Anda di halaman 1dari 7

KUPU KUPU HILANG

Wajah cantik banyak yang tertarik, hal yang biasa bagi setiap wanita yang cantik. Cantik
bukan berarti sesosok putri yang turun dari khayangan. Aku adalah wanita biasa, tapi
mengapa setiap orang memberikan senyuman indah saat bertemu denganku. Aku merasa
curiga, adakah sesuatu yang lain di hidupku, atau memang aku terlahir sebagai wanita
yang di cintai oleh semua orang orang. Ibu memberiku nama Putri, sekarang aku masih
berumur 16 tahun duduk di bangku SMA kelas 1. Aku terlahir sebagai anak pertama
didalam keluarga. Aku punya 2 orang adik laki-laki yang bernama Riski dan Nugrah.
Riski sekarang duduk di bangku SMP kelas 1, sedangkan Nungrah duduk di bangku SD
kelas 3.
Hari ini adalah hari yang sangat istimewa karena hari ini adalah hari permaku duduk di
bangku SMA. Aku berharap hari yang bahagia ini akan menjadi berkah dimasa depan.
Dengan hati riang, aku berangkat ke sekolah di antar Ibu dengan sepeda motor. Beberapa
menit kemudian, sesampainya di sekolah, Bel pun berbunyi, semua siswa berkumpul di
lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Pagi ini terasa asing bagiku karean aku
belum mengenal siapa-siapa disini. Aku berdiri di sebelah sesosok perempuan yang baik
dan lucu bernama Ranti, dengan tersenyum Ia menyapaku sambil mengulurkan tangannya.
Akupun mengukurkan tangan dan menyebut namaku "namaku Putri", Ranti menjawab
"kamu cantik seperti namamu" aku menjawab "kamu juga cantik". kami berdua saling
menatap dan tersenyum.
Setelah upacara selesai, kamipun segera menuju ke kelas. Guru-guru pun segera
memasuki ruangan kelas. Hal pertama yang dilakukan oleh siswa adalah memperkenalkan
dirinya masing-masing ke depan kelas. Saatnya giliranku untuk memperkenalkan diri dan
semua mata tertuju padaku "perkenalkan namaku putri berasal dari SMP 1 Bunda, tinggal
di Desa Sungai Indah". Badanku mulai gemeteran melihat puluhan pasang mata itu. Mata
pelajaran hari ini adalah Bahasa Indonesia tentang membuat surat cinta. Mata pelajaran ini
diajarkan oleh seorang Bapak guru yang bernama Bapak Dedi. Aku mulai bingung harus
membuat surat cinta kepada siapa, Karena orang yang aku cintai di dunia ini hanyalah
keluargaku. Aku memilih membuat surat cinta kepada Ibuku.
Keesokan harinya di Sekolah, Aku datang lebih awal dari teman-temanku. Suasana di
ruang kelas masih sunyi, aku merebahkan badanku di bangku paling depan sebelah kiri,
tanpa sengaja aku melihat di dalam laci mejaku ada sepucuk surat cinta dan aku tidak
dari siapa surat itu. Detik demi detik berlalu, satu persatu teman-temanku datang dan
duduk di bangkunya masing-masing. Tak lama kemudian Ranti teman sebangku ku datang,
aku bertanya kepadanya, "siapa yang menulis surat ini, dia hanya menuliskan surat ini
untukku, tapi dia tidak menuliskan namanya". "itu kan surat cinta putri, baru dua hari

masuk sekolah udah dapat surat cinta, tapi Putri jangan khawatir nanti kita pasti
menemukan siapa penulis surat ini". Bel pun berbunyi Pak Dedi pun masuk ke kelas,
kebetulan hari ini juga pelajaran Bahasa Indonesia. Pak Dedi meminta kepada siswa untuk
membacakan puisi yang telah dibuat kemaren. Beliau meminta salah seorang siswa lakilaki untuk membacakan surat cintanya. Dia pun langsung membacakan puisi itu di depan
kelas,
Dear Putri
Ku tulis rangkaian kata di kertas putih ini, karena inilah yang mampu Ku sampaikan
kepadamu. Bibir ini seakan terkunci saat ingin menyapamu. Surat cinta ini adalah bukti
aku benar-benar suka kepadamu. Aku memberanikan diri membacakan surat ini
dihadapan semua orang hanya untuk dirimu putri. Putri terimalah perasaan yang tak
wajar ini karena aku baru saja mengenalmu. Aku berharap kamupun bersedia membalas
surat cinta Ku ini.

