Anda di halaman 1dari 10

BERHENTI

Gerimis membasahi jalanan Malioboro sore ini,membuat suasana Malioboro terasa


lebih damai dan tentram namun ketentraman dan kedamaian ini tak seirama dengan hati dan
pikiran yang tengah terbebani dengan sesuatu yang dinamakan perasaan.Kususuri jalanan
Malioboro ini dengan payung yang kukembangkan membelah gerimis hujan.Disetiap penggal
jalan ini tercium aroma sedap masakan dari warung-warung angkringan khas Yogyakarta dan
nyanyian seniman jalanan melengkapakan keindahan jalan seribu kenanagan ini.

Aroma makanan dijalanan ini selalu menggodaku,mengajakku untuk mencicipinya,aku


memilih untuk mengunjungi warung soto ayam di sekitar Jalan Malioboro ini.Kupesan seporsi
soto ayam dan segelas teh hangat.Tak lama ku menunggu seorang pelayan menghampiriku
membawakan semua makanan yang kupesan.

“Silahkan dinikmati sotonya mbak”

kata pelayan itu saat meletakkan semua makanan diatas meja dan aku hanya membalas
dengan senyum hanya unyuk menghargainya.Saat itu perhatianku memang sedang tidak pada
dirinya,perhatianku lebih terfokuskan pada seniman jalanan yang sedang memainkan alat
musiknya menyanyikan lagu-lagu kenangan cinta yang membuat semua memori itu
kembali.Kembali mengenang kenangan itu,kembali mengingatnya,mengingat semua yang ada
pada dirinya,dan mengingat saat pertama kali kami bertemu.

Saat itu usiaku 14 tahun duduk dikelas 9 salah satu SMP di Surabaya.Tak ada yang
istimewa dariku,aku hanyalah anak SMP biasa yang selalu berambisi menjadi memperoleh
prestasi yang membuatku selalu cuek dengan urusan dekat dengan cowok.Hingga dia
hadir,hadir dalam hidupku,meberikan semua pengertian tentang rasa itu. Dan dia adalah calon
mahasiswa baru yang akan masuk universita terkemuka di Yogyakarta pada tahun ajaran baru
waktu itu,usianya 18 tahun.

Hari itu adalah hari ke lima idul fitri ,saat sebagian orang masih menghabiskan waktu
bersama keluarga,bertemu kawan lama,dan juga bersilaturahmi ke rumah guru begitu juga
dengannya.Dia dengan teman SMPnya bersilaturahmi kerumahku.ayahku adalah guru
SMPnya.

“Assalamualaikum wr.wb.”,serunya dan teman- temannya.


“Waalaikumsalam wr.wb”,aku menjawab salam itu serta bergegas membuka
pintu.Sekitar 25 orang dalam rombongan itu.

“Ayah ada murid muridnya tuh”,teriakku segera masuk kedalam rumah.

“Siapa ?”,jawab ayah yang segera menuju ke luar.

“Gak tau yah banyak”,jawabku yang juga ikut keluar berusaha menyejajari langkah
ayah dan ibu.

“Oh kalian ayo masuk masuk,Nadia tolong ambilkan dua tikar di belakang”.

Tanpa menjawab aku langsung mengambil tikar tikar itu.saat aku sampai satu tikar
langsung dibuka dan aku berusaha membuka tikar yang lain.

“Sini Nadia aku bantu”,dengan senyumnya dan tanpa menunggu jawaban dariku dia
langsung mengambil ujung tikar dan mambantuku untuk membukanaya dan setelah tikar
dibuka dia duduk disampingku.

“Nadia sudah salaman sama kakaknya ?”,tanya Ayah.

“belum Yah”,jawabku singkat.

Aku langsung bersalaman dengan mereka,orang pertama yang aku ajak salaman adalah
dia bukan apa apa karena dia duduknya bersebelahan denganku.

“Mas namanya siapa ?”,tanyaku saat aku bersalaman dengannya.

