1
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf
c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000.00 (satu miliar
rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam
bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau
pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).
2
wahyu jaka saputra
Tapal jarak
3
Copyright © 2019
Tapal Jarak
Novel
2019
Perpustakaan Nasional
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Creatif Publishing
TAPAL JARAK
Novel
13 x 19 cm
Sastra Djaka
Cetakan Pertama : Desember 2019
4
Salam!
Setelah selama 7 bulan naskah Tapal Jarak
rampung, salah seorang kawan mengajak saya mendaki untuk
mengistirahatkan otak sejenak, yang kemungkinan sudah lelah
memikirkan alur yang amburadul.
5
menjadi satu buku utuh dari berbagai cerita teman serta riset
kala saya berkelana didunia maya.
6
Beberapa hari ini, kau berbeda dari
biasanya.
Ketahuilah,
Aku bahagia, sekaligus merasakan takut
yang mendera.
7
Bagian Satu
8
Aku rindu masa-masa
kecil dulu. Masa-masa yang
telah lama aku tinggalkan. Masa
kecil yang penuh kenangan,
menyenangkan, karena yang
menyakitkan tak pernah mau ku
kenang, atau memang
sebenarnya tak ada yang
menyakitkan. Ah, bagiku
sekarang, semua kisah masa
kecil dulu menyenangkan.
Masa-masa yang aku habiskan
di “Omah Kulon” (sebutan rumah
kakek yang dulu menjadi tempat
tinggal ku, sebelum kakek
meninggal, sebelum rumah baru
ku dibangun, 100 meter di
sebelahnya).
9
selebihnya, menulis kisah ini begitu mengasyikkan. Perjalanan
mengenang masa lalu. Masa kecil di tanah leluhur, Tanah
Jawa tercinta.
10
Ibuku pintar memasak. Berbagai resep sudah ia
ciptakan, hingga pernah ia mengikuti lomba memasak yang
diadakan dikampung, sesekali ia mendapat juara kedua. Meski
awalnya malu dan tak tahu bagaimana cara menarik
pelanggan, lama-kelamaan ibu menjadi mahir kala seorang
tetangganya membawa teman-temannya untuk makan di
warteg milik ibu. Profesi itulah yang kini membuat ibu
membalikkan cita-citanya yang sebelumnya adalah arsitek, kini
harus berubah menjadi Chef. Nenek mengajari ibu memasak
sejak ia duduk dibangku SD, tidak diherankan jika ibu mahir
memasak hingga menjadi koki disebuah restaurant disalah
satu hotel.
11
judul Senja Bersayap. Yang berarti keindahan yang selalu
dinantikan.
Di kebun kami bermain apa saja mulai dari sepak bola, petak
umpet , perang-perangan, dan lain sebagainya. Kami bisa
main apa saja dan kapan saja sepuasnya. Tentu sehabis
12
pulang sekolah dan hari libur saja. Terkadang kami tetap
bermain sambil berhujan-hujanan. Apa saja yang ada di kebun
itu bisa kami jadikan mainan sesuai imajinasi kami.
13
Ketika Cinta
Menyerang Jantungmu
14
Wanita berambut hitam panjang yang memberikan sedikit
poni dibagian wajahnya itu mengunjungi perpustakaan tersebut
sambari menunggu jam sekolah, digenggamnya buku Bumi
Manusia yang kemudian ia baca dengan penuh keseriusan,
sesekali suara klakson kendaraan mengganggunya untuk
membaca.
“Saya ingin memberi buku ini untuk adik saya yang buta
huruf!” Jelas pencuri itu. Bagaimanapun ilmu tidak sebanding
dengan harta.
15
Bel sekolah berbunyi dengan nyaringnya pertanda
pelajaran akan segera dimulai. Kelas yang hanya diisi 24 murid
itu menjadi keluarga Lia disekolah. Wanita itu berlari kecil
menuju ruang guru, karena guru BK memanggil dirinya, siang
ini begitu panjang untuk Lia yang sudah terbiasa sekolah pagi
hari ketika masih berada di Klaten. Bandung merupakan kota
dimana ayahnya harus dipindah tugaskan, dan dengan
terpaksa Lia meninggalkan sang Ibunda di kota kelahirannya
seorang diri. Sang kakak sedang sibuk dengan kuliahnya di
daerah Yogyakarta, Fakultas yang dirinya minati adalah Sastra
Indonesia, memiliki Kakak yang menggiati fakultas sastra
merupakan nilai plus tersendiri bagi Lia yang merupakan
pegiat sastra.
“3 bu.”
16
“Klaten bu.”
17
“Ujang, Lia dikongkong melu ing kontes puisi.” Ucap
Lia dengan gelogat Jawa-nya.
18
Ujang merupakan Tetangga Lia dirusun Buahbatu
Bandung, tetangga sekaligus orang pertama yang Lia kenal di
Bandung, Lia menganggap Ujang sudah seperti Kakaknya
sendiri. Sedangkan Ujang, Menganggap Lia sebagai
pasangan, walau belum pernah menyatakan.
19
tempatnya duduk, Lia memainkan pena yang belum sempat
dikembalikan kepada Ujang.
20
“Waalaikum salam.” Pria itu masih membatu pada
koran yang digenggamnya. Secangkir kopi hitam pekat yang
sudah mendingin menemani pria itu membaca menghabiskan
sore harinya.
21
“Apa kabar bu, apa ibu baik-baik saja?” mata wanita
itu berbinar, tak tahan menahan air mata yang sudah
membanjiri kelopaknya. Sang ibu harus tetap dikota kelahiran.
Kegigihan ibu untuk berjualan mengurungi niat ibu untuk ikut
ke Bandung.
Aku ingat kala kau memberi aku asi ketika aku lapar.
Aku ingat ketika kau harus berhutang agar aku bisa jajan.
Aku ingat ketika kau harus sabar saat aku tercebur ke
comberan.
Aku ingat saat kau memelukku ketika ulang tahunku yang ke-
delapan.
∞
Macet, seperti yang sudah wanita itu prediksi, jam
istirahat para pekerja membuat antrian panjang kendaraan
menuju gedung lomba. Lia menghela nafas. Sudah macet,
panas, wajahnya sudah terasa tebal karena debu jalanan dan
posisi duduk yang tidak nyaman.
22
ojek bertubuh besar ini, membuat wanita itu sangat tidak
nyaman. Padahal perjalanan masih cukup jauh.
“SMA”
23
“Jurusan?” Tanya si driver membuat Lia mengernyit.
“Terus?”
24
Lomba di mulai 1 jam lagi, wanita itu menggunakan
waktu yang lumayan panjang itu untuk makan sejenak
dibelakang gedung, sial! hanya ada satu bangku kosong, tepat
didepan pemuda berkumis tipis dengan brewok yang tidak
dicukur habis sedang asik dengan komputer jinjingnya.
25
“Saya mah juri disini.”
26
celingukan mencari pria itu, ah sial bodoh sekali, ia
memperkenalkan nama namun tidak mempertanyakan nama.
Kain Kebanggaan
Aku hanya kain
Membalutmu dalam kepolosan
Memperkenalkanmu dalam kesopanan
Membawamu dalam kehormatan
Aku hanya kain
Kau kibarkan aku diatas langit
Kau kibarkan aku dibawah laut
Kau kibarkan aku di atas akal
Kau menghormatiku sebab aku tanda
Perjuangan.
Sebab aku tanda kekayaan.
Sebab aku identitas.
Sebab aku Indonesia.
27
kepada Pria berkumis tipis yang duduk dimeja depan. Pria itu
terlalu sibuk untuk mengetahui jika dirinya sedang disimak oleh
Lia.
28
kata, sedih karena indahnya puisi. Sebuah buku catatan yang
terbungkus cover abstrak dengan judul “Aksa rasa” berhasil
membuatnya melamun merenungi masa lalu, ia tersindir
dengan setiap kalimat dalam buku itu.
Perihal Kita
yang hanya sebatas Kata
Februari dulu, seorang Wanita yang dibalut jilbab
merah menjelaskan bertapa cerobohnya aku ketika jatuh cinta.
katanya, aku adalah manusia aneh. Yang lebih suka berjuang
dengan alam, ketimbang dengan dunia pendidikan. Yang lebih
suka menikmati kata ketimbang senja, yang lebih suka air
hangat ketimbang kopi. Bukan hanya wanita itu, Bapakku juga
bilang seperti itu, ketika dirinya bertanya apa cita-citamu, dan
ku jawab menaklukkan semua gunung di Nusantara. Bagiku
tidak masalah jika kita bisa mewujudkannya, bukankah cita-cita
adalah tujuan? Bukankah setelah cita-cita kita tercapai, kita
dapat mencita-cita kan hal yang lainnya?
