Anda di halaman 1dari 27

HARI YANG MENYEBALKAN Ku terbangun dari lelapnya tidur, angin berhembus mengenai tubuh ku yang dingin saat ku buka

jendela kamar ku. Pagi yang cerah menghampiri ku, Saat pertama aku MOS di sekolah baru ku yaitu MAN 2 Barabai. Aku bergegas membawa alatalat yang di minta kaka senior sekolah baru ku. Hari pertama aku sangat deg-degan, karena baru pertama kali aku di sekolah baru ku. hari itu adalah hari yang sangat menyebalkan bagi ku. Kakak senior berteriak di lapangan tertanda semua siswa baru berbaris di lapangan untuk mendapatkan arahan apaapa yang harus kami kerjakan pada hari itu . Saat ku masuk kelas, awalnya aku tak punya teman, karena teman teman ku berbeda lokal dengan ku. Aku duduk dengan teman baru baruku, sebenarnya dulu dia adalah teman sekolah ku di MTsN, tetapi aku hanya sebatas teman biasa dan kurang mengenalnya begitu juga dengan Nina. Pada waktu aku mau duduk di kursi, tibatiba ada teman ku yang iseng, dia mendorong kursi yang mau aku duduki. Sehingga aku jatuh ke lantai, Aku kesakitan sedangkan mereka tertawa terbahak-bahak seakan tak puas melihat ku terjatuh. Aku sangat benci dengannya. Seakan ingin meneteskan air mata, lalu aku bangkit dari tempat itu dan menarik kursi yang mereka dorong tadi.. Wajah ku cemberut dalam hati ku bergumam Ingin sekali aku pulang. Hari itu hari yang sangat menyebalkan bagi ku. Aku tak punya teman untungnya teman yang sebangku dengan ku mau menemani ku. Aku hanya berteman dengannya, kemana dia pergi aku ikuti. Dia menjadi teman setia ku di saat MOS.

HARI YANG TAK TERLUPAKAN Pada waktu aku masih sekolah tingkat SLTP kelas tiga, Pada waktu itu aku menghadapi Ujian Nasional. Jadi, semua siswa di wajibkan untuk les persiapan ujian. Hari itu, hari selasa masih teringat di memory ku. Dimana hari itu hari yang berarti bagi ku. Kejadian menimpa ku itu sungguh tak bisa ku lupakan begitu saja. Selasa sore menjadi kenangan yang sangat berarti, sebuah pengorbanan yang tak biasa di ukur dengan apa pun. Sore itu kami semua les persiapan menghadapi ujian, tempat les terbagi beberapa lokal dan tepat aku di lokal empat, dimana jadwal les belajar pada sore itu belajar biologi, masuk ruangan setelah bel berbunyi treeeeeeeeettreeeeeeettanda masuk lokal. aku masuk kelas dengan sebuah senyum di wajah ku memandang semua temanteman di lokal itu. Aku membawa buku-buku sesuai dengan jadwalnya, setelah masuk, kemudian keluar untuk meletakkan buku buku paket ujian yang lain di tempat parker, di belakang sekolah. Buku itu tanpa plastik di dalam keranjang sepeda, lalu aku masuk kembali Ibu guru mulai memberikan soalsoal ujian untuk di jawab. Lalu kami jawab beberapa soal. Setelah beberapa soal di jawab, suara gemuruh, angin berputarputar dengan kencang, debu-debu menari-nari seolah gembira dan gerimis pun mulai mengundang, Aku sangat gelisah mau keluar atau tidak, yang di takutkan kalau aku tidak keluar bukubuku yang di sepeda basah semua pikir ku?. Akhirnya aku keluar permisi sebentar pada guru yang mengajar, Bu permisi sebentar. ia,..jawab Ibu dengan singkat, ku tengok buku-buku itu ternyata masih seperti yang ku letakkan awalnya tapi karena aku takut, ku letakkan lagi payung

di atas buku tersebut agar tidak kehujanan, disaat hujan tiba. Kemudian aku masuk kembali ke kelas dan meneruskan pelajaran seperti biasanya. Tak berapa lama suara tetesan demi tetesan air mulai jatuh di langit ke bumi terdengar di telinga ku. Di saat hujan lebatlebatnya kenapa hati ku sangat gelisah di saat Ibu guru menjelaskan pelajaran. Hati ku bergumam Seandainya payung yang ku letakkan di atas keranjang sepeda tadi jatuh, Bagaimana yaaaaa.. Hati ku bertanyatanya seperti itu. Bayang-bayang buku pakret ujian selalu ada di benak pikiran ku, ku bergumam lagi Seandainya buku-buku itu rusak bagaimana yaaaaa sedangkan buku-buku itu bukan milik ku, milik sekolah. Hati ku selalu di hantui seperti itu, Ibu menerangkan ke ke depan kelas tak sedikit pun ku simpan di memory ku, pandangan ke depan sedangkan pikiran melayang jauh. Kemudian aku tak mau pikir panjang lagi, lalu aku permisi lagi pada Ibu. Bu, permisi keluar sebentar kata ku. Katanya Ia.. ku lihat lagi buku-buku itu tapi tidak kehujanan, hati ku mulai lega, lalu ku kembali lagi ke lokal. Dan meneruskan lagi belajar. Tak lama bunyi bel berdering treeeeeeeeeeeet. treeeeeeeeeettreeeeeeeeet. ku keluar bergegas setelah bersalaman dengan Ibu tanpa memperhatikan teman teman yang lain. setelah sampai di parkir. Apa yang ku lihat .???? ternyata apa yang ku khawatirkan akhirnya terjadi. Aku sangat terkejut ketika melihat buku-buku kesayangan ku berserakan di selokan bagaikan sampah yang mau di bakar tertumpuk sedangkan kertas-kertas uji coba juga rusak, sobek hingga tak bisa di satukan lagi. Payung yang ku kira tidak jatuh ternyata jatuh hingga payung yang ku letakkan tadi menjadi rusak. Setelah melihat keadaan ini buku-buku yang berserakan tadi langsung ku angkat dan ku satukan kembali, walaupun kenyataannya sudah tidak bisa lagi di satukan. Karena aku tak kuasa melihatnya sambil mengambil buku-buku itu aku sambil