“Andre dek”,jawabnya dengan tersenyum kepadaku.Setelah bersalaman dengannya


aku beralaman dengan teman temannya

Cerita mengenang masa SMP mereka,pilihan masuk ke universitas yang diselingi


dengan senda gurau menjadi topik utama pembicaraan.Satu dua ayahku dan dia ikut andil
dalam pembicaraan itu.

“Andre kamu ketrima kuliah dimana ?”,tanya ayahku kepadanya.

“Alhamdulillah Pak,di Yogyakarta ambil D3 teknik informatika”.,jawabnya dengan


penuh rasa syukur.

“Dengerin tuh Nad sekolah yang bener biar bisa masuk ke unversitas yang bagus kayak
mas Andre “,ayah menasehatiku.
“iya iya”,jawabku ketus.

“Hehehe kamu jawabnya kok gitu Nad,kan bener kata ayah belajar yang serius biar bisa
diterima di unversitas yang bagus”,celetuknya sambil meledekku.

“Mas Andre kalo jadi mahasiswa baru ada ospek ya,disuruh bawa barang yang aneh
aneh gak ?males banget gak ada manfaatnya ?”.tanyaku yang balas meledek.

“Emmm ya kayak gitu dek”.Jawabnya singkat.

Semua kenangan itu terulang kembali melintasi pikiranku,mengingatkan sepenggalan


cerita indah,cerita pertemuan pertama kami berdua.

“Mbak permisi,mbaknya gak makan soto yang udah dipesen tadi ?”,tanya pelayan yang
tadi membawakan makananku.

‘“Eh iya ?”,jawabku kaget.Pertanyaannya memecah lamunanku mengenag pertemuan


pertamaku dengannya.

“Maaf mbak saya dari tadi melihat mbak melamun tanpa memegang sesendokpun
makanannya,maaf kalo mengganggu”,dia langsung pergi meninggalkanku sendiri dan aku
tersenyum tipis kepada pelayan itu.

Aku yang baru sadar dari lamunan itu segera memakan soto ayam yang telah dingin
itu,meskipun soto ayam itu lebih enak dinikmati saat keadaan hangat aku tetap melahap habis
dan menghabiskan segelas teh yang juga telah dingin.

Saatku selesai makan hujan bertambah deras, dan udara terasa makin dingin,membuat
para pengunjung Malioboro segera mencari tempat untuk berteduh dan aku memutuskan untuk
tetap tinggal di warung ini. Saat lampu lampu kota mulai menyala entah mengapa kota ini
terlihat semakin eksotis,.membuatku mengingat pertemuan berikutnya.

Sama seperti pertemuan pertama pertemuan itu beberapa hari setelah hari raya idul fitri.
Saat pertemuan kedua usiaku lima belas tahun dan di tahun itu aku masuk SMA di
Surabaya.Dia mahasiswa semester tiga usianya sembilan belas tahun. Sebenarnya aku tidak
menyangka dia dan teman SMPnya berkujung kerumahku mengingat kesibukannya sebagai
mahasiswa.Seperti pertemuan pertamaku dengannya dia duduk disampingku,aku bersalaman
kepadanya dan teman temannya menanyai kabar mereka.Mengingat masa masa SMP,saling
berbagi pengalaman kuliah diselingi senda gurau menjadi topik utama.
“Nadia tahun ajaran baru ini kamu masuk SMA ya ?,diterima di SMA mana ?”tanyanya
kepadaku.

“Iya mas alhamdulillah,aku keterima di SMA Garuda mas”jawabku.

“SMA Garuda itu sekolahnya bagus loh Nad,integritasnya udah tinggi,deket pula dari
sini”,ucapnya sambil menatapku.

“Gak juga,kerenan Mas Andre yang kuliah di Yogyakarta”,balasku.

“Pokoknya sekolah aja yang bener,ikuti seluruh peraturannya aku yakin kalo kamu
lakuin itu semua kamu akan diterima di universitas yang lebih baik dari pada aku”.nasehatnya
kepadaku.