29
Dan dari alam aku yang lemah ini belajar kuat.
30
₰
∞
Di antara ratusan undangan, duduk seorang pria
yang tidak terpengaruh oleh tepuk tangan para guru dan murid
disekelilingnya yang begitu antusias akan perkembangan
murid dan temannya. Bagi pria itu, acara ini sepatutnya
menjadi ajang pembuktian untuk dunia sastra. Ia termasuk
golongan minoritas yang merasa kehadiran Lomba tulis
menulis malah kian menjadikannya kutu buku. Beberapa ratus
orang yang berpikiran sama dengan pria itu sedari dulu sudah
31
mendirikan komunitas, perpustakaan, bahkan membuat lomba
puisi mini.
32
“Lia sudah tau nama saya, yang kamu baca sampai
tertawa itu buku saya!” Jawab Ryan sambari mengambil
sesuap nasi
33
“Mau ikut saya?” Lanjut Ryan.
“Hah, Juara?”
34
pikiran tentang guru Bk yang ia tinggal seorang diri di
perlombaan akan hilang. Bagaimana jika ia marah?
Bagaimana jika ia memanggil orang tuaku? Bermacam-macam
pertanyaan terkumpul menjadi satu di bahu Lia.
35
sesuatu pada seorang pelayan, entah apa. Pelayan itu
mengangguk-angguk. Gitar berkeliling, dipinjam oleh seorang
seumuran Ryan yang duduk disebelah mereka. Orang-orang
yang lainnya pun bernyanyi dengan suara yang tidak kalah
lantang dari orang sebelumnya.
So honey now
Take me into your loving arms
36
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
I’m thinking out loud
Maybe we found love right where we are.
37
Hari kian sore. Satu persatu lelaki yang duduk di
kedai bergantian bernyanyi sambil bermain gitar. Banyak sekali
hal yang tidak Lia ketahui dijelaskan oleh Ryan, mereka
seakan –akan seperti sepasang puisi dan diksi, saling
melengkapi untuk memberi keindahan.
38
Wanita itu hanya tersenyum, pakaiannya yang kuyup
kini sudah semakin kering tatkala hari semakin gelap.
‘Mesengger delivered’
39
Nama Ryan menjadi sasaran pertama Lia, “Pasti
orang itu” Ujar Lia tersenyum, dan menuliskan beberapa pesan
lagi.
₰
Sang merapi Gersang
Bila kau berfikir hanya orang kaya yang dapat
merasakan nyanyian alam, maka kau salah besar.
40
Merbabu. Adalah gunung pertama yang ku daki
dengan niat mengambang. Kala itu pikiranku hanya tertuju
pada diriku yang masih pemula, apakah aku bisa?, apa aku
mampu?. Dengan harga tasnya saja yang hampir mencapai
satu juta.
41
₰
Ponsel Lia berdering ketika ia sedang mandi untuk
membersihkan tubuhnya dari aroma matahari. Lia
mempersiapkan dirinya yang akan pergi keluar dengan Ujang,
sang Bapak jarang pulang karena harus selalu lembur untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Matahari bersembunyi tatkala
bulan mencari sinarnya, ribuan bintang hadir menjadi koleksi
indahnya malam ini.
42
mereka saling bertatap, seraya mengamati penampilan
masing-masing yang mereka kenakan.
“Siap komandan!”
43
“Kamu mau Coffe?”
44
“Jadi nama akang siapa?” Lanjut Ryan mengulurkan
tangan kepada Ujang.
45
“Di galeri seni, saat itu kang ujang beli buku saya
sebanyak 300 eksplar, yang akang bilang untuk
memberikannya kepada anak pinggiran yang kurang
membaca.” Jawab Ryan.
46
Apa yang kau dapat dari menulis? Apakah ada
hasilnya? Apakah terjamin untuk masa depan? Apa hidupmu
akan sejahtera? Pertanyaan yang sering dilontarkan entah
oleh teman, keluarga, saudara, maupun tetangga. Dari menulis
aku belajar sabar, ketika naskah ditolak padahal kita sudah
mengumpulkan niat hingga berbulan-bulan, namun penolakan
datang hanya dalam satu menit. Tidak ada yang salah dengan
karya kita, mungkin hanya ada beberapa kata yang perlu
dibenahi.
47
Jam menuju pukul 21:19, Ryan sedikit demi sedikit
sadar dan mampu mengendalikan dirinya,
48
“Iya kang tidak apa-apa, hati-hati!” Balas Lia
49
Lia terharu dengan air matanya yang tiba-tiba keluar,
tidak ada sapu tangan maupun tissu yang dibawanya. Seorang
pemuda gimbal datang memberi tissu kepada Lia lalu duduk
didepan Ryan. Ryan selesai menyanyikan lagu, pengunjung
bergemuruh meminta Ryan bernyanyi lagi.
50
Aku menemukanmu disela puisi
Ketika denganmu,
51
Bagian Dua
52
Hari minggu diwaktu
kecil hanya diperbolehkan main
sampai dzuhur, itu juga saya
harus izin kepada orang tua
untuk bemain. Bapak membagi
waku bermain ketika hari libur.
Waktu pagi untuk bemain, dan
waktu siang harus dirumah,
karena waktu siang hanya
dipakai untuk makan, maka dari
itu saat hendak main diwaktu
siang sama teman-teman pasti
bapak menyuruh saya untuk
pulang dan sarapan. Tentu agar
anakanya tetap sehat dan tidak
sakit, ini adalah bukti kasih
sayang mereka terhadap
anaknya. Setiap saya bermain
juga pasti izin untuk pamit.
53
mainkan adalah Ha’a. cara mainnya adalah dengan menaruh
sejumlah kelereng yang dijadikan taruhan, biasanya paling
sedikit dua kelereng dan paling banyak bisa sampai dua puluh.
54
Hilang Dan Temukan
55
Masalah kemarin malam , akibat terbuai dalam perasaan
kesal, ia minum sedikit berlebihan. Hingga akhirnya ia tertidur
dikafe dan sedangkan Lia diantar oleh sahabatnya Miko. Ryan
memaksakan diri untuk membuka matanya, sambil menahan
sakit dikepala yang mengerikan. Seiring dengan pengelihatan
yang semakin jelas, ia menyadari ada seorang pria sedang
terduduk sambari membaca buku karyanya.
56
Harapannya adalah menjajaki kaki di Cartenz Pyramid,
Gunung Jaya Wijaya puncak tertinggi di papua juga Indonesia
Karena sebagai bentuk perbatasan negara antara Indonesia
dengan Papua Nugini dan dengan puncaknya yang dilapisi
salju menjadi impian Ryan untuk menjajaki kakinya disana.
57
Ibunda Ryan tinggal di Klaten untuk mengurus Ibunya
yang sudah rentan usia, tidak ada yang lebih indah ketimbang
bersama orangtua dimasa senja.
58
Jika berbincang dengan Miko, yang mereka bicarakan
pasti politik dan cinta. Miko selalu menyangkut pautkan buku
karyanya dengan isu politik dari buku Pramoedya.
59
“Assalamualaikum Lia.” Salam Ryan membuka obrolan.
60
“Siap kang” jawab Lia.
61
mampu membuat hatinya berbunga. Karena jawaban itu yang
selama ini Ryan tunggu, jawaban yang menandakan dia mau
ikut dengannya untuk mendaki gunung Prau.
“Kang!!”
62
Di bawah cahaya senja. Ia melihat seorang wanita
mengenakan jaket dengan hijab yang melingkari mahkotanya.
Wanita tersebut nampak menawan dan berkelas.
“Silahkan.”
“Apa menulis itu berat? Aku takut jika suatu saat aku
menulis buku, lantas ada kesamaan 2 hingga 3 bait dalam
karyaku dan karya orang lain. Aku takut dibilang plagiatisme!”
63
Lia terdiam tanpa kata. Beberapa detik kemudian,
mereka sampai pada kediaman Lia. Mereka parkir dan menuju
lantai 3 untuk meminta izin.
64
budaya seni tradisi, Wayang menurut Ryan mampu menjadi
sumber inspirasi dan nilai-nilai dalam budaya, ide, gagasan,
ekspresi dan perilaku.
65
dengan berat. Negosiasi berhasil, gadis itu diperbolehkan
berangkat.