meneteskan air mata, karena bagi ku buku itu lebih berharap daripada tubuh ku yang ke hujanan. Setelah selesai, lalu buku-buku itu ku letakan di atas keranjang kembali. Teman-teman yang lain menyapa ku Kenapa?. Aku menjawab OooOoOh.buku-buku ku terjatuh tadi. Dengan perasaan sedih singkat. Teman ku Riska datang menghampiri ku Kenapa In????? Tanyanya, ku jawab dengan singkat Ris, maafkan aku,.. buku paket ujian kita tadi jatuh di sini dan tadi sepeda ku juga jatuh padahal tadi sudah ku letakkan di atasnya payung ku pikir tidak akan jatuh tapi kenyataannya seperti ini. Wajah Riska berubah yang mulanya suka bercanda dan suka menampakkan wajah yang ceria menjadi seorang yang sinis, sepertinya dia sangat marah dengan ku pikir ku. Riska langsung mengarahkan sepedanya menuju pulang tanpa sepatah kata kata pun bicara dengan ku. Aku sangat takut dengan tingkah lakunya, walaupun aku sudah mencoba menerangkannya tapi dia tidak mau mengerti dengan semua kejadian itu. Aku pun diam tanpa seribu kata, hanya sebagai patung yang diam. Lalu ku putar arahkan juga sepeda ku menuju pulang, dengan perasaan hancur berkeping-keping, takut gelisah dan tak karuan . Teman-teman ku yang asyik duduk-duduk di depan lokal aku les dengan santainya, bahkan mereka meneriaki ku WoooOOOoooyyyyy.. WooooOOOOOoooyyyy. karena aku tanpa sengaja di belakang ku ada anak yang suka di gosipin dengan ku padahal tak sedikit pun aku ada perasaan dengannya, aneh juga dengan teman-teman ku terpaksa tersenyum padahal sangat berat untuk senyum, tapi karena mereka teman-teman apalah Mereka tak tau betapa hancurnya perasaan ku ketika itu, mereka hanya memikirkan kesenangannya semata. Buku-buku selalu menghantui bayangan ku, yang paling parah bagi ku buku-

buku itu, buku B. Inggris, karena buku itu, buku yang paling aku sayang, sedangkan guru yang mengajar buku B.Inggris terkenal tegas. Itulah yang membuat ku sangat takut, aku sangat takut kalau dia marah dengan ku. Di jalan menuju pulang air mata tak sanggup menahan lagi, air mata selalu jatuh sedangkan hujan juga tak reda . Bayangan wajah Ibu selalu terbayang seakan ada di pelupuk mata, hati tak karuan. Pikiran yang seperti itu tak bisa hilang di benak ku. Akhirnya sampai di rumah, ku naikkan sepeda, lepas sepatu, masuk kamar dan lepas baju seragam ganti dengan baju bisa terbaring di kasur hingga bantal menjadi teman setia air mata.

Terisak ku menangis, lalu ayah ku terdengar mencari-cari ku, kata ayah oOOOOooooh Inanya tidur tapi heran melihat ku yang sedang menangis. Lalu dia bertanya kenapa nak???? aku pun menjawab buku-buku ujian Nasional basah semua, buku itu milik sekolah bukan milikku pribadi, sedangkan harganya mahal makanya Riska marah denganku gara-gara buku itu. Si ayah pun mencoba memberikan nasehat kepadaku supaya tetap sabar. Lalu ayah meminta ku untuk menunjukkan buku-buku itu. Berangkatlah aku dari tempat tidur menuju buku-buku tersebut. Ayah dan ibu mencoba mengeringkannya dengan meletakkan di sebuah wadah lalu diletakkannya di atas dapur, sedangkan di bawahnya di hidupkan api. Di situ aku sangat terharu, betapa sayangnya orang tuaku terhadapdiri ku. Kemudian ayah dan ibu bertanya lagi berapa harga bukubuku ini? aku menjawab dengan singkat aku tak tau, harganya

berapa. Ayahku bertanya lagi jika guru meminta buku ini untuk di ganti maka kita ganti. Disini hatiku mulai tenang dan lega walaupun kenyataannya masih ada dihantui rasa salah terhadap Riska. Kemudian aku berinisiatif untuk ke rumah Riska menjelaskan tentang buku itu. walaupun harinya masih hujan aku bersikeras ke rumah Riska. Sesampai di rumahnya aku memanggil-manggil Riska RiskaRiska.Riska.. tak lama Riska keluar dengan matanya yang merah seperti habis menangis. Kemudian aku jelaskan pada Riska dan orang tuanya tentang kejadian tadi. Tapi saudara dari ibunya malah marahmarah dengan ku seakan-akan aku sangat salah. Riska tak banyak bicara, ibunya juga berkata sinis dengan ku, Riska datang-datang menangis padahal dia tidak menjatuhkan bukubuku itu, kami mencoba mengeringkan dengan asap api tapi tak juga seperti semula jika ibu meminta untuk menggantinya nanti ku ganti kata ayahku jawab ku. Tapi aku minta tolong nanti bantu aku untuk bicara dengan guru mengkun smoga beliau bisa mengerti Riska mengiyakannya.

Setelah itu aku pulang dengan perasaan yang sangat sakit hati dengan perkataan orang tuanya hari mulai gelap, matahari mulai tenggelam ke peraduan dan suara-suara jangkrik mulai terdengar di telinga ku. Sedangkan adzan mulai berkumandang sana-sini. Sesampai di rumah ku, aku mengambil air wudhu dan shalat Maghrib. Selesai sholat ku berdoa ya Allah. Ampuni dosa hamba-Mu, berikan ketabahan dan kesabaran untuk ku agar selalu tegar menghadapi cobaan ini, mudah- mudahan guru bias mengerti dengan ku, hati ku bergumam seandainya dia tidak mengerti dengan ku aku harus terima kenyataan pahit ini.

Sehabis berdoa ku berbaring di ranjang pikiran ku tak karuan. Wajah guru selalu terbayang di mata. Tak lama Ayah memanggil-manggilku Ina . Ina.Ina kita makan malam. iya jawabku singkat, ku keluar dari kamar menuju tempat makan, di saat makan aku hanya diam dan diam tak banyak bicara. Di pikiran hanya bayang-bayang buku lagi tak banyak nasi ku suap ku berhenti makan dan masuk kamar lagi. Aku mengurung diri di kamar, air mata tak henti-hentinya mengalir di pipi ku. Aku ingin lari dari semua kenyataan ini tapi apalah daya ku semua ini cobaan untuk ku pikir ku. Masalah ini tidak akan selesai seandainya aku turun sekolah besok. Aku bergumam lagi aku harus bisa menghadapi masalah ini, mungkin ini bisa menjadi pelajaran dan pengalaman bagi ku. Allah tidak akan memberikan cobaan seberat ini jika aku tidak mampu. Adzan Isya berkumandang aku shalat lagi seperti biasanya, selesai shalat ku berbaring di tempat tidur, tak lama ku tertidur pulas, tapi di tengah dinginnya malam ku terbangun dan teringat akan kejadian siang tadi, bayangan buku muncul kembali. Ku mencoba hilangkan semua itu dan mencoba tidur hingga pagi menjelang, pagi menjelang pun tiba. Aku bangun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas seperti biasa mandi, shalat, sarapan dan siap-siap ke sekolah. Jam menunjukkan pukul 6 pagi ku berangkat sekolah. Sesampai di rumah Riska ku menunggunya, Riska keluar masih dengan wajah yang cemberut menghampiri ku tak banyak kata yang di lontarkannya. Hanya wajah kusut yang di tampakkannya. Sesampai di sekolah aku memintanya untuk menemani ku menunggu ibu yang belum juga datang. Melihat wajah Riska yang begitu, hati ku menjadi tidak enak. Aku sangat gelisah pagi itu, ku lihat di parkir guru ternyata kendaraan ibu juga belum ada. Aku mondar-mandir di depan

