Anda di halaman 1dari 7

Perbaiki Cara Pandang Ubah Masa Depan

Kubuka mata melihat dunia dengan hati bahagia hari yang kutunggu akhirnya tiba. Hari
pertama aku bersekolah di SMA ,semangat baru menyala . Aku melanjutkan pendidikan ku ke
SMA mengikuti kedua kakak ku. Aku anak ke tiga dari tiga bersaudara anak terakhir terkenal
dengan sifat nya yang manja, ya memang benar ku tumbuh menjadi menjadi anak yang manja,
selalu bergantung kepada orang lain keluarga, penakut, pemalu dan karena kurangnya
bersosialisasi aku tidak punya banyak teman. Kedua orang tua ku berprofesi sebagai petani di
ladang penghasilan meraka hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah aku dan
kakak - kakak ku, untuk makan saja kami harus berhemat tak jarang berhutang.sehingga banyak
orang yang tidak menghargai dan menganggap rendah keluarga ku. Aku benci mereka , tekat ku
kian bulat akan kuperjuangkan hidup ku, tanpa tau apa itu berjuang dan hidup.

Hari pertama ku bersekolah kaki kecil melangkah tanpa lupa basmalah memohon
bimbingan dan penjagaan dari yang kuasa. Ku duduk di kursi kayu tua sambil menggoyang
kan kaki melihat jalanan yang masi sepi, "apa aku kepagian " ujar ku pada ibuku yang
wajahnya kian mengerut karna usia. Sambil melihat kanan kiri menunggu bus sekolah."datang
lah bas tu, nisa aja yang kepagian semangat betul mau sekolah " Ucap Ibu. Tak lama satu per
satu orang datang yang juga ingin ke SMA menunggu bus, aku hanya duduk dekat ibu, tanpa
mau dekat dengan orang-orang, namun ibu menyuruh ku untuk menyapa teman-teman baru
ku. Perlahan ku mendekat, baru ingin menyapa bas datang semua siswa yang menunggu
segera menaiki bas aku pun segera berpamitan dengan ibu lalu menaiki bas yang sudah siap
jalan, waktu ingin menutup pintunya tangan ku terjepit, aku meringis kesakitan. "Aaaaa"
Semua orang terpaku melihat ku, entah apa yang mereka pikirkan ,kursi kosong segera kuisi
sambil menikmati perjalanan menyapa pagi.

