Anda di halaman 1dari 66

 

1,124 views

SimpleMan
@SimpleM81378523  Subscribe

15 days ago, 219 tweets, 31 min read  Read on Twitter

     Bookmark  Save as PDF

cerita ini adalah cerita yang dulu pernah ramai di daerah


rumah cangah gw, rumahnya itu di desa, masih asri, sungai
masih mengalir jernih, kiri-kanan masih sawah, mayoritas
penduduknya kalau gak bertani ya berternak, nah, di desa
ini, ada satu keluarga, juragan, yang kaya sekali.
kekayaanya, gak usah dipertanyakan lagi.

saking kayanya, dimakan 7 keturunanya, gak akan habis, sampe-sampe pemda,


ngeblacklist dia buat beli tanah di daerah tersebut, kalau gw sebut daerahnya, pasti
langsung ketahuan siapa yang gw maksud. karena kekayaanya sampe sekarang.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
gw gak ada maksud ghibah atau apapaun, hanya share cerita tentang salah seorang
yang pernah bekerja untuk keluarganya, dan sebenarnya, orang di desa semuanya
tahu, tahu akan apa yang gw tulis ini

semacam rahasia umum. tapi balik lagi, pasti ada hikmah di balik cerita ini, semoga

jadi, daripada kelamaan, gw mulai saja ceritanya.

semua dimulai di malam itu.

di Desa, bukan hal aneh, penjual bakso berdagang sampai jam 2 dinihari, nah,
waktu itu, karena daganganya masih sisa beberapa mangkok, beliau kebetulan
lewat sebuah jalan tanah menuju salah satu desa, gak ada pikiran apapun, niatnya
hanya berdagang saja. sampe, sseorang memanggil

"Bakso"

suara perempuan, tidak beberapa lama, terlihat perempuan, parasnya cantik, masih
muda, ia memberikan mangkok, sembari menunggu si abang menjajakkan
daganganya, di liriknya kaki si pembeli, alhamdulilah, napak tanah, jadi bukan
hantu.

sambil basa basi, si abang tanya.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"rumah panjenengan dimana?" "kok gak pernah lihat ya"

si mbak yang beli, menunjuk sebuah rumah, dengan teras yang luasnya gak kira-
kira, disana, berdiri sebuah rumah megah, paling megah pada tahun segitu.

diantara rumah lain di desa ini, tidak ada yang tidak kenal rumah itu.

"Rumah Cipto" begitu orang dulu memanggilnya, karena rumahnya memang milik
keluarga yang paling terpandang, paling kaya sekaligus paling berkuasa di desa itu
setelah bertanya itu, si penjual bakso kembali basa-basi, mulai bertanya mulai dari
siapa mbaknya, sampai ke ranah pribadi

Mbaknya menjawab ala kadarnya, bahwa ia adalah Abdi, si penjual tidak paham
maksud Abdi, yang ia pikirkan itu adalah, bahwa ia, bekerja pada keluarga Cipto
tadi.

di tengah obrolan sembari menyelesaikan daganganya, tiba-tiba, si mbak,


mengatakan sesuatu kepada si penjual.

"besok, lewat sini lagi ya bang, jamnya kalau bisa, jam segini lagi, saya akan beli lagi
bang"

setelah itu, si mbaknya, masuk ke gerbang pagar, dan menghilang di balik pintu

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
rumah.

Aneh. baru kali pertama, seorang pedagang keliling, memiliki pelanggan tetap di
jam tertentu.

selama hampir 5 hari, si abang lewat jalan itu, dan seolah-olah, pesan si mbak
seperti sebuah tanggung jawab yang harus abang itu penuhi.

bahkan, saat daganganya akan habis, selalu ia sisakan satu mangkok hanya untuk
menjualnya pada si mbak yang bahkan tidak ia tahu namanya.

di malam yang ke enam itu, saat melewati tempat itu, si penjual bakso, mendengar
suara perempuan menangis.

takut. ngeri, suaranya terdengar sangat sedih.

ingin lari dan kabur, namun, terurungkan ketika si abang, terpaku melihat di
samping pagar, si mbak yang rupanya menangis.

"Mbaknya kenapa menangis?"

si mbak yang kaget, kemudian berpura-pura bahwa ia tidak menangis, entah apa

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
alasanya untuk meyakinkan abang penjual bakso itu, meski berbohong, si abang
tidak mau ikut campur lebih jauh tentang masalahnya.

singkat cerita, si abang kemudian menjajakkan daganganya, malam itu, ia kasih


gratis agar si mbak tidak sedih lagi.

saat itu lah, si mbak, lagi-lagi, mengatakan hal yang tidak di mengerti.

"besok abang, gak perlu lewat sini lagi, toh saya sudah gak disini lagi"

mendengar itu, si abang sebenarnya ingin bertanya, apa si mbak berhenti dari
pekerjaanya sebagai abdi, atau ia mau pulang kampung.

namun, pertanyaan itu, ia urungkan.

dan benar saja, di malam berikutnya, si mbak tidak ada lagi untuk membeli
daganganya.

sudah lebih dari seminggu, si mbak tidak pernah keluar lagi, muncul banyak
pertanyaan, kenapa si mbak menangis, kenapa si mbak tidak disini lagi, dan entah
bandel atau apa, rupanya si abang tetap lewat jalan itu.

sampai suatu malam, ketika ia lewat jalan itu lagi, mbaknya muncul

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"Bakso"

si abang seneng bukan main melihat si mbaknya muncul lagi, tanpa basa basi, di
jajakkanya daganganya itu, namun malam itu, si mbak tidak seperti biasanya,
wajahnya murung dan tatapanya terus menerus menunduk, tidak hanya itu, bahkan
suaranya lebih serak.

"Mbaknya sudah kembali kesini, masih tinggal di rumah itu mbak"

"mboten mas" (tidak mas) kata si mbak, kemudian, ia menunjuk sebuah kebun,
disana banyak pohon besar, mulai dari mangga sampai jambu yang masih ada di
tanah milik keluarga Cipto.

si abang bingung. apa mungkin keluarga Cipto membangunkan rumah untuk si


mbak di tanah itu?

setelah mendapatkan baksonya, si mbak pergi, dan benar, dia tidak masuk ke
gerbang rumah, tapi, menghilang di kebun tadi. si masnya langsung kabur.

sesampainya di rumah, si abang gak bisa tidur, terbayang wajahnya si mbak, selain
itu, bulukuduknya merinding, dan benar-benar gila, dari samping rumah si abang,
ada suara perempuan menangis.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
namun, si abang tidak berani memeriksa, ia terus berdoa dan berdoa, sampai
tertidur.

siang hari, setelah kulakan bahan untuk bakso nanti malam, si abang penasaran,
kemudian ia tidak sengaja lewat jalan itu, tanpa pikir panjang, ia parkirkan sepda
onthelnya. lalu masuk ke kebun itu

disana, rupanya hanya ada pohon-pohon yang di tanam campur aduk, tidak ada
apa-apa

tidak ada apa-apa, sampai, tercium aroma bangkai

ketika si abang melihat ke atas pohon mangga, si abang terperanjat melihat si


mbak, tergantung dengan mata terbuka lebar, lidahnya menjulur keluar, tatapanya,
seakan-akan melihat si abang

melihat itu, si abang teriak minta tolong

tidak beberapa lama, warga sudah memenuhi tempat itu, termasuk polisi, dan si
pemilik rumah, setelah di identifikasi rupanya, identitas si mbaknya adalah mbak
Ratih, ia bekerja sebagai penjaga anak yang sudah hilang satu minggu lebih. pihak
pak cipto mengira Ratih pulang.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
tahu dimana kejanggalanya??

yang membuat si abang gaguk gak mengatakan apa-apa.

selain semalam si abang melihat si mbak membeli bakso miliknya, waktu antara
hilang dan di temukan meninggalnya tidak cocok, karena menurut pihak kepolisian,
si mbak kemungkinan sudah meninggal antara kurun waktu 2-3 hari.

jadi, kemana sisa 4 hari keberadaan si mbak berada?

kecuali ada kebohongan tentang hilangnya si mbak. keluarga itu, menyembunyikan


sesuatu.

sesuatu, dari maksud 4 hari kemana si mbak berada?? dan tentu saja, pesan
terakhir si mbak itu. namun cerita ini, akan di mulai, dari sini.

