[[[[[\\\\\
-------------28 agustus 2008
Kejenuhanku sudah memuncak hingga ubun-ubun
kepala, ruangan ini seolah menjatuhkan semangatku
bertubi-tubi. Pemateri Mubaligh Hijrah serasa tak hentihentinya menggaung di ruangan ini, teman memang
sudah sejak lama aku berniat untuk mengikuti program
kerja yang diadakan sekolahku ini, Mubaligh Hijrah (MH).
Program dawah yang terjun langsung kemasyarakat dan
tentu
dibekali
dengan
ilmu-ilmu
kemasyarakatan
sebelumnya.
Setiap 2 jam sekali, aku mendapatkan materi yang berbeda
dan dengan orang yang berbeda pula tentunya. Sampaisampai aku berharap semoga mendapatkan pemateri yang
humoriz agar suasana terbawa santai tapi tetap serius.
Sebab sedari tadi pemateriku tak ubahnya seperti khotib
jumat yang tiada pernah melempar canda dan tawa.
mulai
menghilang
perlahan-lahan,
seolah
stasiun
lempuyangan
Pak
jawabku
sambil
17:00 p.m
Kereta progo tujuan Jogja-Jakarta akhirnya pun datang
setelah sekian menit kami menunggu, Aku dan Fatur
langsung mencari nomor kursi sesuai dengan yang ada
dikarcis, 11A dan 11B. sore itu gerbong kami masih sepi,
tak lebih dari 20 orang yang ada di dalamnya. Sambil
menanti kereta berjalan kami bercerita tentang semuanya,
tentang kompetisi bola muallimin yang kalah di Joglo,
tentang kasus Fatur yang ketahuan merokok di jemuran,
tentang MSE (madrasah science expo) yang akan diadakan
di madrasah kami dan masih banyak lagi tema yang kami
perbincangkan sore itu.
Tak lama kemudian kereta pun berangkat, rasa senang
melandaku. Dibalik reriuhan pedagang asongan yang
bolak-balik menawari dagangannya, aku terseok-seok
melewati gerbong kereta api yang berjalan cepat sekali.
Suara tak beraturan yang didendangkannya seolah
menjadikan soundtrack perjalanan mudikku kali ini.
Fatur yang sedari tadi asyik membaca buku, tiba-tiba
banyak
saja
orang
yang
datang
hingga
10
11
reriuhan
manusia-manusia,
dalam
naungan
12
13
14
15
16
17
18
Maka dari itu kawan, mungkin saja apa yang preman itu
lakukan padaku karena pekerjaan mereka hanya itu dan
mereka tak bisa jika harus menggunakan cara yang halal.
Kasihan sekali hidupnya.
pun
sebentar
lagi
datang.
Khalayak
ramai
21
22
23
24
25
Bagaimana
tidak?
auratnya
diumbar
sedemikian rupa.
Kurasa ia orang yang berpendidikan dan juga orang kaya
pastinya,
namun
yang
membuatku
heran
mengapa
26
disana
kehidupan
27
seseorang
yang
cukup
28
ini
mungkin
akan
menjadi
malam
yang
29
30
31
bahagia
dengan
perintah-Nya
ini.
Sejenak
32
33
kedatangan
kami
dengan
ramah
penuh
34
ini ku dengar program kristenisasi sedang marakmaraknya mengombang-ambing desa girikerto dan orang
islam pada umumnya.
Setelah bersua cukup lama dengan takmir masjid disini,
kamipun melanjutkan perjalanan kemasjid selanjutnya.
Akan ada tiga masjid yang ditugaskan langsung untuk kami.
Dimasjid yang ke-2 ini yang bernama masjid somohitan,
kami pun disambut dengan ramah pula oleh punggawa
masjid ini. Begitulah kawan kegiatanku sore ini dan begitu
pula terjadi saat kami di masjid ketiga. Semakin kami
berjalan menuju masjid selanjutnya semakin jauh saja jarak
yang kami tempuh.
Hari semakin sore, kini kami sedang dalam perjalanan
pulang. Ditengah jalan aku mendengar gemaan adzan
maghrib yang bersahut-sahutan dan mengalun dengan
lembutnya menyentuh kalbu. Mobil melaju semakin cepat
saja dan sampailah kami dirumah kembali. Aku langsung
berbuka puasa dengan makanan yang telah disediakan tuan
rumah.