By: Tito Sunarto


Semua orang tepuk tangan dan berteriak "Putri terima terima terima terima". Aku terdiam
sejenak aku kurang memahami ternyata surat itu di tulis untukku, isi surat itu sama persis
yang Aku temui di dalam laci mejaku. Aku hanya membalas semua itu dengan
senyuman, Aku berharap itu bukan sungguhan dan Aku berharap itu hanya sebuah surat
cinta sebagai pelengkap tugas Bahasa Indonesia dari Pak Dedi. Bel istrirahatpun berbunyi
semua siswa keluar kelas menuju ke kantin, Aku dan Ranti juga menuju ke kantin
sekolah. Kami memesan makanan dan minuman dan duduk di kursi tengah. Lama
kelamaan tito datang dari sudut kanan belakangku semua teman-teman di kantin berkata "
ciee pasangan baru di kelas kita datang, janjian makan di kantin ya?? ".
Tito memandang ke arah Ku sambil tersenyum, aku membalas senyuman itu dengan
wajah cemberut. Aku mulai risih oleh teman-temanku karena Aku tidak suka di buli dan
menjadi bahan tertawaan setiap hari. Setelah selesai makan, Aku dan Ranti menuju ke
kelas untuk melanjutkan mata pelajaran selanjutnya. Sebelum semua siwa dan Guru
masuk Aku bertemu dengan tito, Aku bicara empat mata dengannya, "Tito, Aku Tidak
ingin mempersulit keadaan ini, Aku mohon jangan ganggu Aku lagi". "Put, Aku tidak
bermaksud seperti itu, Aku benar-benar suka sama kamu put, Aku ingin beneran ini
terjadi di antara kita". "Tapi, Aku hanya ingin menjadi temanmu saja tidak lebih, sekarang
Aku ingin kamu bilang ke Semua teman-teman kamu tidak beneran suka sama AKu".
"tapi put, Aku beneran suka sama kamu". "iya, Aku ngerti perasaan kamu kok, tpi aku
belum mau pacaran sekarang, Aku ingin blajar dulu dan meraih cita-citaku". "baik Put,
kalau itu keputusanmu Aku terima, tpi kamu jangan benci ya sama Aku?", Tidak, aku
tidak akan membencimu anggap semua ini hanya salah paham antara kita". Aku dan tito

sekarang sudah menjadi teman biasa, semua teman-teman


mentertawakan aku lagi, Aku cukup lega mendengar semua itu.