-Sang ABDI (Sesajen)

Horror Story-

@bacahorror #bacahorror

Credit image by Mas @MasMael3

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Cerita ini di mulai bukan untuk menceritakan kematian perempuan itu, melainkan
menceritakan teka-teki, dari seseorang yang menjadi saksi, berbagai hal yang
membingungkan, bahkan mengerikan yang ia temui, selama mengabdi pada
keluarga CIPTO, dan disini, gw akan memulai ceritanya.

setelah kejadian itu, memang banyak desas-desus yang hampir di ketahui semua
warga desa, tapi, tidak ada yang berani mencari tahu lebih jauh, dan perlahan-
lahan, kejadian itu, lenyap seperti embun. menghilang begitu saja, dan kemudian,
dilupakan.

seseorang yang menceritakan ini adalah tetangga dari Cangah gw, sebut saja
namanya, pak BUDI, dulu, saat masih muda, setelah selesai menempuh pendidikan
SMP, beliau mengawali karirnya sebagai kernet sopir Truk.

berbagai perjalanan sudah ia jabani, mulai dari rute antar kota sampai rute antar
provinsi,

semua pengalaman ini, memupuknya menjadi pribadi yang tangguh, dan


membuatnya menjadi salah satu orang yang bisa mengendarai, mulai dari mobil
pick up, sampai Truk gandeng.

karena dirasa jalan hidup sebagai sopir ekspedisi tidak membuatnya menjadi pria

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
yang mapan dengan segala tuntutan bahwa ia adalah anak pertama yang harus
sukses, pak Budi pun berhenti menjadi sopir truk

sebuah jalan terbuka, ketika tetangganya memberitahu, bahwa, keluarga CIPTO-

sedang mencari seorang sopir Pribadi.

semua tahu, siapa keluarga CIPTO, terlepas dari desas-desus yang tersebar, pak
BUDI nekat, melamar kerja, dan hari itu juga, ia di terima bekerja disana. karena
saat itu, tidak banyak, orang bisa menyetir mobil seperti saat ini.

meski mereka bertetangga, namun, ini adalah kali pertama, pak Budi, masuk ke
kediaman keluarga CIPTO, yang membuatnya berdecak antara kagum dan ngeri,
sebegini besarnya rumah ini, namun, entah kenapa, ada perasaan tidak enak
melihat semua perabotan dirumah ini, seolah ia di awasi

saat itu, yang mengantar pak Budi, adalah bu Asirih, wanta tua yang umurnya
berkisar antara 50'an, namun masih terlihat bugar, ia jarang berbicara dengan
wanita ini, karena keseharian beliau adalah didalam rumah, tanpa sekalipun
berbicara dengan tetangga.

sebenarnya, ini bukan hal yang aneh mengenai keluarga CIPTO, karena mereka
seperti terasing, meski sudah lama tinggal di desa ini, bagi para tetangga, mereka

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
terasa seperti tidak tinggal di dunia yang sama, seolah mengundang banyak sekali
pertanyaan, termasuk para penghuninya.

"monggo, mriki mas" (silahkan, kesini mas) kata bu Asirih lembut dengan logat
jawanya.

selama di perjalanan, pak Budi melihat kesana kemari, menganggumi berbagai


patung aneh yang ia temui, terpasang di beberapa sudut bagian rumah ini, gaya
desainya, benar-benar masih kejawen.

saat itulah, ketika pak Budi menikmati pemandangan itu, matanya teralihkan pada
sebuah pemandangan mencengangkan.

diujung matanya, ia melihat seorang anak kecil, seusia adiknya, sedang duduk, di
tepi kolam ikan, ia melihatnya lama, dan kemudian teralihkan pada seorang wanita.

wanita ini, berdiri tegap di belakang si anak. dan cara dia melihat pak Budi, benar-
benar tidak mengenakan, karena ia melihat pak Budi masih dengan postur tubuh
tegap, hanya bola matanya yang mengikuti kemana pak Budi pergi, di sudut
bibirnya, ia seperti tersenyum menyeringai.

ketika bu Asirih membuka pintu, melewati beberapa bagian dalam rumah,


sampailah ia, di sebuah ruangan, terlihat seperti Gazebo (Paviliun) yang terbuat

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
dari kayu jati, disana, ada seorang wanita tua, lebih tua dari bu Asirih, ia duduk, di
atas kursi goyang.

matanya terpejam.

namun, belum beberapa langkah bu Asirih mendekati si wanita, tiba-tiba ia bicara


dan membuat pak Budi tersentak karena kaget.

"iki tah, sing bakal dadi sopirku sing anyar" (ini ya, yang akan jadi sopir baruku)

bu Asirih mengangguk, tidak berbicara, kemudian mencium tanganya.

"Pak Budi, kenalkan, niki ndoro Sasri" ucap bu Asirih, beliau berdiri tegap dan
mengepalkan tanganya di depan perut, membuat pak Budi bingung, seakan-akan ia
berbicara di depan seorang maharaja saja.

setelah menjelaskan panjang lebar mulai dari gelar, sampai pemimpin keluarga,

bu Asirih, mengantar pak Budi ke belakang rumah, disanalah nanti, ia akan tinggal.
meski bertetangga, keluarga CIPTO menginginkan pengabdian dari pak Budi
selama 24 jam dan harus siap, untuk itu, dibuatlah kamar itu yang memang khusus
untuk sopir yang bekerja untuk keluarga ini.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
disanalah, bu Asirih menjelaskan semua yang ada didalam rumah ini, mulai dari
unggah ungguh, hingga apa yang tidak boleh di lakukan oleh pak Budi selama
tinggal di kediaman keluarga ini.

saat ini, keluarga CIPTO, di pimpin oleh, ndoro Sasri, setelah kematian Eyang
Sarwojo, yang meninggal karena sakit.

penerusnya, yaitu anaknya, adalah Atmojo, dan isterinya Sekar, namun mereka
sudah lama tidak tinggal disini lagi, namun ada 5 anaknya yang ada disini.

kesemua anaknya adalah laki-laki, dan saat ini, mereka tinggal di kediamanya
masing-masing, kediaman yang di maksud bu Sasri adalah sebuah kamar khusus,
yang memang tidak bisa di masuki oleh sembarang orang

mendengar itu, pak Budi hanya diam, yg ia pikirkan hanya satu. Pandhawa

ada satu hal yang orang jawa percaya ketika sebuah keluarga melahirkan 5 anak
lelaki atau 5 anak perempuan. itu adalah kutukan pandhawa, dan itu masih di
percaya sampai saat ini.

maksud kutukanya adalah, konon, akan ada satu atau dua anak yang tidak bisa
mengemban beban lebih.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
akibatnya, ia akan gila atau memiliki kekurangan mental yang benar-benar serius,
dan biasanya yang paling umum di serang adalah, anak terakhir, namun, itu
hanyalah rumor yang beredar, pak Budi saat itu, mencoba berpikir bahwa itu
hanyalah mitos dari orang jaman dulu.

namun, sepertinya, hal itu, juga berlaku pada keluarga ini. setidaknya itu, yang
akan pak Budi lihat dengan mata kepala sendiri.

selain 5 anak yang tinggal dirumah ini, ada lagi yang pak Budi harus tahu, bahwa
setiap anak memiliki penjaga khusus untuk mereka satu persatu, dan biasanya,
mereka dipanggil dengan Dayang Abdi, dan setiap Dayang Abdi akan menjaga satu
anak.

kesemua Dayang abdi, adalah seorang perempuan.

semua yang bu Asirih ceritakan, membuat pak Budi teringat dengan perempuan
yang ia lihat tadi, apakah, anak kecil itu adalah salah satu dari 5 anak itu. bila
benar, maka, perempuan yang ada di belakangnya adalah??

selain memberi penjelasan tentang itu, bu Asirih juga menjelaskan tentang hal lain,
semua tempat, yang tidak boleh pak Budi datangi

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
yang paling dekat dengan kamar pak Budi adalah sebuah tempat sanggar Cayang,
sebuah bangunan yang hampir sama seperti gazebo, namun ada di seberang

bangunanya bisa dilihat langsung dari kamar pak Budi, jaraknya tidak terlalu jauh,
namun, setiap dipandang, entah terlihat menakutkan sekali, seolah ada yang berdiri
dipelataran gazebonya.

Pak Budi mengangguk, pertanda ia mengerti, dan hari itu, bu Asirih pergi.

ada satu hal yang membuat pak Budi merasa asing saat berdiri disini adalah, aroma
entah sadar atau tidak, aroma bu Asirih, tercium seperti aroma Pandan.
mengingatkanya pada sosok kuntilanak, yang sudah sering ia dengar di desa

namun, mulai hari ini, ia akan sering bertemu beliau

Saat malam, kondisi rumah itu, nyaris sepi, sunyi. penerangan rumah pun hanya
ada dibeberapa sudut, pak Budi menghisap beberapa batang rokok, ia duduk di
depan kamar, memandang persis Gazebo yang tidak boleh ia datangi bila tidak
bersama bu Asirih.

entah karena bosan atau apa, pak Budi berjalan, mau melihat keseluruhan rumah
ini meski hanya dari luar rumah, tapi ia tahu, larangan itu tidak akan pernah ia
langgar, jadi pak Budi menghindari Gazebo itu

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
ia berjalan, menuju ke halaman rumah, tempat melihat anak lelaki kecil itu

ia menelusuri kebun, cahayanya temberam hanya dari lampu kekuningan. berbekal


rokok, pak Budi mencoba membuang sepi.

namun, rumah itu benar-benar bukan rumah yang menyenangkan, sejak awal tiba
disini, pak Budi masih merasakan bila ia seperti sedang di awasi.

setelah menempuh jalan setapak di kebun, sampailah ia di kolam ikan itu. ada
pohon di sampingnya, lengkap dengan kursi kayu di sampingnya, disanalah ia
melihat perempuan itu berdiri.

pak Budi kemudian duduk, pandanganya, tertuju pada kolam ikan.

lama ia duduk disana, tiba-tiba, seseorang mendekatinya.