pintu menunggu. Ku tunggu dengan waktu yang cukup lama. Sepeda ibu mulai ku lihat di depan pintu gerbang, ibu datang, rasa ingin lari aku menghampirinya, tapi aku tunggu lagi sampai di muka kelas. Ibu mulai mendekat dan meletakkan sepeda di muka kantor, langsung kami menghampirinya. Hati ku sangat takut menjelaskannya tapi semua ini harus ku jelaskan biar tenang hati ku. Lalu aku menjelaskan kepada ibu tentang kejadian itu, ibu pun mengerti, malah ibu tersenyum ketika aku menceritakannya. Ibu yang di kenal tegas ternyata dia adalah guru yang pengertian. Kemudian beliau meminta kami untuk membawa buku yang basah tadi kepadanya, dan dimintanya untuk di letakkan di lemari kantor. Setelah itu hati ku yang hancur berkeping-keping langsung menyatu spontan. Karena ibu tidak menuntut apapun dari kami dan beliau memaafkan segala kecerobohan ku, hati ku sangat lega. Akhirnya Riska bisa tersenyum kembali seperti biasanya dan bercanda gurau dengan ku.

PULANG MALAM Hari itu adalah hari Rabu, aku dan teman-teman latihan untuk menjadi pengerek bendera pada hari Senin. Aku menunggu Mida di rumah ku dengan cukup lama. Akhirnya Mida sampai ke rumah ku, kami berbarengan perginya, sekarang aku dan mida menjemput teman ku yang satunya namanya Ana, rumahnya cukup jauh dari kami karena kendaraannya terpakai ayahnya aku yang memboncengnya. Sesampai di rumah Ana kami menunggunya karena kata ibunya Ana lgi mengantar adiknya ke sekolah jadi kami menunggunya hingga dia pulang dari sekolah adiknya.

Ibunya meminta kami untuk masuk ke rumah tapi kami hanya menunggu di luar saja karena ingin buru-buru. Awan mulai menghitam di langit biru angina menampar wajah ku dan suara gemuruh di langit mulai terdengar. Tak lama Ana muncul sudah lama yaaaaaaa menunggu??????????? tanyanya, enggak.. jawab ku dan mida dengan singkat. Kemudian Ana kami minta untuk cepat-cepat pakai sepatu kami harinya sudah mulai gerimis. Dengan cepat-cepat kami berangkat sebelum hujan tiba. Aku ngebut takut kehujanan untungnya juga tidak banyak mobil dan kendaraan yang lewat jadi bisa laju tancap gas. Kami saling melaju, kata mida kalau aku cepat-cepat kamu harus cepat juga yaaaaaa. iya. Kata ku dengan singkat. Sampai di persimpangan ban kendaraan ku terpeleset sedikit karena lupa ngerem jadinya mau jatuh. Ana sangat takut karena mungkin dia mengira aku baru saja bisa mengendarai. Tapi untungnya aku masih bisa ngerem. Setelah sampai di tempat latihan kami letakkan kendaraan lalu duduk-duduk di bawah pohon coklat, di warung kecil yang mungil. Lama kami berbincang-bincang, canda gurau datang teman-teman kami yang laki-laki. Melihat kendaraan Reza mida mengusulkan untuk membeli makanan di lapangan, kami pun mau mengikuti usul dari Mida. Akhirnya kami ke lapangan dengan kendaraan Reza yang di pakai mida. Kami membeli pancukan 2 bungkus. Satu bungkus untuk kami dan yang satunya untuk teman-teman yang lain. Kami kembali ke tempat latihan , sesampainya duduk kembali di warung kecil mungil itu sambil makan makanan yang kami beli tadi. Setelah habis makanan tadi kami duduk santai dengan teman-teman yang lain. Selang waktu beberapa menit bapak datang. Istirahat sebentar kemudian kami latihan, setelah beberapa kali latihan. Awan menghitam dan langit mulai gelap, kami pun pulang. Aku dan Mida mengantar Ana ke rumahnya di tengah perjalanan menuju rumah Ana macet banget. Aku dan Ana

kehabisan bensin sedangkan Mida terus, rupanya dia tidak melihat kami di belakang. Ku minta pada Ana untuk menghubungi Mida agar dia tidak kecewa dengan tidak ada di belakangnya. Tapi mida tidak mengangkat telephone Ana. Kami putar arah mencari bensin setelah isi bensin kami kembali meneruskan perjalanan menuju rumah Ana. Adzan magrib sudah berkumandang sedangkan aku dan Ana belum juga sampai ke rumah. Terlihat kendaraan Mida di pinggir jalan dan Mida menunggu kami dengan gelisah. Sesampainya menghampiri Mida, mida bercerita kalau dia sangat takut, karena kami tisdak ada di belakangnya. Banyak orang-orang bertanya tunggu siapa dik..???? teman jawab mida katanya. Tadi kami kehabisan bensin jadi cari bensin dulu. maaf yaa mida. Kataku ooooo hhhhhhhh. Nggaak papa jawab Mida dengan wajah cemberut. Kami melanjutkan perjalanan sampai ke rumah ana. Orang-orang berbondong-bondong menuju mesjid sedangkan kami belum juga sampai rumah. Sehabis sampai di rumah ana. Kami langsung pulang tanpa mampir takut kemaleman banget. Di jalan dinginnya malam kami pulang denan Mida. Hujan yang cukup deras membasahi tubuh ku dan Mida, tapi kami santai saja berkendaraan. Tapi tiba-tiba Mida mau mampir karena penyakitnya kambuh. Kata ku kita akan mampir nanti di rumah keluarga ku tapi sabar yaaa. iya jawabnya dengan wajah yang cemberut. Sampai di suatu desa tak ada seorangpun yang ada lewat hanya kami berdua. Sesampai di rumah keluarga ku, aku memanggil-manggil anak dari saudara ibu ku. Rin.Rin pintu pun terbuka. oooooooohhhhhhhhh. Kamu, ada apa????? kami mau berteduh sebentar boleh nggak. boleh banget. Jawabnya sambil tersenyum. Lalu kami melepas sepatu dan masuk ke rumahnya. Kami di persilahkan duduk di kursi rumahnya. Keluarga ku mempersilahkan kami untuk istirahat dan

mereka meminta kami untuk mengambil air wudhu, tiba-tiba setelah kami shalat Maghrib anak dari saudara ibu ku datang dan dia sangat terkejut saat melihat ku dan Mida. Dia sempat berkata ehhhhh kamu. Saya kira tadi siapa? aku tersenyum malu sedangkan Mida tersipu malu melihat keluarga ku itu. Tak lama kemudian setelah selesai shalat Mida bertanya kepada ku siapa tadi..???? aku menjawab tadi itu adalah anak dari saudara ibu ku. Kami bercanda gurau di kamar yang kami tidak tau bahwa di sebelah tempat ruangan kami ternyata ada sepupu ku. Tak lama kemudian kami keluar dari kamar dan pamit untuk pulang karena harinya sudah cukup malam. Takutnya nanti pulangnya kemaleman.

