Abstrak
Hak pelaku usaha adalah: a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai
dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan; b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik; c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen; d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila
terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan; e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya. Kewajiban pelaku usaha adalah: a. beritikad baik dalam
melakukan kegiatan usahanya; b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; c. memperlakukan atau melayani konsumen
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d. menjamin mutu barang dan/atau jasa
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/atau jasa yang berlaku; e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,
dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi
atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan; f. memberi kompensasi, ganti
rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; g. memberi kompensasi, ganti
rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan
tidak sesuai dengan perjanjian.
1. Secara umum disparitas putusan pidana dapat diartikan sebagai penjatuhan pidana
yang tidak sama kepada terpidana dalam kasus yang sama atau kasus yang hampir
sama tingkat kesalahan atau pelanggaran yang sama tanpa alasan yang jelas.
Relevansinya dengan hal tersebut, terdapat disparitas putusan terjadi di Mahkamah
Agung RI terkait dengan pemidanaan pelaku usaha yang diatur di Undang-Undang
Perlindungan Konsumen. Dari 3 (tiga) putusan yang dijadikan sampel penelitian,
terdapat putusan terhadap pelanggaran Pasal 62 ayat (1) Undang-undang
perlindungan konsumen tersebut terdiri dari, 3 (tiga) putusan pidana penjara, denda
dan perampasan barang dengan penjelasannya sebagai berikut:
Bahwa jika dipahami dengan logika judex facti maka perbuatan yang
dilarang dalam ketentuan tersebut adalah dilarang memperdagangkan sediaan
farmasi, dan dilarang memperdagangkan sediaan pangan yang rusak, cacat
atau bekas dan tercemar. Kata yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar
adalah milik kata pangan, bukan milik kata sediaan farmasi. Pemahaman
yang benar mengenai konsep hukum dalam unsur dilarang memperdagangkan
sediaan farmasi dan pangan yang rusak cacat atau bekas dan tercemar adalah
dilarang memperdagangkan sediaan farmasi yang rusak, cacat atau bekas dan
tercemar, dan dilarang memperdagangkan sediaan pangan yang rusak, cacat
atau bekas dan tercemar; Berdasarkan fakta persidangan, bahwa pada saat tim
dari Balai Besar POM Jayapura melakukan pemeriksaan di Toko Aneka
Rempah saat itu tim dari Balai Besar POM menemukan barang-barang yang
sudah expired (kadaluarsa) berupa taro potato BBQ tertanggal 10 September
2016 yang ditemukan di dalam dos yang diletakkan di atas rak, koepoe-
koepoe citroun zuur tertanggal 27 Agustus 2016 yang ditemukan di atas rak.
Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, unsur memperdagangkan sediaan
pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar telah terpenuhi/terbukti
dari perbuatan Terdakwa sehingga Terdakwa dinyatakan terbukti melakukan
tindak pidana memperdagangkan, pangan yang rusak, cacat atau bekas
tercemar. Bahwa mengingat Terdakwa adalah subyek hukum yang mampu
bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukannya, tidak ada alasan
pembenar dan alasan pemaaf dalam diri dan perbuatan Terdakwa, maka
Terdakwa harus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana memperdagangkan sediaan pangan yang rusak,
cacat atau bekas dan tercemar dan sebagai konsekuensinya Terdakwa harus
dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya. Bahwa berdasarkan
pertimbangan tersebut, permohonan kasasi Penuntut Umum kepada Majelis
Hakim Kasasi dinyatakan dapat dikabulkan, Menimbang bahwa berdasarkan
pertimbangan di atas, perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur-unsur
pidana dalam Pasal 62 ayat (1) juncto Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang RI
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sebagaimana
didakwakan dalam Dakwaan Kesatu Penuntut Umum, oleh karena itu
Terdakwa tersebut telah terbukti bersalah dan dijatuhi pidana; Menimbang
bahwa dengan demikian terdapat cukup alasan untuk mengabulkan
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penuntut Umum tersebut dan
membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jayapura Nomor
77/Pid.Sus/2017/PN Jap, tanggal 19 Juni 2017 untuk kemudian Mahkamah
Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang
akan disebutkan di bawah ini.