di

kelas

sudah

tidak

Malam ini Aku dan keluarga berkumpul di ruang tamu, disana terlihat beberapa coretan
tulisan dan gambar di atas meja milik Riski dan Nugrah adikku. Melihat mereka begitu
semangat mengerjakan tugas begitu semangat seakan mengingatkan masa kecilku dulu.
Sambil mengerjakan PR Ibu dan Ayah berpesan Kepadaku, "Putri, kamu harus belajar
yang rajin Ibu dan Ayah akan mendoakanmu lulus dengan nilai yang baik dapat
melanjutkan ke Perguruan Tinggi". Ya Bu, Putri akan belajar lebih giat demi mewujudkan
harapan Ibu dan Ayah".
Beberapa bulan kemudian, ini adalah saat hasil pertempuran logika dan kerja keras di
mulai, hari ini adalah hari yang menakutkan bagi semua siswa yaitu saat penerimaa
rapor. Orang tua dari seluruh siswa harus hadir untuk pengambilan rapor tersebut. Telapak
kaki dan tanganku terasa membeku, jantung berdetak kencang, dan seluruh badanku
seakan lemas tak berdaya, Aku berdoa dalam hati semoga hari ini dapat membayar hasil
keringat orang tuaku. Aku yakin, Aku harus percaya, Aku adalah seorang pemenang untuk
hari ini.
Bel berbunyi tepatnya pukul 9 pagi semua siswa berbaris dilapangan sesuai kelasnya
masing-masing. Jantungku berdetak semakin cepat tiba saatnya pengumuman sang juara di
kelasku, "Juara ketiga di raih oleh siswa kami yang bernama Ranti Azhari, juara dua di
raih oleh siswa kami yang bernama Susanti, Juara pertama di raih oleh anak kami Putri
Kumala Sari sekaligus Juara umum pertama dari seluruh siswa dan siswi di sekolah ini,
diharapakan kepada semua orang tua atau wali murid untuk mendampingi anak-anak kita
di depan". Ibu teraharu dan menangis sambil memelukku dengan erat.
Semenjak itu, Aku mulai di kenal oleh banyak orang mulai dari Guru sampai semua
siswa disetiap angkatan. Semua orang tersenyum dan memujiku saat bertemu denganku.
Aku juga aktif di berbagai kegiatan di sekolah seperti: OSIS, pramuka, Group drum band,
Paskibra dan lain-lain. Aku sangat senang menjalani semua kegiatan itu, rasanya semua
waktu aku lalui penuh dengan kebahagiaan. Aku juga senang punya Ranti sahabat
terbaikku, dia selalu menemaniku di setiap kenangan yang aku lalui. Hari demi hari,
bulan demi bulan, tahunpun telah berganti Aku semakin dekat dengan Impianku.
Hari ini adalah hari pertama aku belajar di bangku kelas 3, tapi ada hal lain yang
menjanggal di hatiku, Aku bertemu dengan seorang siswa laki-laki yang sudah biasa aku
lihat. Entah kenapa pagi itu jantungku seakan berhenti bedetak saat melihat senyumnya,
sesosok laki-laki yang tampan dan berwibawa datang 5 meter dari hadapanku, semakin
dekat dan semakin dekat dan akhirnya dia tidak berkata apa-apa hanya tersenyum. Aku
sempat bertanya dalam hati, biasanya kalau aku bertemu seseorang setidaknya mereka
menyapaku dengan kata-kata. Mungkin aku terlalu percaya diri dengan kecantikan dan

