ngga pernah salah (nah loh?)*. Itulah yang dialami Miyu.
Miyu dan Scott tidak bisa membohongi bahwa mereka tertarik satu sama lain. Namun,
kenyataannya Scott telah memiliki istri secantik putri dongeng bernama Misaki, masih
pantaskah Miyu berjuang untuk mendapatkan Scott?

“Why don’t you just go for it?” Ajeng mengerutkan dahi. “Just because of his ring?”
“I can’t Jeng. I shouldn’t. Aku tidak ingin mengganggu rumah tangganya..” - Page
101

Senang bisa membaca kembali cerita Miyu, Aliyah dan Ajeng di dalam buku keduanya.
Miyu dengan segala kegalauannya, Aliyah yang sudah hijrah jauh menjadi lebih baik,
dan Ajeng yang masih sama seperti sebelumnya—alergi pernikahan dan anak
kecil.Karakter yang paling mengalami pendewasaan dibanding buku pertama tentu saja
Aliyah. Hijrahnya Aliyah diceritakan sangat menarik dibuku ini dengan sentuhan-
sentuhan Islaminya. Pembaca akan menikmati alasan-alasan dibalik hijrahnya Aliyah
sekaligus dapat belajar dari hal tersebut, terutama ketika Aliyah hijrah untuk
memutuskan berhenti dari pekerjaannya dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga
seutuhnya, juga keputusan Aliyah untuk menggunakan hijab.“Dalam islam tidak ada
kewajiban perempuan untuk mencari nafkah. perempuan boleh bekerja jika dia mau,
tapi bukan kewajiban. Dan justru, jabatan sebagai ibu rumah tangga itu lebih utama
bagi seorang muslimah” – page 72“Prinsipku begini, kalau memang sulit untuk mengubah
semuanya sekaligus, kita mulai dari yang kecil-kecil dulu. Pelan-pelan. Dan jangan
pernah meremehkan hal-hal kecil itu. Karena siapa tahu, justru tindakan-tindakan
kecil yang baik itulah yang akan membawa kita ke surga” – page 76Selain pendewasaan
karakter, ada juga penambahan tokoh-tokoh baru yang membuat cerita lebih
bervariasi. Salah satu karakter baru favorit saya adalah Asyila—fun, young, smart :)
—selaku guru ngajinya Aliyah .Di buku kedua, menurut saya pribadi, cerita yang
mengalir masih kurang mengaduk-aduk perasaan pembaca, hubungan Miyu-Scott
sebagai orang yang sedang jatuh cinta terkesan kurang intim :p. Selain itu, konfliknya
terkesan terlalu cepat dan mudah diselesaikan. Terlepas dari semua itu, Miyu
yang basicnya calm dan terbiasa dengan irama hidup yang monoton benar-benar
dijungkirbalikan perasaannya di buku ini, dia gugup, dia berusaha menghindari Scott
abis-abisan namun di sisi lain ia mampu untuk berdua dalam satu meja bersama
Scott.Well ya, bagian tergila di novel ini adalah ketika Miyu sengaja naked di depan
Scott. Itu benar-benar gila! :))“Entahlah, aku nggak tahu bagaimana, pelan-pelan
seperti tertarik begitu saja pada pria ini. Dia sangat laki-laki, tapi sekaligus peka dan
halus. Kadang bisa bandel dan membuatku kesal karena keisengannya, tapi juga sangat
penuh perhatian. Entah apa yang membuat aku jatuh hati.” –Page 101.

Negeri Sakura menjadi latar utama dalam novel ini. Tiga Cara Mencinta juga
menggunakan setting Tokyo sebagai latar cerita, namun jika dibandingkan, di novel
kedua penulis lebih berhasil mengeksplor Tokyo lebih dalam melalui tempat-tempat
menarik yang ada. Mulai dari Area Sakura-zaka yang sepanjang sisi jalannya rapat
dipagari pohon Bunga khas negeri Jepang ; Odaiba yang menjadi ikon destinasi wisata
baru, baik bagi warga local maupun pejalan asing ; Ginza sebagai tempat shopping ;
juga megahnya Masjid Camii.

"Masjid Camii di tengah kota Tokyo yang menakjubkan dengan arsitektur megah dan
cantik ala Turki. Kubah masjid yang jauh tinggi itu begitu memesona karena sarat
dihiasi kaligrafi dan ornamen dekoratif bernuansa islami" – page 155

Tidak hanya tempat-tempat menarik di Tokyo yang akan kalian temukan, namun
budaya-budaya orang Jepang pun turut mendapatkan porsi cerita. Yang lebih menarik,
saat cerita mulai membahas budaya di negeri Sakura dapat dipastikan paragraf
berikutnya akan membahas perbandingan budaya tersebut dengan budaya Indonesia,
menarik bukan? :)

“Di Indonesia, tidak ada kewajiban anak untuk mandiri sesegera mungkin. Namun di
Jepang, hampir tidak ada tenaga asisten rumah tangga” – Page 15

"Orang-orang Indonesia ini selalu menghadapi semua masalah dengan ringan… orang
jepang menyebut sifat ini sebagai “ooraka”… berhati besar, pemaaf, tidak menganggap
besar suatu masalah. Sifat itu sungguh kontras dengan sifat bangsa Jepang. Bagi
bangsanya, semua harus serbasempurna" – page 35

“Itulah enaknya berteman dengan orang Indonesia. Serbafleksibel, selalu menerima


teman yang datang dengan tangan terbuka. Berbeda dengan janjian dengan teman
jepang, yang sering kali harus direncanakan matang-matang beberapa minggu
sebelumnya” – page 79
Memasukkan dunia tari sebagai profesi yang digeluti Miyu merupakan hal yang cerdas.
Mengapa? Karena mba Irene sendiri memiliki kegiatan sampingan sebagai guru tari.
So, menggambarkan gerakan tari dalam bentuk rangkaian cerita tentu bukanlah hal
yang sulit. Betul begitu, mba Iren? :)

“Tarian sangat membantu menemukan irama hidupku yang baru. Meditatif” – page 57

"Jadi, kenapa kamu ingin memotretku sebagai model penari? Aku rasa banyak
perempuan Indonesia di Tokyo yang bisa menari. Mereka lebih pantas""Karena...
karena kamu unik. Kamera menyukaimu. Kameraku menyukaimu" - Page 47

Pada bagian “Dari Pengarang” , mba Irene menulis “Beberapa komentar dari pembaca
Tiga Cara Mencinta memesankan porsi cerita yang lebih besar untuk tokoh pria.
Semoga harapan tersebut sudah terjawab oleh kehadiran Scott yang lumayan massif
dalam novel bagian kedua ini”

Anda mungkin juga menyukai