66
Perihal arah langkah,
67
Bagian Tiga
68
Jam 10, masih bisa
dibilang pagi. Aku segera
menaruh tas dan berganti baju,
tapi lebih seringnya hanya
menaruh tas. Urusan ganti baju
adalah hal yang malas ku
kerjakan, bisa berjam-jam
beraktivitas baru aku mau ganti
baju, sampai kadang-kadang Ibu
dan Bapak jadi marah-marah
cuma perihal ganti baju. Yah
begitu lah aku. Anak bebal ini
sangat sulit dinasehati, tapi
bukankan itu wajar bagi anak-
anak seusia itu (beginilah anak
bebal, selalu mencari
pembenaran disetiap
kesalahahannya).
69
hingga menjadi adonan yang siap digiling. Sebelum digiling
Mbah selalu memberiku segenggam kecil adonan itu untuk
dicicipi. Aku menerimanya dengan senang hati.
70
Badai Senja di
Lereng Prau
71
Akhirnya kereta tiba dan mereka siap berangkat
menuju Purwokerto. Perjalanan menuju Purwokerto ditempuh
selama 8 jam. Setibanya di Purwokerto semesta kurang
mendukung karena cuaca hujan, maklum karena mereka
mendaki bulan April yang merupakan musim peralihan. Perut
yang sudah keroncongan juga harus segera diisi segara. Ryan
dan Miko segera mencari makan di sekitaran stasiun.
72
Esok paginya Ryan terbangun pukul 5 pagi dan
melihat kondisi cuaca di luar, yap semesta sepertinya
mendukung hari ini karena cuaca cukup cerah, Lia dan intan
masih tertidur sedangkan Ryan dan Miko melakukan packing
ulang untuk logistik dan keperluan lain.
73
menghubungkan Patak Banteng dengan puncak Prau. Yaa,
jalur yang sangat terjal menguras tenaga namun tetap indah
untuk di lewatinya.
74
menunjuk ke arah puncak gunung Prau. Yang disambut wajah
Lia yang makin berbinar.
∞
“Ingat ya, jangan mengambil apapun kecuali
gambar, jangan membunuh apapun kecuali waktu, dan jangan
meninggalkan apapun kecuali jejak!” Ujar Ryan mengingatkan
Lia dan rombongan.
75
Di awal pendakian mereka akan melewati ladang
warga sampai di Pos 1. Pos 1 jaraknya sangat dekat hanya 10
menit dari basecamp. setelah melewati pos 1 hujan turun dan
mereka beristirahat sekaligus memakai jas hujan. Pos 1
terletak dibelokan jalur, dengan pos yang kecil dan beberapa
kursi panjang untuk beristirahat. Ryan mengajak Lia ke pos
untuk mengenakan jas hujan dan melapisi carrier dengan
parasut agar tidak ada air yang masuk
76
Medan menuju pos 3 mulai menanjak sedikit demi
sedikit. Jalur tanah yang licin akibat tersiram hujan menjadi
licin. Entah karena habis makan cemilan atau sudah terbiasa
dengan ritme pendakian Lia dan Intan berjalan lebih cepat.
Angin dingin yang berhembus dari puncak mulai Lia rasakan
ketika berjalan menuju pos 3.
77
"Aaahh kata siapa, mendaki itu sangat
menyenangkan, bila kita bisa menikmati ritme-ritme yang harus
kita lewati, tergantung dari sudut pandang yang mana kita
melihatnya.”
"Waahh iyaa yaa kang, kok dari tadi aku gak ngeh
kalo ternyata pemandangannya sangat indah..." ucap Lia
dengan wajah yang kembali berseri. Sembari menyebar
pandangannya menikmati pesona Dataran Tinggi Dieng dari
ketinggian.
78
dengan nada sok bijak sambil tersenyum manis melihat wajah
manis Lia yang makin manis.
79
Puncak gunung memang bukan segalanya, tetapi
bukankah hampir setiap pendaki pasti ingin mencapainya?.
Begitu juga dengan Lia. Disaat dirinya nyaris menyerah pada
sepertiga perjalanan menuju puncak Prau, Ryan dengan sabar
mengingatkan Lia bahwa sebenarnya ia masih mampu menuju
puncak bila Lia mau sedikit berusaha melawan mental yang
mulai melemah. Dan Ryan benar, meskipun harus memakan
waktu berjam-jam akhirnya Lia berhasil juga tiba di puncak
Prau dengan perasaan lega yang luar biasa.
80
Cakrawala menampakkan diri pada pukul 18:15 wib.
Fokus Lia dan Ryan langsung tertuju pada sunset di puncak
prau ini, dengan indahnya cahaya keemasan dari ujung barat.
Tak seperti gunung lain yang pernah Ryan jelajahi, Prau
ternyata menyajikan sunset yang sungguh indah.
81
sunrise untuk menikmati keindahan momen ini detik demi
detik, tanpa sadar Lia menyandarkan kepalanya di pundak
Ryan, membuat hati Ryan dak dik duk tak menentu.
82
“Kamu terlihat seribu kali lebih indah dalam
rengkuhan hutan dan lebih gagah saat merangkak menuju
puncak gunung. Mulai dari sini, saya akan mencintaimu seribu
kali lebih dalam.” Ucap Ryan memandang Lia dalam tenang.
83
₰
84
Setelah itu, aku hanya berharap bias mematikan
kebosananmu, lalu mnghidupkan kmbali semangat yang
mnggebu seperti biasanya. Saya tidak bisa memberikan apa
yang kamu minta, ahanya saja aku punya pilian lain untukmu.
Semoga kamu bisa mnrimanya. Itu saja.
85
pendaki. Ryan dan Lia bersiap menyambutkan sang surya dari
ujung camp.
86
Mendolo semalam. Esok pagi barulah mereka berangkat
menuju Bandung.
87
Terlihat sepele memang, bagaimana bisa
kata yang keluar dari bibir seseorang
mampu begitu menguatkan, namun
sebaliknya bisa juga sangat menyakitkan.
88
Bagian Empat
89
Setelah menonton TV
kegiatanku biasanya bermain,
sendiri atau bersama teman.
Jika sendirian, aku bermain
bongkar pasang. Kadang
membuat rumah-rumahan dari
tanah atau batu atau bantal-
guling. Kadang bermain masak-
masakan dari pelepah pisang
dan membuat kue dari
campuran tanah dan air,
kemudian dipanggang alias
dijemur di bawah terik matahari
hingga kering. Berbagai bentuk
dan macam kue berhasil
kuciptakan, hanya bermodal air
dan tanah, kreatif bukan?! Ah…
andai laku dijual, sudah jadi
juragan kue aku sekarang.
90
peringatan Bapak tak pernah kugugu. Akibatnya, jariku kerap
kali teriris pisau (benar kata Bapak). Belum sembuh luka di jari
telunjuk, datang luka teriris yang baru, muncul di jari tengah.
Belum sembuh luka yang di jari tengah, muncul yang baru di
kelingking. Begitulah, hingga banyak hansaplast yang
menghiasi jari-jariku.
91
Kemudian, perlahan-lahan kupejamkan mataku,
tertidur. Air mataku telah mengering. Dalam kelonan (dekapan)
ibu, aku merasa tenang. Tiupan ibu ke jemariku yang terluka,
begitu menyejukkan. Semuanya terasa tenteram. Sebenarnya
aku tak pernah bisa menyembunyikan luka teriris itu dari
Bapak. Meski Ibu tak pernah mengadukannya. Perban di
tanganku itulah yang selalu berucap tanpa kata pada Bapak,
memberitahu bahwa sekali lagi anaknya tak mengindahkah
nasehat-nasehatnya.
92
Menemukanmu
93
Lalu minggu berikutnya disusul oleh ujian akhir Nasional
siswa menengah pertama. Lia tidak menyangka bahwa ia
sudah kelas 3 SMA dan ia harus melaksanakan ujian nasional,
Ia tak menyangka bahwa ia sudah akan masuk perguruan
tinggi saat ia lulus nanti.
94
“Oh tidak, kemarin saya kerumah Lia tapi kata
bapak, Lia pergi mendaki.”
95
banyak kenangan indah selepas meninggalnya kakek di
gunung Arjuno. Kakek meninggal kala aku berumur 5 tahun.
Hobinya untuk berkelana diwariskan untukku. Karena kejadian
itu ayah gigih untuk selalu melarangku menaklukan gunung
,katanya jika aku menaklukan alam, maka alam akan
menaklukanku. Namun kata nenek jika kita mencoba
bersahabat dengan alam, maka alam akan menjadi sahabat
baik untuk kita singgahi.
96
Kedua orang tuanya sudah meninggal ketika ia masih
sekolah dasar karena kecelakaan. Tetapi entah hatinya terbuat
dari apa, ia seolah tak ada beban, hatinya begitu kuat, seakan
cobaan hanya ia anggap sebagai angin lalu, berbeda dengan
Lia yang semenjak ia ikut sang Bapak pindah ke Bandung dan
meninggalkan sang Ibu, Lia menjadi pemurung dan kurang
bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya.