kepintaranku. Nyatanya tidak semua laki-laki suka dengan perempuan cantik dan pintar,
buktinya laki-laki itu mengacuhkanku. Tiba-tiba Ranti datang dari belakangku.
"kok bengong Put, ada apa?, tidak ada apa-apa Ran". "kamu lihatkan laki-laki yang
barusaja lewat?, iya, emang ada apa??, dia tetangga aku put, dia tampan juga baik, Dia
juga ikut anggota OSIS sama kita, Iya Ran aku tau kok, kalau sudah tau kok senyumsenyum sendiri? Naksir ya?, ahh Ranti bisa aja". " Jangan naksir ya Put, dia calon pacar
aku, hehehe". "iya Ran, Aku tidak naksir sama dia, bagus kalau begitu ". Beberapa jam
kemudian, saatnya pulang sekolah. Aku dan Rani segera menuju kerumahku, Rani
menginap dirumahku kami belajar bersama untuk persiapan ujian nasional nanti.
Malam ini kami belajar bersama, makan bersama dan tidurpun bersama. Aku dan Ranti
sudah seperti saudara kandung. Setelah selesai belajar Ranti banyak bercerita tentang Aldi
laki-laki yang membuka pintu hatiku. Malam ini aku mulai gelisah, sungguh hal ini
belum pernah terjadi kepadaku. Aku diam-diam mengambil nomor telpon Aldi dari Ranti.
Aku memberanikan diri mengirim pesan kepada Aldi. "hi, selamat malam". Aldi membalas
"hi juga, selamat malam, ini siapa ya?? ". Aku tidak berani membalas pesan itu kembali,
Aku tidak tau tulisan apa yang akan aku tulis. Aku memutuskan untuk tidur dengan hati
yang bercampur gelisah. Di tengah malam Ranti terbangun, ternyata Ranti curiga, Ranti
hanya pura-pura tidur saat aku mengambil nomor telpon Aldi dari Handponenya. tanpa
aku ketahui Ranti membalas pesan dari Aldi " Aku Putri, temannya Ranti". "ohh Putri yang
cantik, baik dan juga pintar itu kan?? ". " hehehe, kamu bisa aja, tadi aku ketemu sama
kamu disekolah, kamu kok cuek aja?, Iya soalnya aku minder tidak mungkin cewek
secantik kamu mau berteman sama aku yang orang biasa-biasa saja". " tidak Aldi, aku
mau kok berteman sama kamu, Beneran put?, iya Aldi, besok kita ketemuan di taman
sekolah ya, soalnya ada yang mau aku bicarakan tentang kegiatan di OSIS". "hhhmm, Iya
Put, nanti aku usahakan". " iya Aldi, selamat malam sampai bertemu besok, Iya Put,
selamat malam". Ranti menghapus semua percakapan itu.
Keesokan harinya, di Sekolah, Ranti mengajakku pergi ke taman sekolah, Ranti
meninggalkan aku sendirian dengan alasan membeli minuman sambil meminjam
handponeku. Ternyata Ranti mengirim pesan kepada Aldi untuk menemuiku di taman.
Setelah lama menunggu Aldi datang menghampiriku, antara senang dan bingung, Aldi
menanyakan masalah kegiatan OSIS dan akhirnya kami berbincang-bincang samapi bel
masukpun berbunyi. Ranti hanya melihat aku dan Aldi dari kejauhan.
Aku dan Aldi semakin dekat, Kami melakukan kegiatan bersama-sama, belajar bersamabersama begitu juga Ranti senang melihat kami berdua dekat. Hari demi hari yang kami
lalui semakin dekat di ujung perpisahan. Sebentar lagi kami akan lulus dan melanjutkan
ke kehidupan selanjutnya. Aku dan Ranti melanjtkan belajar ke perguruan tinggi yang
cukup jauh dari kampung halaman, sedangkan Aldi membantu orang tuanya berkebun
teh di kampung. Sebelum keberangkatanku ke luar daerah, Aku dan Aldi berjanji saling

menjaga hubungan yang telah kami jalin kurang lebih satu tahun lamanya. Harapan
kedua orang tuaku dan Aldi sama yaitu ingin melihatku menjadi orang sukses dimasa
yang akan datang. Aldi memberiku seuntai kalung hati sebagai tanda bahwa Aku dan
Aldi sudah memiliki suatu ikatan. Aku akan menyimpan semua kenangan indah bersama
Aldi bersama kalung yang ia ikatkan di leherku. Aldi berharap setelah kembali nanti
kalung itu masih terikat erat di leherku. Jika suatu saat kalung itu terlepas, maka
terlepas pula ikatan cinta antara aku dan Aldi.
Saat dinantikan sudah datang, Aku akan pergi jauh dari kampung halaman, Aku akan
selalu mengingat pesan orang tua dan janjiku kepada Aldi. Hari ini aku dan Ranti sudah
sampai di tempat tujuan, Aku dan Ranti tidak tinggal bersama karena kami kuliah di
kampus yang berbeda. Ranti sering pergi ke tempatku akupun begitu, kami juga sering
jalan bersama tetapi tidak seperti yang dulu. Aku dan Ranti tetap menjadi sahabat sampai
kapanpun.
Aku merasa kesepian Orang-orang yang dekat sudah mulai menjauh dariku, Ranti sibuk
dengan kuliahnya, Aldi sibuk membantu orang tuanya mereka jarang menayakan kabarku.
Tapi aku tidak boleh larut dalam kesedihan, aku harus bangkit dan berjuang sampai akhir
karena banyak orang-orang yang harus aku bahagiakan. Belajar di kampus memang
berbeda di sekolah, tetapi ada yang tidak berbeda yaitu tentang cinta. Cinta memang satu
hati, satu tujuan tetapi cinta ada dimana-mana.
satu tahun berlalu, cinta kembali datang menghampiriku seorang laki-laki tampan baik
dan perhatian kepadaku. Aku merasa Aldi sudah memperhatikanku, dia terlalu sibuk
dengan urusannya, Aku sempat berfikir bahwa Aldi mungkin sudah punya perempuan lain
selain aku. Dengan berat hati aku melepaskan kalung yang terlilit di leherku yang berarti
bahwa aku sudah melepaskan ikatan cintaku bersama Aldi. Aku merasa tidak punya
teman dan merasa kesepian setiap hari, Akhirnya aku memutuskan menerima cinta Boby
laki-laki yang membuatku jatuh cinta lagi.
Tiga bulan kemudian Ranti mengajakku pulang ke kampung halaman, tapi aku menolak
karena aku kecewa kepada Aldi yang sudah tidak memperhatikanku lagi. Ranti pulang
sendirian dengan raut wajah yang kecewa padahal Ibu dan Ayah sangat mengaharapakan
kepulanganku. Sekarang aku sudah bahagia punya Boby disampingku yang bersedia
menemaniku setiap aku membutuhkannya. Beberapa hari setelah Ranti pulang ke kampung
Ibu jatuh sakit karena menahan rindu kepadaku, Aku meminta Ranti untuk menemaniku
kembali ke kampung halaman. Sesampainya dirumah, Ibu menangis dan memelukku
dengan erat. "Maafkan anakmu Ibu telah membuat hati Ibu sedih dan kecewa karena
sikapku". " Iya, Ibu sudah memaafkanmu".
Keesokan harinya Ranti mengatakan Aldi ingin bertemu denganku. Sebernarnya Aku juga
ingin bertemu dengan Aldi dan memberikan kalung ini kembali kepadanya. Aku bertemu