2. Putusan 36K/Pid.Sus/2019
Terdakwa diajukan di depan persidangan Pengadilan Negeri Gresik
karena didakwa dengan dakwaan sebagai berikut: Dakwaan Pertama :
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 8
Ayat (1) huruf e juncto Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; atau
perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pidana dalam Pasal 9 Ayat
(1) huruf h juncto Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan
Kedua, oleh karena itu Terdakwa tersebut telah terbukti bersalah dan dijatuhi
pidana; Menimbang bahwa dengan demikian terdapat cukup alasan untuk
mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penuntut Umum
tersebut dan membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur Nomor
155/PID. SUS/2018/PT SBY tanggal 10 April 2018 yang membatalkan
Putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 342/Pid.Sus/2017/PN Gsk tanggal
7 Desember 2017, untuk kemudian Mahkamah Agung mengadili sendiri
perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang akan disebutkan di bawah
ini; Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana Mahkamah Agung akan
mempertimbangkan keadaan yang memberatkan dan meringankan bagi
Terdakwa; Hal-hal yang memberatkan. Bahwa perbuatan Terdakwa dapat
menghilangkan kepercayaan konsumen atau masyarakat terhadap produk
garam konsumsi PT. Garam (Persero); Mengingat Pasal 9 ayat (1) huruf h
juncto Pasal 62 ayat (1) UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
3. Putusan 1834K/Pid.Sus/2020
Terdakwa diajukan di depan persidangan Pengadilan Negeri Padang
karena didakwa dengan dakwaan sebagai berikut: Kesatu : Perbuatan
Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 62
Ayat (1) juncto Pasal 8 Ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999; Membaca Tuntutan Pidana Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Padang tanggal 28 Oktober 2019 sebagai berikut: Menyatakan Terdakwa
HERWIN BUDIMANRUCI Pgl WIN, terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana ”Pangan dan perlindungan konsumen”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kesatu Pasal 142
juncto Pasal 91 Ayat 9 (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan Dan kedua Pasal 62 (1) juncto Pasal 8 Ayat (1) huruf j Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Menjatuhkan
pidana terhadap Terdakwa HERWIN BUDIMANRUCI Pgl WIN dengan
pidana penjara selama 1 (satu) tahun dikurangi selama Terdakwa berada
dalam tahanan; Membaca Putusan Pengadilan Tinggi Padang Nomor
213/PID.SUS/2019/PT PDG., tanggal 19 Desember 2019 yang amar
lengkapnya sebagai berikut. Menerima permohonan Banding dari Terdakwa
dan Penuntut Umum tersebut. Memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri
Padang Nomor 613/Pid.Sus/2019/ PN Pdg, tanggal 4 November 2019, yang
dimintakan banding tersebut, sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan
kepada Terdakwa sehingga amarnya berbunyi sebagai berikut: - Menghukum
Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan.
Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 613/Pid.Sus/2019/
PN Pdg, tanggal 4 November 2019, tersebut untuk selebihnya.
Menimbang bahwa terhadap alasan kasasi yang diajukan Pemohon
Kasasi I/Penuntut Umum dan Pemohon Kasasi II/Terdakwa tersebut,
Mahkamah Agung berpendapat sebagai berikut: - Bahwa alasan kasasi
Penuntut Umum dan Terdakwa tidak dapat dibenarkan, karena Putusan judex
facti Pengadilan Tinggi yang memperbaiki Putusan judex facti Pengadilan
Negeri yang menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana "pelaku usaha pangan yang dengan sengaja
tidak memiliki izin edar terhadap pangan olahan yang diimpor untuk
diperdagangkan dalam kemasan eceran dan memperdagangkan barang
makanan yang tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa Indonesia", tidak salah dan telah menerapkan peraturan
hukum sebagaimana mestinya serta cara mengadili telah dilaksanakan
menurut ketentuan undang-undang; - Bahwa putusan judex facti juga telah
mempertimbangkan fakta hukum yang relevan secara yuridis dengan tepat
dan benar, serta tidak sesuai dengan fakta hukum yang terungkap dimuka
sidang, sehingga perbuatan materiil Terdakwa sedemikian rupa itu hanya
memenuhi unsur tindak pidana Pasal 142 juncto Pasal 91 Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2012 dan Pasal 62 Ayat (1) juncto Pasal 8 Ayat (1)
huruf J Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999; - Bahwa namun demikian
pidana penjara yang dijatuhkan judex facti Pengadilan Tinggi kepada
Terdakwa selama 4 (empat) bulan perlu diperbaiki dengan pertimbangan
karena Terdakwa menjual produk pangan tanpa izin dan Terdakwa membeli
produk tersebut secara online melalui shoppee dan tokopedia dan seharusnya
juga bertanggungjawab terhadap izin edar terhadap makanan olahan yang
diimpor untuk diperdagangkan dan mencantumkan informasi dan/atau
petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia; Menimbang bahwa
berdasarkan pertimbangan tersebut, putusan judex facti dalam perkara ini
tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undangundang, maka permohonan
kasasi tersebut dinyatakan ditolak dengan perbaikan; Menimbang bahwa
dengan demikian Putusan Pengadilan Tinggi Padang Nomor
213/PID.SUS/2019/PT PDG., tanggal 19 Desember 2019 yang menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 613/Pid.Sus/2019/ PN.Pdg.,
tanggal 4 November 2019 harus diperbaiki mengenai pidana yang dijatuhkan
kepada Terdakwa.