Sesampainya di sekolah tiba-tiba jantung ku berdebar, takut ya itulah perasaan yang selalu
menemani ku. Ku beranikan diri untuk melangkah demi keluarga yang berjuang untuk ku
sekolah. " Bismillahirrahmanirrahim " Ucap ku lebih tenang. Ku berjalan melewati lorong-lorong
yang dipenuhi siswa dimana-mana.ku melirik ke atas 10 IPS 2 , ya inilah kelas ku ujar ku dalam
hati. Kaki kecil melangkah memasuki ruangan yang masih terasa asing.
Terlihat banyak laki-laki yang sedang berkenalan satu sama lain, ya IPS terkenal dengan
banyaknya siswa laki-laki dari pada perempuan dan sering disebut kelas nakal, apa karena
banyak laki-laki makanya disebut kelas nakal? Apa yang salah dengan laki-laki? Apa aku salah
masuk jurusan? Nanti aku ikut nakal, pertanyaan- pertanyaan itu bersemayam di pikiran ku.
Namun senyum ku mekar tatkala melihat seseorang yang kucari,dia adalah putri, Satu-satunya
sahabat dan teman ku sejak SMP yang alhamdulillah sampai SMA ini kami masih sekelas.
Segera ku hampirinya yang sedang berbicara dengan seorang perempuan, putri memperkenalkan
ku dengan temannya ternyata namanya adalah ia sangat cantik dan ramah. Aku mengagumi Mia
yang terlihat sempurna. Mia adalah tetangga putri. Tak lama berselang "kringgggggg" Bel tanda
masuk berbunyi kami pun segera mengisi kursi- kursi kosong lalu datanglah seorang guru paruh
baya yang merperkenalkan namanya sebagai sebagai ibu Ria ia adalah wali kelas kami,
kemudian setelah selesai memperkenalkan identitasnya ia memberikan kami kesempatan untuk
memperkenalkan diri tiba giliran ku" Perkenalkan nama saya Anisa oktaviani teman-teman bisa
memanggil saya nisa" Ya itulah nama ku. Itulah hari pertama ku bersekolah di SMA sekolah
yang luar biasa, indah alamnya, guru- guru nya yang baik, teman? Aku hanya memiliki satu
teman sekaligus kuanggap sahabat yaitu putri. Teman kelas itu banyak laki-laki ku tak terbiasa
akan itu mereka sangat gaduh dan mengganggu tak jarang aku merasa terganggu tapi mulut ini
tetap membisu. Sedangkan yang perempuan mereka begitu eksis pandai berbicara dan mudah
akrab dengan laki-laki sedangkan ku tetap tertunduk takut dengan lingkungan yang baru
bingung harus bagaimana aku sudah biasa dengan lingkungan perempuan namun sekarang ada
laki-laki membuat ku takut akan mereka. Karena sikap ku yang tak banyak bicara tak jarang ku
merasa diremehkan dan diasingkan. Sedih, ya begitulah. Putri pun perlahan-lahan sering pergi
meninggalkan ku dan pergi bersama Mia. Tak peduli ku akan semua itu, terfikir di pikiran orang
tua yang sedang mencangkul di ladang, kuangkat kepala melihat kedepan guru menjelaskan, ku
harus maju demi mereka. Tujuan ku kesekolah hanya untuk belajar dan terfokus akan itu. Hari-
hari ku ditemani buku dan pena tak ada suara menyapa ku hanya punya Allah di hatiku yang
menenangkan hati lewat ayat-ayat suci- Nya.serta sajadah dan tasbih untuk selalu mengingat-
Nya dan menenangkan hatiku kalau semuanya akan baik-baik, tidak perlu ikut seperti mereka,
jangan sedih nisa tetap lah berjuang, fokus lah belajar, jangan pedulikan mereka yang
gaduh.seakan Tuhan menjawab doa dan menenangkan hatiku. Dari berangkat sekolah sampai
pulang tak lupa ku baca basmalah dan kukuatan hati ku bahwa aku bisa, aku tidak perlu teman
untuk berhasil.Doa dan usaha itulah yang kulakukan.

Alhamdulillah perjuangan ku tak sia-sia aku berhasil mendapatkan juara kelas dan beberapa
presentasi penghargaan.tetesan air mata mengalir di pipi ibuku, rasa senang yang tak pernah ia
bayangan , seluruh keluarga ku senang dan bangga padaku. Anak yang manja , lemah, dan selalu
diremehkan kini keluar. Ku bersyukur pada Tuhan, banjiran pujian melekat padaku . Membuat
semangat baru bertambah.