dengan Aldi di sebuah taman yang tidak jauh dari rumahku tempat dimana Aldi
memberikan kalung itu kepadaku. "Aldi, Aku sudah tidak sanggup menjalani hubungan
ini bersamamu, Kalung ini aku lepas dari leherku". Aldi hanya tersenyum dan berkata "
KUPU-KUPUKU TELAH HILANG". " Mengapa kamu berkata seperti itu Aldi?, kupukupuku terbang jauh, sekarang dia telah menghilang dari pandanganku". "terserah Aldi,
Aku sudah tidak sanggup menjalani hubungan ini bersamu". "iya Put, aku mengerti, Aku
tidak memaksa agar kamu mencintaiku". Akhirnya aku pulang dengan hati yang marah.
Setelah dua hari di kampung, aku mendapatkan kabar bahwa Boby akan menikah dengan
perempuan lain yang dia cintai. Disana aku sadar bahwa laki-laki tidak hanya mencintai
satu orang wanita, bisa dua, tiga bahkan seribu wanita di dunia ini. Akhirnya Ranti
datang menghampiriku ke kerumah dan berkata " Put, Aku mendengar kamu memutuskan
ikatan cintamu dengan Adi, Sudah cukup Ran, Aku sudah tidak percaya dengan yang
namanya laki-laki". "Kenapa put, apakah Aldi pernah mencintai perempuan lain selain
kamu??, Aldi selalu setia menunggumu kembali, dia tidak pernah mencintai perempuan
lain selain kamu, kamu adalah sahabatku Put, Aldi juga sahabatku, Aku kenal kalian
berdua sudah lama, Aku tau kalian saling mencintai, kembalilah kepada Aldi put".
Keesokan harinya aku kembali bertemu dengan Aldi, kami telah membicarakan semua hal
yang terjadi diantara kami, Akhirnya aku dan Aldi bersatu kembali seperti dulu. Sekarang
Kupu-kupu yang hilang kembali pulang. Aku kembali melanjutkan kembali kuliahku dan
lulus dengan nilai yang bagus. Ternyata wajah cantik tidak menjamin suatu kebahagiaan
seseorang juga kepintaran belum tentu mencapai kesuksesan seketika. Perlu usaha dan
perjuangan keras demi mencapai impian dan perlu kepercayaa dalam sebuah hubungan
demi mencapai sebuah kebahagiaan.

Anda mungkin juga menyukai