∞
Sudah 3 minggu semenjak Lia tidak bertemu Ryan. Ia
ingat satu tempat kala Ryan membawanya dulu. “Kedai kopi
itu, ya, pasti Ryan disana.” Ujar Lia yang kemudian
meninggalkan kerumunan pelajar yang sedang merayakan
kehilangan.
97
Dicarinya kendaraan umum yang siap menampung
remaja yang baru lulus menuju Jalan Dago di daerah Praga.
Kala itu masih cerah senyum mentari menyapa lalu lalang
orang yang siap menyampaikan semangatnya pada
pekerjaannya masing-masing.
“Ada”
“Dimana?”
“Tau!”
98
“Dimana?”
“Hatimu!”
99
Mungkin harus ku bawakan kau setangkai bunga
tidur, meski hanya ketidak pedulian yang membuat bunga itu
gugur.
Mungkin harus ku bawakan kau sebuah taman.
Meski hanya jawaban menyakitkan dengan nada kita hanya
teman.
100
Perkenalkan saya Ryandra putera aksa, yang entah
bagaimana ceritanya telah jatuh cinta dengan sosok wanita
yang konon bernama Lia.
101
karena untuk mempersingkat waktu ia kembali turun dan
memilih jalur awal yaitu dari Paliana.” Jelas nya.
102
dan menulis sepertinya sudah menjadi bibit tangguh dalam
keluarga Ryan.
103
₰
104
₰
Sudahi saja
Ku pikir ini hanya perasaan pribadi saja, tentang
dilema yang tak berkesudahan. Seringkali mungkin, rasa
kecewa itu sebagai hadiah dari Tuhan yang berlimpah-limpah.
Dengan kita yang semakin mendekatkan diri atau malah marah
pada-Nya. Sungguh Tuhan itu tanda cinta kepada hambanya,
105
mungkin saja ia cemburu sebab kita terlalu bahagia dengan
yang bukan pilihannya.
106
Di tinggalkan seluruh barang barang yang kemungkinan
akan sangat ia rindukan, barang barang pemberian Ujang, dan
album foto bersama para sahabatnya yang berhasil menjadi
rumah kedua. Tetapi tidak untuk buku yang ditulis Ryan, Lia
membawanya dengan kotak merah yang berisi barang barang
penting. Ujang membantu Lia untuk berkemas, Ujang memang
sudah akrab dengan ayahnya Lia, mereka memiliki hobi yang
sama, yaitu Golf.
107
“Kelak, saat kita suda sedikit merasakan
bahaga, kenanglah segala luka juga
kecwa dalam bentuk tawa.
108
Bagian Lima
109
Hampir tiap hari, aku
bermain dengan teman-teman
kampungku. Mereka ada banyak
sekali. Kadang mereka
membuatku tertawa, kadang
menangis. Tapi semuanya
bagiku indah, semua yang aku
lakukan bersama teman-teman
kampungku. Kami punya
tempat-tempat favorit untuk
bermain. Kami biasa bermain
petak umpet, gobak sodor, kasti,
beteng, atau patung-patungan di
tanah lapang yang terhampar di
depan rumah teman-teman
kampungku. Semuanya seru,
apalagi kalau sudah main kasti,
Bapak-bapak dan Ibu-ibu
penonton menyoraki dan kadang
tertawa terbahak-bahak melihat
aksi kami.
110
Jepang itu, meski acak-kadut kami tak peduli, yang penting
semuanya Happy.
111
Tempat hati berpulang
112
asa, Ryan mencari ide lainnya agar ia tak mengerjakan semua
tugas sekaligus ketika sampai dibawah.
113
Seakan terburu-buru untuk mengejar pesawat yang esok
pagi mereka harus segera tiba di Bandara, Ryan tersandung
akar yang cukup besar ketika berada di pos1. Dilanjutkannya
lagi perjalanan turun dengan ritme yang sedikit pelan, “aduh,
kameranya!” seakan panik kameranya hancur karena tertiban
badan ketika terjatuh, ia langsung membuka keril dengan
terburu-buru berharap keadaan kameranya tidak seburuk
pikirannya. Beruntung, kameranya tidak lebam sedikitpun,
hanya tutup lensa yang lecet karena tergores pisau yang ia
bawa.
114
₰
115
terlihat sosok Miko dan Alvi melambai-lambai. Tanpa pikir
panjang, Ryan memeluk Alvi dan bersalaman dengan Miko.
116
₰
117
“Apasi bang, kepo banget jadi manusia.” Balas Alvi
yang merebut kembali catatannya. Ryan masih ingat jelas apa
yang ia tulis, sebuah puisi cinta untuk kekasihnya Tiffa,
seorang gadis mungil dengan lesung dipipi.
∞
Kedai mulai dibuka, customers mulai berdatangan
dengan berpasangan. Di mainkannya gitar yang bersandar
pada dinding disebelah kursi yang ia duduki. Sebuah lagu Puisi
dari Jikustik di lantunkannya. Alunan indah untuk melepas
lelah, sebuah nada untuk mengawali kisah.
118
membuat penasaran Ryan, diketuknya beberapa kali pintu itu
sambari memanggil nama Lia.
119
Menepi untuk memperbaiki diri,
merapihkan kesalahan dan merutinkan
kebajikan.
120
Bagian Enam
121
Selang umurku
beranjak 14 tahun. Ibu kembali
melahirkan, seorang bayi lelaki
keluar dan membuatku cemburu
karena ibu harus membagi rasa
sayangnya. Ibu menjelaskan
bahwa Alvian merupakan adikku.
Yang berarti saudara yang harus
aku jaga. Bayi itu bernama Dwi
Alvian, yang namanya diambil
dari nama depan ibu. Kini lagu-
lagunya bukan lagi untukku,
melainkan untuk Alvian. Ia
menangis dijadikannya lagu, ia
tertawa dijadikannya puisi. Ia
ngompol dijadikannya syair. Ahh,
memang dasar seniman sejati.
122
Diberikannya Alvian kepadaku. Aku
menggendongnya, badannya ringan, seperti mengangkat tas
yang berisi 3 buah buku paket.
123
Penjelajah Waktu
124
Hari ini Bandung begitu ramai dengan pengendara
yang lalu lalang, panas seakan menjadi latar yang indah untuk
meninggalkan gersangnya Bandung untuk hari ini.
125
“Ayah anjeun nuturkeun? Halo, halo..” Ujar ibu dan
sambungan telepon tiba-tiba mati.
₰
Kembali mengenang
Selamat jalan Bandung,tak akan kulupakan
panasmu kali ini, apakah kau kesepian sebab hujan tak
kunjung datang? Atau kau cemburu sebab senja bersanding
dengan malam?. Sekarang biarkan aku menghirup udara
kebebasan sebab Bandung sekarang tidak sebersih Bandung
dulu. Ku nikmati indahmu dari jauh sini. Dari kota tetangga
jauhmu Klaten, suatu saat aku akan kembali dengan aroma
kesegaran sebagai hadiah dari kota yang akan ku hadiri.
Jangan marah, Sebab kau kota lahirku, kota dimana aku selalu
berbagi keluh kesah.
126
Mobil itu melaju menjauhi Bandung, pak Imron yang
mengantar Ryan hanya diam. Ryan memang jarang pulang
kerumah, ia lebih memilih kamar Indekos yang ia design
layaknya perpustakaan pribadi ketimbang kamar dirumah
ayahnya yang bergitu rapih tanpa ada satupun buku.
∞
Ryan membekap telinganya dengan earphones yang
tersambung dengan komputer jinjing, ia lebih memilih untuk
tenggelam dalam alunan nada Iwan Fals, dibandingkan lagu
dari Ed Sheeren yang disuguhkan pak Imron di dalam mobil.
Panggilan pak imron membuatnya melepaskan lagu “Jendela
Kelas Satu” yang sedari tadi terus berulang ditelinganya.
127
nikmatnya. Kini ia mencari keberadaan pak Imron dari balik
ramainya kepala di dalam rest area itu. Kakinya menapaki satu
persatu anak tangga untuk menuju keberadaan pak imron
yang berada di ruang atas, pria itu sedang lahap menyantap
nasi goreng dengan udang pesanannya. Hingga akhirnya ia
tersedak ketika melihat Ryan yang terduduk didepannya.