TERSESAT Hari itu, Kamis. Aku tidak masuk sekolah karena ingin membuat SIM. Pagi sudah tiba ku mauberangkat ke Kantor Polisi dengan temanku Riena, ternyata uang untuk membuat SIM dibawa ibunya. Riena sangat marah dia sempat marah-marah dengan Kakek dan neneknya di rumah. Aku mengusulkan pada Riena agar kita mencari Ibunya di tempat dia berdagang. Ibunya seorang pedagang begitu juga ayahnya, jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, kami pergi mencari ibu Riena. Alhamdulillah bertemu, tapi setelah pulang kami lupa jalan, beberapa kali kami tersesat. Aku sudah bingung harus jalan mana lagi. Lalu kami punya ide untuk bertanya kepada seorang pedagang ikan keliling, ku berjalan menuju kakek-kakek yang berada di pinggir jalan. kek, dimana ya. Pulang menuju arah Pandawan? tanyaku dengan penuh kebingungan. Kemudian kakek itu menjawab belok kiri dan terus, nanti kamu akan menemui persimpangan, setelah itu kamu terus saja jangan belok. Terima kasih ya kek sahutku.

Kemudian kami menuju tempat yang ditunjukkan kakek tersebut. Akhirnya kami sampai menuju jalan rumah kami. Setelah itu kami pergi ke Kantor camat untuk membuat KTP dan SIM, kami hanya menggunakan sepeda pergi ke sana. Padahal tempatnya cukup jauh dari rumahku, sesampainya di sana aku dan Riena mengurus Administrasi untuk membuat KTP. Kami disuruh berphoto di ruang photo. Kami bertanya pada petugas di sana apakah bisa bu membuat SIM?. bisa nak, tapi harus selesai KTP dulu. Kata ibu dengan ramah. Beliau berkata lagi KTP nya tidak selesai dalam satu hari, tapi dengan waktu satu minggu. Aku sangat kesal karena waktuku terbuang begitu saja. Aku mengira setelah membuat KTP aku bisa langsung membuat SIM, tapi ternyata semua itu diluar dari dugaanku. Rienapun juga kesal atas kejadian itu.

Waktu yang sangat berharga bagiku semuanya terbuang siasia. Sekolah ku tinggalkan, dan belajar ku tak ikut. Itulah penyesalanku. Aku pulang dengan wajah yang cemberut seandainya saja waktu bisa diulang, aku ingin sekali mengulangnya. Kami sangat lelah bersepeda menuju pulang sesampainya di persimpangan ada orang berjualan, kami berhenti disana dan membeli makanan karena kami mulai dari pagi tadi belum makan. Kami membelinya hanya dalam bungkusan plastik. Setelah itu kami teruskan perjalanan, tak lama kami menemukan tempat untuk beristirahat sambil membuka bungkusan plastik hitam yang ku tau di dalamnya itu adalah sedikit makanan yang ku beli tadi. Sambil duduk kami bercanda hingga makanan tersebut habis kami makan. Kemudian kami teruskan perjalanan untuk pulang, sesampainya di rumah aku sangat lelah dan tertidur di kamar.

SAHABATKU SAYANG, SAHABATKU MALANG Sore itu terasa berat saat ku bangun dari tidur siang. Ya telephoneku berdering, itu bunyi SMS, aku kaget dan bertanyatanya siapa yang menghubungiku? ternyata Fatma, dia adalah temanku, dia anak yang sangat langka bagiku, dia selalu saja mencoba membuat orang ingin tertawa oleh tingkahnya. Aku senang berteman dengannya. Fatma anak yang sedikit cerewet, tapi itulah manusia, ada sisi baiknya dan ada sisi buruknya. Aku dan Fatma sudah lama berteman sejak di seolah SLTP sampai sekarang. Fatma selalu setia denganku dia sahabat yang baik bagiku. Fatma juga sering curhat padaku, dulu dia mempunyai seorang kekasih, ya. Orang pertama yang pernah dia cintai namanya Nudi, dia sangat bahagia sejak kehadiran Nudi, setiap hari, hari-hari Fatma tak terlewatkan dengan sosok seorang Nudi yang sangat berarti bagi Fatma. Nudi adalah satu-satunya lakilaki yang sangat Fatma cintai. Beberapa tahun mereka menjalani hidup bersama baik suka dan duka. Kelihatannya Nudi sangat baik dengan Fatma. Aku sangat senang melihat Fatma yang hariharinya penuh kebahagiaan, tapi ternyata aku tak tau apa yang sebenarnya Fatma rasakan. Walaupun dulu Fatma denganku pernah kurang berkomunikasi tapi sekarang aku dengannya sangat akrab. Setelah beberapa tahun Nudi dan Fatma menjalin hubungan, hubungan mereka menjadi kurang baik, padahal sebenarnya Fatma sangat menyayangi Nudi, tapi aku sangat kecewa dengan Nudi yang tega menyakitinya. Nudi menikah dengan seorang gadis yang bernama Eka, katanya Eka cantik, putih,dan dia berasal dari orang yang terhormat. Eka juga punya segalagalanya. Fatma sempat terpuruk dengan keadaan itu, tapi aku yakin kalau Fatma dia adalah temanku yang kuat dan dia dapat bangkit dari semua kejadian ini. Sekarang fatma berubah 75 derajat bagiku. Fatma selalu menganggap dirinya kalau dia tidak

secantik Eka, Fatma memang gadis yang sederhana, dia berasal dari keluarga yang sederhana, yang tidak seperti Eka. Tapi aku selalu bilang belum tentu Eka seperti yang kau pikirkan, itu hanya pikiranmu sahutku menenangkan Fatma. Fatma selalu menganggap dirinya wanita yang tidak ada gunanya. Dia selalu berkata kenapa aku tak secantik Eka???????????? itulah perkataan yang selalu keluar dari mulutnya. Aku selalu mencoba memberinya nasehat supaya dia tetap sabar menghadapi cobaan yang menimpa dirinya. Saat malam tiba, fatma menghubungiku, katanya nudi menikah.?/?/???????? dulunya aku kurang percaya kukira Fatma hanya bercanda, karena Fatma sering bercanda denganku, tiba-tiba telephone ku berdering kembali, ternyata yang menghubungiku itu Ana. Ana itu adalah temanku dan Fatma, Ana bilang padaku Rin,,,,,,, kata Fatma, Nudi besok menikah?????? aku masih kurang percaya, akuy membalas SMS Ana hanya dengan kata itu Cuma bercanda kaaaaaaaaaaaannnnnn? jawabku dengan nada tak percaya. Aku benar-benar tak percaya dengan semua SMS teman-temanku. Besok harinya Fatma mau kerumahku. Untuk mengantarkan undangan dari sekolah untuk reuni buyka puasa bersama, karena kebetulan waktu itu bertepatan saat bulan Ramadhan, dan dia juga mau curhat tentang nudi yang mau menikah dengan seorang gadis yang kata nya punya segala-galanya. Jam menunjukkan pukul 3 sore, Fatma ke rumahku, dia bercerita tentang masalahnya padaku, aku sangat terkejut ketika mendengarnya. Seorang laki-laki yang sangat berarti bagi Fatma telah menghianati semua janji yang dia ucapkan. Sedangkan Fatma adalah perempuan yang begitu setia kepada Nudi. Tak lama kemudian, Fatma pamit pulang. Aku ikut sedih menimpa Fatma,ku hanya bisa menghadapi cobaan ini dengan pamit kepadaku, kalau dia mau dengan semua kejadian yang berharap semoga Fatma dapat lapang dada. Janji yang manis