2) Asas Kemanfaatan
Menurut jeremy bentham bahwa berpegang pada prinsip pembentuk
Undang-undang hendaknya dapat melahirkan Undang-undang yang dapat
mencerminkan keadilan bagi semua individu, perundangan itu hendaknya dapat
memberikan kebahagiaan terbesar bagi Sebagian besar masyarakat Lebih lanjut
bentham menegaskan bahwa hukum adalah untuk menghasilkan kebahagiaan
bagi masyarakat. Untuk itu perundang-undangan harus berusaha untuk mencapai
empat tujuan yaitu memberi nafkah hidup, memberi makanan berlimpah,
perlindungan dan mencapai persamaan (Teguh Prasetyo, 2013). Maka menurut
penulis kemanfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang
mengharapkan adanya manfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum, jangan
sampai penegakan hukum justru menimbulkan keresahan masyarakat.
PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
dari permasalahan yang dibahas yaitu penerapan kebijakan hokum perlindungan
konsumen diatur pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 yang mengatur asas, tujuan,
hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban pelaku usaha, larangan-larangan
pelaku usaha dan sanksi berupa pidana penjara, denda dan perampasan barang.
Penerapan disparitas putusan hakim terhadap pelaku usaha yang melanggar hokum
perlindungan konsumen yang dikaitkan dengan asas keadilan dan asas kemanfaatan
yaitu Putusan No.1984K/Pid.Sus/2018 dan Putusan No.36K/Pid.Sus/2019 sudah sesuai
dengan asas kemanfaatan dan asas kepastian hukum, terdakwa dijatuhi hukuman pidana
penjara dan denda serta perampasan barang yang diatur pasal 62 ayat 1 Undang-Undang
No. 8 tahun 1999. Pada Putusan No. 1834K/Pid.Sus/2020 terdakwa dijatuhkan
hukuman percobaan maka tidak sesuai dengan asas kemanfaatan dan asas kepastian
hukum.
Dalam karya tulis ini, saran yang dapat penulis sampaikan yaitu, apabila ada
rancangan perundang-undangan baru dalam hal perlindungan konsumen diharapkan
agar lebih berkeadilan bagi pelaku usaha dan konsumen untuk ada kepastian hokum
yang seharusnya ada satu pemahaman dipenegak hokum.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Teguh Prasetyo. (2013). Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum, Pemikiran Menuju
Masyarakat Yang Berkeadilan dan Bermartabat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Harkristut, Harkrisnowo (2003), “Rekontruksi Konsep Pemidanaan: Suatu Gugatan
terhadap Proses Legislasi dan Pemidanaan di Indonesia”, Jakarta: Majalah
KHN Newsletter.
Mertokusumo (2007), S. Hati Nurani Hakim danPutusannya, dalam Antonius
Sudirman. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Mochtar Kusumaatmaja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, 2009, Pendidikan Hukum Sebagai Pendidikan Manusia, Genta
Publishing, Yogyakarta
JURNAL
Hanifah Nuraini. (2020) “Disparitas Putusan Pengadilan mengenai klausula baku ang
dilarang dalam Perjanjian Konsumen”.
Litbang Mahkamah Agung. (2010) “Kedudukan dan Relevansi Yurisprudensi untuk
Mengurangi Disparitas Putusan Pengadilan, Puslitbang Hukum dan
Peradilan Mahkamah Agung RI”.
J. Widijantoro Y. Sari Murti Widiyastuti Th. Agung M. Harsiwi. (2020). “Pemetaan
Masalah Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Konsumen dan Pelaku
Usaha”.
Jaka Mulyata. (2015) Memahami Kepastian (Dalam) Hukum. https://ngobrolinhukum.
wordpress.com/2013/02/05/memahami kepastian-dalam-hukum/ dikutip
dalam tesis jaka mulyata, keadilan, kepastian, dan akibat hukum putusan
mahkamah konstitusi republik Indonesia nomor: 100/puu-x/2012 tentang
judicial review Pasal 96 undang-undang nomor: 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Universitas Sebelas Maret.
Adi Kusyandi, Saefullah Yamin (2023) “Disparitas Putusan Hakim Pidana Berkualitas
yang Mencerminkan Rasa Keadilan Dalam Sistem Hukum Indonesia”.