∞
Di putarnya film Sexy Killer dalam komputer jinjing
yang dibawanya. Wachdoc berhasil membuat Ryan jatuh cinta
pada dunia dokumenter, Dalam filmnya Watchdoc seolah ingin
menyadarkan penonton dengan mengangkat isu seksi yang
relevan dengan iklim Indonesia saat ini. Sebuah film yang
128
menyuguhkan fakta kelam dibalik terangnya lampu-lampu kota
yang dapat memberikan perspektif lain terhadap usaha
pemerintah memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.
129
di pegunungan Binaiya, membuat Ryan serta crew lainnya
penasaran dengan pegunungan yang termasuk kedalam seven
summit indonesia itu.
130
pintu. Dilihatnya jam carrera berwarna hitam yang menunjukan
pukul 4 dini hari. Pak Imron beristirahat sejenak dirumah
sebelum esok siang harus melanjutkan perjalanan kembali ke
Jakarta untuk menjemput ayah.
131
Ketika tidak ada lagi sehimpit ruang
didalam jiwa untuk teman
Percayalah
Panorama bahagiaku
Sedang hancur!!
132
Bagian Tujuh
133
Tak jarang juga kami
menyatu dengan alam, dengan
tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Meski siang-siang, terik
matahari, panas, kami tak
peduli. Kami adalah sahabat
matahari, tak ada yang perlu di
takuti. Salah satu kegiatan kami
adalah membuat perangkap ikan
di parit-parit tengah sawah.
Menggiring ikan-ikan kecil
masuk ke dalam perangkap.
Berteriak senang saat
mendapati perangkap terisi
dengan ikan-ikan kecil
(meskipun sebenarnya yang
kami dapat saat itu adalah
kecebong-kecebong).
134
Sebab dan akibat
135
kenangan, sebuah buku yang ditulis oleh Ryan. kata Ryan
buku ini adalah sumber nyawa, tempat segala bahagia, suka,
duka, cinta, termasuk Lia ditulis olehnya.
136
benar-benar jatuh cinta pada nona senja itu? hati tidak
mungkin ingin disalahkan. Sedangkan logika sedang cemburu-
cemburunya terhadap pikiranku yang selalu memikirkan
senyum itu. Senyum bak puteri kerajaan. Ayolah, perkenalkan
namamu dan bersandinglah denganku. Akan ku tunjukan
warna senja yang sesungguhnya. Secerah hariku, seindah
dirimu.
137
“Hmmm, Jangan percaya bu, gombal dia” ledek
wanita itu kepada ayah.
138
“Iya, dimana rumahmu? Aku kesana sekarang.” Pria
itu berbalik bertanya.
“Aku rindu.”
139
Sebuah kabar gembira yang akan menyambut
harinya menjadi lebih berwarna. Kini, tuan rumah telah kembali.
Tuan yang akan berpulang kepada hatinya!. “Tetapi apa kang
Ryan mencintaiku? Atau hanya aku yang jatuh cinta
sendirian?.” Tanya hatinya.
140
“Nak Ryan jadi kesini?” tanya ibu. Sebelumnya Lia
telah menceritakan tentang Ryan kepada sang ibu, sosok
penulis, jurnalis, musisi, pendaki. Menjadi nilai plus dimata
sang ibu. ibu penasaran dengan sosok yang begitu membuat
anaknya terhipnotis, membatu pada sebuah buku bersampul
lusuh.
“Oh iya bu, hari ini aku ikut ke pasar ya” Lanjutnya.
141
“Eh kang Ryan, Aku kira badut yang ada di film IT,
hehe.” Gadis itu masih terpaku dengan film horor yang
mengangkat petualangan sekelompok anak yang disutradarai
oleh Andy Muschietti.
“Kamu sendiri?”
“Sama Ibu.”
142
“Eh, ibu negara. Assalamualaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh.” Ucap Ryan dengan nada seperti anak Sekolah
Dasar ketika ingin memulai pelajaran. Lia senang dengan
keakraban yang baru saja terjadi antara ibu yang segalanya
dengan pria kumal yang apa adanya.
143
“Tuhh.” Jawab Ryan dengan jarinya yang menunjuk
roket mainan yang ada di toko sebelah.
144
₰
Petuah Bapak
Desir angin yang menjadikan dedaunan sebagai
penari dadakan kini mulai terasa, tidak ada lagi tanda-tanda
kota. Asri, leluasa, kini terasa kala kau hadir di depan mata.
Setiap langkah yang ku jamah dengan doa. Setiap tatapan
dengan rengkuhan harapan sebagai cahaya. Kini semua
terlihat jelas, sebuah puteri duyung yang ku tawan atas dasar
cinta. Setiap siripnya yang dijadikan buah tangan dari surga.
Senang mengenalmu.
145
“Terserah kamu, sebagai supir pribadi, saya hanya
mengikuti.”
“Suka apa?”
“Suka…. Bumi.”
146
Keduanya berkeliling untuk melihat negeri di atas
awan, menikmati senja, bersenda gurau, dan hal-hal konyol
lain dari Ryan yang membuat Lia begitu bahagia.
147
“Sesuatu yang senantiasa kau kejar.” Lanjut Ryan
dan menoleh ke arah Lia.
148
“Sengaja biar kamu rindu.” Bisik Ryan di telinga
wanita itu dan memeluknya.
149
Sebuah rindu yang tertinggal dalam
alunan sajak putih
150
Bagian Delapan
151
Di sawah-sawah yang
membentang luas, kami mencari
ciplukan (buah yang berbentuk
bulat sebesar kelereng,
berwarna hijau bila mentah, dan
berwarna coklat bila masak,
rasanya amat manis). Sering
juga kami menangkap capung
dan belalang, berlomba
mengumpulkan sebanyak-
banyaknya. Inilah salah satu
keahlian kami, menangkap
capung dan belalang yang
terkenal gesit, dengan tangan
kosong, dengan jurus yang
mengejutkan, bagi hewan
berkaki enam itu.
152
mengabulkan permohonannya. Tak berapa lama, seekor
capung bermanuver di samping tubuhnya. Naik. Menukik.
Terbang lagi. Dan akhirnya terbang melesat di atas kepala
temanku itu. Dengan cepat, secepat kilat, kedua telapak
tangan itu bertemu “puk” menangkup, capung itu dapat sekali
tepuk, hebat bukan. Manusia diciptakan dengan kelebihan
masing-masing. Kami diciptakan dengan kelebihan
menangkap serangga.
153
Aku memasukkannya ke dalam plastik yang telah
dilubangi kecil-kecil agar capung di dalamnya bisa bernafas.
Capung itu berputar-putar, mencari jalan keluar. Percuma.
Cukup lama. Putus asa.
154
menyeimbangkan tubuhnya, terbang ke atas, dan seakan
menoleh ke arah ku, berkata “Terima Kasih”. Aku melambaikan
tangan dan membalasnya “Sama-sama” (jangan pernah
meremehkan imajinasi anak-anak, mereka pengkhayal yang
hebat).
155
Hari-hari berikutnya aku rindu menangkap capung.
Kenikmatan dan ketegangan menangkap capung
menyergapku. Aku juga ingin melihat keindahan warnanya.
Akhirnya, jika tidak tahan, aku menangkapnya, hanya
melihatnya sebentar, lalu melepaskannya lagi.
156
Merangkak menuju
Masa depan
157
Agus memiliki seorang kenalan di daerah Tanjung
priok yang kemungkinan tahu detail perihal kerusuhan koja
tersebut. Kerusuhan koja terjadi pada 14 april 2010 yang dipicu
oleh rencana eksekusi tanah kawasan makam Mbah Priok
yang ada di dalam area Terminal Peti Kemas Tanjung Priok
oleh Pemda DKI Jakarta.
158
pengikut Jamaah Al Haddad dan Saksi Mata. Mereka saling
bercanda sebelum akhirnya berbincang perihal Mbah Priok
dan kerusuhan yang terjadi di Koja.
“Sudah.”
“Detailnya?”
159
Pelindo II. Hal ini sesuai dengan hak pengelolaan lahan
dengan luas 145,2 hektare. Kalau tidak salah sehari sebelum
kerusuhan Pemda DKI Jakarta berencana mengeksekusi
tanah sengketa, tetapi ditentang oleh warga yang berakhir
dengan pecahnya bentrokan antara aparat dengan warga.”
160
“santai aja bang, kita tidak lagi sensus loh.” Ledek
Ryan yang kemudian meminum secangkir kopi. Lelaki itu
hanya tertawa dan lantas menggaruk kepala yang dibalut peci
hitam.
Ranum
Untuk sekarang, kita akan sering berada ditempat
yang berbeda, dengan masing-masing kesibukan yang
mustahil untuk ditinggalkan, dengan masing-masing kewajiban
yang rentan untuk tidak dibiasakan.