berubah menjadi pahit, walaupun ku tau hidup tak selamanya indah. Sekian lama Fatma menyendiri setelah putus dengan Nudi. Fatma tidak bisa melupakan Nudi dan kenangan Indah mereka. Walaupun kenyataannya Fatma hanya diam, diam, dan diam yang hanya meneteskan air mata. Karena ku tau, aku sebagai seorang wanita mengerti dengan perasaannya. Yang takkan mudah merelakan orang yang kita cintai meninggalkan begitu saja, tanpa memikirkan perasaan sahabatku.

Di Saat Ku sakit Hari Senin kuberangkat sekolah seperti biasa, tiba-tiba di tengah jalan perutku terasa sangat sakit tapi tetap aku tahan. Aku berbarengan dengan temanku Ani pergi sekolah. Setelah lama ku tahan hamper-hampir aku tak tahan untuk menahan sakit yang kurasakan ini. AN, perutku sangat sakit. Ucapku sambil memegang perut smbil kesakitan. Bagaimana ya???? Kamu kenapa???? dengan wajahnya yang kebingungan. sabar ya Mil, kita sudah dekat dengan lampu merah, apa kita harus pulang sedangkan jaraknya lumayan jauh? iya.. aku juga tak mau pulang, kita harus meneruskan sampai ke sekolah sahutku dengan wajah pucat pasi. Di lampu merah kami berhenti menunggu hingga lampu hijau, setelah lampu hijau menyala aku langsung mengayuhkan sepedaku padahal perutku sangat sakit. Aku sudah tidak kuat lagi menahan tapi aku tetap berusaha sampai sekolah. Sesampai di sekolah langsung kuletakkan sepeda dan dengan tergesak-gesak ku menuju kelas. Langsung ku lempar tas di meja dan duduk di kursi tanpa basa-basi. Teman-temanku rebut bercanda gurau. Sedangkan aku kesakitan menahan sakit perutku.. teman yang duduk sebangku denganku mendekatiku dan bertanya, kenapa Mil denganmu?????? sakit perut jawabku singkat. Trrreeeeeeeeeeeeeettttttttt

trrrrreeeeettttt.ttrrrreeeeeeeetttt. bel berbunyi, menandakan untuk baris ke lapangan sekolah untuk Apel Bendera pagi Senin.tapi aku tak kuasa berdiri, teman-temanku yang awalnya asyik bercanda bubar dan menuju ke lapangan sekolah. Sedangkan aku tak ikut Apel pagi, aku sendirian di kelas. Ku letakkan tanganku di atas meja dan kepalaku menunduk, hatiku sangat gelisah, ingin cepat pulang tapi dipikir-pikir sayang sudah di sekolah. Ku bawa berdiri juga tak bias mengurangi rasa sakitku. Bahkan tambah sakit, ku keluar ke depan kelas tapi belm juga Apel selesai. Ku tunggu dengan hati yang sangat gelisah. Kemudian aku duduk lagi di kursi dengan gelisah., tak lama kemudian, terdengar suara gesekan sepatu dan canda gurau teman-teman yang menandakan bahwa Apel sudah selesai. Temanku Winda menghampiriku dia mencoba memijat-mijat kakiku yang sakit. Agar rasa sakitku berkurang. Tapisakitnya tak juga berkurang, kemudian dia memintakan obat ke UKS dan segelas air, dia memintaku untuk meminum obat tersebut, ku minum dan setelah itu obat yang ku minum tidak ada reaksinya. Salah satu temanku mengusulkan teman-teman bagaimana kalau kita pergi ke UKS???? ina kamu mau ngga? aku tidak mau jawabku singkat. Tapi mereka tetap memaksa sedangkan aku juga tidak tahan menahan rasa sakit lagi. Akhirnya aku mau. Untuk berjalan rasanya aku sudah tidak kuat lagi, lututku terasa nyeri sekali. , perutku sangat terasa sakit. Dan bibirku pucat dengan keringat dingin menahan sakit. Kemudian kakak-kakak kelas XII dating membawakan tandu, aku mencoba berdiri menghampiri tandu tersebut. Sebenarnya aku malu dengan kejadian semua ini. Tapi apalah dayaku semua ini dapat terjadi padaku. Akupun dibawa ke UKS di jalan menuju UKS anak-anak kelas lain heran hingga terengah-engah melihatku. Karena tak kuasa menahan semua sakit sampai meneteskan air mata, tubuhku menggigil dan suhu badanku menjadi panas. Sesampai di UKS para guru pun ikut menangani

ku, karena tubuhku panas mereka rebut mencari Termometer pengukur suhu badan, setelah diperiksa oleh ibu wali kelasku sendiri mencapai sekitar 35 derajat. Sedangkan suhu yang dianggap sudah tinggi mencapai 37 derajat. Kondisiku sungguh mengkhawatirkan, karena jari-jariku tak bias digerakkan lagi seperti kaku, sedangkan tubuhku lemah. Kemudian orang-orang yang berada di UKS mengusulkan untuk di bawa ke Poskesmas. Dan aku diminta untuk mengganti rok ku, karena rok yang ku pakai sudah kotor sekali. Sebelum aku mengenakan rok ganti, ibu Kepala sekolah pun ikut masuk ke dalam UKS. Lalu beliau bertanya tentang penyakit perutku ini. Aku menjawab semua pertanyaan beliau. Setelah itu aku ke WC mengganti rok dengan menggunakan rok milik teman sekelasku, karena rumahnya dekat dengan sekolah. Syukurnya dia baik hati dan meminjamkan rok padaku. Menuju WC aku di temani teman-teman dan kakak kelas. Setelah ganti rok aku keluar, tubuhku dirangkul teman-teman dan kakak kelas. Di tengah-tengah menuju UKS aku aku sudah tidak tahan lagi hingga terjatuh. Dengan teriakan kakak kelas woooyyyyyyyyyyy lihat,. Dia sudah tidak bisa berjalan lagicepat,,,,,,,,,,,,cepat dengan cepatnya petugas mengambil tandu dan menuju ke tempat dimana aku terjatuh. Mereka mengira aku pinsan padahal aku hanya tidak bias berdiri lagi. Dengan cepat aku di baringkan di atas atndu, sesampai di UkS aku istirahat sebentar dan menenangkan diri, tak lama setelah itu aku di antar ke Poskesmas dengan menggunakan becak untuk mengantarkan ke Poskesmas terdekat. Dengan ditemani oleh Vera, ku duduk dengan memegang tangan di perut. Hingga di jalan orang-orang bertanya pada paman tukang becak. kenapa mas? sakit perut jawab Abang yang membawa kami. Selang beberapa menit ku pejamkan

