Anda di halaman 1dari 6

Etika Berwirausaha

I. Pengertian Etika Berwirausaha


Beberapa pengertaian etika :
1. Etika adalah perbuata standar ynag memimpin individu ddalam membuat
keputusan.
2. Etika adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah serta pilihan moral
yang dilakukan seseorang.
3. Keputusan etis adalah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar

Etika bisnis (businnes ethic) adalah keseluruhan dari aturan – aturan etika, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hak- hak dan kewajiban produsesen dan
konsumen serta etika yang diraktikkan dalam bisnis.

II. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Produsen


Undang – Undang Nomer 8 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatur hak dan
kewajiban konsumen dan produsen, serta larangngannya sebagai berikut :

A. Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak Konsumen
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang
atau jasa.
2. Halk untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yaang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan atau jasa.
4. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang
digunakan.
5. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan konsumen, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
8. Hak untuk mendapat konpensasi, ganti rugi, dan atau penggantian jka barang
dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjajian dan tidak sebagaimana
mestinya.
9. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan perundang undangan lain.

Kewajiban Konsumen

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau


pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum hukum sengketa perlindungan konsumen
scar patut.
B. Hak dan Kewajiban Produsen

Hak Produsen (pelaku usaha/ wirausaha)


1. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan menegenai kondisi
dan nilai tukar brang dan jasa yang diperdagagkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan huu dari tindakan yang beritikad tidak baik.
3. Hak untu melakuakan pembelaan diri sepatutnya di dalam peneyelesaian hukum
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbkti secara hukum bahwa krugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagganggakan.
5. Hak – hak yang diatur dalam eketentuan peraturan perundangan – perundangan
yang berlaku.

Kewajiban Produsen

1. Beritikat baik dalam usaha.


2. Memberika informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa serta memberikan penjelasan, penggunaan,
perbaikan, dan pemiliharaan.
3. Memberlakuakan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan atau jasa yng diproduksi dan atau dioerdagangkan
berdasarkanketentuan standar mutu dan atau jasa ang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan atau mencoba
barang dan atau jasa yang dibuat atau diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian atas kerugian
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan ataau jasa yang
diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan atau penggantian bila barang dan atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

III. Perbuatan Yang Di Larang Bagi Produsen


Larangan bagi produsen menurt UU NO. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen
1. Tidak memenuhi ayau tidak seseuai standar yang dipersyaratkan dari
ketentuan perundang – undangan.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih (neto), dan jumlah dalam hitunga
sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiet barang tertentu.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewan, atau kemanjuran,
sebgaimana dinyatakn dalam label, etiket, atau keterangan barang dan atau
jasa tersebut.
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses engelolaaan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebgaimana dinyatakan dalam label, etiket,
atau keterangan barang da atau jasa tersebut.
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan, atau promosi barang dan atau jasa tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kekdaluarasa atau jangka waktu penggunan
(pemanfaatan) yang paling baik atas barang itu.
8. Tidak mengikutti ketentuan berproduksi secara halal.
9. Tidak measang label atau memuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, brat bersih atau isi bersih (netto), komposisisi, aturan pakai,
tanggal pembatan, efek samping, nama dan alamat produsen, serta keterngan
lain untuk pengunaan yang mnurut ketentuan perundang – undangan yang
berlaku.
10. Tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa indonesia sesuai dengan ketentuan harus dipasang atau dibuat.
11. Memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa
memberikan informasi yang lengkap.
12. Memperdagangkan sediaan formasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas,
dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap.
IV. Fundamental Etika Yang Berlaku Pada Semua Etnis
Fundamental etika yang berlaku pada semua etnis menurut Zimmerer (1966)
terdiri atas :
1. Sopan santun
2. Integritas, berprinsip, hormat, tidak bermuak dua.
3. Menjaga janji, dapat percaya bila diberi janji.
4. Kesetiaan, Ketaan (fidelity), yaitu benar dan loyal pada keluarga dan
teman, tidak menyembunyikan informasi.
5. Kejujuran, Kewajaran (fairness), berkompetisi secra baik dan terbuka,
berkomitmen pada kdamaian.
6. Menjaga satu sama lain ( caring for others ), penuh perhatian baik budi.
7. Saling menghargai satu sama lain ( respect for others ), menghormati hak
orang lain, menghormati kebebasan dan kerahasiaan pribadi.
8. Warga negara yang bertanggungjawab ( responsible citizenship ), patuh
terhadap undang – undang dan peraturan yang berlakku.
9. Pengejaran keunggulan ( pursuit of excellence ), berbuat tangung jawab di
segla perbuatan, bertanggung jawab, rajin, berkomitmen.
10. Dapat dipertanguungjawabkan (acountability)), bertanggungjawab dengan
segala perbuatan terutama dalam mengambil keputusan.
V. Prinsip Etika
1. Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan
perusahaan atau pengusaha.
2. Hal tersebut merupakan elemen penting buat suksesnya bisnis jangka
panjang.
3. Menjaga etika adalah hal hal penting untuk melidungi mutasi
perusahaan.
VI. Gejala Tidak Jujur Di Masyarakat Indonesia
Kejujuran merupakan barang langka dan mta uang yang berlaku dimana – mana.
Saat ini gejal perilaku tidak jujur dapat dengan mudah didefinisikan dalam
masyarakat Indonesia. Gejala ini dapat dilihat dari banyaknya perbuatan tercela yang
dilakukan baik oleh wirausahawan maupun mantan pejabat.
VII. Para Oknum Penegak Hukum dan Anggota DPR Kurang Dapat Dipercaya
Perilaku para oknum dan oknum anggota DPR kurang dapat diercaya perilaku –
perilaku tersebut dapat terlihat dari hal berikut :
1. Oknum – oknum penegak hukum tertangkap basah melalui ekaman video, via
telepon genggam oleh KPK.
2. Okknum jasa telah memutar balikkan fakta.
3. Para oknum wakil rakyat di DPR/MPR juga semakin terkuak jejak KKN- nya.

