Anda di halaman 1dari 4

Teman Baru

Judul Cerpen Teman Baru


Cerpen Karangan: Afifah
Kategori: Cerpen Keseharian, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 21 February 2017

Aku siswi kelas 2 SMK di daerah DKI \Jakarta. Dan hari ini tepat UAS semester genap.
Hitungan hari lagi aku sudah menjadi anak kelas 12 alias kelas 3 SMK. Banyak hal yang
belum kumengerti dan banyak hal pula yang masih kupelajari lebih dalam. Maka itu, aku
harus lebih rajin dari hari ini untuk mempersiapkan diriku di kelas 3 nanti.

Harapanku agar aku dapat memasuki perguruan tinggi dengan mudah. Namun aku hanya bisa
berencana dan terus berusaha. Tuhan yang menentukan bagaimana jalanku kedepannya. Aku
sadar diri bahwa nilai raporku dari semester ke semester tidak ada penaikan. Yang terlihat
jelas adalah penurunan, ada saja hal yang membuat nilaiku turun. Meskipun aku sudah
berusaha dengan kerasnya, jika memang jalannya aku mengikuti remedial ya sudah ikuti saja
prosedurnya dengan baik dan benar. Karena apapun juga jika prosesnya benar maka hasilnya
benar.

Seperti hari ini, sudah 3 hari aku mengikuti UAS semester 2, baru 2 pelajaran yang tidak
remedial. Sisanya? Ya jangan ditanya, pasti remedial. Menyedihkan memang, apa boleh buat
jika memang jalanku seperti ini adanya. Harus kulalui dengan sepenuh hati.

Saat hatiku benar-benar berada dalam titik yang terbawah ketika aku sangat kecewa dengan
sepenuh hati. Aku pergi ke perpustakaan, dengan harap hatiku membaik melihat banyak buku
yang berjejer di atas meja sana. Kulangkahkan dengan ringannya mengarahkan kaki ke arah
perpustakaan.

Aku pun mengisi daftar hadir perpustakaan. Banyak murid yang duduk-duduk sambil
membaca di sana, ada juga yang tidur-tiduran atau sekedar bermain hape maupun ngadem di
perpustakaan. Apapun itu, masing-masing yang datang punya maksud dan tujuan berbeda.
Layaknya sepertiku, aku hanya ingin menghilangkan kepenatan karena remedial di depan
mataku. Ya, terlihat seperti pengecut memang. Tapi UAS kali ini tetap kuhadapi dan
kuberikan performaku yang sebaik-baiknya, walaupun hasilnya tidak memuaskan bagiku.

Tidak lama dari mengisi daftar hadir, aku segera mencari buku-buku yang menarik untuk
kubaca. Ya, tapi bukan buku pelajaran. Dengan grasak-grusuk ku mencari buku yang
kumaksud. Karena terhalang badan murid yang sedang duduk, pencarianku jadi terbatas. Aku
tengok ke sebelah kanan, memikirkan cara agar dapat berjalan di rak buku lainnya. Tetapi ada
seseorang murid yang memperhatikanku karena kegusaranku itu.

Dengan berbisik, kutanyakan kepadanya Di sini tidak ada novel ya? seraya tersenyum
kepadanya.
Iya enggak ada novel di sini katanya dengan jelas, sambil menggenggam buku ensiklopedia
di pangkuannya.
Aku baru pertama kali melihatnya, namun ia bisa begitu ramah denganku. Seakan aku
mempunyai teman baru. Yang aku tahu hanya wajahnya tidak asing bagiku dan sepertinya ia
seangkatan denganku.

Setelah berbicara dengannya, aku berusaha mencari novel yang dimaksud. Beberapa menit
kemudian aku kembali ke hadapannya dengan membawa 2 buah buku. Yang satu komik
dengan judul 5 Pesan Damai dan buku cerita berjudul Al-Ikhlas.

Nih ada kataku sambil menyerahkan buku Al-Ikhlas kepadanya.


Eh iya, kamu nemu di mana?
Tuh di situ
Oh, di situ
Keren nih isi komiknya, tadi aku udah baca sebagian. Sumbangan anak murid lagi ini
jelasku. Kebetulan memang 2 buku yang kuambil tadi bergenre islam dua-duanya, walau
dikemas dengan cara yang berbeda.
Kalau mau nyumbangin novel ke sini, rasanya sayang banget
Iya sayang banget, mahal soalnya. Bisa Rp 50.000,00 buat satu novel
Malah aku beli sampe Rp 100.000,00 bisa
Oh, kamu suka ngoleksi buku juga
Iya suka. Banget

Btw, tadi nilai bahasa inggris kamu berapa? tanyaku dengan lirih.
Aku belum ulangan bahasa inggris, tadi komputernya error jadi aku ulangan kewirausahaan
dulu. Padahal belum belajar kewirausahaan sama sekali tadi. Kamu sendiri bagaimana hasil
ulangan inggrisnya jawabnya dengan santai.
Hehehe, hasilnya aku belum mengetahui. Tadi selepas aku menyelasaikan soal. Aku
langsung menutup akun tanpa melihat nilaiku terlebih dahulu jawabku sambil berharap
ulanganku tadi tidak remedial seperti kemarin. Sejak kekecewaanku terhadap ulangan, aku
trauma untuk melihat hasil setelah ulangan.