Namun, ku mulai bosan terasa hampa, sepi tak ada suara yang kian menyapa akankah ku
terus begini ucap ku dalam doa. Ku beranikan berdiri melihat keluar hal yang jarang kulakukan
terlihat lingkungan yang ramai dan teman-teman yang asyik mengobrol disitu ada putri, ya dia
selalu mengajakku keluar namun ku terus menolak hingga akhirnya ai pergi meninggalkan ku
bersama buku dan pena. Tak sengaja ku berdoa pada Tuhan " Nisa ingin teman" Ucapku pelan
melihan lingkungan. Disaat itulah mereka datang membawa kehidupan yang sebenarnya. " Nisa
ke kantin yuk" Ajak lili teman kelas ku, ya aku hanya tau mananya saja, kami berbeda keyakinan
seruan yang sangat kuinginkan ajakan yang penuh dengan harapan. " Ayuk " Jawabku semangat.
Kami pun melangkah ke kantin tanpa kusadari ia menggandeng tangan ku seperti takut ku hilang
karena jarang keluar kelas, aku senang dengan itu. Di perjalanan kami berjumpa dengan putri. "
Hei Nisa wahh udah mau keluar, mau kemana sama lili" Ucap putri. " Ke kantin" Jawabku
sambil tersenyum. " Ikut donggg" Pintanya. " Iya, ayuk bareng " Ajak lili. Kami pun pergi
bersama ke kantin dengan langkah perlahan ku melihat kerumunan orang bersahut-sahutan,
mengantri makanan, pemandangan yang jarang ku lihat selama masuk SMA, bisa dihitung
berapa kali aku ke kantin bersama putri. Sejak saat keluar kelas itu lili dan Putri menjadi sering
mengajak ku keluar kelas saat jam istirahat, kami ke cantin, perpus, atau sekedar jalan- jalan
keliling sekolah setelah suntuk belajar. Sejak saat itu kami bertiga menjadi semakin dekat dan
akrab .Semakin hari semakin banyak teman yang mendekati ku baik itu laki-laki maupun
perempuan hanya sekedar sapa atau belajar bersama. Entah mengapa mereka mulai mendekati
ku, tapi aku bahagia saat berbicara dengan teman-teman kelas. Mereka sering meminta ku
mengajari pelajaran aku dengan senang hati membantu semakin hari aku semakin mengenal
teman-teman mulai dari tempat tinggal, kebiasaan mereka, hobi mereka, dan cerita- cerita
mereka yang seru. Canda dan tawa menghiasi hari-hari ku bersama teman-teman baru. Aku
sadar, hidup ini tidak bisa sendiri tak semua pelajaran bisa kukuasai, aku perlu teman untuk
berkreasi maupun berprestasi dan bersosialisasi itu penting. Aku memiliki teman-teman dekat
seperti putri, lili, Nino,lucky dan Fernando. Ya aku sudah punya teman laki-laki mereka baik.
Bertemu mereka menyadarkan ku bahwa pemikiran laki-laki itu nakal salah, tak semua laki-laki
nakal tergantung pergaulan. Kami ber enam sering menghabiskan waktu bersama baik disekolah
atau pun jalan- jalan ke pantai bersama. Hidup ku indah memberi warna yang kian menyala
selalu ada tawa dan gurau tak pernah lupa. Bersama lili ku mengenal budaya Tionghoa, dengan
Nino ku belajar tentang bahasa Melayu dan aku mengajarinya bahasa Jawa bersama putri, lewat
Fernando ku mengetahui betapa indah nya pulau Bali, budaya nya, tak lupa makanan nya yang
lezat, dan dari lucky ku mengetahui kepercayaan terhadap agama Kristen. Begitu indah
pertemanan ku bersama mereka mengajariku bahwa perbedaan bukan lah alasan untuk berteman
justru perbedaan itu mewarnai pertemanan kami.dengan berteman dan bersosialisasi bisa
menambah wawasan dan pengetahuan ku akan Indonesia yang kaya akan budaya, bahasa,
makanannya, dan banyak lagi. Rasa syukur dan sujud tak pernah kulupakan agar hatiku tetap
kuat, dan tak termasuk kedalam pergaulan bebas.

Buku mulai dilupakan pena yang ditinggalkan. Teman-teman yang setia menemani ku mulai
sirna di ingatan tertindih oleh kesenangan dalam pergaulan. " Nis, nih air buat kamu aku beliin di
kantin"tawar Fernando sambil menyodorkan sebotol minuman teh. " Trimakasih " Jawab ku
sambil menerima pemberiannya. Kami minum bersama sambil melempar candaan entah
mengapa aku merasa nyaman bersama nya. Berbagai rasa mulai menyapa, sungguh tak ingin ku
merasakannya apalagi terpengaruh olehnya. "Fernando nanti pulang aku boleh ikut bareng gak"
Tanya Mia. " Boleh kok" Jawab Fernando. Seketika dada ku terasa sesak hatiku menangis dan
menjerit perasaan apa ini? Aku tak mengerti. Kaki ku perlahan menjauh meninggalkan mereka
yang masih sibuk berbincang tak menghiraukan . Namun Fernando menghentikan langkahku dan
bertanya mengapa aku pergi, kepala ini hanya tertunduk menyembunyikan mata yang kian
memerah lalu pergi meninggalkan meraka berdua.