161
Saat mereka memulai, kita sudah memulai. Saat
mereka menjalani, kita sedang menjalani. Dan saat mereka
berpisah, kita masih terus bersama dan menjalaninya dengan
baik.
₰
Ryan menuju lokasi pada pukul 16;30 Bentrokan
yang terjadi di makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara, sejak
siang tadi perlahan-lahan mulai surut.
162
Wawancara tertuju pada serang remaja yang
memakai sweeter merah dengan celana jeans “mengapa anda
ikut-ikutan? padahal anda bukan jamaah di Alhaddad.” tanya
Ryan kepada pemuda itu.
163
Pria kumal itu melangkah menuju lelaki tua ber-
seragam dinas yang terluka dibagian matanya, lelaki tua
dengan baret yang masih gigih mengais uang. Sebagian
tangannya memegangi luka lebam didekat mata, sebagiannya
lagi memegangi tongkat yang mungkin digunakan untuk
perlindungan diri. Terduduk di kursi panjang yang berada di
trotoar jalan.
164
Agus masih sibuk merekam dengan alatnya,
dijadikannya sebuah mobil yang sudah hancur sebagai latar
liputan. Salah seorang massa melempar batu dan mengenai
kepala Agus, ia teriak kesakitan. Kedua tangannya memegangi
kepala yang sudah banjir darah.
∞
Koridor rumah sakit mulai pengap, banyaknya
korban kerusuhan yang mengakibatkan dokter harus bekerja
hingga tak sempat lagi beristirahat barang sejenak. Lelaki tua
menghampiri pria kumal yang sedang terduduk.
165
“Dari dulu saya benci sama pekerjaan yang kamu
geluti.” Lanjutnya dengan tertunduk.
166
“Terima kasih pak.” Ucap Agus yang kedatangannya
merubah suasana.
167
Jika sempat, mampirlah.
168
Bagian Sembilan
169
Selain bermain di
sawah, kami biasanya mencari
telur dalam jerami. Kegiatan ini
sangat seru. Hanya saja kami
tak bisa menikmatinya setiap
hari. Hanya waktu-waktu
tertentu, pada musim ayam-
ayam betina bertelur. Pak Poh
(panggilan bagi kakak Ibuku)
memiliki peternakan ayam.
Peternakan itu berada tak jauh
dari lapangan tempat bermain
kami. Area peternakan itu besar,
tapi ayam ternaknya tak begitu
banyak. Sehingga ayam-ayam
itu dibiarkan bebas tanpa di
masukkan ke dalam kandang-
kandang kecil.
170
tumpukan jerami di “rumah ayam” itu. Kami menerima tawaran
Pak Poh dengan senang hati. Kami berlomba mengumpulkan
telur-telur. Berhati-hati, jangan sampai menginjak telurnya.
Jangan sampai telurnya pecah, sayang.
171
Langkah Kaki
172
Dua orang pemain musik yang menggerakan jari-
jemarinya di tubuh suling dan kecapi tersebut duduk disudut
taman belakang. Dua lampu lampion besar berwarna merah
menyinari keduanya sehingga memberikan efek dramatis.
173
“Tahu berita hari ini?” tanya Miko.
“Perihal?”
Sambungan mati.
174
Ryan mencoba mengingat nomor Lia yang sudah
berada di luar kepala, dihubungi tetapi salah sambung. Hampir
putus asa karena lupa akan nomor Lia, ia ingat sebuah alamat
yang Ujang beri sebelumnya,
175
₰
176
“Hati-hati, nanti ketika acara resepsi telah selesai,
saya menyusul.” Ucapnya menenangkan. Ryan berlari ke
belakang rumah itu. Ditujunya sebuah kendaraan sedang
hitam yang ia gunakan untuk menuju ke resepsi pernikahan
Miko.
177
“Ada apa?” tanya pria itu dengan tangannya yang
masih sibuk membawa kendaraan itu menjauhi kota
kelahirannya.
178
Tidak jadi dirinya memaki merapi yang tanpa kabar
mengubur sebagian yang ada dibumi. Ini wanitanya aman
dalam dekapan, bukan lagi dalam angan yang sedari tadi ia
rasakan.
179
harapan. Sepertinya merapi benar-benar menepati janji,
dibawanya edelweis yang benar benar indah sebelum akhirnya
ditenggelamkannya setiap jiwa yang menghalanginya.
“Terimakasih.”
180
“Karena telah membiarkan saya untuk memilikimu?”
181
Sakit yang menjadikannya puisi
Cinta yang menjadikannya penyair
Luka yang menjadikannya pemikir
Dan Lia
Yang menjadikannya berwarna.
182
Bagian Sepuluh
183
Sore hari, biasanya
kami habiskan untuk berkejar-
kejaran di padang rumput yang
di atasnya membujur rel kereta
api. Berlarian kesana-kemari.
Memetik dan mengumpulkan
bunga-bunga liar yang
menghiasi padang rumput
bersama teman-teman
perempuan. Kemudian
menyelipkan bunga itu di rambut
masing-masing. Menonton para
teman lelaki yang beradu
layang-layang dengan anak
kampung sebelah. Menyoraki
memberi semangat. Berteriak
“Yah” bila layangan teman kami
yang putus, dan berteriak “Yes”
bila layangan lawan yang putus.
184
Permainan dan canda tawa kami harus berakhir saat
Ibu-ibu kami, dari kejauhan memanggil-manggil nama kami,
meneriaki kami untuk pulang. Kami berjalan beriringan, pulang.
Keringat membasahi baju kami, bau kecut, bau matahari. Saat
perjalanan pulang dari padang rumput, kami harus melewati
pematang sawah, meloncati parit kecil, dan hup, mendaratlah
kami di tanah belakang rumah-rumah kami (tepatnya rumah-
rumah teman kampungku, karena rumahku masih 500 meter
lagi dari situ).
185
Pena Alam
186
Malam ini adalah peluncuran buku versi bahasa
inggris dari Aksa Rasa yang ditulisnya pada 2008. Peluncuran
buku yang salah satu bagiannya membahas perjalanan Ryan
kala berkelana diseluruh puncak nusantara.
187
dengan pencapaianmu itu, belum tentu itu garis finish terakhir,
kraena bisa jadi banyak orang yang akan melampauinya.
₰
Teringat satu hal akan bencana yang menimpah
kota kelahiran ibunya, Ryan berfikir untuk menarik
188
penggalangan dari para tamu yang akan di sumbangkan ke
korban gunung merapi.
189
Sementara sebagian lagi asyik mengamati buku-
buku yang di jual Ryan. Berkaitan dengan kejadian bencana
alam gunung merapi di jawa tengah, sejumlah seniman yang
hadir berpartisipasi mengumpulkan dana dengan cara
melelang lukisan dan patung hasil karya mereka. Para tamu
yang hadir malam itu tidak hanya orang-orang dari kalangan
seni saja, tapi juga para pendaki dari berbagai daerah.
190
“Hari ini bapak ingin menjemput ibumu, doakan agar
mendapat kabar baik.” Ucap sang bapak memegang puncak
anak pertamanya.
191
itu indah “kau menemuka segala hal yang tidak kau ketahui
jika kau ingin mencari.” Tutur ibu ketika saya memenangi salah
satu ajang menggambar saat taman kanak-kanak.
“Siapa?”
192
“Terimakasih pak, saya juga baru kali ini bertatapan
langsung dengan seorang ayah yang masih gencar mengais
uang dengan umur yang sudah rentan.” Ryan mencium tangan
pria tua itu, tangan berbau perjuangan.
“Selamat.”ujarnya.
193
“Wah beruntung sekali saya, kamu yang menikah
saya yang mendapat hadiah.” Ujar Ryan dengan nada
bercanda.
194
wilayan Kalimantan Tengah, akan tetapi jalur pendakian
terdekat dan sering digunakan adalah jalur dari Kalimantan
Barat.
195
Dan harusnya saya yang kau nanti hari
itu, kala hati saya terus menangadah
mengatuh doamu agar teraminkan,
namun sayang, dirinya hadir dan
membuat hati saya kembali terasingkan.
196
Bagian Sebelas
197
Selesai mandi, dua
gelas susu sapi rasa vanilla,
sebut saja Dancow, telah siap di
atas meja. Satu untukku dan
satu untuk adikku. Seperti biasa
aku berlari keluar rumah dengan
segelas susu di tanganku,
adikku mengikutiku dari
belakang. Aku menoleh ke
arahnya, tertawa licik, ia pun
demikian. Kami berkonspirasi,
ah tidak, tepatnya aku
merencanakan sesuatu dan
adikku setuju. Dan konspirasi ini
telah terjadi beberapa kali,
berhasil. Ibuku berteriak-teriak
di belakang kami, “Mau
kemana? Minum susunya,
jangan lari-larian!”.