"Mas"

kaget, pak Budi langsung berbalik, dan mendapati perempuan itu memandangnya,
masih dengan tatapan tidak mengenakan itu, seolah tanpa ekspresi yang membuat
bulukuduk berdiri.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"Masnya baru kerja disini?" suaranya sangat dingin, meski begitu, pak Budi
menjawab sesopan mungkin, perempuan itu menjawab seadanya, bahkan ia tidak
memberitahukan namanya pada pak Budi, ketika mereka masih saling berbincang
satu sama lain, tiba-tiba, pak Budi baru menyadari,

di belakang perempuan itu, anak lelaki itu bersembunyi di balik badan perempuan
itu, mengintip dengan ngeri. seolah-olah, pak Budi memberinya ketakutan
tersendiri.

satu hal yang pak Budi ingat sebelum perempuan itu pergi.

"Nek dadi sampeyan, nek wes bengi ngene, luwih apik gak keluyuran mas,
sampeyan gorong eroh, opo sing onok nang kene. monggo"
(kalau jadi anda, kalau sudah malam seperti ini, lebih baik tidak kemana2, anda
belum tahu-

apa yang ada disini. permisi mas.)

dengan senyuman menyeringai, si perempuan pergi, meninggalkan pak Budi


sendiri di dalam keheningan itu. seketika, ketakutan seperti merasuki pak Budi.
Rumah ini, benar-benar bukan rumah yang bagus untuk tinggal. batin pak Budi
malam itu.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
tidak ada yang bisa di ajak bicara layaknya manusia dengan manusia di lingkungan
rumah ini kecuali dengan pak Sasongko.

Pria paruh baya yang sehari2nya bekerja sebagai tukang kebun di rumah keluarga
CIPTO, selain orangnya yang humoris, beliau juga sering memberikan wejengan.

waktu itu, siang hari terik.

Pak Sasongko memangkas rumput, pak Budi hanya duduk mengawasi, sembari
menunggu perintah di hari pertamanya bekerja, untuk membuang sepi, pak Budi,
bertanya perihal bangunan gazebo yang terletak di seberang.

mimik wajah cerah pak Sasongko, berubah.

"Masnya sudah pernah kesana?" tanya beliau.

"dereng pak, tapi kulo kok penasaran nggih, niku bangunan nopo toh pak" (belum
pak, tapi saya penasaran, sebenarnya, itu bangunan untuk apa)

sembari memangkas rumput, pak Sasongko berpesan.

"lebih baik, gak usah di cari tahu mas, daripada nasib sampeyan nanti seperti"
belum melanjutkan kalimatnya, pak Sasongko melirik pak Budi yang melihatnya

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
dengan tatapan curiga

" sinten pak?" (siapa pak?)

"sudah, lupakan saja, kerja saja yang benar ya nak" tutur pak Sasongko.

bu Asirih menemui pak Budi, memberi pesan bahwa, hari ini, ndoro Sasri harus
pergi ke rumah sakit untuk check-up, hal ini di lakukan selalu di hari kamis, seperti
hari ini.

maka, saat itu juga, pak Budi menyiapkan mobilnya, menunggu, di teras rumah.

sebenarnya, ndoro Sasri masih bisa berjalan, namun langkahnya tertatih dan harus
di bantu oleh tongkat kayu yang selalu menemaninya, rambutnya di sanggul, meski
warnanya sudah memutih, namun, riasan beliau masih memperlihatkan sosok
wanita yang sangat berkharisma.

"berangkat le" perintah beliau.

saat itu juga, pak Budi langsung menginjak gas mobilnya, perlahan, ia
meninggalkan rumah itu. entah perasaan macam apa waktu itu, ketika keluar dari
rumah itu, terasa hati menjadi lebih lega, seolah rumah itu membuat pak Budi tidak
nyaman.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"le, kerasan karoh Griya mungkih"

Griya mungkih, itu adalah sebutan untuk rumah itu, tidak banyak yang tahu,
bahkan warga desa itu sendiri, termasuk pak Budi bila tidak di beritahu oleh bu
Asirih tentang sejarah rumah itu.

rumah turun temurun dengan adat yang masih terjaga.

"kerasan ndoro" kata pak Budi.

"panggil buk saja. awakmu guk Asirih, paham yo le" tutur ndoro Sasri, pak Budi
pun mengangguk.

sosok ndoro Sasri, benar2 berwibawa, terlepas dari usianya yang sudah renta,
beliau masih membuat segan siapapun yang beliau ajak bicara.

kurang lebih 2 jam, pak Budi menunggu, akhirnya ndoro Sasri keluar, ketika sudah
masuk ke dalam mobil, pak Budi bertanya, apakah mau langsung pulang atau
mampir ke suatu tempat, dengan tatapan tegas, ndoro Sasri memberi sebuah
alamat.

saat melihatnya, pak Budi terhenyak sesaat.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"kita kesini buk"

ndoro Sasri mengangguk. tanpa pikir panjang, pak Budi pun melesat ke tempat itu,
saat sampai disana, ada beberapa orang yang sudah seperti menunggunya, pak Budi
membantu majikanya turun dari mobil, menggandengnya, dan menuju sebuah
kamar di gedung itu.

tempat itu adalah P***K Ja** A***K**, tempat ini kurang di kenal di kalangan
masyarakat namun di kalangan staf medis di kota ini, semua tahu, itu adalah
tempat rehabilitasi trauma atau kejiwaan. tempat yang tentu membuat pak Budi
penasaran setengah mati.

setelah menelusuri koridor panjang, terlihat seorang perempuan, dari cara


berdirinya, ia menyerupai perempuan di rumah Griya mungkih, hanya saja, yang
ini, wajahnya lebih tegas lagi

entah kenapa, ada ekspresi ketakutan dari cara memandangnya. ia membungkuk


kemudian membuka pintu

"beliau di dalam ndoro" cara berbicaranya pun gemetar.

tidak menjawab, ndoro Sasri langsung masuk, di dalamnya, ada seorang pria,
berkisar di usia 20'an, hanya saja, sikap dan perilakunya, aneh.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
ia hanya duduk, matanya kosong, memandang ke tembok.

pak Budi yang melihat itu, hanya diam, tertegun lama. berbeda dengan pak Budi, si
perempuan tampak gelisah, terlihat dari bagaimana ia memainkan jemarinya tanda
tidak tenang.

ketika si lelaki tak di kenal itu melihat ndoro Sasri, ia, menjerit.

matanya melotot, ketakutan, ia beringsut mundur, jeritanya juga terdengar aneh,


tidak seperti jeritan ketika seseorang berteriak ketakutan atau panik, jeritanya
tampak sumbang.

si perempuan yang sedari tadi melihat, seperti ingin masuk ke ruangan itu, namun,
ia ketakutan juga.

hal terakhir yang di ingat pak Budi adalah, ndoro Sasri memeluknya, meski
kesusahan dengan tongkat di tanganya, ia berhasil memeluk lelaki tak di kenal itu,
ada tangis pecah, dan kemudian, ndoro Sasri seperti berbisik sesuatu.

si lelaki yang histeris, tiba-tiba diam.

benar-benar menjadi diam, tak berteriak lagi.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
pak Budi meninggalkan tempat itu, sore hari, ada satu kalimat yang masih di ingat
setiap terbayang kejadian itu. perempuan itu, ia bertanya pada pak Budi.

"mas, masnya percaya dengan yang namanya, Jejek" "mumpung, mas nya belum
tahu, lebih baik, cari kerjaan lain saja mas"

saat itu, pak Budi masih belum paham maksud kalimat Jejek itu, jadi, hampir
setelah kejadian itu, pak Budi terus terbayang-bayang.

setelah pekerjaan itu selesai, pak Budi mencoba melupakan semuanya, ia tidak tahu
siapa lelaki itu, siapa perempuan yang menyerupai dayang abdi atau apapun itu.
belum.

setelah hari mulai petang, pak Budi menunaikan sholat di kamarnya.

mungkin karena tidak fokus atau apa, selama sholat, ia merasa ada wajah wanita
tua terbayang-bayang di setiap pak Budi mencoba khusyuk.

namun, itu belum seberapa, di bandingkan, suara tertawa yang khas, seperti
terdengar meski hanya sayup lirih. membuat pak Budi teringat-ingat.

suara tawa itu, nyaris atau sama persis seperti suara Ndoro Sasri.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
ya. suara itu, terdengar tepat seperti ada di belakang pak Budi.

tepat setelah pak Budi selesai menunaikan shalat, ia terkejut, bahkan tercekat
mendengar suara pintu kamarnya di ketuk.

dengan was-was, pak Budi membukanya, di temuilah, bu Asirih, melihatnya.


"ndoro ingin ketemu mas" "monggo, njenengan kulo antarke"

(ibuk ingin ketemu mas, silahkan, saya antar)

bingung. pak Budi ijin berganti sarungnya, untuk mengenakan celananya. setelah
selesai, pak Budi mengikuti bu Asirih, seperti sebelumnya, tidak ada percakapan
antara mereka berdua. seolah pak Budi di biarkan tenggalam sendirian.

kali ini, bu Asirih menuntunya, masuk lebih jauh ke dalam rumah, seolah kali ini
adalah langsung dimana ndoro Sasri menghabiskan malamnya.

di tengah perjalanan, tanpa sengaja, mata pak Budi, menangkap sosok anak kecil
yang ia temui tempo hari, anak itu, menatapnya. kosong.

ia menatap dari seberang sebuah ruangan, sebelum pak Budi terpaku pada caranya
melihat, si perempuan yang selalu bersamanya, tiba-tiba muncul, menarik anak itu,
dan menutup pintunya.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
suasana rumah itu, benar-benar membuat pak Budi terasing sendirian.

sesampai di kamar, ndoro Sasri seperti sudah menunggu. ia duduk di kursi


goyangnya, di depanya, ia membawa sebuah buku.

setelah bu Asirih berpamitan pergi. pak Budi, mendengar majikanya menanyakan


sesuatu yang mencurigakan.

"Le, ibuk takok yo. awakmu sholat?"

(nak, ibuk mau tanya. kamu sholat ya?)

pertanyaan itu, dingin. namun, membuat pak Budi tertegun beberapa saat, sebelum
ia mengangguk, lalu, ia melihat ndoro Sasri, tersenyum. tidak ada yang tahu, isi hati
wanita tua itu.

"bagus" tutur beliau. "ojok sampe ninggalno sholat ya le" (jangan sampai
meninggalkan shalat ya nak)

belum berhenti di situ, kemudian, ndoro Sasri bertanya perihal yang lain.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"sing mok delok mau, iku cucuku. jeneng'e Yanu" (yang kamu lihat tadi, adalah
cucuku, namanya Yanu)

"Yanu iku asline cah pinter, tapi, wes pirang2 tahun sakjejane, onok sing berubah
nang jero'ne ati'ne, sakjake iku, arek'e dadi gak waras"

(Yanu itu aslinya anak yang pintar, tapi sudah beberapa tahun ini, ada yang
berubah di mulai dari prilakunya, anaknya jadi gak waras)

"ibuk jalok tolong, ojok cerito sopo-sopo yo, nek onok sing nakoni" (ibu mau minta
tolong, jangan ceritakan siapa-siapa ya kalau ada yang tanya)

setelah mengatakan itu, pak Budi melangkah pergi, ia menutup pintu kamar,
berusaha kembali ke kamarnya.

naas, pak Budi tidak tahu kemana ia harus berjalan kembali, tanpa tahu, ia
menelusuri setiap lorong yang hampir pencahayaanya dari lampu kekuningan,
banyak pintu sama yang pak Budi lihat.

manakal ia menuruni anak tangga, pak Budi terhentak saat melihat seorang anak
lelaki lain.

yang ini, terlihat seperti versi dewasanya anak kecil yang pak Budi lihat. anehnya,

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
lelaki yang ini, hanya melihat pak Budi saja, seperti patung, tatapanya tidak kalah
mengenakan dari tatapan semua yang pernah pak Budi lihat di rumah ini.

"mohon maaf" kata pak Budi, bingung setengah takut. "saya sopir baru disini, bila
boleh bertanya, kemana saya harus kembali ke" belum selesai mengatakanya, si
lelaki menunjuk sebuah pintu.

tidak menjawab kalimat pak Budi, dan di belakang lelaki itu, lagi-lagi ada
perempuan lain.

perempuan itu sama diamnya, hanya melihat pergerakan pak Budi melalui bola
matanya.

benar saja. pintu itu langsung menuju ke teras rumah.

tanpa pikir panjang, ia pun kembali ke kamarnya. lelah dengan semua yang ada di
rumah ini.

setelah satu minggu bekerja di rumah ini, pak Budi mulai tahu, sesiapa anak lelaki
yang ada di rumah ini.

di mulai dari anak kecil itu, hingga anak lelaki yang pak Budi lihat pada malam itu.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
kesemuanya adalah cucu dari ndoro Sasri, namun meski begitu, pak Budi masih
belum paham

apa yang terjadi pada mereka semua dan apa alasanya mereka tampak sangat
misterius seperti itu.

yang pertama adalah anak kecil itu, ia sering menghabiskan waktunya bermain di
kolam ikan, bersama perempuan yang menjaganya, namun bila dilihat dengan
seksama, anak itu lebih sering merangkak di bandingkan berjalan dengan kedua
kakinya, tidak hanya itu yang pak Budi lihat.

tulang kaki dan tanganya, tampak berbeda bila di bandingkan dengan tulang anak
seusianya yang lebih besar, ia seperti terjebak dalam tubuh yang kurus, meski
warna kulit kuning langsatnya mengaburkan kejanggalan itu.

bahkan ketika perempuan yang menjaganya membawanya masuk ke rumah, anak


itu lebih suka di gandeng, layaknya primata, cara berjalanya seolah mengisyaratkan
bahwa tulangnya sangat lemah dan tidak normal.

anak yang pak Budi temui di malam itu juga tidak kalah aneh, pak Budi seringkali
melihat anak itu, hanya duduk, memandang teras rumah. tidak sekalipun pak Budi
pernah mendengar anak itu berbicara sekalipun. aneh. sangat aneh.

namun, dari kesemuanya, hanya ada satu anak lelaki yang paling normal, namun ia,

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
tidak menghabiskan waktu di rumah ini, ia seringkali mengunjungi rumah ini,
hanya sebatas bertemu lalu pergi lagi, dan yang ini, tidak ada perempuan yang
mendampinginya. berbeda dengan saudara2nya.

dari kesemuanya, pak Budi sudah menghitung 4 cucu dari ndoro Sasri, yang
membuat bingung, dimana cucunya yang ke 5..

hal itu, membuat pak Budi begitu penasaran. namun seriring waktu, ndoro Sasri
perlahan seperti tengah mengawasi gelagatnya.

Ada hal menarik yang harus banyak orang tahu tentang sosok ndoro Sasri.

Di balik wajah dinginya, ia adalah seorang yang tegas, tanpa banyak basa-basi
sedikitpun. Meski begitu, ia adalah orang yang sangat loyal, terbukti ia seringkali
memberikan uang kepada pak Budi.

Meski pak Budi tidak meminta, tidak hanya uang, ia seringkali memberikan barang
saat ia berkunjung ke sebuah tempat. Bahkan pak Budi merasa, bahwa ndoro Sasri
adalah seorang kaya raya yang tidak sombong dengan harta dan pencapaian
keluarganya.

Namun tetap saja. Tidak ada yang tahu isi hati manusia. Terlebih, saat kejadian, di
malam itu.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
1 minggu, sebelum malam itu. Bu Asirih menemui pak Budi, beliau mengatakan,
bahwa ndoro Sasri ingin bertemu, dan saat ini, beliau menunggu di gazebo atas
lantai 2.

Sebelum pak Budi pergi menemui ndoro Sasri, pak Budi menatap bu Asirih dengan
tatapan bertanya-tanya.

Bertanya-tanya, akan malam sebelumnya, dimana tanpa sengaja, pak Budi melihat
bu Asirih pergi ke pondok (gazebo) yang di larang.

Namun, pak Budi hanya mengintip dari celah jendelanya, tidak hanya itu, pak Budi
begitu tertarik dengan apa yang dibawah bu Asirih.

Sebuah sesajen lengkap dengan aroma dupa yang sudah di bakar.

Semenjak saat itu, pak Budi semakin yakin. Ada yang di sembunyikan di rumah ini.

Ketemulah pak Budi, sama seperti sebelumnya, ndoro Sasri hanya duduk di atas
kursi goyangnya, melihat pak Budi, ia mengisyaratkan senyuman kemudian
menyuruh pak Budi untuk duduk, dengan suara tegasnya, yang terdengar seperti
orang-orang tua kebanyakan. Ndoro Sasri bicara.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
“le, minggu ngarep, terno ibuk yo, nang gunung K********* , paling engkok nginep
nang kono, isok yo”
(Nak, minggu depan, antar ibuk ya, ke gunung K*********, mungkin nanti akan
menginap disana, bisa ya)

“nginep pirang dinten nggih buk” (menginap berapa hari ya bu?)

“isok 3 dino, isok 2 dino. Tergantung, urusane mari po durung?!” (bisa 3 hari, bisa 2
hari, tergantung. Urusanya selesai apa belum?)

“nggih buk. Nggih. Saget,” (ya buk. Bisa) tutur pak Budi.

Namun di dalam kepalanya, ia bertanya, urusan apa ia harus pergi ke tempat


semacam itu, tidak ada apa-apa disana, bahkan, itu bukan gunung yang menjadi
objek wisata.

Setahu pak Budi, gunung itu adalah tempat dari banyak rumor, tentang tempat
penuh aura mistis, meski yang di dengar pak Budi hanya sebatas di telinga saja.
namun, ia tidak berhak mempertanyakan apapun, terhadap majkanya, terhadap
ndoronya, karena ia bekerja kepadanya.

Meski begitu, pikiran itu tidak bisa hilang begitu saja.


Bersiap untuk pamit, pak Budi melangkah pergi, namun, ndoro Sasri

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
menghentikanya sejenak.

“sek to le, ibuk dorong mari ngomong” (sebentar dong nak, ibu belum selesai
bicara)

Pak Budi’pun kembali duduk.