“pasti”,jawabku mantap.

“Oh ya jadi murid baru berarti ada’ Mos’ ya ? haha bakal disuruh suruh bawa yang aneh
aneh,hati-hati dek kakelnya galak”,dia meledekku.Aku tidak membalas ledekan itu dengan
sepatah katapun,SKAKMAT seperinya itu balasannya kepadaku saat aku meledeknya soal
ospek yang dia lakukan tahun lalu.

Ledekan itu tak membuatku benci kepadanya,justru aku semakin mangaguminya saat
dia memberi nasehat kepadaku dia memposisikan dirinya sebagai seorang yang lebih
dewasa,seorang kakak bagiku dan saat dia meledekku,dan awalnya aku merasa kesal padanya
tapi aku yakin ledekan itu hanyalah guyonannya,dia hanya berusaha meramaikan suasana,saat
itu aku tahu dia memposisiskan dirinya sebagai teman baikku,jika dia tidak memposisiskan
dirinya sebagai teman baik seharusnya dia tidak memebahas masalah MOS sekecil tu.

Terlepas dari hal itu sepertinya masa pertemuan kami berdua selalu beberapa hari
setelah hari raya idul fitri.Setelah pertemuan kedua rasa kagumku sepertinya mulai tergatikan
dengan kata perasaan.Dari pertemuan kedua itu aku mulai menunggu,menunggu waktu kami
untuk dapat bertemu,menunggu dan berharap harap cemas takut apabila aku tidak bisa bertemu
dengannya,berusaha untuk setia dengan penantianku meskipun waktu itu ada seorang teman
lelakiku yang mengutarakan perasaaanya kepadaku.

Satu tahun periode penantiaan itu tak sia-sia saat dia dan teman temanya kembali
berkunjung kerumahku.Awalnya aku tak menyangka jika dia dan teman temannya berkunjung
ke rumah mengingat kesibukan mereka sebagai mahasiwa semester lanjut.
Saat pertemuan ketiga itu umurku 16 tahun kelas 11,dan dia 20 tahun kulianya sudah
semester 5.Sama dengan pertemuan pertama dan kedua hanya saja pada awalnya dia tidak
duduk disampingku.

”Do pindah dong,aku pingin duduk disitu”,serunya kepada temannya

“Mager emangnya kenapa minta duduk disini ?”,jawab temannya..

“Ngak papa aku ingin aja,ayolah Do ayolah”,paksanya.Akhirnya temannya mengalah


dan dia bisa duduk disampingku.Jujurku merasa sangat istimewa saat dia berusaha mati matian
membujuk temannya hanya untuk bisa duduk disampingku.

“Bagaiman sekolahnya Nad lancar ?”,ucapnya yang memilih sembarang topik cerita.

“Alhamdulillah lancar Mas Andre”,jawabku.

“Ikut organisasi apa saja disekolah ?”,tanyanya.

“ Cumak paskibra Mas”,Jawabku singkat.

“Paskibra ?Aku pas waktu SMA juga Paskibra”,responnya semangat.

“ Serius Mas Andre dulu juga Paskibra,wow keren banget,berarti kalo Mas Andre
paskibra aku panggilnya abang dong, ”responku yang juga tak kalah semangat.

“ Emmm kalo utuk panggilan terserah kamu aja enaknya gimana.Memang kenapa kamu
milih Paskibra Nad ?kan itu latiannya susah buat capek,panas panasan,bikin hitam,
memangnya kamu gak takut kulit kamu gosong ? kan masih ada organisasi yang lain”.

“Emmm justru karena panas aku ikut paskibra.Sebenernya kulitku dulu putih mas eh
bang terus kepingin agak gelap aku bingung caranya gimana kalo kesalon mahal yaudah aku
ikut paskibra mangkannya jadi item kayak gini”,aku benar benar tak serius menjawab
pertanyaannya tentu saja itu bukan alasanku untuk masuk paskibra lagi pula pertanyaaanya
retoris tak perlu dijawab dia sudah tau alasanku masuk paskibra yaitu ingin tau seluk beluk
keorganisasian di SMA sama seperti siswa yang lain dan mungkin sama dengan alasannya
saat dia mendaftarkan diri menjadi yang anggota paskibra SMAnya.