198
setinggi dadaku itu. Cairan putih itu mengalir meresap ke
dalam tanah, cepat. Tak berapa lama kemudian, cairan putih
yang kedua mengalir, meresap ke dalam tanah, tak secepat
yang pertama. Cairan putih kedua itu dari gelas susu milik
Adikku. Kami berdua saling pandang, tersenyum puas.
Konspirasi selesai. Sejauh ini berjalan dengan lancar.
199
Kami diam. Mendengarkan (benarkah?).
200
Petualangan
201
“Pastilah karna bayaran yang dia rasa kurang
banyak.” Ujarnya.
202
dengan hal-hal lainnya. Disini Miko merasa sangat kecewa
dengan pengelola Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
yang menugaskan orang yang tidak berkompeten.
∞
Matahari semakin naik dan terik, mereka pun
meninggalkan basecamp dibonceng para ojek. Ojek jadi pilihan
satu-satunya, mengingat waktu yang semakin siang dan jarak
yang lumayan panjang menuju pintu rimba bernama Korong
HP. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit menggunakan sepeda
motor, dan dua hingga tiga jam jika memilih berjalan kaki. Trek
yang dilewati adalah jalanan tanah bekas peninggalan
perusahaan logging yang jika hujan turun medannya akan
sangat menantang dengan tanjakan dan turunan tajam.
Beberapa kali MIko harus turun saat tanjakan, dan memegang
203
handle bagian belakang saat melewati turunan tajam nan licin
yang bisa saja membuat motor terpeleset dan jatuh.
204
yang mahal menjadi sebab jarangnya pendaki yang melakukan
aktivitas pendakian disini. Itu juga menjadi salah satu faktor
disarankannya menggunakan porter disetiap pendakian,
karena jalanannya yang kurang jelas, minim petunjuk, dan juga
banyak percabangan di sepanjang jalur. Bahkan saking
jarangnya didaki, dalam setahun bisa jadi hanya 5 - 10
rombongan saja yang mendaki Gunung Bukit Raya.
Ruang Nelangsa
Ruang yang kini kosong pernah menjadi saksi,
tentang sebuah asa yang entah bagaimana dia tumbuh dalam
dua insan yang hatinya masih penuh kebimbangan.
205
Bisakah hubungan atas nama cinta sebagai teman
itu kembali seperti biasanya? Bisakah semuanya berakhir
pisah?
₰
Miko pun membongkar sedikit perbekalan untuk
sekedar mengisi energi agar tetap kuat melanjutkan perjalanan.
Menurut porter, tempat ini adalah Hulu Sungai Menyanoi,
memang sering digunakan untuk berkemah karna terdapat
sungai kecil disampingnya. Sekitar jam 3 sore, perjalanan
kembali dilanjutkan menuju Sungai Mangan. Trek pendakian
masih naik - turun punggungan, juga melewati beberapa
sungai kecil. Mendekati camp Sungai Mangan, jalanan setapak
berubah menjadi menurun, dan setelah itu akan dijumpai
sebuah camp yang mampu menampung 4 - 5 tenda. Waktu
tempuh dari Hulu Sungai Menyanoi ke Sungai Mangan sekitar
1 jam dengan ritme jalan yang santai.
206
₰
Mendalami kisah
Tentang perjalanan hidup orang-orang hebat,
terkadang kita sebagai manusia biasa-biasa saja akan
terpukau dengan hal-hal luar biasa yang pernah dijalani
mereka. Ada tokoh politik yang Berjaya dalam periode
kepemimpinannya, atau penguasa sukses yang meniti dari
minus dengan latar belakang keluarga yang kekurangan. Bisa
juga tentang perjalanan seseorang yang menjadi guru besar
bagi umat manusia.
207
perjalanan cerita yang ia jalani sampai pencapaian akhir
hidupnya.
₰
Hari kedua pendakian dimulai terlalu siang, maka
ritme jalan pun harus diatur cepat agar tidak bertemu malam di
perjalanan. Start dari camp Sungai Mangan (668 mdpl) sekitar
jam 09.30, kondisi hutan masih tertutup dengan kanopi -
kanopi hutan yang rapat dan pepohonan yang menjulang tinggi.
Jalanan mulai menanjak setelah meninggalkan camp Sungai
Mangan tempat mereka bermalam. Hutan dengan kondisi ini
menyebabkan pandangan terbatas, tidak ada pemandangan
yang bisa dilihat sama sekali, kecuali pohon, semak - semak,
atau tanah lembab tertutup dedaunan. Camp berikutnya
adalah Hulu Rabang (708 mdpl), mereka sampai disana
setelah melakukan perjalanan sekitar 3 jam. Hulu Rabang
merupakan camp dengan tanah yang datar dan cukup luas,
sangat cocok untuk dijadikan tempat bermalam karna selain
cukup untuk banyak tenda, juga terdapat sebuah sungai lebar
dengan air jernih yang melimpah.
208
Medan perjalanan berikutnya akan terus menanjak
dengan banyak batang pohon tumbang yang akan
menghalangi perjalanan. Sesekali mereka harus merangkak
dan memanjat batang pohon tersebut. Dan gangguan lainnya
datang dari drakula penghisap darah, binatang ini menemani
perjalanan dari mulai memasuki hutan. Setiap kali berhenti,
Ryan selalu memeriksa setiap bagian tubuh agar terhindar dari
serangan hewan tersebut. Kondisi tanah yang lembab
menyebabkan pacet sangat banyak berkembang biak disini,
dari awal pendakian bahkan hingga puncak akan ditemui
binatang ini. Macamnya pun berbeda - beda dari yang
berwarna hitam, loreng, dan bercorak.
209
Jeritan suara perempuan yang mengejutkan, datang
dari arah depan. Jelas itu merupakan suara Anggey karna dia
adalah satu-satunya perempuan yang diajak untuk menemani
sang porter. Anggey merupakan gadis berjilbab dengan
wajahnya yang kecoklatan, sifatnya terbilang cuek, terbukti
saat mereka melakukan pendakian tidak ada pertanyaan
keluar dari wanita itu. Sang Porter pun bergegas maju untuk
segera menghampirinya. Sebelum menemukan Anggey,
beberapa sengatan di bagian badan terasa ditubuh Ryan
Rasanya ngilu. Sambil berteriak, Ryan berlari menjauh dari
tempat pertama dirinya mendapatkan serangan itu.
210
banyak cerita. Sesegera mungkin mencoba memejamkan mata
setelah semua bersiap untuk beristirahat, dengan harapan
rasa sakit akibat sengatan tawon tadi akan hilang pada
keesokan harinya.
Sinar langkah
Hari ini, tentangmu yang masih belum berakhir.
Seperti halnya lampu jalanan dipagi yang masih dini hari. Aku
jelas akan tahu siapa yang masih bersinar di gelapnya hari ini.
Iya kamu! Harusnya aku tidak berdiam diri disitu. Karna
cahayamu tidak bermaksud untukku. Ada orang lain yang
memang akan mengunjungi tempat itu.
211
Harusnya begitu, harusnya seperti itu.
₰
Rasa sakit karna gigitan tawon seketika hilang saat
Ryan terbangun, dilanjutkannya kembali perjalanan yang
masih panjang menuju titik tertinggi di Pulau Kalimantan. Ia
memulai perjalanan kembali pada jam 09.20 WIB. Dan yang
menjengkelkan, setalah 15 menit berjalan, dijumpailah sebuah
tanah lapang yang bisa jadi adalah camp Hulu Jelundung
(1.300 mdpl).
212
Dari Linang, jalanan masih terus menanjak. Setelah
berjalan sekitar dua jam, mereka berlima tiba di sebuah
percabangan jalur. Ternyata jalur ke kiri merupakan arah
menuju puncak, tetapi porter menuntun untuk mengambil jalan
lurus karena harus mendirikan tenda di camp selanjutnya yaitu
Sowa Tohotong. Tidak jauh dari percabangan. setelah
melewati sungai kecil ditemukan juga sumber air yang lebih
besar dekat camp. Tiba di camp Sowa Tohotong (1.557 mdpl)
sekitar jam 14.16, artinya perjalanan dari camp tawon sampai
ke camp terakhir ini menghabiskan waktu selama empat jam
lebih.
213
terlanjur retak, sebab terinjak oleh air mata kenangannya
sendiri, sebelum meneduhkan kembali kesepian atau
kesedihannya dalam secarik puisi patah hati.
