Anda di halaman 1dari 4

KESEMPATAN ITUH MASIH ADAH

KAMILIYA MUMTAZAH

Pagi yang cerah.matahari menyinari sebagian bumi.Burung-burung mulai berterbangan mencari


makan untuk keluarga mereka di sarang oinginnya malam telah dilewati,hanya menyisakan embun
disetiap helalan daun seperti hari-hari biasanya aku dan teman –teman berangkat untuk menimbah
ilmu dipesantren. Hari rabu pukul setengah tujuh, aku dengan beberapa temanku berjalan
beriringan .Tak jarang disepanjang jalan terdengar gelak tawa kami yang sedang bergurau ria.

Setelah berjalan dari dari asrama menuju sekolah ,tak terasa beberapa langka lagi aku telah sampai
dikelas . Ruangan kelas ukursn sepuluh kali tujuh meter itu menjadi saksi bisu kegiatan kami dikelas .
mulai dari teriak – teriak sampai dimarahi kakak kelas ,nyanyi-nyanyi gak jelas sampai galau-galauan
dan yang paling parah tidur 1 jam pelajaran sampai gurunya ngambek .semua kegiatan kami , kisah
Kami ,kenagan kami ,,tersimpan dengan rapi dalam kelas itu .

Suasana didalam kelas hari ini sangat bagus .teman – temanku semuanya sedang asik dengan buku
masing – masing .mereka sedang belajar sambil menunggu guru datang . aku yang menunggu-
nunggu wantu ini langgsung tersenyum . suasana hening tak ada suara ,cocok untuk menungkan
segalah jenis cerita.kukeluarkan buku diary tempatku menulis cerita .kata demi kata kutuliskan
hingga membuat kalimat yang indah . seringkali aku menghapus kalimat yang menurutku tidak bagus
.sampah penghapuspun memenuhi meja ku

Tiga menit berlalu. Cerita – cerita yang ada dipikiranku sudah kutuliskan di satu lembaran kertas
diary. Lagi enak –enaknya menulis , tibah-tiba terdengar suara orang yang mengetuk pintu kelas.

“itu adeknya, yang lagi nulis “aku yang merasah melakukan kegiatan itu menoleh teman – teman ku
yang asik belajar juga ikut menoleh .

“ iya ,kamu sini ,bawa buku nya juga “ kata kakak kelasku, entah siapa namanya , aku pun berjalan
menuju kakak kelas itu dengan terheran-heran . ditangan ku sudah ada buku diary yang ku gunakan
untuk menulis cerita .

“iya, ada apa kak ?” tanya ku sesampainya ujung pintu .

“disini , gak boleh buku diary kesekolah, sekarang buku nya kakak sita . “katanya ,yang hanya aku
bisa menganggukkan kepala.kakak itupun pergi dan menghilang dibalik tembok. Buku diary yang ku
pegang, sudah diambilnya.buku itu diberikan oleh ayah sebelum aku masuk pesantren . rasa heran
sekarang berubah menjadih rasah sedih . aku langsung berbalik menuju bangkuku . lemes rasanya
aku berjalan tanpa tenaga .aku ingin menangis , tapi kutahan mataku yang mulai panas agar tak
jatuh setitik airpun dipipiku .aku tak tahu tentang semua peraturan dipesantren ini . aku masih
beberapa minggu tinggal disini . Jauh dari orang tua . jauh dari keramahan keluarga. Jauh dari kasih
sayang sanak saudara. Tapi semua prasangka buruk dan pikiran negatif segeraku singkirkan jauh-
jauh . aku tak mau menjadi hamba-Nya yang suka protes ini itu .aku mencobah menerima kenyataan
. mungkin ini cobakan dari-Nya agar aku tak gampang putus asa dan agar aku tetep semangat
membuat banyak cerita-cerita .

Teman - teman yang sedari tadi mengalihkan pandang mereka terhadapaku,dan menyasikan secara
langsung percakapanku dengan kakak kelas tadi,yang merapas bukuku,mereka segara meninggalkan
buku dan mulai merubungi bangkuku.mereka menanyaiku banyak pertanyaan yang tak bisa kujawab
satu persatu.aku hanya bisa menundukan kepala kepermukaan meja.aku menangis tapi tak
menitikkan air mata.aku nemcoba untuk menenangkan hati.
“kamu tidak apa- apakan ,lia” tanya salah satu teman ku.setelah merasah hatiku sedikit damai,
pelan- pelan aku mendongakkan kepala.

“gak kok ,aku gak papa.”kata ku kepada teman-teman. Agar terlihat meyakinkan atas jawabanku aku
pun memasang wajah ceriah seakan –akan tak terjadi masalah.

“benarkah?kalau benar ya suadah,kamu yang sabar ya”.kata salah satu teman ku lagi.mereka mulai
meninggalkan mejaku satu- persatu.kini aku mulai merenung.