mataku, Vera mengira aku pingsan, padahal aku hanya ingin istirahat sebentar karena sakit ku sedikit demi sedikit mulai hilang. Vera rebut sendiri. InaIna..bangun!!!! panggilnya beberapa kali. Lalu ku buka mataku yang terpejam, baru dia mulai tenang. Sesampai di UKS teman-teman dan guru sudah menunggu kami di depan. Turun dari becak dan masuk ke Poskesmas langsung di suruh berbaring di atas tempat periksa. kenapa..? Tanya seorang dokter menyapa guruku. Cuma sakit perut Kok sahut bu guru. Kemudian aku diperiksa setelah itu aku kesakitan lagi, jangan menangis nanti malu dengan orang-orang disini!!!! ucap seorang dokter, ku hanya menganggukkan kepala, setelah beberapa menit sakitku hilang, an mataku ku pejamkan, karena mulai terasa tenang dan sakit mulai hilang. Sedangkan dokter mengira aku pingsan. Di cubit tanganku beberapa kali hingga terkejut. Katanya dengan suara yang bias dibilang kasar eh.. jangan pejamkan matanya!! lekas ku buka mataku. Kemudian dokter duduk kembali di kursi sambil berbincangbincang dengan guruku. Teman-temanku sibuk mengambil obat di apotek. Sedangkan aku hanya bias diam berbaring dengan tubuh yang terasa dingin, lututku terasa sakit sedangkan harinya cukup panas. Kondisi ku tidak jga membaik setelah didiamkan , dokter dan guru merundingkan aku untuk di infuse, bahkan ada yang mengusulkan untuk dibawa ke rumah sakit. Melihat keadaanku, akhirnya dokter mengambil jarum infuse dan di infuse tangan ku, saat memasukkan jarum aku terkejut hingga tanganku mengeluarkan darah, setelah di infuse tanganku terasa sakit dimasukkan jarum ke urat nadi. Lama-kelamaan aku sudah membaik dan tubuhku sudah terasa segar akhirnya ku minta kepada teman untuk meminta lepaskan infuse kepada dokter. Aku ingin sekali ke sekolah kembali, lalu dokter buka infuse itu dan tanganku di perban.

Kemudian kami pulang dengan menggunakan becak kembali. Sesampai di jembatan ppprrrraaaaakkkkk ban muka becak menabrak menabrak belakang kendaraan. Tapi untungnya tidak terjadi apa-apa. Selang beberapa menit sampai di jalan, ibu wali kelas ku menghampiri kami. Setelah beliau melihat kami sudah dekat, beliau memutar balikkan kendaraan beliau. Sampai di sekolah anak-anak kelas lain heran menatapku. Akupun sangat malu, aku langsung masuk ke UKS dan duduk di lantai. Trrrrrrrrrreeeeetttt..trrrreeeeetttttt bel berbunyi tertanda semua siswa pulang. Aku menunggu teman mengambilkan tas di kelas, harinya hujan cukup deras, mana mungkin aku pulang??? pikirku mondar-mandir sendiri. bagaimana dengan tanganku yang sakit bekas di infuse, terkena hujan, tidak mungkin pikirku lagi. Lama ku tunggu temanku belum juga dating. Setelah sekian lama, muncul juga batang hidungnya. maaf ya lama menunggu ucapnya pelan. taka apa sahutku. Kamipun akhirnya pulang dengan paying yang dipinjamkan guru, tapi kami kembalikan paying tersebut. Sampai di parker kami menunggu hujan reda, tapi tak juga reda. Orang-orang di parkir bingung melihatku, dan bertanya-tanya kenapa dengan tanganmu? aku hanya menjawab tidak apa-apa. Setelah hujan mulai reda kamipun pulang, tabi tiba-tiba di tengah jalan hujan tambah deras tapi aku tidak mau mampir kami meneruskan perjalanan sampai ke rumah.

PERKENALAN BERAKHIR PERSAHABATAN Berawal dari sebuah perkenalan, Anita merasakan sesuatu yang beda pada dirinya, sejak dia mengenal sesosok pria

bernama Ardi. Dia mulai berubah Apakah yang terjadi pada diri Anita???? Dia seorang gadis yang sangat sederhana, apa adanya tidak suka berlebihan. Sejak dia mengenal Ardi, Anita menjadi seorang yang selalu periang, penuh semangat setiap hari. Walau pun dia mempunyai masalah yang ia hadapi. Teman Anita pun heran dengan semua tingkah lakunya yang menurutnya sangat berubah tidak seperti biasanya, setiap hari Dina temannya selalu bertanya-tanya kepada Anita Nit kenapa sih kamu berubah banget..Anita Cuma menjawab Ah.nggak papa Cuma ketiban senang aja.Ardi menjadi seseorang yang sangat berharga baginya. Dia seorang yang jadi penyemangat hidup Anita. Ardi orang yang baik, dari keluarga yang sederhana, apa adanya, rajin beribadah dan dia juga yang mengajarkan Apa itu arti kehidupan Setiap hari Ardi selalu kontek-kontekan dengan Anita lewat Hp, Anita pada mulanya kurang merespon dengan sikap Ardi tapi setelah mengenalnya lebih lama ternyata Anita mulai menyukai sikap Ardi.

Ardi sering curhat dengan Anita tentang pengalaman pahit yang di alaminya sejak berpacaran dengan kekasihnya dulu, Anita pun selalu memberikan semacam nasehat kepada Ardi. Supaya Ardi tetap tegar dan sabar menghadapinya Anita sering bilang, Anita sering bilang mungkin dia kurang baik untuk mu dan mungkin Tuhan berencana lain di balik semua itu Ardi pun akhirnya mulai bisa menerima kenyataan yang dia alami. Anita sangat senang dengan kehadiran Ardi di dalam kehidupannya. Sekarang hidupnya mulai ber warna dengan penuh semangat yang tinggi. Karena Anita dulu juga pernah sakit hati tapi setelah dia menemukan sosok Ardi dia mulai bisa mengubur masa lalunya, dia anggap itu sebuah lika-liku hidup yang ia jalani.