35
juz
secara
bersama-sama
dengan
36
37
38
yang kami tuju. Jika kamu merasa mampu tak ada salahnya
untuk mencoba kawan.
Ku akui, kala sorak-sorai ayam, itik dan burung yang akan
kembali kekandangnya. Di sore itu aku merasa bersalah
pada diriku sendiri, mungkin haus ini datangnya karena
kami bermain bola tadi pagi. Syukurlah rasa haus yang
kualami sedikit terobati disaat kuberjumpa anak-anak TPA
dan mengajar sambil bermain bersama mereka. Aku sedikit
banyak dapat mempraktekkan ilmu yang kudapat saat
dikarantina kemarin.
Bagaimana tentang menghadapi anak-anak yang sedikit
nakal, anak yang pendiam dan sebagainya. Tapi akhirnya
aku mampu menghadapi murid-muridku, lambat hari kami
semakin dekat saja sampai pada hari ke 5 aku mengajar
mereka. Aku terkesima mendengar pertanyaan salah satu
santriku, ia bertanya padaku.
mas kenapa masjid ini kok lebih kecil dari pada gereja
yang disana ujar Fajri, salah satu muridku di TPA ini
sambil menunjuk ke arah gereja.
39
menerimanya,
itu
berarti
adik-adik
telah
40
didunia
ini.
Sedangkan
mereka,
mereka
41
42
Pak Kades, yang tak lain dan tak bukan adalah rumah mas
pipit sendiri dan rumah tempat kami menetap untuk
sementara tentunya.
Aku dan Wawan langsung masuk ke rumah dan melapor
kepada Ayah mas pipit, tentang kejadian diluar. Ia langsung
keluar dan melerai perang mulut yang sedang dilakukan
mas pipit terhadap orang yang tak dikenalnya itu.
Pak
kades
menyuruhnya
masuk
kerumah
untuk
43
44
45
Pagi itu Aku, Irul, Wawan, Iqbal, Fahrur, Upah, dan Oni.
Kami bertujuh telah banyak mengambil gambar sebagai
kenang-kenangan disini. Kami cukup senang dengan apa
yang kami dapat lakukan didesa ini, apalagi bertemu
dengan
anak-anak
desa
ini
yang
tiada
habisnya
dan
tak
habis-habisnya
banyolan
yang
46
47
bisa saja di akali Galih. Anak tuan rumahku ini. Tamantaman yang indah pun hanya dapat kulihat sepintas, saking
cepatnya ia mengendarai sepeda motor ini. Aku takut
bukan kepayang sebenarnya. Pusing sudah ku dibuatnya,
jalanan Jogja memang sangat leluasa, sangat super leluasa
bahkan jika dibandingkan dengan Jakarta, yang setiap hari
jalan rayanya selalu penuh, jika di Jogja menempuh jarak
30 kilometer bisa dengan waktu 15 menit, lain hal nya
dengan jakarta. 45 menit mungkin kita baru sampai disana.
huhfft.... aku menghembuskan nafas panjang. indahnya
jogja,
tak
terlupakan
sebagai
kenangan
indah
ku,
48
49
50
51
52
sejuta
kisah
sedihmu,
perjalanan
yang
53
Bintang Laut
[[[[[\\\\\
-------------Semoga panasnya matahari tidak memanaskan hati kita,
karena yang membuat hati ini jengkel bukan karena
panasnya matahari tapi karena panasnya mata hati. Aku tau
bandara yang baru saja ku mampiri memnag sangat luas,
tetapi semoga hati kita lebih luas dari bandara ini, karena
yang membuat hati ini menderita bukan karena kurang
luasnya tanah, bukan karena kurang luasnya rumah tapi
karena kurang luasnya hati ini.
Berbahagialah yang berhati lapang, karena bila hati kian
lapang pikiran pun jadi senang, walau masalah menghadang
dihadapi dengan tenang. Namun bila hati keruh pikiran pun
jadi gemuruh, seakan di kejar musuh dari Allah kian jauh.
Begitulah
kata
aa
gym,
dalam
dawahnya.