Ku mulai menjadi jarak dengan Fernando dan ingin kembali fokus belajar tak ingin
kehilangan penghargaan yang telah kugapai, namun Fernando terus muncul di hadapan dan
ingatan ku. "Apakah ia menyukai" Ucap ku dalam hati. Sungguh tak pernah terbayang kan oleh
ku untuk sedekat ini sedang laki-laki. Islam melarang untuk berpacaran. Terus ku coba untuk
menjauhinya namun kami malam semakin dekat. Jiwaku bergejolak antara iman dan keinginan.
Akankah ku tenggelam dalam kebenaran. " Nisa aku suka kamu"ucapnya pelan. Mungkin aku
salah dengar. " Nisa aku suka kamu" Ucapnya lebih keras. Jantung ku berdetak hebat perasaan
berdebat apakah aku boleh jujur? " Aku juga suka kamu" Ucap ku perlahan. Kami saling
melempar senyuman . Kami semakin dekat, Hari-hari disekolah kami lewati bersama . Lili dan
putri mengingat ku untuk jangan terlalu dekat dengan Fernando dan jangan lupa belajar. Aku
hanya mengangguk kecil tanpa memikirkan nya.

Mia ia mulai menunjukkan kepintarannya ia unggul dikelas. Fernando tidak mau kalau ia
juga menunjukkan keahliannya dalam berbagai hal. Aku? Bagaimana dengan ku apakah aku
akan tenggelam dan dilupakan. Ketakutan mulai merayap di benakku. Terlihat Mia dan Fernando
yang sedang berbincang bersama tentang pelajaran. Perasaan kesal mulai menyerang perasaan
apa ini? Apakah aku cemburu melihat mereka? Mata ini tak sanggup melihatnya lebih lama lagi.

Ingin ku menceritakan perasaan ku pada lili dan putri namun ku lihat lili putri, Nino, lucky
menghampiri Fernando dan Mia yang sedang asyik mengobrol. Rasanya aku ingin menangis,
mengapa semuanya pergiii. Seketika itu adzan berkumandang segera mungkin aku pergi ke
mushola sekolah air wudhu membasahi wajahku sujud memohon ampun pada Tuhan . Tak
kusadari bahwa aku rindu masa- masa curhatan ku dengan Tuhan karena terlalu asyik berteman.
Ku rindu buku dan pena. Tiba-tiba terbayang oleh ku wajar ibuku yang meneteskan air mata
karena prestasi ku dan ayah ku yang sedang bercucuran keringat untuk ku bersekolah. Namun
aku malah terlalu asyik berteman hingga melupakan tujuan ku bersekolah. Tangis ku memecah
keheningan mushola yang sudah sepi. Setelah perasaan ku mulai tenang kaki melangkah ke luar
tak kusangka Fernando sudah ada di ambang pintu dengan wajahnya yang tampak khawatir
seakan mengerti perasaan ini" Aku disini, aku hanya suka kamu" . Aku bingung air mata ini tak
bisa dibendung lagi. " Menangis lah aku disini, kamu sudah dewasa semua rasa itu wajar
tergantung kamu bagaimana mengendalikannya " Ujarnya lembut. Perlu kuakui bahwa aku takut
kehilangan teman-teman ku, prestasi ku, termasuk kamu.