Kini bagi Anita ardi adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya bahagia, dan ardi juga yang paling berharga bagi dirinya, bagaikan seorang pangeran yang menghampirinya. Nama Ardi selalu ada di bayang-bayangnnya, tapi juga tidak tau apakah Ardi juga merasakan hal yang sama, seperti yang terjadi pada dirinya.. berbulanbulan Anita menjalani hidupnya dengan penuh kegembiraan karena Ardi. Dan Ardi yang selalu ada di bayang-bayangnya. Walaupun Ardi bukan kekasihnya tapi Ardi bisa membuat Anita menjadi seseorang yang selalu gembira. Tapi kadang-kadang Anita juga bingung sendiri buat apa yaaa. Aku mikirin dia, dia kan belum tentu mikirin aku.. timbul di benak Anita. Namun wajah Ardi selalu ada di pikirannya seakan tidak bisa dihilangkan. Dia mencoba untuk menghilangkannya tapi entahlah.. kenapa?????? Anita tidak bisa menghapus bayangan itu. Ardi sangat perhatian dengannya, dia selalu memberikan nasehat pada Anita ketika dia mempunyai masalah. Mungkin bisa di bilang Ardi adalah menjadi teman curhat yang paling setia, begitupun juga Anita yang setia dengan curhat Ardi. Pada suatu hari Ardi curhat pada Anita tentang mantan kekasihnya, kata Ardi jujur aku masih sayang dengan dia. Pada suatu malam aku pergi ke pasar minggu entah kenapa.. aku bertemu dengannya. Dia dengan seorang pria yang berada di sampingnya. Hati ku bergumam mungkin dia kekasihnya. Hati ku sangat hancur berkeping-keping, tapi ku coba untuk melawan hati ku agar tetap sabar.. dan sabar. Anita pun bertanya kepada Ardi apakah dia menyapamu??? kemudian menjawab iya.. hati ku semakin hancur apalagi dia menolehkan wajahnya kepada ku dengan sebuah senyuman. setelah Ardi curhat dengan panjang lebar, anita suka mengolok-oloknya kasihaaaannnn dech looooo..>>>>> di tinggalkan

kekasihnya> ardi pun juga suka mengolok-olok Anita. Anita dan Ardi bagai kucing dan tikus selalu saling bercanda gurau. Tapi mereka hanya bercanda gurau, Ardi seseorang yang penyabar, tabah dalam menghadapi cobaan dan dia juga tidak pendendam sedikitpun pada orang yang menyakitinya. Anita banyak belajar dari Ardi tentang kehidupan. Kehidupan dimana bisa menjadi orang yang selalu sabar dalam menghadapi hidup ini. Setelah beberapa bulan Ardi mulai menunjukkan sikap yang sangat beda kepada Anita. Anita pun juga begitu, mulai saling perhatian satu sama lain. Setiap saat Ardi selalu ada SMS Anita, pagi, sore dan malam. Mereka sangat akrab apalagi Ardi selalu senang ngirimin kata-kata konyol lewat pesan singkat. Malam minggu pun tiba, malam minggu adalah malam yang tidak bisa terlupakan di benak Anita. Di malam itu Ardi mulai gelisah dia menghubungi Anita Nit, aku mau mengungkapkan sesuatu kepadamu, boleh nggak..??? Anita pun menjawab boleh, tentang apa yaa? tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan kata Ardi. Jawab Anita kamu tidak usah bingung, katakana saja apa yang mau kamu ungkapkan. Tidak usah malu. Tak berapa lama tertulis di layar telephone genggam, berita terkirim. Anita pun heran dan gelisah, dia selalu bertanyatanya apa ya yang terjadi pada diri ku Anita semakin penasaran dan selalu bertanya-tanya pada hatinya seperti itu.

Satu pesan diterima dan dia membuka SMS Ardi aku takut untuk mengatakannya padamu, kamu akan marah dengan ku. Aku tak bisa mengatakan ini, lebih baik aku tak jadi mengatakannya kepadamu. Kalau akhirnya ini akan membuatmu kecewa, tapi jujur aku tak bisa pungkiri apa yang terjadi pada diriku. Anita pun membalas SMS nya dengan kata kamu tak usah takut kepada ku Ardi, aku janji aku tidak akan marah

denganmu asalkan kamu mau jujur pada ku apa yang harus kamu ungkapkan. Ardi membalas lagi, tapi janji yaa. iya. Jawab ku singkat. Akhirnya Anita sangat penasaran dan gelisah menunggu SMS Ardi sedangkan mata yang mulainya mau terpejam bisa dengan segarnya. Di tunggu dan di tunggu lama mata Anita mulai tertutup tak lama terdengar bunyi berdering, Anita terbangun dan bergegas membuka SMS dari Ardi dimana isinya kalau Ardi menyukai Anita. Anita bingung harus bilang apa.. sehingga dia mengurungkan niatnya untuk tidak membalas sms Ardi, tapi ardi selalu sms Anita. Akhirnya dia pun membalasnya aku minta maaf dengan semua ini tapi ini yang harus aku lakukan agar aku tidak harus gelisah terus setiap hari dan selalu berpura-pura. Sms Ardi tak juga di balasnya sebenarnya dia senang dengan semua ini tapi dia tidak mau karena temannya berteman dengan Ardi dan Ardi orangnya juga sedikit gombal. Terdengar beberapa pesan lagi SMS Ardi masuk Anita apakah kamu marah dengan ku. Aku tahu wanita seperti kamu tidak mungkin menyukai aku yang seperti ini tapi tolong jawab dengan jujur jangan buat aku bingung seperti ini. Kalau kamu tidak balas SMS ini berarti kamu marah dengan ku. Sedangkan kamu tadi janji tidak akan marah dengan ku. Anita pun bingung apa yang harus ia lakukan. Dia tidak mau semua ini terjadi tapi dalam hati kecilnya berkata. ia juga tidak mau kehilangan Ardi akhirnya dia balas SMS Ardi Ardi bukan maksud hati ku menyakitimu, tapi ini mungkin bisa membuat keputusan yang tebaik bagi kita, aku tak bisa menerima kamu bukan karena apa-apa, tapi aku ingin kamu menjadi teman yang terbaik bagi ku. Di saat Anita balas SMS itu hatinya sangat hancur tapi apalah daya hanya kata-kata itu yang bisa dia ucapkan. Dia tidak mau sesuatu hal yang buruk terjadi pada dirinya, semoga Ardi mengerti dengan keputusan ini.

