Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FILSAFAT ILMU KONSEP DASAR ONTOLOGIS DAN AKSIOLOGIS

Disusun Oleh : Aji Normawan R Bayu Fadillah Yahyo D2D 008 006 D2D 008 016 D2D 008 082

ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ksfjajdsafhsakjfhsjfhsdjhfjshfjdfjasdjfsjdjfjsa.sdjhfjsjashh.jhfwseurfjdshuefak,sjhfhjasdfueu asafasjfbasjdfbsjd 1.2 Ruang Lingkup Daging (Ikan, Sapi dan Ayam) dan Produk Olahannya (Bakso dan Nuged) 1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis bahan berbahaya apa saja yang terkandung dalam Daging dan Produk

Olahannya.
2.

Untuk mengetahui manfaat penggunaan bahan berbahaya pada Daging dan Produk Olahannya.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri Daging dan Produk Olahannya yang mengandung bahan

berbahaya.
4. Untuk mengetahui dampak negatif penggunaan bahan berbahaya pada Daging dan Produk

Olahannya terhadap kesehatan manusia.

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Pengertian Etika Etika adalah refleksi kritis dan rasional mengenai norma-norma yang terwujud dalam perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok (Keraf, 1993 : 20). Peranan etika menjadi semakin menonjol dan strategis dalam era perubahan sosial yang makin merebak dan merasuk keseluruh lapisan mayarakat. Kemajuan teknologi juga membawa serta nilai-nilai baru yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai lama yang sudah mapan. Maka terjadilah krisis nilai dan norma. Menurut J.W.Weiss (1994:6), etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsiip-prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan masalah-masalah moral yang kompleks. Namun terdapat konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan penalaran dan penilaian, baik yang didasarkan atas prinsip-prinsip maupun kepercayaan dalam mengambil keputusan guna menyeimbangkan kepentingan ekonomi diri sendiri terhadap tuntutan sosial dan kesejahteraan. Richard T.de George menyebutkan etika bisnis menyangkut empat kegiatan sebagai berikut (Keraf, 1993 : 67-68) :
1. Penerapan prinsip-prinsip etika umum dalam praktik bisnis.

Prinsip-prinsip etika bisnis menyoroti dan menilai apakah suatu keputusan dan tindakan yang di ambil dalam dunoa bisnis secara moral dapat di benarkan atau tidak sehingga membantu para pelaku bisnis untuk mencari cara guna mencegah tindakan yang di nilai tidak etis. 2. Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada dunia bisnis, tetapi juga metaetika. Etika bisnis mengkaji apakan perilaku yang di nilai etis pada individu juga dapat berlaku pada organisasi atau perusahaan bisnis. 3. Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan-pandangan mengenai bisnis. Etika bisnis mengkaji moralitas sistem ekonomi pada umumnya dan sistem ekonomi publik pada khususnya, misalnnya masalah keadilan sosial, hak milik, dan persaingan.

4. Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi perusahaan

multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain-lain. 2.2 Tujuan Etika Bisnis Etika bisnis bertujuan menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk menjalankan Good Business dan tidak melakukan Mongkey Business atau Dirty Business. Etika bisnis mengajak pemilik perusak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu pantas di masuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan penuh tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan oleh karena itu membawa serta tanggung jawab etis bagi para pelakunya. Keberhasilan suatu bisnis tidak terutama di lihat dari sudut keuntungan yang diraihnya tetapi dari nilai-nilai luhur yang di letakkan oleh para pelakunya. 2.3 Tanggung Jawab dalam dunia bisnis Dalam dunia bisnis tanggung jawab seseorang itu meliputi : a) Tanggung jawab pada diri sendiri dan hati nuraninya. b) Tangung jawab pada pihak yang di layani (konsumen atau pemakai jasa) dengan menyediakan barang atau jasa yang bermutu baik dengan harga yang sesuai. c) Tangung jawab kepada pemerintah dan masyarakat yang secara tidak langsung menerima dampak dari keputusan bisnis nya d) Tanggung jawab kepada pihak pemasok yang telah menyediakan bahan baku untuk memperlancarkan terjadinya proses produksi dengan membayar bahan baku tepat waktu kepada pemasok sesuai kesepakatan awal. e) Tanggung jawab kepada karyawandengan memberikan upah yang layak sesuai kinerjanya. 2.4 Perlindungan Konsumen Di dalam berbisnis dan berdagang, konsumen sering kali dirugikan dan diperlakukan secara sewenang-wenang oleh pihak produsen atau penjual. Yang dikarenakan oleh penjualan barang yang kadaluwarsa, rusak ataupun cacat, serta utamanya mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan jiwa konsumen. Konsumen pun dirugikan karena sebagian besar dari mereka tidak mengerti serta tidak dapat membedakan barang atau produk mana yang