“ngene le, mene pas ngeterno ibuk, gak usah takon aneh-aneh yo. Ibuk gak seneng
ambek pitakon sing aneh-aneh, ojok mikir aneh-aneh pisan. Yo. Wes nyupir ae
koyok biasa, anggap awakmu ra eroh opo-opo. Ngerti yo le”

(begini nak, besok selagi mengantarkan ibuk, tidak perlu Tanya aneh-aneh, ibuk
tidak suka di Tanya yang aneh-aneh, jangan mikir aneh-aneh juga, sudah. Nyupir
seperti biasa saja, anggap kamu tidak tau apa-apa. Paham ya nak)

Tutur kata ndoro Sasri yang halus seperti memiliki makna berlainan, seolah kalimat
itu sudah di persiapkan lama sekali, untuk menekan pak Budi dan membuatnya
tidak berbicara apa-apa.

Jadi. Apa yang sebenarnya akan pak Budi lihat.

semenjak malam ketika pak Budi memergoki bu Asirih, setiap malam, ia akan
menunggu di balik celah jendela kamarnya, berharap ia mendapat sedikit jawaban,

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
apa yang sebenarnya bu Asirih lakukan, namun, nyatanya, ia tidak lagi menemukan
keganjilan itu lagi.

di siang yang terik, ketika pak Budi sudah menyelsaikan tugas mencuci mobilnya, ia
berjalan keliling rumah, meski ada keinginan untuk mendekati Gazebo yang di
larang itu, pak Budi tetap menghormati aturan dimana ia bekerja.

berkeliling rumah ini, memberinya sensasi kagum.

setiap bangunanya dibuat semenarik mungkin layaknya rumah2 keraton jawa,


karena hampir sepersekian bagianya selalu menggunakan bahan kayu jati solid

di tengah ia berkeliling, ia melihat anak kecil itu. anak yang bahkan sampai hari ini
pak Budi bekerja, tidak ia ketahui namanya

pak Budi mendekatinya, berharap bisa menyapanya, karena ia adalah bagian dari
keluarga tempat ia bekerja. berbekal permen di kantongnya, pak Budi semakin
mendekati si anak.

suara langkah kaki pak Budi, membuat si anak mengetahui kedatanganya. ia


menoleh dengan mata bundarnya.

mata mereka saling melihat satu sama lain, pak Budi tersenyum, namun, si anak,

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
menatapnya begitu saja. benar2 cara menatap yang membuat semua orang tidak
nyaman.

"dek. arep permen?" (dek, mau permen?) kata pak Budi. si anak masih diam, tidak
ada kalimat atau gerak tubuh.

setelah dirasa tidak ada tanggapan, si anak masih tidak juga merespon apa yang pak
Budi tawarkan, ada sesuatu yang ganjil yang terjadi pada si anak.

ia tersenyum, menunjukkan 2 gigi depanya yang berlubang, kemudian, ia


menunjuk pak Budi.

cara menunjuknya, tidak seperti cara menunjuk anak seumuranya, tanganya


gemetar naik turun, seperti layaknya anak berkebutuhan khusus, tidak hanya itu,
untuk pertama kalinya, ia mendengarnya bersuara.

suaranya sangat berat namun tak memiliki intonasi nada kalimat benar.

terdengar seperti "Huuuu Haaa Huuuu Haaaa" dan itu membuat pak Budi tidak
mengerti sama sekali.

lalu, kejadian itu terjadi.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
meski si anak tampak tersenyum memamerkan giginya, ia melihat ada air mata
keluar dari 2 bola matanya, seakan-akan ia menangis.

menangis, dengan ekspresi wajah tersenyum.

lalu, si anak membenturkan kepalanya ke lantai, keras sekali, hal itu membuat pak
Budi berlari menghentikan si anak.

ia tidak tahu, saat memegang si anak, anak itu meronta meminta pak Budi
melepaskanya. kuat sekali, cengkraman anak itu

hal yang pak Budi ingat adalah, ia melihat perempuan yang menjaga si anak datang
dengan ekspresi kaget, melepaskan pak Budi dari si anak dan membawanya pergi.

sebelum pergi, ada tatapan marah di wajah si perempuan kepada pak Budi, hal itu
membuat pak Budi bingung.

Malam kebrangkatan itu pun tiba.

sebelumnya, bu Asirih sudah memberitahu. agar, menggunakan mobil lain, mobil


yang lebih besar, mobil yang bahkan belum pernah pak Budi sentuh sama sekali.
hal itu, tidak menimbulkan kecurigaan apapun. tidak sampai ia tahu, siapa saja
yang pergi.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Malam itu, Pak Budi sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah, menunggu
kedatangan Ndoro Sasri, dari jauh, pak Budi melihat dengan mata kepala sendiri, si
anak kecil melihatnya dari jauh, di belakangnya ada si perempuan, tatapan mereka
dingin.

Tidak hanya itu saja, pemandangan lain terlihat dari lantai 2, pak Budi bisa melihat
dengan jelas, anak lelaki yang lain, ia menatap sama dinginya sama seperti si anak
kecil dari salah satu kamar di lantai 2, seakan-akan mereka memberi salam
perpisahan kepada pak Budi.

Tidak beberapa lama, ndoro Sasri keluar, ia di bantu oleh ibu Asirih, melihat itu,
pak Budi segera membantunya masuk ke dalam mobil.

Ndoro Sasri mengenakan kebaya putih, dengan terusan sewek (selendang batik)
dari gaya busananya, seolah ndoro Sasri, akan menghadiri perjamuan.

Tidak ada pertanyaan terlontar dari pak Budi, hanya sekelibat pemikiran liar, saat
melihat penampilan ndoro Sasri malam itu yang benar-benar terlihat layaknya
bangsawan jawa.

“berangkat sekarang ndoro” Tanya pak Budi, yang sudah duduk di bangku sopir.

Belum mendapat jawaban apapun, tiba-tiba pintu mobil terbuka dan ibu Asirih

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
melangkah masuk, lalu ikut duduk di samping ndoro Sasri, pak Budi terdiam
sejenak sebelum ndoro Sasri mengatakanya.

“Asirih melu yo le” (ibu Asirih ikut nak)

“nggih” kata pak Budi, gaguk. Ini mengejutkan, baru pertama kali, pak Budi melihat
ibu Asirih keluar dari rumah ini, sebagai abdi yang paling tua di rumah ini, pak
Budi belum pernah melihat wanita tua itu meninggalkan rumah ini, bahkan untuk
belanja'pun, ia tidak keluar rumah.

karena sejatinya, ibu Asirih lebih suka menyuruh abdi lain atau pak Sasongko,
tukang kebunya untuk menyelesaikan kewajiban bila harus keluar rumah.

Bila di pikir ulang, ibu Asirih juga misterius, sama misteriusnya dengan keluarga
ini.

Seakan-akan ada pembatas dirinya dengan beliau, yang tidak dapat menjalin
hubungan sebagai sesama pengabdi di keluarga CIPTO ini, namun segera pak Budi
menepis pikiran itu.

Mobil pun melaju, setelah ndoro Sasri menyuruh pak Budi berangkat.

Di tengah mobil yang melaju, ndoro Sasri mengatakanya, “le, mampir dilek nang

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Yanu yo,” (Nak, kita mampir sebentar ke tempat Yanu).

Pak Budi ingat dengan nama itu, cucu beliau yang ada di K**********, tanpa pikir
panjang, pak Budi segera meluncur menuju kesana.

Di luar dugaan, kehadiran mereka seakan sudah di tunggu, terlihat di lorong tamu
gedung itu, Yanu duduk bersama perempuan yang memberi petuah misterius itu
agar meninggalkan pekerjaan ini sebelum tahu apa itu JEJEK, yang sampai
sekarang, belum pak Budi pahami.

Pak Budi hanya menunggu di dalam mobil, sementara bu Asirih dan ndoro Sasri
pergi menemui Yanu, ada peristiwa yang menarik saat pak Budi melihat apa yang
terjadi, ia mendengar lolongan, jeritan dari Yanu, yang membuat bulukuduk
berdiri.

Yanu yang sebelumnya ia tahu anak muda berkisar usia 20’an, menjerit seperti
anak kecil, tidak di ketahui apa alasanya, namun, bila di perhatikan dengan
seksama, apakah ada hubunganya dengan ibu Asirih.

Setelah kurang lebih 10 menit, bu Asirih, ndoro Sasri, kembali ke mobil, dengan,
Yanu di depan mereka, kini, mereka bertiga sudah masuk ke dalam mobil. Ada
perasaan tidak mengenakan sebelum pak Budi meninggalkan tempat itu, yaitu.
Tatapan perempuan itu kepada pak Budi.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
seakan-akan perempuan itu mengatakan, “lak wes di omongke, kudune rungokno
pisuruhku” (bukanya sudah ku bilang, dengarkan ucapanku).

Pak Budi pun melanjutkan perjalanan itu, menuju tempat yang ndoro Sasri
ceritakan tempo hari.

7 jam perjalanan, jam menunjukkan pukul 2 dinihari. Memasuki sebuah jalanan


yang sepi, sunyi, kiri kanan hanya ada pepohonan rimbun, kabut perlahan muncul,
dan hanya pak Budi yang terjaga saat itu, setidaknya itulah yang pak Budi pikir,
sebelum, pak Budi menyadari sesuatu.

,Semua mata di dalam mobil ternyata sama terjaganya dengan beliau.

