Anda di halaman 1dari 6

:Lilo Nuralim Cahza:22: XII – IPA 1:

BHIMA SAKTI

Aku adalah Rudeus Voldigoat, temanku biasa memanggilku Daus karena terlalu sulit
mengeja namaku. Namaku terinspirasi dari salah satu tokoh film yang sering Ayahku tonton.
Aku saat itu tinggal bersama ibu, kakak, dan nenekku. Kami tinggal di suatu tempat yang
indah bagai surga. Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan oleh keluargaku. Dan waktupun
berlalu, Saat itu aku sudah sekolah dasar di sekitar tempat tinggalku, dan saat itu aku sangat
bahagia mendapatkan teman – teman yang dekat dengan rumahku dan sangat baik.

Singkat cerita, aku sudah kelas 5 SD. Aku sering mendapatkan rangking sekolah tiga
besar dan sering juara lomba. Dan kelas kami mendapat undangan untuk mengikuti Panti
Sosial Petirahan Bhima Sakti di Batu, Malang selama sebulan. Kami sangat senang karena
mendapatkan undangan tersebut, sekaligus khawatir. Karena baru kali ini kami meninggalkan
kota tanpa ditemani orang tua dengan waktu yang tidak sebentar. Seminggu setelah
mendapatkan undangan tersebut, kamipun berangkat dengan rasa senang bercampur dengan
rasa sedih. Di pagi yang masih gelap gulita ini, dengan udara yang masih segar dengan penuh
rasa ke khawatiran dan sedih yang bersatu, kami berpamitan dengan keluarga “Aku berangkat
dulu Bu” Kalimat terakhir yang aku sampaikan kepada ibuku sebelum aku meninggalkannya.
Dan kamipun mulai berangkat bersama dengan berusaha untuk menenangkan teman- teman
yang lain.

Kami sampai saat subuh berkumandang, disambut dengan suara serangga yang ramai
dan udara yang sangat dingin. Kami sempat untuk melihat sekeliling tempat sebentar, dan
benar, sedikit menyeramkan “Tempat ini seperti rumah hantu saja” Ujarku dan teman –
temanku menertawakanku “Hahaha.... Bisa aja kamu, inikan tempat yang menakjubkan”,
“Menajubkan? Menurutku ini seperti neraka aja” Ucapku dalam hati. Tempat yang amat luas,
gelap serta banyak tempat – tempat yang sempit. Disana, kami dikumpulkan terlebih dahulu
untuk sarapan serta diberi arahan untuk tempat tidur serta teman sekamar. Ternyata bukan
hanya dari sekolah kami dan sekolah tetangga, namun ada juga anak-anak dari kota
Situbondo. Kami dibagi menjadi 4 orang sekamar, aku, temanku dan 2 orang lagi dari sekolah
yang berbeda, namun kami bisa akrab dengan mudah karena mereka dari kecamatan sebelah.
Sesampainya dikamar kami merapikan barang dan berbincang sebentar sampai siang lalu
kami makan siang dilanjut hingga tidur siang. Saat Sore menjelang malam kami bebas
melakukan apa saja hingga waktu magrib berkumandang. Disaat inilah malam pertama di
tempat yang asing bagiku. Udara dingin serta lampu yang hanya menerangi sebagian jalan,
kami ada kelas malam selama 1 jam, sampai jam 9 malam. Disaat jam 9 itulah kami
diberitahukan untuk segera beristirahat karena bel alarm akan berbunyi jam 4 pagi hari. Saat
hari itu, aku dan teman sekamar tidak bisa tidur. Lalu kami bermain sebentar hingga larut
malam, disaat kami sedang asik bermain tiba – tiba ada orang yang lewat didepan kamar
kami. “Shtttt...” Kami seketika diam sebentar dan berpura pura tidur karena takut jika
dimarahi oleh satpam yang berjaga. Akupun tidak tersadar dan akhirnya menutup mata dan
tertidur.