Setelah beberapa menit kejadian itu berlalu, guru memasuki kelas dan membuyarkan renunganku
yang lebih tepat sebebut lamunan. Hari ini pukul tujuh lebih lima belas,

Pelajaran pertama adalah bahasa arab.sayangnya aku tertidur disetengah jam pelajaran.semalam
aku mengerjakan tugas fisika sebanyak dua lembar kertas A4 sampai begadang.meskipun sudah
dibangunkan berkali- kali oleh teman disampikngku,juga teaman- teman yang menyorakiku dengan
jengkel.tapi rasa kantukku tak kunjung hilang.meskipun aku sudah membuka mata lebar –
lebar,beberapa detik kemudian mata ku kembali terpejam.sampai disuatu saat,ketika aku sedang
bermimpi indah, ustadzah yanti pun memukul meja sampai membuatku gelagapan,seperti ikan di
daratan.sekejap kemudian suara teman –temanku pun menggelegar keseluruh ruang kelas. Wajah
ustadzah yanti terlihat marah,aku takut memandang nya.dengan begitu aku tidsak berani tidur lagi
sebelum bel pergantian pelajaraan berbunyi.aku takut jika terkena hukuman, entah itu esok atau
lusa aku tak tahu persis kapan waktunya.tetapi semoga saja aku tidak terkena hukuman.

Kudengar nanti sore akan diadakan acara perkenalan santri baru. Aku sudah tak sabar ingin
mengikuti acra itu. Hari ini pagi dan siang terasa begitu cepat. Tak terduga sekarang sudah pukul
setengah sembilan malam. Aku bersama teman-temnaku sangat antusias sekali. Acara ini bertempat
di aula sekolah. Kamipun mulai memasuki gedung aula tersebut dengan wajah riang.

Segera setelah kami masuk, panitia penyelenggara mengatur tempat duduk kami. Acara dimulai
dengan wajah-wajah antusias para santri baru,termasuk aku. Ditengah acara tiba-tiba namaku
dipanggil untuk maju. Pikiran-pikiran buruk langsung muncul disertai rasa takut. Apa benar aku
terkena hukuman,tanyaku dalam hati. Teman-teman yang melihat reaksiku yang tidak bergerak
langsung menyorakiku agar maju ke panggung. Dengan jantung yang berdegup kencang,ragu-ragu
aku melangkah. Ribuan pasang mata melihatku berjalan,sampai aku berdiri disebelah ustadzah Yanti.
Aku sangat takut jika nanti hukumannya adlah skors. Jantungku berdegup kencang,dan sekarang aku
gugup harus bagaimana aku bersikap.

“ustadzah bangga sama kamu Lia,kamu sudah menerbitkan empat buku diusiamu yang masih tiga
belas tahun.” Katanya memulai percakapan,yang membuatku sedikit tenang,dan detak jantungku
mulai kembali stabil.

“anak-anak,Lia bisa dijadikan contoh yang baik,berusahalah menggapai cita-cita yang kalian
inginkan.” Katanya melanjutkan cerita. Aku yang berada disampingnya langsung bersorak gembira
didalam hati. Ternyata ini bukan hukuman,batinku.

“Berkarya tidak menentukan usia,meskipun masih TK,sekolah dasar,sampai kakek atau nenek yang
sudah mempunyai,cicit,mereka tetap bisa berkarya,jika kelas menjadi sunyi semua sibuk
mengerjakan tugas tajwid yang diberikan oleh ustadz Adi. Tinggal tiga nomor lagi selesai sudah tugas
ini. Tiba-tiba bel istirahat berbunyi nyaring. Ustadz Adi langsung menyuruh kami untuk mengerjakan
tugas itu di asrama. Kemudian disusul oleh suara suara ustadz Adi yang mengucap salam,lalu
melangkah keluar kelas. Srempak kemudian kamipun memasukkan buku-buku kedalam tas. Dan
berlarian keluar kelas. Tapi sebagian ada yang langsung tidur,baca-baca buku,ada yang ngobrol-
ngobrol,dan sebagian lagi langsung berhamburan menuju kantin. Kalau aku sih mau ke
perpustakaan,mau membaca banyak buku,agar tak kehabisan kata-kata.

Akupun melangkah menuju perpustakaan,dengan membawa kartu perpustakaan untuk meminjam


buku. Saat aku hendak memasuki ruangan perpustakaan aku tak sengaja melirik mading. Ada poster
besar disana ada kemauan. “kata ustadzah Yanti,membuatku bangga pada diriku sendiri.

“Sebagai penyemangat kamu,agar terus menulis,ustadzah memberi kamu buku ini.”katanya sambil
menyerahkan buku itu ke tanganku.

“Terima kasih ustadzah.” Kataku kemudian. Aku sangat tidak menyangka diberi buku ini. Aku sangat
bergembira.

“Iya,sama-sama,terus berkarya dan hasilkan buku yang bisa memotivasi banyak orang,dan jangan
putus asa juga jangan dengarkan kata orang yang menghinamu.” Kata ustadzah Yanti yang
membuatku terharu. Kemudian akupun berjalan ke tempat dudukku semula. Aula ini kini ramai oleh
tepuk tangan para penonton. Semangatku kembali bergelora. Aku akan terus menulis. Tekadku
dalam hati.

