Anda di halaman 1dari 21

Biodata Penulis

Perkenalkan nama saya Rivia


Ramadatun Nisa. Biasa dipanggil Rivia. Saya
lahir di Jakarta, pada 09 Desember 2001.
Sekarang saya kelas XI di SMAN 65 Jakarta
dan mengambil jurusan Ilmu-Ilmu Sosial.
Hobi saya adalah melukis dan mendekorasi
ruangan.
Teman Baru yang Baik Hatinya
Hari pertama Ayu di sekolah baru, diisi
dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Meteri
pelajarannya mengenai bercerita pengalaman
tak terlupakan. Bu Guru Santi meminta anak-
anak untuk menuliskan dulu di buku masing –
masinh tentang pengalaman yang akan
diceritakan.
Semua anak begitu asik menuliskan
pengalamannya masing – masing, termasuk
Ayu.
“Nah, sudah selesai menuliskan anak-anak?
Sekarang, siapa yang mau maju menceritakan
pengalamannya?”
Beberapa siswa antusias mengacungkan
tangan, tetapi Ayu tidak.
Sepertinya, Ayu masih malu bercerita di
depan kelas barunya. “Ibu pilih yang pertama
mengacungkan tangan ya. Sita maju, Nak,”
kata Bu Santi.
“Teman-teman, ini ceritaku ketika jalan-jalan
ke Taman Mini Indonesia Indah. Aku senang
sekali karena di sana ada banyak sekali rumah
adat yang bisa didatangi. Selain itu, ada juga
museum-museum yang punya banyak koleksi
benda-benda bersejarah. Ternyata, Indonesia
memang negara yang kaya, bahkan sejak dulu.
Rumah adat kita punya banyak bentuk,
pakaian adatnya juga bagus-bagus. Sejak dari
Taman Mini, aku jadi ingin kelililing
Indonesia. Itu ceritaku teman-teman.”
Semua anak dan Bu Santi bertepuk tangan
setelah mendengar cerita Sita.
“Wah, cerita Sita menarik sekali, ya. Betul itu,
negeri kita ini memang snagat kaya akan
kebudayaan. Nanti kalau keliling Indonesia,
ajak Bu Guru, ya,” kata Bu Santi. Semua anak
tertawa mendengarnya.
“Sita boleh tunjuk sekarang. Mau dengar
cerita siapa?” kata Bu Santi.
“Mmmm, mau dengar cerita Ayu, Bu,” kata
Sita sambil tersenyum ke arah Ayu.
Semua anak juga melihat ke arah Ayu. Kali
ini Ayu yang diam saja karena merasa deg-
degan harus bercerita di depan teman-teman
barunya.
“Ayo, Ayu maju ke depan. Ceritamu pasti
bagus,” kata Raras, teman baruyang duduk di
sebalah Ayu.
“Iya, Ayu maju-maju,” Ayu mendengar
banyak teman baru yang menyemangatinya.
Ayu pun berdiri dan maju ke depan.
“Teman-teman, aku ingin bercerita tentang
hari perpisahanku dengan teman-teman di SD
yang lama. Aku merasa sedih sekali harus
pindah sekolah. Aku sayang teman-temanku
di sekolah yang lama. Waktu itu hari terakhir
aku ke sekolah, tiba-tiba di meja sekolahku
ada banyak sekali burung-burung kertas yang
berisi tulisan ‘Semangat Ayu’. Burung-
burung kertas itu dibuat berwarna-warni. Aku
terkejut dan ingin menangis, burung-burung
itu dibuat oleh teman-teman dan juga guru-
guru,” Ayu berhenti bercerita. Ia tiba-tiba
teringat dengan sekolahnya yang lama. Ia
rasanya sedikit bersedih. Hal ini
membuat Ayu juga lupa harus bilang apa.
Teman-teman sekelas ikut diam.
“Ayo Ayu lanjutkan,” kata Ibu Santi
memecah keheningan kelas.
“Ayo Ayu, ceritanya bagus,”ada suara dari
meja paling depan.
“Ayo kita tepuk tangan untuk Ayu,” kata
Raras.
Semua anak kompak bertepuk tangan
memberi semangat pada Ayu. Ayupun tidak
sedih lagi dan berani meneruskan ceritanya.
“Aku sayang mereka, teman-temanku di
sekolah lama. Kata Ibu, di sekolah baru ini
aku juga bisa punya teman-teman baru yang
juga baik. Aku percaya. Buktinya, teman-
teman memberiku semangat untuk bercerita.