Keesokan harinya tepat jam 4 pagi bel alarm berbunyi menandakan adzan subuh
berkumandang. Temanku sekamar bercerita kalau kemarin ternyata tidak ada orang yang
lewat. Ia diberitahu oleh teman sebelah kamar kami yang ternyata juga tidak bisa tertidur
karena mendengar di luar kamar sangat ramai padahal tidak ada siapapun disana. Saat itu,
kami berencana saat malam hari nanti kami tidur di kamar sebelah agar ramai dan tidak
terlalu memikirkan kejadian kemarin. Setelah sarapan pagi, kami bermain dilapangan futsal
yang tersedia di tempat itu. Kami bermain bola dan saat bola itu menggelinding di jalan turun
aku mengejarnya dan temanku dibelakang tidak sengaja menjegal kakiku dan seketika
akupun tergelinding dan terjungkal 3 kali kedepan, dan ajaibnya aku tidak apa – apa, namun
guruku khawatir lalu aku diantar ketempat pijat yang ada ditempat itu juga. Lalu aku berpikir
apa tempat ini seperti surga yang dimana banyak sekali tempat – tempat seperti tukang pijat,
tukang cukur rambut, perawat, dan lainnya. Kata tukang pijat, sendi lututku hanya tergeser
sedikit, namun tidak apa apa. Aku baru sadar saat melihat wajahnya, ternyata orang itu buta.
Lalu temanku yang membuatku terjatuh seketika meminta maaf “Maafin ya, Aku tadi tidak
sengaja”, “Gapapa santai aja, toh aku juga gak kenapa – kenapa” Jawabku sambil menepuk
punggungnya. Saat waktu magrib, ternyata tukang pijat itu adalah ustadz. Dan setelah
magrib, beliau selalu memberikan cerita – cerita yang sedikit menyeramkan hingga waktu
isya’ berkumandang. Setelah itu seperti biasa diadakan kelas malam hingga pukul 9 malam.
Seperti yang direncanakan pagi tadi kami tidur bersama dengan kamar sebelah, serta
menceritakan kembali cerita dari ustadz tadi magrib. Dan ternyata cerita itu lumayan persis
dengan yang kami alami kemarin. Sejak saat itu kami mulai melupakan masalah itu dan
menceritakan hal hal yang menyenangkan saja.
Kegiatan kami setiap hari seperti robot, karena kami melakukan hal yang sama setiap
hari dan sangat membosankan. Namun setiap seminggu sekali kami ada outbound, meskipun
hanya ke tempat – tempat yang dekat dengan tetirahan tapi kami merasa puas karena bisa
menghirup udara segar di luar tetirahan yang lumayan angker itu. Setiap malam kami
menemui hal – hal yang ganjal seperti sosok hitam dipojokan kamar mandi, suara anak kecil
yang gembira di depan kamar, dan suara orang dewasa menangis. Namun kami tetap berpikir
positif saja agar tidak terbawa suasana itu. Ya meskipun aku tidak pernah berpas – pasan
langsung, dan cuma bisa merasakan dan mendengar dari cerita teman- temanku itu sangat
menakutkan. Sebenarnya, aku juga sudah tidak bisa melihat hal – hal yang gaib itu, karena
sejak kecil penglihatan indra ke-enamku ditutup karena terlalu sering menangis karena
melihat hal-hal seperti itu. Meskipun sudah ditutup aku masih bisa merasakan adanya hal hal
yang ganjal. Seminggu sekali kami bisa keluar dari tetirahan, aku sangat bersyukur bisa
terlepas dari ketegangan di tempat itu.