VIII. Etika dan Tanggung Jawab Sosial


Corporate social responsibility (CSR) adalah bentuk tanggung jawab dari
setiap perusahaan terhadap lingkungan terutama kemungkinan kerusakan
lingkungan yang semakin parah, sehingga anak cucu kita kelak tidak semakin
menganggung beban yang lebih berat dibanding generasi sekarang.
Perlanggaran etika atau pelanggaran standar etis yang buruk akan
mengakibatkan hal – hal sebagai berikut :
1. Masalah citra publik.
2. Tuntutan hukum yang mahal.
3. Tingginya tingkat pencurian oleh karyawan.
IX. Perilaku Etis Versus Perilaku Tidak Etis
A. Perilaku etis akan menyebabkan hal positif yaitu :
1. Staf akan meniru perilaku pimpinannya.
2. Standar etis akan membentuk kerangaka kerja yang positif.
B. Perilaku tidak etis aka menimbulkan hal – hal sebagai berikut :
1. Menggangu pengambilan keptusan wirausaha
2. Dapat dituntut dengan undang – undang menegnai perlindunagn
konsumen.
3. Bisnis tidak akan bertahan dalam jangka panjang.
X. Perilaku Saling Menipu Para Wirausahaan
Contoh tipu – menipu dalam aktivitas bisnin :
1. Pelaku bsnis dengan pelaku bisnis
a. Mengirrim barang denagn jumlah yang tidak sama (kurang) dari
faaktur atau mengirim uang dengan cek kosong.
b. Mempengaruhi pihak lain untuk saling menjatuhkan.
c. Salah satu dapat bangkrut, bahkan bisa dua – duanya.
2. Pelaku bisnis dengan konsumen
Pemakaian formalin untuk pengawetan makanan, menutupi kualitas
barang yang rusak, ingkar janji.
3. Konsumen denagn pelaku bisnis
Kasusnya seperti membayar dengan menggunakan cek kosong atau
membayar tagiahan lewat rekening yang sudah ditutup.
4. Konsumen dengan konsumen
a. Janji tidak ditepati.
b.Kirimanan barang jumlah kurang dari faktur.
c. Kasusnya lebih sedikit.
XI. Keuntungan Menjaga Etika
1. Kejujuran dalam berwirausaha, maka bisnisnya akan maju.
2. Timbulnya kepercayaan konsumen.
3. Kemajuan bisnins akan terjaga.
4. Perolehan laba akan meningkat.
5. Terjadi kesinambungan.
XII. Perbedaan Etika Berdasarkan Jenis Kelamin
Cara pria dan wanita dalam penyelesaiana dilema etis
No. Cara Pria Dalam Cara Wanita Dalam
Menyeesaikan Dilema Etis Menyelesaikan Dilema Eis
1. Lebih memperhatiakan Lebih memperhatikan perasaan
masalah hak
2. Menanyakan siapa yang benar Menanyakan siapa yang terluka
3. Membuat keputusan Memillih untuk berkompromi
berdasarkan nilai
4. Membuat keputusan yang Memilih untuk berkompromi
bersifat tdak mendua
5. Mencari solusi yang objektif Mencari solusi untuk
dan adil eminimalkan yang terluka
6. Berpegang pada peratuaran Berpegang pada komunikasi
7. Dituntun oleh logika Dituntun oleh emosi
8. Menerima otoritas Menantang otoritas
XIII. Konsumerisme Versus Hedonisme
Perbedaan konsumerisme dan hedonisme
No Konsumerisme Hedonisme
1. Menghamburkan uang untuk Suka membeli barang – barang yang
membeli sagala macam barang mewah
2. Paham berhasrat konsumsi Paham untu mencari kesenangan
yang lebih tinggi semata
XIV. Budaya Perusahaan
Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu
perusahaan yang pengalaman, cerita, kepercayaan, dan norma bersama yang
dianut oleh jajaran perusahaan.
Daftar Pustaka
Saiman, L. 2017. Kewirausahaan : Teori, Praktik, dan Kasus – Kasus. Jakarta : Salemba
Empat

Anda mungkin juga menyukai