Sebuah ungkapan yang tak dapat tergantikan oleh apapun. Rasa ini
selalu terpendam dalam kalbu, meski hatiku rapuh. Hanya aku, beliau, dan
Tuhan yang tahu semuanya. Meski seringkali diriku salah untuk
menghilangkan semuanya hanya demi egoku yang sedang mengganas.
Rendra dan Salwa. Sebuah nama indah yang diberikan oleh mereka
kepadaku dan adik. Kami hidup di sebuah hunian sederhana di pelosok kota,
dimana kenyamanan hati dapat dirasakan tanpa batas. Tanpa ada hirup pikuk
kota yang menyengat pandanganku. Suara kicauan burung masih bisa
terdengar. Menikmati keramahan di lingkungan sekitar.
"Ayo cepat, mau ikut jalan-jalan nggak nih?" ucap ayahku sambil
menyiapkan kendaraan yang akan ditunggangi.
“Nggak mau ah, dari tadi kakak terus yang nonton TV” ucap adikku
sambil berusaha melindungi dengan segenap tenaga.
“Kenapa HPku diambil? Kakak tuh juga punya, kenapa justru pakai
yang orang lain?”
***
Hari yang ditunggu pun tiba, dimana kebebasan pun datang menanti.
Orang tuaku rela mengantarkanku ke tempat tujuan. Beberapa hari disini
masih terasa sulit lepas dari jangkauan mereka. Hari-hari tak bisa lepas dan
larut dalam kesedihan.
Tak terasa besok aku akan melanjutkan studi di tempat baru. Sebab
itu, aku mempersiapkan berkas yang akan dibawa besok. Saat mengecek isi
berkas tersebut, ternyata ada sebuah amplop kecil tanpa nama. Jantung
berpacu dengan cepat ketika membuka amplop tersebut dan mengambil
isinya. Sebuah surat dan foto! Perasaan yang berbeda tampak saat akan
membaca surat itu.
Dear my son.
Apa kabar, Nak? Semoga selalu diberikan kesehatan dan lindungan dari
Allah SWT.
Tertanda
Setelah itu, dibukalah sebuah foto yang ada di dalam amplop itu. Foto
yang mengingatanku pada masa lalu. Momen dimana semua kenangan indah
bersama adikku. Tanpa ada saling memarahi dan bersenang-senang bersama.
Di balik foto itu ternyata ada sebuah tulisan yang menyayat hatiku.
“Iya Nak, kami sudah memaafkanmu. Semoga kamu bisa sukses di masa yang
akan datang. Aamiin.”
Mulai saat itu aku berjanji akan menjadi sosok yang lebih baik.
Menyelesaikan masalah dengan kejernihan hati, tanpa harus larut dalam
emosi. Aku berusaha untuk membuat orang tuaku bangga.
TENTANG PENULIS