Terima kasih teman-teman,” lanjut Ayu.
Bel tanda istirahat pun berbunyi. Ayu dan
teman-teman sekelasnya bermain di luar
kelas. Ayu mulai berkenalan satu per satu dan
bermain bersama. Tiba-tiba ada satu beberapa
murid yang mendekatinya.
“Ayu ini untuk kamu,”kata salah satunya
sambil menyerahkan origami kupu-kupu yang
bertuliskan ‘Salam Kenal Ayu’.
“Terima kasih, ya. Kalian baik sekali teman-
teman,” kata Ayu.
Ayu sangat senang meneria hadiah itu. Ini
adalah hadiah pertama dari teman-teman
barunya yang baik hati.
Hadiah Tak Terlupakan Dari Ayah
Tepat akhir bulan Juni, pada tanggal
27 Juni aku genap berusia 10 tahun. Namaku
Indra, aku merupakan anak satu-satunya dari
orang tuaku hingga saat ini. Aku bilang saat
ini karena aku gatau nanti ke depannya akan
punya adik atau tidak.
Kalau boleh minta sih, aku minta adik
laki-laki, juga agar nanti bisa aku ajak main
bola. Tapi kalau dikasih adik perempuan juga
gapapa sih, intinya aku selalu mensyukuri
pemberian Allah.
Saat ini aku baru saja naik kelas 4 di
SDN Sinar Pagi 10. Ayah selalu memberikan
hadiah ulang tahun setiap tahunnya. Aku
senang sekali punya Ayah seperti Ayah,
karena beliau selalu memberi hadiah apabila
aku mendapat peringkat atas di kelas.
Kenaikan kelas kali ini, bertepatan
dengan ulang tahunku dan di bulan yang
penuh berkah dan rahmah, yaitu bulan
Ramadhan. Semuanya juga bertepatan dengan
hari liburan sekolah. Dua tahun yang lalu,
Ayah merayakan dengan pesta ulang tahun,
walau sederhana tapi aku sangat bahagia,
Ayah juga memberiku hadiah seperangkat
meja belajar. Aku senang sekali, dan tidak
sabar menunggu hadiah dari Ayah untuk ulang
tahunku tahun ini.
Apa lagi bertepatan dengan
peringkatku di kelas. Aku masuk dalam
peringkat 3 besar di kelas sehingga aku yakin
Ayah akan memberikan hadiah berlipat ganda
di tahun ini, hehehe. Udah ngarep banget nih.
Ayah berjanji akan memberiku hadiah tepat
pada tanggal 27 Juni, hari ulang tahunku. Pagi
harinya, aku sudah merajuk kepada Ayah
untuk meminta hadiah ulang tahunku.
“Ayah, mana hadiah ulang tahun dan kenaikan
kelas buat Indra?” tanyaku.
“Sabar ya sayang, nanti Ayah pasti
memberikannya tepat waktu. Indra hari ini
puasa kan yah?” jawab Ayah sambil bertanya.
“Ya Ayah, pasti itu. Aku kan udah gede,”
timpalku.
Siang menjelang sore hari, Ayah
meminta aku untuk segera mandi dan
membantu Mama membereskan segala
sesuatunya. Aku masih tidak mengerti apa
maksud Ayah. Aku pun bertanya pada Mama
tapi beliau tidak menjawab.
Sekitar jam 4 sore, aku sudah siap di
mobil untuk berangkat ke tempat tujuan
dimana aku akan diberi hadiah oleh Ayah.
Mobil pun melaju dan tiba di tempat tujuan.
Aku melihat tanda di depan bangunan tersebut
“Panti Asuhan Sinar Kasih”.
Ternyata Ayah mengajakku untuk merayakan
ulang tahun di Panti Asuhan, sambil berbuka
puasa bersama anak-anak yatim, piatu, yatim
piatu dan anak terlantar.
Aku tidak pernah menyangka akan
mendapat hadiah seperti ini. Awalnya kecewa,
karena tidak ada hadiah barang yang aku
bayangkan, mainan keren, atau hal lain yang
membuatku senang. Ternyata, hadiah ini
adalah yang terbaik, bisa berbagi rezeki
dengan teman-teman diluar sana yang kurang
beruntung.
“Indra, bagaimana dengan hadiah ulang tahun
Ayah kali ini?” tanya Ayah.