₰
Menuju Puncak Kakam, mereka harus kembali ke
jalur pertigaan yang dilewati kemarin. Dari pertigaan ambil arah
ke kanan, trek yang akan dihadapi menuju puncak yaitu trek
dengan tanjakan yang terjal. Vegetasi disini sudah mulai lebih
rendah dibandingkan pepohonan yang dilewati di perjalanan
dua hari sebelumnya. Serangan pacet pun akan berkurang
disini, mungkin disebabkan cahaya matahari yang mulai bisa
menembus kanopi pohon di daerah sini. Dalam perjalanan ke
puncak, mereka bertemu dengan beberapa pemburu kayu
214
Gaharu, mereka bisa bertahan berminggu - minggu di dalam
hutan hanya untuk mencari kayu tersebut.
215
bagi para pendaki karena bisa melihat jajaran hutan
Kalimantan yang masih penuh dengan pepohonan tinggi.
216
kembali cerah tanpa kabut, tapi terpaksa di lawan karna
mengingat waktu yang terbatas dan juga berpegang teguh
pada pemikiran; "Bahwa puncak dan cuaca cerah itu adalah
bonus!" selebihnya sudah bisa selamat sepanjang pendakian
dan bisa kembali pulang itu adalah nikmat dari pendakian
sesungguhnya. Akhirnya, rombongan memutuskan untuk turun
secepatnya dengan perasaan bangga karna berhasil sampai di
salah satu titik tertinggi dari titik-titik tertinggi lain 7 summits of
Indonesia.
217
bisa lancar dan lebih cepat dari jalur naik, karna beban di tas
masing-masing setidaknya sudah berkurang.
218
rombongan berhasil keluar dari hutan dan sampai di Korong
HP.
219
Mungkin, aku bisa berhenti percaya kalau
itu hanya sekedar alibi untuk sebuah
kemungkinan yang pasti, kalau ternyata
kau tak pernah mencintaiku.
220
Bagian Dua Belas
221
aku pernah tertidur
beberapa lama. Ketika aku
membuka mata, semua orang
terlihat menangis dan mengucap
syukur yang terus diulang-ulang.
Semua terlihat berebut ingin
memelukku. Aku bingung,
kepalaku pusing, tenggorokan
serasa kering. Apa yang terjadi?
Apa aku telah melakukan
kesalahan yang fatal? Apa aku
mabuk-mabukkan? Apa aku
bermain terlalu lama?. Air
mataku tiba –tiba menetes,
ketika salah seorang di antara
mereka berkata “kau telah
kembali, jangan begini lagi, kami
semua takut.”
222
Merangkak Kedepan
223
“Rama!” teriaknya dengan lari-lari kecil. Lonceng
kecil yang berada ditasnya memekakan telinga. Langkahnya
semakin cepat, hingga ditengah jalan raya yang ia sebrangi,
Sebuah sedan yang melaju dengan kecepatan yang terlewat
batas untuk jalan setapak menabraknya dan membuatnya
tidak sadarkan diri.
224
pembelaan dengan cara menendang pria itu. Ia tak percaya
keperawanannya hampir terenggut oleh mantan kekasihnya
sendiri, sebuah niatan baik untuk silaturahmi kini kandas
termakan nafsu.
225
Lia berlari dan memeluk Ryan, tangisannya sedikit
kencang. Ryan yang tidak mengerti meminta Lia untuk
menjelaskan kejadian. Perihal apa yang membuatnya
menangis dan apa yang membuatnya berdarah.
∞
Hari semakin gelap, Lia masih terduduk diruang
tamu, menunggu kekasihnya menyelesaikan tugasnya.
Membiarkan kebohongan terus mengganggu pikirannya. Ryan
sedang asik berbincang dengan Rama di bawah lantai yang
disugguhi dua buah kopi dan sebungkus nikotin, kejadian tadi
terasa begitu cepat, dimana yang wanita itu tahu bahwa ia
226
sedang dilecehkan sebelum akhirnya tersadar. Rama yang
terkenal penyayang kini menjadi orang yang paling kejam,
Rama yang ia kenal humoris kini menjadi orang yang ia kenal
brengsek. Sebuah masa depan hampir terenggut kala ia telat
tersadar barang 1 menit.
DTSFR
For me, its hard to say “Proud Of Myself” When
people ask me “Apa saja yang sudah saya capai selama
hidup?” dengan gamblang saya menjawab “Nothing!”.
227
diri saya sendiri. Se-menyesal itu saya jadi “aku” yang hidup
sekarang.
228
penuh dengan negatifitas dan kawan-kawannya. Saya tidak
mencintai diri saya sendiri. Saya tidak bangga dengan diri saya
sampai hari ini. Saya tidak pernah mencapai apapun.
₰
Pintu yang sedari tadi tertutup rapat kini terbuka
lebar kala ia lihat sosok Ryan keluar dari rutinitasnya. Wanita
itu menutup buku sebelum akhirnya berdiri, Ryan memegangi
luka di wajah Lia, disimaknya baik-baik luka dibagian kepala
yang wanita itu alami.
229
“Tidak, memang apa?”
230
“Lalu yang tidak kamu sukai apa?”
231
Dan saat kamu dan dia sama-sama sudah saling
mengerti, kalian sudah terikat di masing-masing lain hati, yang
akan semakin berat pula kalian tinggalkan.
₰
“Ada yang ingin saya bicarakan.” Ryan menarik
tangan Lia menuju sepeda motor yang ia bawa. Langkahnya
semakin cepat, Lia yang pusing tidak sempat bertanya perihal
apa yang,membuat lelakinya terburu-buru.
232
perpustakaan, salah satu perpustakaan terlengkap di daerah
Bandung.
233
“Saya dapat beasiswa di universitas yang saya
impikan.” Lanjut Ryan dengan matanya yang berbinar bangga.
Sebuah cita-cita yang ia impikan sejak lama, sebuah
pengalaman luar biasa dari seluruh perjuangan yang ia lalui
kini mencapai titik akhir.
234
₰
235
diingat. Akan ada hari lain yang memang patut diingat, sebagai
hari yang membuatmu begitu jatuh, adalah hari yang pantas
untuk dilupakan.
₰
“Saya tidak kemana-mana, saya hanya pergi
sebentar untuk menggapai yang lebih besar. Ada harapan
yang menanti saya untuk terus memperjuangkan.”
“4 tahun mungkin.”
“Aku serius!”
236
“Kamu tahu apa yang terjadi saat bumi menjauh dari
mentari?” Lanjut Lia dengan nada tersedu.
237
“Jarak antara kita tak lebih jauh dari doa-doa saya
yang setiap malam menemanimu, tenang saja, akan tiba
masanya kita berpelukan sampai mentari pagi menyapa.”
Lanjut Ryan merekahkan tangannya, dan membiarkan wanita
itu menangis dipelukannya
Kelak
Kutuliskan sajak ini sambil mengingatmu. Dalam
sendu sedang gerimis di depan teras rumahku. Akan jadi apa
kita bertahun-tahun dari sekarang, Tuan? Kelak ketika kau
memutuskan pergi dari hidupku, ingatlah aku sebagai proses
kau menuju masa depanmu. Lalu tersenyumlah karna meski
tak bersama, pelukku pernah mendamaikan jutaan gelisah.
238
jangan salahkan Tuhan. Tentu tak satupun dari kita yang ingin
menjadi makhluk tak tahu aturan.
239
Terima Kasih
Terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah
membuat semua ini terjadi.
240
Terima kasih untuk para sahabat pena yang telah
menyumbangkan kisahnya dan menjadikan sebuah novel
perjalanan yang utuh.
241
Wahyu Jaka Saputra
Jaka Alias Wahyu Jaka
Saputra, seorang remaja yang
berhasil menggapai mimpinya
menjadi penulis, kala diiming-
iming akan tenar, ia kerap tak
peduli “terkenal itu akibat
bukan tujuan.” Menjadi slogan
yang selalu tertanam di dirinya.
242
Agustin, Rizal. “Tabah Sampai Akhir”, diakses dari
http://www.mrizag.com/2015/08/pendakian-gunung-bukit-raya-
tabah.html, pada tangga 26 November 2019, pukul 23.34.
https://id.wikipedia.org/wiki/Iwan_Fals
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Koja
https://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_Sunda_Hejo
https://octharina.wordpress.com/kisah-masa-kecilku/
243
https://palu.tribunnews.com/2019/04/15/sinopsis-sexy-killers-
film-dokumenter-kisahkan-fakta-di-balik-terangnya-listrik-
segelap-batu-bara?page=2
https://touaregadventure.com/pendakiangunung-bukit-raya/
244
KUMPULAN PUISI
NESTAPA
245
246