Tanggal sudah menunjukkan pertengahan bulan. Yang dimana orang tua boleh
menjenguk anaknya. Kami berpelukan melepas rindu karena sudah setengah bulan tidak
bertemu. Wajar saja karena kami juga masih sekolah dasar yang tidak lepas dari penglihatan
orang tua. Dan kami juga terbatas bisa menghubungi lewat telepon karena kami di didik
untuk bisa mandiri tanpa adanya orang tua. Aku mengajak ibuku berkeliling disekitar
tetirahan, dan menceritakan kejadian – kejadian yang tidak bisa dicerna akal. Namun ibuku
hanya memelukku dengan erat dan meneteskan air mata karena aku bisa berpikir positif saat
kejadian yang ganjal menerjang. Akupun juga menanyakan kabar keluarga serumah dan
ternyata nenekku dibawa kerumah sakit sehingga tidak bisa menjengukku. Akupun sangat
sedih mendengar berita itu, karena nenekku lah yang menjagaku saat ibuku bekerja hingga
larut malam. Kami berbincang sebentar, namun waktu telah berlalu sangat cepat, sehingga
semua orang tua sudah diperkenankan untuk pulang. Dan kamipun berpamitan dan aku
melihat ibuku menaiki bus dan pergi meninggalkanku.

Waktu sudah berlalu hingga sebulan, aku sudah tidak sabar karena keesokan harinya
kami sudah keluar dari tempat yang menyeramkan ini. Seperti biasa kegiatan yang aku
lakukan dari pagi hingga sore. Namun malam terlihat spesial karena kami merayakannya
dengan kembang api, serta api unggun di tengah tengah lapangan yang luas serta renungan
sebentar hingga tengah malam.
Waktu itu tepat malam jum’at yang dimana di wilayah jawa adalah hari makhluk
halus menampakkan wujudnya dalam bentuk apapun. Dan benar saja saat kembang api
banyak teman - temanku yang kesurupan. Seketika guru – guru kami menyuruh kami untuk
berdoa agar temanku segera sadar dan kami juga terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
Akhirnya setelah setengah jam, semua sudah sadar dan kamipun segera dibubarkan dan
disuruh untuk segera tidur agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi. Seperti biasanya, kami
tidak bisa tidur lagi karena kejadian sebelumnya. Namun aku segera menjernihkan pikiranku
dan membayangkan segera kembali bersama keluarga. Dalam sekejap akupun tertidur.

Keesokan paginya kami membereskan barang – barang kami dari lemari serta
merapikan tempat tidur untuk yang terakhir kalinya. Dihari yang indah ini menjadi suram
karena gerimis disertai gemuruh suara petir yang kencang seperti ingin merusak gendang
telinga kami. Seakan – akan kami tidak diperbolehkan pulang oleh penunggu di tempat ini.
Selang beberapa jam akhirnya hujan pun reda dan matahari mulai menyinari tubuh kami yang
kedinginan. “Huftt tadi itu mengerikan sekali” Kata sahabatku. Dan akhirnya kami
dikumpulkan didepan pekarangan yang luas untuk persiapan menunggu jemputan bus. Kami
mendengar pembicaraan bapak/ibu guru, ternyata ban bus yang akan kami naiki bocor dan
akan menunggu waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya “ Lagiii..!! Kejadian yang
gak masuk akal!, apa kita memang nggak boleh ninggalin tempat ini!?” Ucap siswa lain
sambil membanting topinya ketanah. Mungkin karena dia tidak tahan dengan kejadian –
kejadian sebelumnya dan ingin meluapkan emosi yang ia pendam selama ini. Tiba – tiba
angin berhembus kencang seakan akan ingin menampar mulut siswa yang mengatakan itu.
Seketika keadaan sangat sunyi sekali, dan gurupun membubarkan barisan siswanya dan
mengatakan untuk tenang dan bersabar.

Berjam – jam kami menunggu jemputan, dan akhirnya sampai juga ke tempat kami,
akhirnya kami berpamitan dengan orang – orang ditempat itu dan segera menuju bus. Kami
juga tidak lupa untuk berpamitan dengan siswa dari kota lain.