“Indra seneng banget Ayah, mendapat hadiah
seperti ini. Indra seneng bisa berbagi dengan
teman-teman di Panti Asuhan ini. Makasih ya
Ayah, Mama. Indra ga akan pernah lupa
hadiah ini seumur hidup Indra” jawabku
dengan mata berbinar.
“Iya Indra, Ayah ingin agar kamu bisa lebih
mensyukuri nikmat yang Allah berikan
kepada kita. Ayah ingin kalau nanti Indra juga
selalu membagi rezeki Indra dengan mereka
yang kurang beruntung” sambung Ayah.
“Ya Ayah, Indra ngerti. Makasih ya” jawabku
sambil memeluk Ayah dan Mama.
Entah apa yang terjadi jika tidak ada Ayah
atau Mama, apakah aku akan bahagia seperti
sekarang ini? Aku hanya bisa beryukur kepada
Allah SWT atas apa yang sudah diberikan
kepadaku.
Aku tidak akan pernah melupakannya
seumur hidupku. Hadiah ini membuat aku
semakin mensyukuri nikmat yang Allah
berikan kepadaku hingga saat ini.
Mendapat Peringkat Pertama
Hari ini hari pembagian raport. Aku
senang sekaligus sedih hari ini. Senang karena
Ayah menjanjikan kalau aku bisa masuk
peringkat 3 besar, Ayah akan mengajak jalan-
jalan keliling Kota Bogor. Tapi aku juga sedih
karena harus berpisah dengan teman-teman
sekolah selama 2 minggu. Aku pergi bersama
Bunda ke sekolah mengambil raport,
sedangkan Ayah mengambil raport kakak di
SMP Nusa Bangsa Bogor. Saat ini aku
bersekolah di kelas 3 SD Nusa Bangsa Bogor.
Sekolahku dan sekolah kakak letaknya
berdampingan. Setibanya di kelas, aku dan
Bunda langsung duduk di bangku yang kosong.
Di sana aku lihat juga teman-temanku yang
datang bersama orang tuanya. Ada Dina dan
Ayahnya, Adri dengan Ibunya, Mail dengan
Ibunya dan masih banyak yang lain.
“Bayu, kamu dateng sama siapa ke sekolah?,”
tanya Dina.
“Aku dateng sama Bunda nih,” jawabku
sambil menunjuk Bunda yang sedang
mengobrol dengan Ibunya Adri.
“Kamu liburan nanti mau kemana Bay? Aku
nanti mau nengokin nenek di Kebumen,” tiba-
tiba Mail ikut bergabung dalam obrolan aku
dan Dina.
“Gatau nih, kalau nanti aku dapat peringkat
bagus Ayah janji mau ngajak jalan-jalan
keliling Bogor,” jawabku.
“Wah asyik banget Bay, aku liburan di rumah
aja nih kayaknya. Soalnya Ayah sama Ibu
sibuk kerja terus” sela Adri sambil cemberut.
“Sabar yaa Dri, mungkin nanti kalau ada
waktu luang Ayah sama Ibu kamu ngajak
jalan-jalan. Gatau juga kan nanti hehe,”
hiburku kepada Adri. “Kalau kamu liburan
mau kemana Din?,” sambungku bertanya
kepada Dina.
“Aku kayanya liburan ga kemana-mana juga
kaya Adri. Tapi kemaren Kak Ana mau
ngajakin ke Kota Tua Jakarta kalau Kak Ana
udah selesai ujian.” jawab Dina.
“Semoga liburan kita menyenangkan yaa
teman-teman. Aku ga sabar denger cerita
kalian nanti pas udah masuk sekolah lagi,”
ujarku kepada teman-teman.
Aku pasti bakalan kangen banget sama
teman-temanku ini, karena mereka teman
bermain di sekolah setiap hari. Setelah kelas
terisi penuh, Ibu Guru masuk ke kelas dan
memberi sambutan. Ibu Guru juga
mengumumkan siapa saja yang masuk
peringkat 10 besar. Ibu Guru menyebutkan
satu per satu dari peringkat 10. Mail mendapat
peringkat 9, Adri mendapat peringkat 5 dan
Dina peringkat 4. Aku sangat senang karena
teman-temanku masuk 10 besar di kelas. Tapi
aku lebih senang lagi saat Ibu Guru
memanggil namaku.
“Bayu Pratama, selamat ya kamu dapat
peringkat pertama di kelas. Buat anak-anak
yang lain, selamat ya kalian semua naik ke
kelas 4. Semoga nanti kalian lebih rajin belajar
yah,” ucap Bu Guru.