“Serius alasannya itu Nad”’tanyanya yang masih tidak percaya.

“Emmm”,jawabku sambil ngetawain dia.


“pokoknya yang hrus kamu prioritaskan sekolah sama organisasi,gk usah aneh aneh
dulu apalagi pacar pacaran,fokus sama cita cita kamu”.

“Siap mas eh Bang Andre”,aku masih salah salah memanggilnya dengan sebutan abang.

“Kamu emangnya pingin kuliah dimana ?”.

“Masih belum tau bang,terlalu banyak pilihan”,sebenarnya aku sudah memiliki piliha
melanjutkan kuliah di universitas yang sama dengannya,tapi aku merasa malu untuk
mengungkapkannya.

“Pokoknya belajar aja,belajar hal baru,jangan takut salah,belajar dari kesalahan akan
membuat kamu akan semakin kuat”.Diakhir kalimatnya dia kembali mengembangan
senyumnya.Membuatku semakin terkesan dengannya.

Seperti taun taun kemarin setelah puas bercakap cakap dia dan temannya pamit
pulang.Jujur aku merasa berat melepasnya.Pertemuan ini tersasa sangat singkat.aku harus
kembali menunggu selama satu tahun,kembali berharap cemas,kembali menjaga hatiku.Namun
sebelum dia pulang kami sempat tukaran nomor whaatsapp,aku senang saat dia meminta nomor
whaatsaap setidaknya kalau aku merasa rindu dengannya aku bisa menghubunginya itu pikiran
pertamaku.

Ternyata pemikiranku tentang bisa selalu berkomunikasi dengannya lewat whaatsapp


salah.Aku tak pernah berani menghubunginya,aku takut mengganggu kesibukannya,pada
dasarnya aku juga tidak tau dia menganggapku sebagai apa bisa saja dia menganggapku sebagai
remaja pencari cinta amatiran lagi pula sudah ada orang lain yang mengisi hatinya aku ketahui
dari snap whaatsappnya foto bersama dengan kekasihnya dengan caption happy aniversary dua
tahun yang membuatku kaget,marah sedih semua perasaan itu campur aduk.

Hujan mulai mereda,lampu lampu kota dan yang berkolaborasi dengan lampu
kendaraan serta suara klaksonnya menambah hingar bingar kota ini tanpa mengurangi
sedikitpun keindahan dan ketentramannya.Suara merdu adzan magrip nyaring terdengar
mengajak jiwaku untuk melakukan kewajibanku mengantar ragaku segera ke masjid sekitar
jalan malioboro.

Setelah kutunaikan kewajibanku aku memilih duduk disekitar pelataran masjid,suasana


kota ini kembali membuatku mengingatnya,mengingat saat itu,saat hampir satu periode
penantian itu usai,saat itu usiaku 17 tahun kelas 12 dan dia 21 tahun,dia telah menyelesaikan
kuliahhnya dan bekerja di Yogyakarta.Saat itu untuk pertama kalinya dia mengirim whaatsapp
kepadaku,aku masih ingat betul isi whatsaap itu.Ucapan selamat idul fitri dan ucapan maafnya
karena dia tidak bisa datang kerumahku bersama teman temannya karena ada proyek kerja yang
harus ia selesaikan.Hal itu membutku sangat kecewa,penantianku periode satutahun terakhir
terbuang percuma.

Waktu itu tiba saat teman SMPnya berkunjung ke rumah,aku memutuskan untuk
berkunjung ke rumah nenek sahabatku selama empat hari menghabiskan liburan panjang ke
luar kota.Pecuma juga aku menghabiskan masa liburan dengan hal hal mebosankan di rumah
jika orang yang aku tunggu tidak datang.