54
setiap
kesempatan
Maka kita harus selalu menjaga hati dan jangan sampai kita
mengotori hati kita dengan perbuatan yang tercela. Aku
menatap jalan setapak menuju rumahku.
Halaman rumahku dipenuhi mobil siang itu, panas bukan
main memang. Ditambah lagi dengan kondisi perut yang
kosong setelah setengah hari lebih berpuasa. Begitu
menyedihkannya
siang
itu,
kala
getir
menyambut
sebagai
keluarga
yang
kehilangan
saling
55
dengan
segera
menghiburnya.
kakak-kakaknya,
Menasihatinya
agar
termasuk
tidak
ibuku
meratapi
56
57
58
dengan
keluarga
besar
di
rumah
ini,
kami
harus
membatalkan
puasa
telah
59
60
menunggu
om-om
asing
ini
mengomentari
61
sahut wiwid,
budeku.
gaya apanya mbak, orang ini benar-benar ada filosofinya
kok timpal om itu lagi.
apa coba filosofinya...?? balas budeku pada om itu.
dengerin nih yee..., semuanya, denger... denger...!!! gertak
om itu sambil melempar gaya khas balinya yang sangat
kocak.
Kami semua yang ada di ruangan itu terdiam sejenak
berusaha mendengarkan dan menyimak baik-baik apa yang
akan dikatakan oleh om ini. Kecuali adik-adik sepupuku
yang masih balita karena mereka butuh penjagaan ekstra
ketat agar tidak rewel.
jadi begini filisofinya, bintang laut itukan tempatnya selalu
di paling bawah, jadi bintang laut ini mengingatkan saya
bahwa saya dulu juga dari orang bawah , hingga
alhamdulillah sampai saat sekarang ini sudah menjadi
direktur. bintang lautlah yang mengingatkan saya terus
menerus agar tidak sombong dan selalu mengingat bahwa
saya dulunya juga dari kalangan bawah. Nah, begitu
62
63
64
bersahur
bersama.
65
Sebab,
jarang-jarang
aja gumamku.
Sambil melihat
ke
66
67
lha.., loe kenapa nggak balas sms gua waktu itu....?! tanya
Dias. Semula senyum sinis yang terkenal itu mengembang.
Maklum, sangat humoris orangnya, ia bahkan bisa bermain
sulap
dengan
kartu
remi,
sulap
sederhana
tapi
68
69
ye, elu mah. Anak TK juga tau kalau gua pake baju
gelitiknya.
Kami berdua masuk berbarengan, yang jelas Aku dan Dias
tidak berada dikerumunan saudara-saudaraku itu.
eh Fan, kapan buka bersama lagi ? tutur Dias, penasaran.
enaknya kapan ya Yas...?? aku meminta pendapat pada
Dias.
pas tanggal 25 september bin ramadhan aja gimana ? Dias
memberi saran.
ya udah nggak apa-apa kalau emang pas waktu itu kalian
bisa ?! jawabku simple.
yang penting Hildanya kan harus dateng, cie-cie.... goda
Dias.
Hilda memang wanita yang telah lama kukenal, sejak SD
bahkan. Banyak teman mengira bahwa aku dan dia ada
apa-apanya, padahal kami hanya berteman dan kami saling
menghargai privasi kami masing-masing. Ia sahabatku yang
sangat baik. Kami saling suport disaat hati dan pikiran ini
sedang down maupun nge-drop. Kami berdua saling
mengenal baik.
70
71
72
73
74
tempat
menuntut
ilmu
dan
lain
75
76
seru
disaat
kami
bersama
menikmati
77
78
Inilah
dunia
yang
melindunginya,
kita
pijaki
menjaganya
dan
kawan,
yang
kita
jelas
harus
jangan
tinggi,
mengayun-ayunkan
tangannya
79
80
pula yang kutakutkan di sini, aku takut jika air hujan tak
sengaja masuk dan membasahi seluruh kota ini hingga
banjir pun terbuat, sedang hal yang kuamati di sini kala
cuaca
panas....panas
sekali.
Kala
cuaca
sedang
81
kembali
ke
tempat
asalnya
masing-masing,
82
Dimana
ada
pertemuan
pasti
ada
yang
namanya
mereka,
adik-adikku....
kakak-kakakku...bude-
83
kejadian
itu,
Mubaligh
Hijrah
84
ilmu setinggi
apa
sampai-sampai ia
berani
didepan
umum,
namun
latihanlah
yang
85
86
ingin
menasihati
serta
87
meluruskan
hal
itu.
88
89
Perpisahan
[[[[[\\\\\
-------------Pagi ini suasana begitu syahdu, masih diselimuti suasana
bulan suci ramadhan tentunya. Suara adzan penanda fajar
terbit bersahutan dan start kita sebagai ummat moeslim
untuk shaum telah dimulai.
Allah....sujudku, syukurku pada-Mu karena masih engkau
izinkan aku menapaki pagi yang luar biasa ini. Tak akan
kusiakan hari ini berusaha dengan penuh keterbatasan
namun tetap mencoba melakukan hal yang terbaik dan
memberi kemanfaatan, shobahul khair !!! selamat pagi
dunia....!!! aku mengukir tulisan ini di facebook.
Sangat baik sekali jika seluruh ummat muslim di dunia ini
dengan canggihnya menguasai teknology. Mungkin negara
islam akan sebanding dengan orang barat dan bahkan
baratpun bisa kita kalahkan dengan kesatuan kita jika
ingin?!.
90
91
oleh
sebagian
masyarakat
sini.
Mereka
92
93
94
95
96
adalah
tiang
agama,
maka
jika
seseorang
97
Di saat menjelang buka seperti ini, tak ada hal lain yang
biasa kulakukan selain nonton tv kalu tidak, ya jalan-jalan
sore bersama teman-teman. Menunggu adalah hal yang
membosankan, tapi lain dengan menunggu hal yang satu
ini, adzan. Ketika getir adzan bersahutan, senang bukan
kepayang hati ini, apalagi ketika hari terakhir berpuasa,
orang berbondong-bondong menyalakan petasan, tandai
bulan ramadhan telah selesai dan kita akan berjumpa
kepada idul fitri. Perayaan ummat islam yang umumnya
dinanti-nanti oleh anak-anak, karena dihari inilah mereka
yang bersilaturahmi ke keluarga lain biasanya mendapat
pesangon. Hal yang lumrah terjadi di kampungku.
Setelahnya akan menjadi musim untuk meraup segudang
keuntungan bagi para penjual mainan.
Setelah dompet terasa cukup tebal, maianan yang menjadi
kesukaan anak-anakpun bisa mereka beli dengan se-mau
mereka. Sungguh menyenangkan jadi anak-anak kala itu.
Aku pun terus menghela nafas, untuk hidup tentunya. Dari
pada menonton tv lebih baik aku mandi... aku beranjak
bangun dari duduk silaku didepan tv. Langkah kakiku
98
sholat
karena
kekenyangan
sehingga
sering
99
100
101
102
103
104
105
sudah
sejak
sebelum
ashar
mereka
selesai
106
107
108
109
Pohon-pohon
yang
rindang
mengeluarkan
asyik
110
111
wah,
pasti
enak
tuh,
manis
dan
nonjok
banget
menit
kemudian
mereka
hilang
dari
112
Paradigma Style
[[[[[\\\\\
-------------Keramaian itu sungguh tak terbendung tetapi hal ini sangat
menyenangkan bagi aku yang merasakannya. Khayalak
ramai
datang
berbondong-bondong
kerumahku,
aku
menoleh
kekanan
semua.
Ini
karena
113
114
115
116
117
118
tamu
dan
tetap
profesional
dalam
119
rohis itu, rohani islam, isinya yaa kaya kajian-kajian Alquran gituh, disana ada? jelas Imam.
kalau rohis disana nggak ada Mam, tapi kalau kajian alquran, hadits dan sebagainya, sering banget bahkan tiap
hari kali. aku menimpali pertanyaannya. Ia mencoba
mengerti pemaparanku tadi.
Irfan, kak Imam ketua rohis lhoo di sekolahku.... sambung
Hilda. Imam tersipu malu, merasa identitas ketua rohisnya
telah dibongkar wanita yang disayanginya sekarang ini.
aduh de, jangan gitu ahh . Ucap imam terbata-bata.
ohya?
wah
keren
donk....
timbrung
Dias
dalam
120
panjang
mungkin.
Tapi
harus
mengena,
apa
yang
kusampaikan nanti.