Saat duduk di kursiku, jariku tiba – tiba tertusuk jarum yang menancap di depan kursi
persis “Sial sekali hari ini” Gumamku sambil mengemut jariku yang tertusuk untuk
menghentikan darah yang keluar “Akhirnya sudah berhenti, namun firasatku tidak enak
tentang hal ini” Ucapku dalam hati. Dan semua siswa dan guru dalam bus pun berdoa agar
selamat selama perjalanan yang panjang. Dan bus pun berangkat.
Dalam bus kami terlihat bahagia dan tenang karena telah pergi selama lamanya dari
tempat yang menyeramkan itu. Namun kebahagian kami hanya sebentar. Bagaimana tidak
sopir bus mengatakan suatu hal yang tidak terduga “ Anak – anak dan bapak/ibu guru harap
berpegangan dengan sesuatu ya, rem di bus ini mengalami blong, saya akan berusaha untuk
menghentikannya” Ucapnya sambil sedikit cemas. Sopir bus yang sudah ahlipun merasa
cemas, apalagi kami yang ingin tenang selepas mengalami hal – hal yang tidak masuk akal,
baru tenang sebentar sudah cemas lagi. Kami didalam bus sangat panik dan berusaha
meminta bantuan seseorang yang lewat dari dalam kaca bus. Saking berdesakan didalam bus,
dan suara yang serak karena berteriak, seketika akupun tak sadarkan diri.

Anehnya aku bisa melihat diriku sendiri dikejadian masa lalu,dari kecil sampai di
asrama itu. Seakan akan aku dipaksa untuk melihat semua ingatan yang selama ini aku miliki.
Dan sekejab saat aku mencoba untuk menyadarkan diri ada seseorang yang datang
menghampiriku “Hey anak muda, apa kamu masih mengingatku?” Tanyanya. “kamu? Siapa
emangnya?” Jawabku sambil terheran, karena sosok yang didepanku terasa tidak asing
bagiku. “Ohh.. Kamu, aku pernah melihatmu waktu kecil, tapi kamu tidak pernah
memberitahuku siapa namamu.” Seketika orang tersebut pergi meninggalkanku dan
meninggalkan rasa penasaran. “Hey tunggu siapa kamu? Dan dimana aku sekarang.. Heyy”
Pertanyaanku tidak dijawab olehnya, namun dia membalikkan wajahnya sambil tersenyum
dan berkata “Tidak apa, jangan khawatir, kamu akan bertemu dengan keluargamu nanti.”

Saat aku berkedip tiba-tiba cahaya putih yang aku lihat berlalu seperti awan saja. Dan
aku tersadar kembali. Dan ternyata aku telah dirawat dirumah sakit. Aku sama sekali tidak
sadar tentang kejadian di bus itu. Ibuku dan kakakku ada di sampingku sambil memegang
erat tanganku “Ibu... Kakak..” aku merintih karena agak sakit untuk berbicara. Lalu ibuku
langsung bangun dan memelukku sampai menangis. “Apa yang terjadi dengan bus itu dan
teman – temanku lainnya?” Tanyaku sambil terharu. Lalu ibuku menolak untuk
membicarakannya “Sudahlah yang penting kamu tidak kenapa – kenapa” jawab ibuku sambil
menangis. Namun dia memberitahu kalau kejadian itu sudah 1 minggu yang lalu. Akupun
terkejut mendengar kenyataan itu. Lalu aku bertanya “Apa ibu ingat tentang orang yang
tinggi memakai pakaian emas dan rambutnya putih? Tadi aku melihatnya saat bermimpi”
Ibuku menjawab “Dia akan selalu bersamamu sampai besar nanti nak. Kamu bisa
menanyakan itu ke kakakmu” jawab ibuku yang menambah rasa penasaranku selama ini.
2 hari setelah aku sadar aku telah keluar dari rumah sakit. Dan pergi kekeluarga
besarku. Dan sosok putih itu berada didepan pintu rumah dan hanya sepersekian detik
menghilang. “Suatu saat nanti, aku akan menemuimu dan mengucapkan terimakasih. Karena
aku merasa ingin mengucapkan itu kepadamu” ucapku dalam hati. Saat baru saja melangkah
kaki ke rumah langsung disambut nenekku yang sudah menangis merintih saat aku datang,
dan akupun ikut menangis bahagia karena nenekku terlihat sangat sehat. Akupun
menceritakan pengalamanku selama sebulan disana sambil makan malam yang sangat nikmat
dan sangat lama tidak memakan masakan khas nenek dan ibuku.

Anda mungkin juga menyukai