aman bagi kesehatan dan barang mana yang berbahaya. Disini pihak konsumen lebih lemah dibandingkan produsen atau penjual. Pada tahun 1985 PBB menyatakan dalam Guidelines for Consumer Protection of 1985 bahwa konsumen, dimana pun mereka berada, apapun kebangsaan mereka, mempunyai hak-hak dasar tertentu, terlepas dari kaya, miskin, dan status sosialnya. Konsumen Indonesia berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8/1999 yang mulai diberlakukan sejak 20 April 2000 seharusnya tidak lagi diperlakukan sewenang-wenang dan dirugikan. Konsumen hendaknya diperlakukan sebagai raja, yang memperoleh pelayanan terbaik dari produsen atau penjual atas apa yang telah mereka bayarkan dari produk barang dan jasa yang telah dibelinya. Tujuan adanya Perlindungan Konsumen yakni antara lain : Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen, sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. Meningkatkan kesadarn, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri. Sedangkan yang merupakan hak-hak konsumen yakni : Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminanyang dijanjikan. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang dia gunakan. Hak Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana semestinya.

Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur secara tidak diskriminatif. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Menerima pembayarannyang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan. Mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad baik. Melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen. Rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan.

Kewajiban dari pihak Konsumen sesuai dengan pasal 5 antara lain :

Sebaliknya hak pelaku usaha berdasarkan pasal 6 yakni :

Kewajiban-kewajiban dari pelaku usaha berdasarkan Pasal 7 UUPK, beberapanya yakni : Beritikad baik dalam melakukan kgiatan usahanya. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Menjamin mutu barang dan jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu baranf dan jasa yang berlaku. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan mencoba barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas barang yang dibuat dan diperdagangkan.

Memberi kompensasi, ganti rugi, dan penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan atau jassa yang diperdagangkan. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Selain dari beberapa kewajiban yang telah disebutkan diatas, pelaku usaha juga dilarang memperdagangkan barang yan rusak, cacat atau bekas dan tercemar tanpa memberikan informai secara lengkap dan benar atas barang tersebut. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap larangan diatas wajib menarik barangnya dari peredaran. Pasal 10 menegaskan bahwa promosi harus dilakukan secara jujur dan benar. Jadi pelaku usaha dilarang menawarkan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang menyesatkan mengenai harga atau tarif suatu barang dan atau jasa, kegunaan suatu barang dan atau jasa, kondisi tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan atau jasa, tawaran pemotongan harga atau hadiah. Pasal 29 menegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Selanjutnya pasal 30 menyatakan bahwa pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Jenis Bahan Berbahaya yang Terkandung Dalam Daging dan Produk Olahannya

Formalin Formalin merupakan larutan yang komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai bahan antiseptik, germisida dan pengawet. Formalin biasanya sering ditemukan pada makanan produk industri rumahan, seperti mie, ikan segar, ikan asin, tahu dll. Bahkan akhir akhir ini, banyak beredar bahan makanan lain yang mengandung formalin seperti permen dan susu. Tetapi tampaknya pemerintah cukup sigap dengan cepat - cepat melakukan pemeriksaan melalui BPOM. Kebanyakan dari produk olahan tersebut merupakan jenis usaha yang tidak terdaftar di BPOM setempat. Biasanya makanan yang tidak diberi bahan pengawet seringkali tidak akan tahan lebih dalam 12 jam.