Keesokan harinya diumumkan bahwa Mia dan Fernando berhasil menjadi juara kelas. Dan
bisa ketebak bahwa akulah yang tenggelam. Tiba-tiba datanglah putri dan lili. " Heyy gapapa
belum juara, sekarang lebih rajin lagi ya belajarnya" Ucap lili. " Iyaaa semangat Nisa kamu pasti
bisa" Jelas putri memberi ku semangat. Dan datanglah Nino dan lucky " Nisaaaaaaa kamu ini ya,
main terus. Udah jangan sedih semua ada waktunya " Kata lucky sambil mengepalkan tangan
tanda semangat. " Yuk semangat yuk semua kita belajar sambil main hahahah " Tambah Nino
sambil memecah suasana. Kami pun tertawa bersama.

Hatiku menjadi tenang, kini aku sadar bahwa aku dulu terlalu menyendiri dan bersembunyi,
sehingga saat waktunya keluar aku begitu sensitif. Sabar, ikhlas, tabah hanya itu yang bisa
kulakukan. Saat waktunya pulang kaki ku terhenti oleh panggilan seseorang yang bisa kutebak. "
Nisa ini untuk mu" Sembari menyerah kan hadiah juaranya padaku.aku bingung namun
kuputuskan untuk melepaskan mu, bukan karena ku tak ingin. Justru sangat ingin. Namun bukan
sekarang waktunya. Aku ingin fokus belajar dan memperjuangkan cita- cita dan membanggakan
orang tuaku, sekarang mereka sudah kecewa dengan prestasi ku yang menurun. Ku tak mau terus
seperti ini yang akan membuat kita tenggelam dalam kesenangan." Maaf nando, sekarang kita
berteman biasa saja ya jangan berlebihan , trimakasih untuk semuanya " Ucapku sambil
menolak pemberian nya dan tak terasa mata ku telah basah. " Terlalu berat bagiku, namun ku tak
mau menyakiti mu. Karena ku tau masa remaja mu barulah dimulai, tenang saja bukankan Nisa
tidak sendiri. Yakinlah Tuhan bersama kita. Jangan takut, inilah dunia, inilah pertemanan inilah
sekolah, keluar lah lihat dunia yang indah, sapalah ia,pergilah berjalan angkat kepalamu siapkan
mental dan iman mu hadapi dunia Nisa, jangan berbalik kebelakang " Jelas Fernando
meyakinkan ku " Trimakasih banyak " Ucap ku sambil berbalik meninggalkan nya bersama
kenangan.

Mentari pagi menyapa hari. Deruan motor bersahutan,kaki - kaki pejuang melangkah ke
gerbang seakan siap melawan kebodohan.Melewati hari berbekal keyakinan dan kemantapan
hati. Melangkah perlahan namun pasti. Ibadah, belajar, bermain, berasosiasi dengan lingkungan.
Anak kecil yang manja dan sensitif kini keluar aku berusaha berubah meninggalkan sifat dan
sikapnya yang pendiam dan tidak butuh orang lain. Ia mulai bisa menerima kehidupan, ia belajar,
bermain, berteman dengan siapa saja, tanpa memandang agama, suku, ras dan perbedaan lainnya.
Jatuh bangun dalam kehidupan itu wajar, bangkit lah jika kau terjatuh. Kaki ku melangkah
menuju ruang kelas sesampainya di depan pintu teman-teman ku langsung menyambung
kedatangan ku. " Nisaaaa apa kabar PR nya baik kan?? " Tanya lili penasaran. " Alhamdulillah
baik"kataku sambil mengeluarkan buku dari tas lalu menyodorkan nya pada putri dan lili. "
Yeyyyyy" Ucap mereka kegirangan. Aku hanya menggeleng melihat tingkah mereka yang sok -
sok an menyemangati ku untuk belajar padalah mereka sendiri gak buat PR. " Hemm" Keluhku.
Dari ujung kelas ia sedang melihat ku lalu mendekat sambil tersenyum lebar. " Ayo kita berjuang
bersama " Ajak Fernando. " Iya, ayo" Jawabku. Bismillahirrahmanirrahim ucap kami berdua.

Anda mungkin juga menyukai