“Assalamualaikum Nad”,suara itu memecah lamunanku,aku sangat mengenal suara itu.

“Waalaikum salam”,Ragu ragu aku menjawabnya.

“Halo Nad,apa kabar ?”,sapanya.

“Bang Andre”,itu dia,benar benar dia ,dan sekarang dia hadapanku.

“Boleh aku duduk disisni’’

“Emmm”,aku masih tak percaya dia ada disisni.

“Sudah dua tahun kita gak ketemu,tukeran nomor whatsapp juga gak pernah chat,aku
takut mengggangu kesibukan sekoalahmu Nad,aku tau pasti kamu belajar keras untuk UNBK
dan ujian masuk universitas”,aku membalasnya dengan sennyuman,jujur sebenarnya aku juga
ingin sekali menghubunginya tapi aku tak punya keberanian itu hanya berani melihat story
whatsappnya yang banyak memamerkan kebersamaan dengan perempuan itu.

Sebenarnya saat pengumunman ujian masuk universitas aku membuat story whatsappp
tentang itu,aku diterima di universitas yang sama dengannya dan juga perempuan itu,story itu
aku buat untuk menunjukkan padanya kalau diriku tak kalah pintar dengannya.Dia tau story
itu,dia langsung ngechat aku bertanya banyak hal dan akhirnya mengajakku ketemuan dengan
alasan memperkenalakan tempat tempat menarik disekitar universitas.Aku menerima tawaran
itu,itu adalah kesempatan besar mengutarakan perasaan ini padanya,terlalu lama menunggu
dan memendam hanya meninggalkan rasa sesak dalam hati.

Hari ini pertemuan itu tiba aku memilih untuk menungggunya di masjid ini.
“Nad kenapa kamu diam aja ?takut ospek ?repot banget ya jadi maba“,candanya
memecah suasana.

“Eggaaklah bang ngapain juga takut ospek”

“Oh ya sekarang kamu pingin kemana ?”

“Terserah Bang Andre aja aku belum banyak tau tempat tempat bagus di sekitar
sini,yang penting dekat”

“Emmm taman pelangi aja itu tempatnya asyik,yaudah aku ambil motor dulu kamu
tunggu sini,oh ya nih pakek”,dia mengeluarkan bungkusan dari tasnya.

“Apa ini bang ?”

“Pakek aja anggap hadiah buat maba,”,jawabnya sambil jalan meninggalkanku untuk
mengambil motornya.Setelah aku buka bungkusan itu isinya adalah jemper bewarna
navy,bertuliskan nama universitas,aku telah mengiginkan jemper itu sejak masa SMA
dan dia memberikan jemper itu,jemper itu juga sama dengan yang ia kenakan sekarang.

“Kamu cantik Nad pakek jemper itu”,ucapnya yang sudah naik di atas motor.Aku hanya
balas dengan senyum.

“Ayo Nad naik payungmu bawa aja”,tak perlu mejawab aku langsung naik.Motor itu
mulai melaju,membelah dinginnya jalanan kota.Saat motor melaju kami berdua memilih diam
menikmati indahnya jalanan kota Yogyakarta ini.

Sekitar 25 menit kami telah sampai di taman pelangi,taman ini sangat ramai oleh
pengunjung.Setelah memarkir motor kami langsung memasuki area taman pelangi.Masih
mengenakan jemper yang sama kami berdua berjalan beriringan.Mungkin pengunjung lain
yang sadar akan keberadaan kami menganggap kami seperti orang yang pacaran.

Disepanjang kami mengelilingi taman pelengi ini kami berdua terus mengobrol tentang
apa saja yang bisa menjadi topik pembicaraan menarik tak jarang kami tertawa lepas
bersama.Lampion lampion menyala dengan warna warna indah membuat hari ni terasa sangat
sempurna.Kami juga menghabiska waktu dengan berfoto di antara lampion lampion itu.

Setelah puas berfoto kami memutuskan untuk istirahat di tempat duduk sekitar taman
pelangi.
“Nad,apabila orang yang kamu cintai memilih orang lain untuk dicintainya hanya ada
dua pilihan membuat dia bahagia dengan melepaskannya bersama orang lain atau membuat dia
sedih dengan memaksanya untuk terus bersamamu,kamu pernah dengar kalimat itu gak ?”

“Maksutnya apa ya banng ?”,aku merasa bingung saat dia mengucapakn kalimat
itu,kalimat itu aku tulis untuk story whaatsapp 2 tahun lalu saat pertama kali aku melihatnya
dengan perempuan itu di story whaatsappnya.

“Nad perasaan memang bisa tumbuh kepada siapa saja,tak terkecuali kamu yang saat
ini di dalam hatimu ada satu nama,tapi maaf Nad aku hanya bisa menerima kamu sebagai
adik,tidak lebih dari itu dan...”

“Bang Andre..bang andre tau dari mana tetang perasaan itu,aku tak pernah memberi tau
siapun termasuk orang tuaku ?”,tanpa terasa air mata itu menetes.

“Dari banyak hal yang engkau telah lakuakan,selalu meilihat story whaatsapku
dengannya dan kamu langsung membuat story tentang persaan dan kisah kisah
memilukan,memilih pergi dengan temanmu saat kamu tau aku tak berkunjung ke
rumahmu,memilih masuk di universitas yang sama denganku,dan memutuskan untuk bertemu
saat ini”,suasan lenggang sejenak hanya menyisakan isak tangisku,dia tersenyum dengan
tatapan lembutnya mengusap wajahku yang penuh air mata berusaha menenangkanku.

“Maafkan aku Bang Andre,aku telah membiarkan perasaan ini mengembang begitu
saja.....”

“Tak ada yang salah di sini Nad,seperti yang telah aku ucapakan tadi perasaan tumbuh
begitu saja,mengalir seperti air,dan engkau tau itu.Aku seharusnya minta maaf kepadamu
dipertemuan kita ini aku harus mengatakan semua itu kepadamu,aku hanya tak ingin
menyakitimu Nad,kamu bisa menganggapku sebagai abang,”.Sautnya saat kalimatku belum
selesai tapi aku tak terlalu memedulikan kalimat itu aku sibuk menahan air mata ini agar tak
jatuh lagi.

“Ayo Nad aku antar kamu ke kosan hari sudah mulai malam tidak baik kamu pulang
sendiri”,aku mengikutinya yang sudah selangkah di depanku tak lagi jalan beriringan aku
berjalan dibelakangnya.
Lampu lampu kota dan kendaraan berkolaborasi dengan suara klakson menjadi saksi
akan kesedihanku saat ini.Saat perjalanan kami berdua menuju kosanku.Sesampainya kami
dikosan dia mengantarku hingga depan pintu gerbang.

“Bang andre,aku berharap abang tidak membenciku”,aku memulai bicara.

“Aku taakan membencimu Nad,tidak ada alasan agar aku membencimu,kembali


semangat Nad,buat aku bangga,ukirlah prestsimu di universitas”,jawabnya dengan senyuman
tulus,aku pun berusaha membalasnya dengan senyuman meskipun senyuman menyedihkan.

“Bye Nad,selamat tidur dan selamat ospek”,serunya yang sudah menaiki motor,aku
hanya balas senyum.

Saat hari ini hampir menjadi salah satu hari yang indah dalam hidupuku dia datang
menceritakan semua perasaannya kepadaku. Membuat dia bahagia dengan melepaskannya
bersama orang lain atau membuat dia sedih dengan memaksanya untuk terus bersamamu.Aku
memilih membiarkanya pergi,membiarkannya dengan perempuan itu,berusaha menata hati,
berhenti untuk menunggu dan menghrapkannya.

Penulis :firda Ivana Amelia (09)

Anda mungkin juga menyukai