Dengan isi yang menarik. Aku yang ingin melangkah masuk pun mengurungkan niatku. Aku yang
penasaran langsung melangkah mundur. Terpampang jelas tulisan diposter itu. “Diadakan lomba
menulis cerpen anak” dibawahnya terdapat krtrntuan khusus dan alamat kantornya. Wahhh.. ini
kesempatan bagiku,kataku dalam ahti. Semangat kepenulisku bergelora. Suaranya berteriak-teriak
dalam hatiku. Aku terpanggil untuk kembali menulis. Setelah selesai membaca poster itu,aku mulai
mencari buku-buku yang kubuat sebagai refresensi untuk menulis.

Beberapa hari kemudian tepatnya lima hari setelah aku melihat poster itu, tulisanku pun jadi.
Dengan bertemakan alam Indonesia,sebanyak lima lembar. Dan tepat pada hari ini,ustadzah Yanti
mengajar,jadi aku bisa meminta tolong untuk mengirimkan tulisanku.saat teman-teman masih
mengerjakan tugas dari ustadzah yanti ,aku maju untuk menyampaikan maksudku.aku berjalan
menuju meja guru sambil membawa lembaran – lembaran karyaku. Sesampainya disana,akupun
meyerahkan tulisanku dan menceritakan apa maksud kedatanganyaku.ustadzah yanti yang
mendengarkanku.ikut mangut- mangut sekaligus mendukungku.aku yang awalnya sedikirt minder,
setelah mendengar bahwa ustadzah yanti setuju langsung bertambah semangat,aku juga memberi
alamat kantor yang setuju.tak lupa juga memberikan biodata seperti yang tercantum dikententuan
khusus.setelah acara yang singkat itu,aku kembali berjalan menuju bangkuku dengan wajah beseri-
seri.aku harus menunggu sampai satu bulan kedepan.disela satu bulan itu aku kembali membuat
cerita –cerita.

Satu bulan berlalu.saat aku hendak pergi ke kantin sekolah bersama teman-temanku,aku bertemu
ustadzah yanti ditengah jalan.aku langsung berhenti dan menanyakan ustadazah yanti belum
mengatakan beritanya,tapi seakan –akan aku sudah tahu apa yang akan dikatakanya.

“maaf lia sepertinya kamu kali ini tidak lolos,mungkin dilain kesempatan.’’kata ustadzah yanti yang
membuatku bertambah sedih.

“tapi tidak apa lia,masih ada kesempatan untukmu. Kamu harus perlu membaca lebih banyak buku
dan memahami jenis kata-kata yang dipilih.’’ucapanya kemudian setelah melihat wajahku yang
muram.

‘’kalau bisa akan ustadzah carikan lombanya,agar kamu terus menulis.”katanya yang membuatku
ustadazh membuatku sedikit tenang.
“oh,yasudah ustadzah,terima kasih infonya.’’kataku mengakhiri pecakapandan mengucap
salam,kemudian berjalan menyusul teman-teman tulisanku kepada ustadzah yanti .aku yang merasa
pembicaraan ini agak lama pun menyuruh teman-temanku untuk pergi duluan.sebelum aku
bertanya lebih banyak tentang karyaku,aku merasa tidak enak kepada ustadzah yanti karena
menyita waktunya, akhirnya aku memutuskan untuk betanya.

“tapi apa aku menyita waktu ustadzah dengan bertanya?’’

“enggak kok lia, lagi pila ustadzah juga mau bicara sama kamu.’’katanya kemudian ,yang mebuat
hatiku menjadi tenang,karena ternyata ustadzah juga ingin bicara denganku.

‘’terus gimana ustadzah kabar tulisanya? Tanyaku gelisah.aku yang melihat ekspresi itu juga ikut
gelisah.aku sudsah berpikir,pasti aku tidak menang.rasa sedih langsung menyergap hatiku.meskipun
hari –hariku berjalan seperti biasanya.saat sedang berjalan –jalan ustadzah yanti mendatangiku dan
memberi tahu tentang lomba menulis baru.dan temanya tentang pondok,jadi aku bisa lebih lancar
menulis.karena pengalamanku disini aku sangat senang ketika ustadzah yanti memberitahu berita
itu.dan kebetulan di sela-sela menunggu kabar lomba kemarin ,aku menulis tentang pekerjaanku
disini,suasananya . dan semua yang aku tahu kutuliskan . jadi tidak menyita waktu banyak .aku bisa
langsung memberikan hasilnya kepada ustadzah yanti.

Dua bulan semenjak aku memberikan tulisanku kepada ustadzah yanti .aku sudah diberikan kabr
gembira .ternyata aku lolos dan mandapat juarah ke dua . meskipun bukan juara pertama tapi aku
sudah bersyukur tuh kan yang dibilang ustadzah yanti ,masih ada kesempatan ,lia.

Anda mungkin juga menyukai