Ardi membalas SMS Anita lagi Anita.. walaupun untuk sekarang kamu tidak bisa menerima ku, tapi suatu hari nanti semoga kamu bisa menjadi seseorang yang bisa membuat ku bahagia, tersenyum di balik semua ini. Sekarang aku mengerti apa keputusanmu tapi aku masih berharap padamu Nita anita pun menjawab iya..suatu hari nanti kalau kita sudah bisa berpikir yang lebih maju mungkin aku juga bisa menerima kamu, kalau untuk sekarang aku masih banyak harapan yang ingin ku gapai. Walaupun begitu Anita tidak mudah percaya dengan kata-kata lelaki yang menyatakan cintanya hanya lewat dunia maya, baginya itu cuma akalakalannya saja, agar bisa menjadi pacarnya tapi di dalam lubuk hati yang paling dalam Anita juga menyimpan sejuta rasa yang tak bisa di hilangkan saat dengan Ardi, walaupun tak dengan secara langsung. Ardi mulai mengatakan janji-janjinya kepada Anita, bahwa suatu hari nanti dia akan membahagiakan Anita di suatu hari nanti. Anita dengan perasaan yang dikatakan antara percaya dan tidak dengan kata-kata Ardi. Jam menunjukkan pukul 10 malam. Anita mengakhiri SMS nya dengan Ardi dengan kata met malam and met bobo sedangkan Ardi dengan sebuah kata-kata. Malam itu Anita tidak bisa tidur hanya bayang-bayang Ardi yang ada di pelupuk matanya. Dia mencoba untuk menghilangkannya dan tidur sampai pagi. Pagi menyambut sinar sang mentari, tetes embun membasahi daun-daun dan kicau burung menyanyi dengan suara yang syahdu. Ku terbangun di pagi itu, awal hari yang ku ingat hanya Ardi. Hari-hari ku jalani, ardu\i mulai berubah dan dia juga jarang SMS Anita lagi, tidak seperti biasanya. Terakhir Ardi SMS Anita, dia memberi kabar kalau dia sakit. Lalu beberapa hari kemudian, Anita SMS Ardi untuk menanyakan kabarnya apakah sudah

sembuh dari sakit tapi apa .. SMS nya tidak juga di balas, beberapa kali dia mencoba SMS nya lagi tapi tak juga di balas, dia kirimkan kata-kata, baru ada balasan ini siapa? katanya. Anita pun membalas ini temannya Ardi. oooooohhhhhhhteman apa pacar????? katanya dengan nada curiga. Aku pun menjawab benar, ini temannya. Lalu Anita bertanya Kamu siapa .? Dia menjawab Aku Lyna pacarnya Ardi dengan nada yang sombong Anita pun terkejut saat membaca SMS itu dia meneteskan air mata bagai petir menggelegur menyambar. Anita yang mulanya biasa-biasa saja, dia sangat terpukul dengan kehadiran SMS itu. Saat itu dia sedang membuka-buka halaman buku, air mata tak mampu menahan, ia tak biasa berkata-kata lagi hanya air mata yang bisa bicara. Kalau dia sedih, kecewa dan terluka. Mana janji masnisnya dulu hanya sebagai topeng untuk menutupi wajahnya. Sekarang baginya, janji tak bisa di pegang dalam hatinya berkata. Setelah itu Anita berpikir buat apa aku tangisi semua ini, hanya membuang-buang air mata yang tak pantas untuknya. Setelah kejadian itu Anita tidak pernah lagi menghubungi Ardi, walau hatinya sangat kecewa tapi dia berjanji pada pada dirinya Bahwa dia tidak akan melupakan kenangan indah bersama Ardi dan tidak akan melupakan nama Ardi. Sekian lama Anita tidak berhubungan dengan Ardi lagi yang dulunya bunyi nada SMS sering terdengar sekarang sepi. Beberapa bulan telah berlalu, wajah Ardi muncul kembali di tatapan matanya. Saat itu Ardi lewat muka rumahnya dan pada saat itu juga Anita duduk di teras ruma. Ardi senyum dengan Anita tapi dia tidak mau membalasnya karena Anita menganggapnya bahwa dia tidak mau kenal dengannya lagi. Seminggu pun berlalu, pada hari sabtu dia lewat muka rumahnya lagi sedangkan Anita sedang duduk di teras seperti

biasa Ardi menolehkan wajahnya ke depan tatapan Anita sambil tersenyum, tapi Anita lagi-lagi tidak membalasnya. Malam pun tiba suara nada pesan terdengar di telinga Anita, di bukanya, tertulis nomor Ardi yang dulu sudah di hapusnya, tapi entah kenapa masih saja teringat akan nomor itu. Dibacanya SMS Ardi met melem dek. Dia selalu panggil Anita dengan sebutan Adik setelah menyatakan cinta dulu di tolak. SMS itu tidak juga di balasnya padahal hatinya ingin sekali membalas tapi demi gengsi dan rasa kecewa masih ada. Beberapa kali dia SMS baru Anita balas dengan nada yang sinis. siapa sich loeee.? Dia pun menjawab masa adik lupa dengan aku< aku Ardi dik. Anita membalas ooo.ooooo.hhhhhh Ardi yang suka membohongi aku itu yaa..???? dia pun menjawab kamu jangan begitu dik, bukan maksud aku menyakiti perasaanmu tapi ini yang terjadi, aku dulu memang menyukaimu tapi setelah aku mengenal Lyna ternyata dia lebih mengerti aku, kamu juga baik kepada ku tapi bagi ku itu kurang, kamu kurang care dan cuek pada ku, aku mencintai 2 wanita yaitu kamu dan Lyna. Di saat itu aku bingung harus bagaimana setelah kamu kurang perhatian aku memutuskan untuk memilih Lyna sebagai kekasih ku. Anita membalas SMS Ardi aku tahu, memang Lyna orang kaya, cantik dan punya segala-galanya sedangkan aku hanya orang sederhana. Ardi pun mengirimkan SMS nya aku bukan mencari kekayaan, hanya perhatian yang ku cari, ku harap kamu mengerti dengan ini. Aku tahu aku salah tapi aku mohon jangan marah dengan ku. Sekarang Anita sadar apa yang di takutkannya terjadi. Di satu sisi Anita sangat sakit hati tapi di satu sisi dia juga mengerti. Awalnya Anita tidak tahu dengan Lyna tapi lama-lama ternyata Lyna adalah teman sekolahnya dulu. Di tambah dengan itu dia sangat sakit hati, hari-harinya penuh dengan air mata. Tapi akhirnya dia bisa memaafkan

kesalahan Ardi dan dia juga akhirnya bisa menjadi teman. Walaupun hanya teman bagi Anita itu sangat membahagiakan. Berawal dengan perkenalan ku merasakan ada yang beda pada diri ku. Saat aku mengenalnya dia sangat baik dengan ku. Aku dan dia menimbulkan ada rasa yang beda sehingga kami saling merasakan kenyamanan saat bersama. Tapi semua itu hilang saat dia menemukan seseorang yang dia anggap lebih berarti dalam dirinya. Sehingga hati ku kecewa olehnya sampai saat ini. Kekecewaan ku membuat diri ku merasa benci dengannya sehingga aku memutuskan untuk menghubunginya lagi. Dia selalu bertanya apa salah ku. Dan aku selalu mengelak atas jawaban ku sendiri karena aku tak mau dia tau perasaan ku yang sebenarnya. Semua diam ku di anggapnya sebuah pertanyaan di hati nya. Aku ingin menutupi semua itu, dan seolah-olah ku hanya ingin dia yang bertanya pada dirinya sendiri. Waktu berjalan dengan sendirinya,,,,,,,,,, sejalan waktu itu, aku sadar bahwa tak ada guna aku benci dengannya, itu hanya membuat ku selalu sakit hati. Akhirnya ku putuskan untuk hanya berteman dengannya.

Anda mungkin juga menyukai