“Ya, Bu Guru,” teriak aku dan teman-temanku.
Aku langsung tersenyum senang ke arah
Bunda. Yes, akhirnya aku bisa jalan-jalan
keliling Kota Bogor sesuai janji Ayah. Setelah
selesai acara pembagian raport, aku dan Bunda
langsung menuju gerbang menunggu Ayah
dan kakak. Kemudian aku melihat Dina, Adri,
dan Mail dan aku pun langsung menghampiri
mereka.
“Sampai jumpa setelah liburan yaa teman-
teman,” kataku kepada mereka.
“Sampai jumpa juga Bayu,” jawab mereka
sambil melambaikan tangan dan pergi
menjauh.
Aku sangat tidak sabar untuk bercerita
kepada ayah dan menagih janjinya. Aku juga
tidak sabar untuk menunggu sekolah kembali
dan bertemu teman-temanku.
Keluarga Bahagia
Namaku Sania, nama lengkapku Sania
Minata Ruani. Aku tinggal di kompleks
perumahan Indah Purnama. Aku tinggal di
sebuah rumah berukuran sedang, bersama
dengan keluargaku. Ada Ayahku, Bundaku,
Adikku dan Kakakku. Kami selalu bersama
dalam keadaan suka maupun duka. Karena itu,
kami selalu bahagia.
Suatu hari, aku pergi ke sekolah
bersama Adik dan Kakakku. Karena Kakakku
sudah menduduki bangku Sekolah Menengah
Atas (SMA), jadi dia bisa mengantar kami
berdua juga. Aku dan Adikku bersekolah di
SDK Karunia Merdeka. Sekarang aku kelas
lima SD, dan Adikku, masih kelas dua SD.
Sedangkan Kakakku, dia bersekolah di SMPK
Indonesia Jaya. Setelah sampai di sekolah, aku
segera berjalan menuju kelasku. Kelas 5B.
Dengan wali kelas Bapak Rion. Aku segera
meletakkan tasku di bangku tempat aku duduk.
Di deretan tengah di meja paling depan.
Tak lama, bel tanda masuk berbunyi
nyaring. Kami sekelas langsung berhamburan
masuk kelas. Kami takut, Bapak kepala
sekolah akan menghukum kami jika tidak
lekas masuk kelas. Setelah masuk dan
renungan pagi, pelajaran pun dimulai.
Pelajaran pertama adalah pelajaran
matematika. Ibu Yanti masuk ke kelas untuk
mengajar. Tak lama bel berbunyi.
Menandakan dua jam pelajaran pertama telah
selesai. Dilanjutkan dengan pelajaran ke dua.
Seni musik. Pelajarannya hanya berlangsung
satu jam.
Setelah itu kami istirahat. Setelah
istirahat, pelajaran dilanjutkan dengan
pelajaran Bahasa Indonesia. Kami disuruh
menceritakan rencana kegiatan liburan natal
Desember mendatang.
“Ah… mudah sekali. Ayah kan sudah akan
mengajak kami ke Bali.” Gumamku sambil
menulis di selembar kertas folio bergaris.
Setelah selesai aku membacakan karanganku.
Sania bercerita hingga selesai.
Setelah itu, Sania, Adiknya dan Kakaknya
pulang. Mereka pulang bersama-sama.
Sesampainya di rumah, Sania langsung
berganti baju dan beajar.
Akhirnya, liburan natal tiba. Keluarga
Sania bersiap-siap. Mereka berangkat ke
bandara naik taksi. Setelah itu mereka
berangkat naik pesawat ke pulau Bali. Di
Pulau Bali, mereka menginap di rumah Eyang
mereka. Ya, Sania punya Eyang di Bali.
Mereka liburan selama satu minggu. Mereka
bermain di pantai Kuta, di Tanah Lot dan
berbelanja. Mereka tidak pernah bertengkar
dan selalu mendengarkan pendapat satu sama
lain.
Setelah seminggu berlalu, mereka
kembali pulang ke Bandung. Hati mereka
Bahagia sekali.
“Keluarga kami adalah keluarga bahagia.
Walaupun nama kami bukan bahagia, tetapi
kami selalu rukun, damai, mendengarkan
pendapat dan saling membantu. Karena itu
kami selalu bahaagia. Jadi itulah cerita
pengalaman liburanku ke Bali. Sekian dan
terima kasih.” Aku menceritakan pengalaman
liburanku. Sorak dan tepuk tangan mengiringi
tamatnya ceritaku.

Anda mungkin juga menyukai