Tiara meraih mic yang ada diatas meja, dia membuka acara
ini dan membaca susunan acaranya. Aku telah hafal betul
susunan acara itu karena aku dan ibuku sendiri semalam
yang
membuatnya,
jadi
membacakannya saja.
121
Tiara
hanya
bertugas
122
menghirup
udara
sedalam-dalamnya
lalu
123
124
125
126
127
kala
Yasin
turun
dari
panggung
yang
nervous
itu
seakan-akan
malah
membantuku
128
yang
menelungkupkan
bercucuran
kedua
di
dahi.
tanganku
di
Sesekali
depan
aku
batang
129
130
131
Perjuanganku
[[[[[\\\\\
-------------Dirumah, aku masih terlarut dalam gelak tawa canda,
bersama adik dan kakakku. Tak sadar bahwa malam ini
adalah malam pengumuman lomba MTQ (musabaqoh
tilawatil quran). Kesimpulanku, cukup habis tarawih saja
aku berangkat ke masjid darul mukminin.
Teman-teman
mensuport
habis-habisan
agar
aku
matanya,
karena
selama
ini
ibuku hanya
132
Rupanya
orang
kampungku
telah
berduyun-duyun
133
134
135
besar
harapanku
untuk
memboyongnya
pulang
kerumahku.
MC langsung menuju ke acara inti, yaitu pengumuman juara
MTQ (musabaqoh tilawatil quran), adzan dan CCA (cerdas
cermat al-quran). Yasin terlihat santai sambil mengunyah
permen karet di mulutnya. Raut wajahnya meyakinkan
sekali bahwa ia akan menerima piala bergengsi itu.
Irfan menang yah suara itu datang dari sampingku.
Ternyata tetanggaku, umi yoyoh. Aku memanggilnya umi
karena anak-anaknya selalu memanggilnya dengan sebutan
itu. Lantas, ikutlah aku menyebutnya umi.
Tak lama kemudian MC akhirnya angkat suara juga dengan
juara MTQ tahun ini. Aku sedikit meredup,
juara 3 musabaqoh tilawatil quran, jatuh pada arief
hidayat. Tepuk tangan meriuh di masjid, semua yang ada
di situ bersorak sorai termasuk pemuda-pemudinya.
juara 2 musabaqoh tilawatil quran, diraih oleh Suasana
tegang, MC masih menahan bicara untuk menyebutnya.
Namun tak lama,
136
Muhammad Yasin
Sorak sorai kembali menggema di sudut-sudut masjid.
dan juara pertama, musabaqoh tilawatil quran, jatuh
kepada kembali ia menahan bicaranya agak sedikit lama.
Membuat jantungku tersetrum.
Irfan Rizki lanjutnya.
Aku tersentak kaget namun senang pula. Aku melenggang
maju ke podium masjid. Disana ada wali kota dan banyak
orang-orang penting lainnya. Aku melihat tatapan tetanggatetangga kampungku yang terlihat sangat senang. Aku pun
begitu. Namun harapku tadi seakan-akan pupus, karena
aku tak melihat ibuku ada di sini.
tak apalah, mungkin beliau mendengar namaku dari
kamar atas, saat disebut lewat toa yang menggema sangat
keras itu.
Beberapa cameramen berebutan mengambil gambar kami
bertiga dan aku sangat terkejut sekali saat wali kota
menyerahkan trophy beserta uang pembinaan sebesar 3
juta rupiah kepadaku. Jumlah yang sangat fenomenal,
fantastic dan sangat mengejutkan. Kemudian 2 juta rupiah
137
138
mengingat
kejadian
yang
barusan
kualami,
menakjubkan.
Mungkin feeling Ibuku memang sangat tajam. Beliau
membelikan makanan kesukaanku dalam jumlah besar,
beberapa potong makanan itu adalah kue lumpur. Aku tau
apa maksudnya?. Lantas kami mengadakan syukuran kecil-
139
140
Bagaimana
nasib
mereka
sekarang?
Telah
Islam
cendekiawan,
yang
141
142
Dan bintang?
satu-satu
serpihan
kutatap
hujan
jendala
yang
kamarku
perlahan
jatuh
menjadi
seperti
rintik-rintik
hujan,
yang
143
144