Oh belum kamu lihat, tapi susah tidak soal bahasa inggrisnya?


Aku gak ngerti susah apa enggaknya hehehe
Tapi soal kamu tulisannya yang buat siapa?
Tadi sih aku denger seluruh kelas XI, soal bahasa inggrisnya sama
Guru kamu memangnya siapa?
Itu yang baru mutasi dari SMK 7
Oh yang itu guru bahasa inggris kamu
Iya yang itu

Setelah kami melalui sebuah percakapan singkat. Kami berdua fokus membaca buku masing-
masing yang digenggam. Tidak lama kemudian, ia bersama dengan temannya menyiapkan tas
kemudian berdiri dari bangku yang diduduki seraya meninggalkan perpustakaan.

Dikit lagi kamu ujian inggris ya? tanyaku.


Iya nih
Semangat ya
Iya makasih ya
Aku tidak menanyakan namanya. Karena aku tahu betul, aku lupa akan nama berbeda dengan
wajah. Aku lebih hafal wajah dibanding nama. Setelah ia pergi, ada teman sejurusanku
namun berlainan kelas yang datang ke perpustakaan juga.

Lu datang sendirian ke sini? tanya Tina dengan herannya.


Enggak, lu gak lihat ini gue berdua sama buku? hehehe jawabku menghibur diri.
Trus temen lu ke mana?
Ada. Kan temen gue lagi ujian Tina. gue duluan ya Tina sembari meninggalkan
perpustakaan.

Di ruang kelas aku menunggu temanku. Berharap kabar baik dari mereka. Tidak lama
kemudian suaranya terdengar memenuhi ruangan.
Bagaimana lu pada ulangan bahasa inggrisnya? tanyaku.
Ya gitu deh jawab Lina.
Trus lu gimana Nissa?
Sama kaya Lina gue, tuh si Tika aja yang nilainya bagus. Gak tau dapet wangsit apa
semalem dia jawab Nissa.
Keren keren lu Tik, duh tapi hasil punya gue berapa ya? Kalau nilai lu aja pada begitu. Jadi
takut gue ah lihat halaman nilai

Tika sejak hari pertama UAS baru pelajaran inggris yang lulus, dalam artian pelajaran lain
selain inggris. Nihil. Agak mengenaskan memang terdengarnya.

Ya udah, lebih baik kita makan. Daripada mikirin nilai UAS yang anjlok kaya begitu
kataku.
Ayoo!!! seru Tika, Lina dan Nissa.

Di perjalanan menuju kantin aku bertemu dengan orang yang tadi kutemui di perpustakaan.
Aku dan dia terlihat saling tersenyum sebagai ganti dari sapaan. Di kantin, aku bersama
teman-temanku bertemu dengan Guru seni musik yang kebetulan kami remedial dalam
pelajaran tersebut.

Remednya apa pak? tanya Lina dengan tegas.


Kamu bikin makalah ya pokoknya, minimal 7 halaman terang Guru seni music.
Kelompok apa individu pak?
Individu lah, masa kelompok
Oke pak

Ya, karena aku termasuk remedial seni musik. Maka sepulang sekolah aku mencari materinya
agar segera aku buat. Akhirnya, keesokan harinya setelah mengikuti ujian sesi satu aku
bergegas pergi ke perpustakaan untuk mengerjakannya. Aku menyetel musik di netbookku
dengan memakai headphone agar yang lain tidak mendengarnya. Lalu kubuka Ms. Word di
netbook dan segera aku pindahkan data yang kucari semalam.

Setelah beberapa menit kukerjakan dan selesai. Kulihat sekeliling perpustakaan, ternyata ada
orang yang kemarin aku ajak ngobrol. Sungguh tak kusangka dia berada di perpustakaan lagi.
Walau tidak tahu siapa namanya, aku merasa begitu dekat dengannya. Walau hanya mengenal
karena kesukaan kami yang sama tapi kami bisa begitu nyambung ketika mengobrolkan suatu
hal. Ia juga begitu ramah denganku yang baru berkenalan dengannya. Aku suka itu. Dan
ketika di luar perpustakaan ia juga masih mau menyapaku dengan hangatnya. Walau aku
tidak tahu siapa namanya, aku sudah cukup terhibur olehnya.

Anda mungkin juga menyukai