“ndoro, ibuk, mboten tilem tah” (Ndoro, ibuk, kenapa belum tidur?) Tanya pak
Budi, namun, anehnya, pertanyaan pak Budi tidak di gubris, seakan- mata mereka
terbuka namun sukma mereka tengah tertidur. Pak Budi mengulang 3 kali
pertanyaan itu, namun tetap tidak mendapat jawaban.

Hal itu, menimbulkan ketakutan tersendiri kepada pak Budi

Mungkin karena itu juga, memicu pak Budi sehingga kehilangan fokus, akibatnya,
perlahan, di tengah kegelapan jalan dan medan naik turun, terlihat di kiri kanan
jalan, tiba-tiba ramai orang berbaris. Membuat pak Budi kaget

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
Bagaimana mungkin, di tengah jalan gunung seperti ini, banyak aktifitas kiri kanan
yang ramai orang, seperti pasar dadakan. Kejadian itu terjadi cukup lama, sampai,
sentuhan ibu Asirih menghentakkanya, membuat pak Budi memekik kaget dan
menginjak rem kuat-kuat.

Ban mobil berdencit keras, beradu dengan aspal, sebelum berhenti total, bu Asirih
melihat pak Budi dengan tatapan dingin.

“bu, enten nopo buk,” (bu ada apa ini?) Tanya pak Budi, kaget, tepat di depan pak
Budi ada sebuah pohon besar, dan mobil sudah keluar dari jalur aspal.

“wes gak popo. Gak usah di pikirno, wes cedek kok. Ayo lanjutno” (sudah gak papa,
gak usah di pikirkan, ayo lanjutkan perjalananya, sudah dekat kok)

bu Asirih kembali duduk. mata Yanu masih kosong, begitu juga dengan ndoro Sasri.

Bingung, pak Budi yakin, tadi melihat banyak keramaian orang di kiri kanan jalan,
seperti apa yang baru saja terjadi hanya kilasan mimpi, Untuk ukuran peristiwa
bahwa mobil akan menghantam pohon, tak ada satupun orang yang berwajah
panik. Hanya pak Budi sendiri yang panik.

Setelah menempuh 1 jam perjalanan lagi, mereka melihat sebuah gapura, tidak di
ketahui ada gapura di tanah gunung ini, ibu Asirih yang menyuruh masuk ke

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
gapura itu, seakan ibu Asirih sudah seringkali melewati jalanan ini.

Tanpa bertanya, pak Budi menurut saja. Meski jalanan tidak beraspal, tanahnya
tampak sering di lewati oleh mobil, dengan samping kiri kanan masih pohon lebat.
Cukup jauh dari jalan utama, sebelum mencapai, sebuah gerbang singgah. Berdiri
sebuah Vila besar, di depanya ada tulisan.

“Vila Th***S”

Pak Budi melirik tulisan pada papan tua yang di buat dari papan kayu yang sudah
tua.

Bangunanya menyerupai bangunan belanda. Yang pak Budi pertama pikirkan


tentang bangunan itu mungkin adalah bangunan milik pribadi dari ndoro Sasri.

yang menjadi masalah adalah, di luar Vila, sudah ada mobil lain terparkir.

Vilanya bagus sekali, hanya pencahayaanya yang kurang disana-sini. Pak Budi
memarkir pelan. dari luar, ada lelaki yang membukakan pintu, membantu ndoro
Sasri keluar, lirikanya membuat pak Budi merinding, karena dari caranya melihat
seperti bukan ndoro Sasri yang pak Budi kenal.

bukan hanya ndoro Sasri, Yanu juga dibantu keluar, mereka membawanya masuk
ke Vila, sementara, ibu Asirih meminta pak Budi menunggu di dalam mobil.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
tidak lama kemudian, ibu Asirih masuk ke Vila.

pak Budi berdiam sendirian, melihat bahwa samping Vila hanya ada pepohonan
gelap.

pak Budi keluar dari mobil, ia duduk di atas kap mobil, menyalakan sebatang
rokok, ia merasa ngeri bila memperhatikan sekitar. masih bingung, siapa pemilik
mbil lain disini, dan apa yang sebenarnya di lakukan majikanya di tempat seperti
ini.

tidak beberapa lama, terdengar suara orang memanggil, pak Budi pun melihat, dari
jauh, ibu Asirih memanggilnya. melambaikan tanganya, pak Budi pun bersiap
menuju kesana. sebelum, ada seseroang tiba-tiba keluar dari mobil terparkir,
rupanya sedari tadi di dalamnya ada orang lain.

"jangan mendekat mas" kata orang asing itu. logatnya seperti logat orang Ja***ta.

"gimana mas, itu, teman saya yang memanggil"

orang asing itu masih diam, lalu berujar dengan nada bertanya. "yakin itu temanmu
yang baru keluar dari mobil mas?"

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
ucapan orang itu membuat pak Budi bingung, tepat ketika melihat ibu Asirih lagi,
tidak ada orang yang berdiri disana, hanya lorong Vila yang gelap.

"di tempat seperti ini, hal seperti itu sudah biasa mas. anggap saja, ada yang ingin
kenalan"

pak Budi pun mendekati orang itu.

orang itu memberitahunya, kalau dia memang dari kota Ja***ta, alasan kenapa dia
ada disini, karena ia baru saja mengantarkan majikanya.

di tengah percakapan itu, pak Budi tiba-tiba bertanya. "tempat apa sih ini mas. kok
pelosok sekali untuk ukuran Vila pribadi"

orang itu, diam lama. mengamati, kemudian melihat pak Budi sembari berkata.
"anda sopir baru ya?"

pertanyaan itu membuat pak Budi merasa aneh, seolah-olah ia baru saja
melontarkan pertanyaan yang salah, namun pak Budi menjawab sejujurnya.

"nggih mas"

orang itu, terdiam lama.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
ia menghisap rokoknya dalam-dalam sebelum melepaskanya, sampai asap putih
mengepul di udara. seolah bingung dengan apa yang harus di katakan, orang itu
berkata. "bila belum jauh, lebih baik saja berhenti. pesan saya cuma itu saja mas,
anggap saja, itu cara saya kenalan sama anda"

"maksudnya gimana mas?" tanya pak Budi, dan tiba-tiba, seseorang menepuk bahu
pak Budi, itu adalah bu Asirih, seraya melihatnya dengan tatapan tidak
mengenakan.

"di celok ket mau kok gak njawab, ayok melbu" (di panggil dari tadi kok tidak
menjawab, ayok masuk)

pak Budi mengangguk, bersiap berpamitan dengan orang itu, tapi, anehnya, tidak
ada siapapun disana. hanya pak Budi sendirian, dengan ibu Asirih yang masih
menunggu pak Budi melangkah dari tempat itu

"golek opo?" (cari apa kamu)

pak Budi pun hanya diam sembari berjalan mengikuti

selama di perjalanan masuk Vila, ibu Asirih mengatakan hal-hal yang pak Budi
tidak mengerti, tentang unggah ungguh menjadi abdi sebuah keluarga, tentang

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
sejarah dan bagaimana adat istiadat dijaga disebuah keluarga, dan berakhir di
kalimat. Sesajen (sesaji)

"Budi" kata ibu Asirih, nadanya dalam dan dingin. "awakmu percoyo ambek ndoro
Sasri?" (Budi, kamu percaya dengan ndoro Sasri)

"nggih ibuk"

"Bagus. awakmu siap dadi abdi nang keluarga iki"

Pak Budi terdiam lama, ia mencoba mencerna kalimat itu.

"Abdi sing yok nopo buk maksud njenengan" (Abdi yang bagaimana maksud anda
buk)

"Abdi sing bakal nuruti kemauan junjungan" (Abdi yang harus mengikuti majikan
apapun itu)

Pak Budi tidak menjawab. ia masih mencerna setiap kalimat itu, sampai, suara
teriakan dari Yanu terdengar.

ibu Asirih langsung berlari, penasaran, pak Budi mengikutinya. ia masuk ke dalam
Vila yang rupanya dari dalam seperti bangsal, banyak lorong dan pintu kamar di

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
sepanjang jalan.

di dalam begitu lembab, sampai pak Budi bisa mencium bebauan kemenyan disana-
sini.

ibu Asirih berhenti di sebuah bangsal kecil, setelah menuruni anak tangga. disana,
ada pintu tua, lengkap dengan kotak dengan besi layaknya pintu penjara, di
dalamnya, ada ndoro Sasri, duduk di kursi goyang dengan rambut terurai
berantakan yang menutupi wajahnya.

ibu Asirih mendekati ndoro Sasri, yang terus menerus menggoyangkan kursinya,
pak Budi hanya diam termangu melihatnya, di samping kiri kanan, banyak sekali
sesajian, lengkap dengan bunga dan dupa, disana-sini. ibu Asirih mengambil
sekerawuk (sekepal) bunga 7 rupa.

dengan talaten (sabar) menyuapkanya ke mulut ndoro Sasri, semua yang pak Budi
lihat, benar-benar di luar logikanya. ia tidak pernah melihat hal segila ini di
depanya. sebelum, matanya teralihkan pada sosok dengan kain kafan yang ada di
atas ranjang bangsal.

"le" terdengar suara ndoro Sasri memanggil pak Budi, "mreneo le" (kesini nak)

ndoro Sasri melambai-lambaikan tanganya yang keriput, disampingnya, ibu Asirih

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
berdiri menatap pak Budi dingin, namun, mata pak Budi tertuju pada seonggok
kain kafan yang menggeliat di atas ranjang.

"Yanu" kata pak Budi, gemetar. ia tahu, itu Yanu yang di ikat diatas ranjang,
namun, pak Budi tidak mengerti apa yang terjadi disini.

anehnya, ketakutan yang pak Budi rasakan, malah menuntunya mendekati ndoro
Sasri yang terus melambai-lambaikan tanganya.

"le, gelem dadi Abdi si mbah yo" (nak, kamu mau jadi Abdinya mbah)

"Mbah" kata pak Budi mengulangi

ndoro Sasri tidak pernah menyuruhnya memanggil si mbah, beliau lebih suka
dipanggil ibuk. pikir pak Budi, dan setelah memikirkan itu, ndoro Sasri tertawa,
membuat pak Budi begidik

ibu Sasri mendekati pak Budi, kemudian menuntunya mendekati Yanu. ia benar-
benar di ikat dengan 5 titik tali pocong, sudah menyerupai jenazah.

"Adusono yo" (mandikan)

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
tempat disamping ranjang, ada sebuah genok (kendi besar) berisi air, lengkap
dengan gayung dari batok kelapa.

Pak Budi menyiramkan air itu ke tubuh Yanu, wajahnya di tutup dengan kain,
sehingga kemungkinan ia kesulitan untuk bernafas, air yang di siramkan terdapat
bunga 7 rupa, tidak hanya itu, di bawah ranjang, rupanya ada sepotong ayam
cemani yang kepalanya sudah dipenggal.

tidak mengerti namun pak Budi menurut saja, ia begitu ketakutan malam itu.

tidak beberapa lama, ndoro Sasri turun dari kursi goyangnya, ia berjalan tertatih-
tatih menuju pak Budi, caranya berjalan nyaris seperti cara berjalan orang tua pada
umumnya, hanya saja, ia lebih bungkuk.

tepat ketika ndoro Sasri sudah di depan pak Budi, ia melihat Yanu, kemudian
menangis di atasnya.

pak Budi beringsut mundur. masih tidak mengerti. dengan cekatan, ia melepaskan
satu persatu ikatan tali pocongnya, kemudian menelanya bulat-bulat.

Pak Budi yang melihatnya, mual.

Yanu yang sedari tadi menggeliat, tiba-tiba terbujur kaku. ia tidak lagi, bergerak

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
sama sekali.

ndoro Sasri kemudian mendekati pak Budi, membawanya keluar dari ruangan itu,
ia menutup pintu, menuntun pak Budi menjauh dari tempat itu.

disebuah tempat yang jauh dari ruangan itu, ndoro Sasri duduk di depan pak Budi
yang tampak shock.

ia tidak tahu, apa yang ia perbuat malam ini.

"sak iki, takokno opo sing kepingin mok takokno le" (sekarang tanyakan semua
pertanyaan yang ingin kamu tahu?)

"sinten njenengan asline" (siapa anda sebenarnya)

"liane isok, " (tanyakan yang lain saja)

"sinten sing ngerasuki ndoro ibuk" (siapa yang ada di dalam tubuh ibuk)

"liane" (yang lain)

"Yanu sedo?" (Yanu meninggal?)

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
ibu Asirih menggelengkan kepala, "gak. ragane tok sing mati"

"kulo yok nopo buk" (saya bagaimana buk)

ibu Asirih tersenyum melihat pak Budi, ia tahu, pemuda di depanya sudah
ketakutan setengah mati.

"tergantung"

ucapan itu membuat pak Budi menatap ibu Asirih lama, sebelum akhirnya ibu Airih
pergi. "mene moleh, nek wes mari kabeh"

(besok kita pulang. kalau semuanya sudah selesai)

pagi hari, ibu Asirih datang menemui pak Budi, kemudian ia mengatakanya. "di
enteni ndoro nang teras" (kamu di cari ibuk di teras)

Pak Budi berdiri, kemudian melangkah menuju ndoro Sasri.

ndoro Sasri diam menatap Taman di teras Vila.

"wes eroh kabeh awakmu le" (kamu sudah tahu semuanya nak)

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
pak Budi hanya menggelengkan kepala,

"Asirih gorong cerito tah" (Asirih belum cerita ya)

"dereng buk" (belum buk)

"mari iki, ayok muleh" (habis ini, kita pulang)

selama perjalanan, pak Budi tidak bisa melepaskan matanya dari Yanu, tubuhnya
dibalut dengan selendang, matanya sayu, kosong seperti tidak bernyawa.

di dalam batin pak Budi, bergemuruh keinginanya untuk berhenti dari pekerjaan
ini, namun, ia terganjal bagaimana bila hal buruk

-menimpanya. apa yang akan terjadi dengan keluarganya

bagaimana bila ia menceritakan ini kepada orang lain, adakah yang percaya. bukti
apakah yang bisa ia buktikan.

sesampainya di Griya, ndoro Sasri, mengajaknya ke gazebo yang di larang itu,


"awakmu pensaran to ambek nggon iku"

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
(kamu pensaran kan dengan tempat itu)

anehnya. pak Budi menjawab, ia tidak penasaran lagi. "mboten buk" (tidak buk)

"kok ngunu" (kok begitu)

"Oh iyo" (oh iya) awakmu wes eroh opo sing onok nang kunu" (kamu sudah tahu
apa yang ada disana)

"nggih buk. kulo nebak, niku cucu mbarep sampeyan buk, mas'e yanu"

(iya buk, saya menebak, itu cucu pertama ibuk. kakaknya Yanu)

"dadi wes eroh kabeh sak iki." (jadi kamu sudah tahu semuanya)

pak Budi mengangguk.

"tetep bakal metu awakmu le" (kamu tetap mau berhenti)

"nggih buk" kata pak Budi, "kulo dereng ngomong nggih ten sabda sak wisi ibu
Asirih nawani kulo" (saya belum berjanji untuk mau saat ibu Asirih menawari
permintaanya mengabdi pada ibuk)

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"aku wes eroh," (saya sudah tau)

hari itu, pak Budi meninggalkan tempat itu.

ia bercerita kepada keluarganya, namun anehnya, semua yang pak Budi ceritakan
seperti tidak di gubris oleh keluarganya, seakan-akan semua orang sudah tahu,
bapaknya, menyuruh pak Budi bertemu dengan seseorang. saudara jauhnya.

"awakmu kudu di pageri le mulai sak iki" (kamu harus di lindungi mulai hari ini)

berangkatlah pak Budi menemui saudara jauh atas perintah bapaknya, disana
rupanya ia sudah di tunggu, namun ada kejadian yang hampir menghilangkan
nyawa pak Budi saat menuju kesana.

ia hampir saja di hantam Truk dari depan, saat sepeda motor RC'nya kehilangan
kendali, untungnya, pak Budi masih di beri selamat, karena ia bisa langsung berdiri
dan menghindar.

detik itu, ia tahu, apa maksud ucapan bapaknya, bahwa ia harus di pagari mulai
sekarang.

saat motornya di periksa, di antara ban luar dan ban dalam, ditemukan potongan

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
bambu kuning, sehingga ketika motor bergerak, membuat ban menjadi selip dan
akhirnya hilang kendali. bahkan, saat dilihat, orang yang memeriksanya ikut kaget.

"mas, njenengan di incer wong ya"

(mas, anda di incar orang ya)

"kok ngunu pak?" (kok bisa bilang begitu pak?)

"mana bisa orang memasukkan benda seperti ini ke dalam ban, kalau bukan ilmu
hitam"

Pak Budi hanya bisa berdoa, di berikan selamat sampai tujuan.

dan ketika ia sampai disana. pak Budi menceritakan semuanya kepada saudaranya
itu.

saudaranya hanya mengangguk, mengerti, bahkan ia tahu, di belakang pak Budi,


ada puluhan jin mengikutinya, namun sudah di usir saat menginjak perkarangan
rumah ini. disanalah, pak Budi di beritahu

apa yang sebenarnya terjadi di keluarga itu.

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"sosok yang kamu lihat di malam itu, adalah kepala keluarga" "ia selalu ikut kepada
keturunanya, atas perjanjian yang ia buat dengan jin yang selama ini menjadi satu
ikatan dengan keturunan-keturunanya. kain kafan, hanya simbol, ia hidup dari
memakan sukma keturunanya"

"kalau saya tanya, ada yang aneh gak sama keluarganya, sama anak-anaknya, sama
cucu-cucunya?" tanya saudara pak Budi.

"enten mas" "cucu'ne roto-roto, aneh kabeh" (semua cucuya sikapnya aneh semua)

saudara pak Budi tersenyum kecut mendengarnya.

"keluarganya tidak akan bisa utuh. mereka harus menanggung konsekuen dari
perjanjian, entah harta, entah nyawa. yang paling kecil, tunawicara, kakaknya, ia
buta, kakaknya lagi, mengalami gangguan kejiwaan, dan yang kamu pikir ada di
gazebo itu anak pertama, dia lumpuh"

"maksud'e sampeyan, arek sing ndelok aku iku gak isok ndelok mas, tapi arek'e
sering nontok aku" (maksudnya gimana, anak yang mas kira buta itu bisa lihat aku
loh) ucap pak Budi.

"Kemungkinan, ia hanya bisa merasakan kehadiranmu, karena cuma kamu yang


belum mengabdi pada keluarga itu" "kamu sering di perlakukan tidak

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
menyenangkan oleh mereka kan?" "mereka sedang mencoba ngasih tahu kamu,
biar segera pergi meninggalkan keluarga itu. paham" ucap lelaki itu.

"tapi onok cucu'ne siji seng normal mas" (tapi ada satu anak yang normal)

"ya" kata lelaki itu. "dia yang nanti akan jadi pewarisnya, dan keturunanya juga
yang akan terus menanggung akibatnya. ini semacam, nandor balak" (menanam
perkara) "dan akan terus mengikuti"

"pernah dengar, kalau pesugihan itu sebenarnya mengambil rejeki dari keluargamu
sendiri, dari darah dagingmu sendiri. baiklah, jin bisa membuat dagangan kamu
laris, yang sebenarnya terjadi, rejeki yang kamu dapat dari cara sesat ini, hanya
mengambil jatah milik keturunanmu"

"seperti itu cara kerja pesugihan"

"pesugihan nopo niki mas jeneng'e?"

""Pesugihan, Dolor renca" "pesugihan yang menggunakan keluarga sendiri sebagai


tumbal, ganti rugi atas apa yang mereka dapat, bisa berupa harta yang melimpah,
namun sebagai gantinya, saudaranya harus-

-rela mati sukmanya"

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
"tahu siapa orang yang menjaga agar tradisi ini tetap ada di keluarga ini?" tanya
lelaki itu pada pak Budi.

"siapa mas?"

"wanita tua yang selalu di samping majikan kamu" "siapa namanya, Asirih!!"

"mas mau ngomong, nek aku di perlakukan ngunu, cekne sadar, aku gak terikat
ambek keluarga iki, tros, piye ambek cah wedok sing dadi abdi gawe cucu'ne"

(Masnya tadi bilang, kalau aku di perlakukan seperi itu biar sadar, dan tidak terikat
dengan keluarga ini, lantas, bagaimana-

-dengan perempuan yang sudah mengabdi untuk cucunya)

"Mati" kata lelaki itu. "semua manusia nantinya kan mati, jadi ya semacam ikatan
batin, bila sukma majikanya sudah mati, ya, dia ikut mati dengan cara yang aneh-
aneh, bisa penyakit, bisa kecelakaan, bisa bunuh diri juga"

"sebenarnya. kamu beruntung. majikan kamu, tidak mau kamu terikat juga, yang
jahat itu si Asirih, dia yang ingin kamu mati, tapi tidak apa-apa, mulai sekarang,
lebih dekat lagi sama tuhan, umur manusia, tuhan yang pegang, bukan wanita itu"

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
hari itu, pak Budi belajar banyak. ia tahu, apa yang terjadi di keluarga itu, potongan
pertanyaan yang selama ini tertanam di kepalanya kini terjawab. sejak saat itu,
kemanapun pak Budi pergi, ia selalu menceritakan cerita ini, kepada sahabatnya,
tetangganya, saudara-saudaranya.

ia tidak mau lagi, melihat, ada, seseorang yang ia kenal, mengikuti jejak pesugihan
yang bukan hanya menyengsarakan pelakunya, namun, berimbas pada semua
keluarganya.

sejak awal, gw sudah bilang, cerita ini adalah cerita yang sering cangah gw ceritakan
sama gw.

gw cuma berharap, ada pelajaran yang bisa di petik dari cerita yang gw sajikan ini.

gak ada pesan lagi yang bisa gw sampaikan, karena gw yakin kalian tahu apa
hikmah yang bisa di ambil dari segelitir bukti bahwa kadang manusia bisa menjadi
serakah hanya karena setitik harta

gw simple_man , mau undur, diri. tetap semangat, jaga kesehatan, semoga gw bisa
menyajikan cerita lain dari orang-orang yang ingin berbagi sedikit dari rahasia alam
yang tersimpan di dunia ini. akhir kata. Wassalam. mohon maaf bila ada kesalahan
pengetikan dan penulisan.

Missing some Tweet in this thread?

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
You can try to force a refresh.

 Tweet  Share  Email  Embed

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to SimpleMan This content may be removed anytime!


Get real-time email alerts when new unrolls Twitter may remove this content at anytime, convert it as
are available from this author! a PDF, save and print for later use!

 Subscribe  Save as PDF

Try unrolling a thread yourself!

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily


mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same


owner) and mention us with a keyword "unroll"

@threadreaderapp unroll

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
You can practice here first or read more on our help page!

Related hashtags

#bacahorror

More from @SimpleM81378523 see all

SimpleMan SimpleMan
@SimpleM81378523 @SimpleM81378523

4 days ago 4 days ago

Nur segera merapikan tempat tidurnya, hidup merantau KKN di Desa Penari- Nur Story- -Utas- @bacahorror
demi menyelesaikan pendidikanya di universitas yang #bacahorror
sudah menjadi impianya sejak kecil kini tinggal menunggu
bulan demi bulan. hanya tinggal menyelesaikan tugas
terakhirnya, salah satunya, adalah tugas pengabdian pd
masyarakat

orang lebih mengenalnya dengan KKN (Kuliah kerja


nyata). Malam ini, Ayu, teman sefakultasnya, baru saja

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
membicarakan tentang rencananya, bahwa, ia, sudah

Read 109 tweets Read 52 tweets

SimpleMan
@SimpleM81378523

a month ago

KKN di Desa penari- Horror Story- @bacahorror


#bacahorror

Read 326 tweets

Related threads

Rachel Vennya Brii..

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
@rachelvennya 16 days ago @BriiStory 20 days ago

October kemarin, aku memutuskan dan berjanji sama diri Di teras atas, gw terduduk di ujung sebelah kanan,
aku sendiri untuk merapihkan sedikit cara berpakaian aku, ketakutan. Gak tau harus berbuat apa. Di sudut lain, Teteh
yg mgkn bbrp dr kalian blg “rachel & niko udah hijrah” A berdiri dengan pandangan lurus ke depan, rambut
THREAD (jujur gaya bgt wkwk smoga bener bkin thread panjangnya tergerai tertiup angin. Tengah malam itu, gw
nih pertama kali) terjebak di teras bersama Teteh.. *** #memetwit
@InfoMemeTwit
Aku paham bgt klo keputusanku ini bikin shock, banyak
asumsi2 orang yg gak bener, mau ditanya berapa
kalipun,alasan aku mengubah cara pakaian aku, hanya aku
dan org terdekat yg tau. Dari semua hidup aku yg aku
bl k h l b l h d h d h k
Read 12 tweets Read 72 tweets

PaanIjam
Scorpion Girl
@PaanYNWA

@RegitaP69577615 2 months ago 3 months ago

#AvengersEndgame merupakan pengakhiran Kepada


Marvel? Tidak! Itu adalah pengakhiran untuk fasa 3. Maka
Ini Thread Horror aku yang kesekian. Semoga bisa makin
selepas anda menonton Avengers:EndGame, bermakna
enjoy dan makin serem!!! "DUKUN WANITA BERNAMA
anda sudah ready memasuki Fasa 4. Dibawah ini rumours
RANDU". . @bacahorror #threadhorror . Test dulu nih ada
untuk perjalanan Fasa 4. Try intaii #RekomenFilem
yang baca apa ngga, kalo ada ya lanjoot 👏👏👏
#rekomenmovie
Ini cerita aku dapetin dari mama ku. Kejadian nya di salah

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
satu desa terpencil yang ada di Sumatera Selatan. Aku ga
akan sebutin spesifikasi nya dimana karena menyangkut
identitas asli sang dukun dan segala yang terlibat disini.
Disini namanya aku samarin yaa..... Let's go....
Read 18 tweets

Read 95 tweets

Brii.. PERAK POWER


@BriiStory @iloveyouIPOH

5 months ago a year ago

Cerita malam ini akan mengisahkan pengalaman #briikecil Tahukah kome. Ini adalah 20 TEMPAT MENARIK WAJIB
waktu liburan di perkebunan karet tempat Om Heri dan LAWAT DI IPOH. Tak Wajib pon sebenarnya nak pergi.
Om Wahyu bekerja. Menyeramkan.. ** Ingat, jangan Tapi HARUS pergi.
pernah baca cerita di sini sendirian, kadang "mereka" gak
hanya sekadar hadir dalam cerita. @InfoMemeTwit
#memetwit

Read 99 tweets Read 6 tweets

Trending hashtags
Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
#rekomenmovie #threadhorror #TheBotaks #RekomenFilem #AkuKamudanKopi #TheOhanaFC #ProjekMotorOhana

#memetwit #RahasiaSalinem #briikecil #TheOhana #ProjekOhana #99ARMY #ProjekKasutBolaOhana #TheBees

#AvengersEndgame #rumahteteh #ProjekKasihSyawalOhana #bacahorror #SexyKillers #ProjekTahfizOhana #JalaninDuluAja

Did Thread Reader help you today?


Support us! We are indie developers!

This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and
development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

 Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD
 Donate via Paypal  Become our Patreon

  Thank you for your support!  

  Help | About | TOS | Privacy

Create PDF in your applications with the Pdfcrowd HTML to PDF API PDFCROWD

Anda mungkin juga menyukai