Boraks sang Pengenyal Ini merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus pada makanan seperti bakso dan kerupuk. Dalam industri borks dipakai untuk mengawetkan kayu, anti septic kayu dan pengontrol kecoa. Bahaya boraks terhadap kesehatan diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput lender. Hidrogen peroksida Hidrogen peroksida biasa di pergunakan sebagai pemutih pada pakaian dan tidak di perkenankan digunakan pada makanan, sedangkan tawas biasa di gunakan untuk pembersih air. Produk olahan yang sering menggunakan hidrogen peroksida tersebut misalnya ikan asin.

3.2 Manfaat Penggunaan Bahan Berbahaya pada Daging dan Produk Olahannya Formalin Manfaat dari formalin itu sendiri untuk bahan pengawet makanan dengan alasan karena biaya lebih murah seperti mengawetkan ikan, dengan sebotol kecil dapat mengawetkan ikan secara praktis tanpa harus memakai batu es. Bedanya dengan makanan yang diberi formalin dengan yang tidak adalah makanan ini tampak lebih kenyal, lebih mengkilat, lebih liat dan tidak dikerubuti oleh lalat meskipun sudah beberapa hari. Boraks Dengan menggunakan boraks pada produk olahan seperti bakso bisa memberi kekenyalan yang kas yang berbeda dari bakso yang menggunakan banyak daging, sehingga terasa renyah dan disukai serta tahan lama. Sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah. Hidrogen peroksida Adanya kandungan hidrogen peroksida dalam ikan asin menjadi warna dan kondisi yang baik dan bersih. 3.3 Ciri-ciri Daging dan Produk Olahannya yang Mengandung Bahan Berbahaya Ikan : Warna ikan jadi lebih segar dan mengkilap Kondisi ikan jadi kelihatan lebih baik

Produk olahan dari ikan yang sering ditemui adanya formalin ialah ikan asin. Daging ayam : Daging tampak lebih kenyal Tampilan daging lebih mengkilat Daging menjadi lebih liat/ tampak Tidak dikerubuti oleh lalat meskipun sudah beberapa hari dan awet Produk olahan dari daging ayam yang bisa ditemui adanya bahan berbahaya formalin antara lain ayam potong. Daging sapi : Memberikan kekenyalan yang khas Produk olahan jadi terasa lebih renyah Menjadi tahan lama Produk olahan dari daging sapi yang sering adanya boraks adalah bakso dan kerupuk. 3.4 Dampak Negatif Penggunaan Bahan Berbahaya Pada Daging dan Produk Olahannya Terhadap Kesehatan Manusia Formalin Bahan berbahaya formalin yang masuk kedalam tubuh manusia melalui dua jalan yakni pernapasan dan mulut. Sebetulnya kita setiap hari menghirup formalin dari lingkungkan sekitar yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik yang mengandung formalin, mau tidak mau kita akan menghisapnya. Formalin juga dapat menyebabkan kanker (zat yang bersifat karsinogenik). Bila terhirup formalin dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernapasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk, kerusakan pada sistem saluran pernapasan bisa menganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru-paru) atau edema paru (pembengkakan paru). Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan rasa terbakar. Apabila terkena mata menimbulkan iritasi, memerah, rasanya sakit dan gatalgatal. Bila konsentrasi tinggi maka menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan kerusakan pada lensa mata. borak Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau berulang-ulang akan memiliki efek toksik. Pengaruh kesehatan secara akut adalah muntah dan diare. Dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan

gangguan pencernaan, nafsu makan menurun, anemia, rambut rontok, dan kanker. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau berulang-ulang akan memiliki efek toksik. Pengaruh kesehatan secara akut adalah muntah dan diare. Dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan gangguan pencernaan, nafsu makan menurun, anemia, rambut rontok, dan kanker.

BAB IV PENUTUP
3.1 Simpulan

3.2 Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
Rindjin ketut.2004. Etika bisnis dan implementasinya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations, The Free Press. Porte Dkk. 2000. The Global Competitiveness Report 2000s, Oxpord University Press. www.compete.org www.isc.hbs.edu bulletin.penataanruang.net staff.ui.ac.id www.bppt.go.id www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai