Anda di halaman 1dari 5

Sahabat Kini dan Nanti

Angelina Carissa A.C 9E/3


Felicya Estelita W 9E/11
Laurensius Marvelino W.J 9E/18
Steven Arthur T.M 9E/28

Pada suatu hari, terdapat 3 orang sahabat, yaitu Siti, Lani dan Dayu. Mereka sedang
membicarakan tentang hari kenaikan kelas di kantin. “Kawan-kawan, besok kita akan terima
rapor dan pembagian kelas ya?” Tanya Siti kepada sahabat-sahabatnya. “Iya Sit, semoga kita
bertiga sekelas lagi ya di kelas 8.” ucap Lani. “Iya, namun kalau nanti kelas 8 kita ga sekelas kita
harus tetap berteman ya!” seru Dayu. “Harus dong!! Kan kita sudah bersahabat dari SD!!” timpal
Lani. Akhirnya mereka bertiga tertawa bersama sambil menikmati makanan yang mereka pesan
di kantin.
Setelah mereka selesai berbincang dan bercengkrama, sekarang sudah saatnya mengambil
rapot kenaikan kelas dan pembagian kelas. Akhirnya mereka bertiga kembali ke kelas mereka di
kelas 7A dan menemui orang tua mereka serta Pak Udin wali kelas mereka. Satu persatu dari
mereka pun mengambil rapor.
Setelah mereka mendapatkan rapot mereka masing-masing mereka berkumpul kembali di
depan kelas sambil menunggu pembagian kelas di kelas 8. “Teman-teman gimana nih rapor
kalian? Bagus tidak?” tanya Siti ke teman-temannya. “Bagus dong, tidak ada nilai merahnya.”
Sahut Lani. Namun, Dayu tidak menjawab, mukanya terlihat kusam dan matanya sendu.
Mengetahui hal itu Siti dan Lani pun langsung memeluk Dayu. “Aku ada satu nilai yang merah.”
ucap Dayu sambil bersedih. “Tidak apa-apa Dayu. Nanti di kelas 8 ayo kita belajar lebih giat
lagi.” sahut Siti dan Lani menyemangati Dayu.
Setelah beberapa waktu, daftar pembagian kelas pun dibagi. Namun ternyata Dayu
berada di kelas yang berbeda dengan Siti dan Lani. Siti dan Lani berada di kelas 8E dan Dayu
berada di kelas 8B. “Dayu, ingat ya kita harus tetap bersahabat di kelas 8, walaupun kita ga
sekelas,” ucap Siti dan Lani sambil memeluk Dayu. “Iya, kita bakal tetap sahabatan kok!” Dayu
pun memeluk mereka kembali, walaupun ia sedih karena tidak sekelas dengan Siti dan Lani di
kelas 8.
Setelah liburan kenaikan kelas selesai mereka pun kembali bersekolah. Pada pagi hari Siti
dan Lani berjalan menuju kelas bersama. Di jalan mereka bertemu Dayu yang sedang berjalan
menuju kelasnya juga. “Siti! Lani!” Panggil Dayu yang berpapasan dengan mereka. “Dayu!
Kamu juga mau ke kelas Yu?” tanya Lani. “Iya, yuk jalan bareng,” akhirnya mereka bertiga
berjalan bersama kelas masing-masing. “Aku masuk kelas dulu ya,” ucap Dayu sebelum masuk
ke kelas 8B. “Iya, nanti kita istirahat bareng ya,” ajak Lani sebelum kembali ke kelasnya di 8E.
Sesampainya di kelasnya Dayu pun duduk di meja sambil melihat suasana kelas barunya.
“Hai! Namaku Nana! Nama kamu siapa?” tanya seorang gadis menghampiri Dayu. “Hai! Aku
Dayu salam kenal,” balas Dayu. “Hai! Aku Masha! Salam kenal!” seorang gadis menghampiri
mereka berdua. “Hai! Aku Dayu,” Dayu membalas dengan senyuman.
Bel pun berbunyi dan pelajaran pun dimulai. “Salam kenal anak-anak, nama saya Bu
Karen, selama satu tahun kalian akan belajar bersama ya!” bu Karen pun menyambut murid-
murid sebelum pelajaran dimulai. “Baik Bu Karen!” anak-anak pun menjawab dengan antusias.
Pelajaran pun dimulai, pada jam pertama pelajaran dimulai dengan pelajaran Matematika.
“Aduh.. aku kurang jago Matematika…” ucap Dayu dalam hati. Melihat Dayu yang sedang
kesulitan Nana dan Masha pun membantu Dayu. “Makasih ya teman-teman sudah mau bantuin
aku saat pelajaran Matematika tadi,” Dayu pun berterimakasih. “Sama-sama, ayo kita belajar
bareng lebih sering,” ucap Nana dan Masha. “Kalau begitu ayo aku traktir jajan di kantin,” Dayu
pun menawari teman-temannya melupakan janjinya dengan sahabat-sahabatnya. “Oke deh,
Ayo!” jawab Nana dan Masha, mereka bertiga pun berjalan ke kantin bersama.
Di saat Dayu dan teman-temannya pergi ke kantin Lani dan Siti datang menghampiri
kelas Dayu, namun tidak dapat menemukannya. Mereka pun akhirnya pergi ke kantin berdua
saja.
Sesampainya di Kantin Dayu dan teman-teman kelasnya berpapasan dengan Siti dan
Lani, tapi Dayu tidak menyadari mereka berdua dan melanjutkan mentraktir teman-teman
barunya. “Ehh? Itu Dayu kan? Apakah dia lupa mau makan bersama kita?” Siti bertanya-tanya,
“Iya mungkin dia lupa, terus dia lagi sama siapa ya? Aku jadi penasaran.” Lani pun ikut bertanta-
tanya. “Ya sudah nanti pulang sekolah kita tanya Dayu saja Lani,” Siti menyarankan idenya,
“Oke deh!” Lani pun menanggapi. Mereka pun melanjutkan istirahat mereka.
Akhirnya pelajaran di sekolah pun selesai dan tibalah jam pulang untuk para murid. Para
murid pun bergegas pulang. Sebelum pulang Siti dan Lani menghampiri kelas Dayu. “Dayu!!”
Siti menghampiri Dayu di depan pintu kelasnya di ikuti Lani di belakangnya. “Hai teman-
teman!” Dayu menghampiri mereka. “Dayu! Tadi pagi kenapa kamu ga ke kantin bareng kami?”
Lani merengek, “Maaf!! Aku lupa!! Tadi aku mentraktir teman-teman baruku karena sudah
membantuku di pelajaran Matematika,” Dayu pun menjelaskan kepada teman-temanya. “Oalah
begitu, yasudah besok kita makan siang bareng ya! Jangan lupa!” Siti dan Lani pun kembali
mengajak Dayu, “Oke. Oke,” Dayu menyanggupi.
“Ayo kita pulang bareng!” ajak Siti pada sahabat-sahabatnya. “Ayo!!” Lani pun
menyanggupi, namun Dayu hanya menundukkan, “Maaf teman-teman, aku sudah ada janji
dengan Nana dan Masha karena ternyata rumah kami berdekatan, lain kali saja ya,” Dayu pun
menjelaskan. “Oalah… ya sudah hati-hati ya Dayu, Sampai jumpa!” setelah itu mereka pun
pulang ke rumah masing-masing.
Dayu, Nana, dan Masha pun berjalan bersama ke kerumah mereka. Sesampainya di
rumah Dayu teman-temannya kaget. Rumah Dayu ternyata sangat besar, “Dayu orang tuamu
sangat berkecukupan ya?” tanya Nana kepada Dayu, “Ah.. Tidak. Orang tuaku hanya seorang
seniman,” Dayu menjelaskan kepada teman-temannya, “Ohh! Seniman, keren banget Dayu!”
puji Masha, “Ah.. Terimakasih. Sebenarnya aku sedang belajar menjadi seniman juga.. Namun
aku harus fokus naikin nilai Matematikaku karena di kelas 7 nilai Matematikaku merah,” Dayu
menjelaskan dengan raut muka yang sedih. “Tenang aja Dayu, kami bakal bantu kamu kok!”
Nana dan Masha menyemangati Dayu.
Setelah beberapa perbincangan Nana dan Masha pun berjalan ke rumahnya. Dalam
perjalanan mereka berbicara tentang suatu hal. “Masha, gimana kalau kita manfaatin Dayu, dia
kan anak orang kaya dan menurutku dia ga terlalu pintar, jadi kita bisa manfaatin Dayu, gimana
menurutmu Masha?” Nana bertanya dengan sangat antusias. Masha pun kaget setelah mendengar
ajakan dan pertanyaan Nana. “Nana, gimana maksud kamu dengan manfaatin Dayu?” Masha
bertanya dengan heran, “Kamu ingat kan tadi pagi saat kita membantu dia soal matematika dia
langsung memutuskan untuk mentraktir kita saat istirahat,” Nana menjelaskan kepada Masha,
“Jadi maksud kamu, kita mau morotin Dayu?” tanya Masha. “Yup!! Apalagi kalau dilihat-lihat
dia sepertinya mudah percaya pada orang, jadi mudah untuk ditipu. Lumayan setiap kita bantuin
dia kita bisa ditraktir, mungkin malah dia mau ngasih kita uang!” Nana dengan riang
menjelaskan rencananya kepada Masha. “Kamu yakin itu bakal berhasil Na?” Masha sedikit
gelisah tentang ide dari temannya. “Tentu saja, kamu percaya aja sama aku, pasti nanti kita dapat
keuntungan yang banyak,” jelas Nana berusaha meyakinkan Masha. “Baiklah.. semoga ini ga
membawa kita dalam masalah” Masha masih khawatir dengan rencana temannya itu. Mendengar
hal itu Nana pun tertawa, “Tenang aja semuanya dalam kendali,” Nana membalas dengan
seringai di wajahnya.
Akhirnya rencana Nana dan Masha pun berjalan dengan lancar, setiap kali pelajaran
matematika Nana dan Masha selalu membantu Dayu, namun setiap kali itulah Nana dan Masha
meminta imbalan atas bantuan yang mereka berikan. Entah imbalan berupa traktiran ataupun
imbalan berbentuk uang. Dayu memang merasa ada yang aneh. Namun, dia tidak dapat menolak
Nana dan Masha karena walau hanya sedikit nilai Matematika Dayu tetap meningkat. Kemudian
hal itu terus terulang seiring berjalannya waktu, dan semakin lama permintaan imbalan yang
ditetapkan Nana dan Masha semakin tinggi dan membuat Dayu bingung, tanpa Dayu sadari hal
itu juga berdampak pada persahabatannya dengan Siti dan Lani.
Pada suatu pagi di sekolah sebelum pelajaran dimulai, Lani dan Siti sedang berjalan
menuju ke kelas mereka. Di jalan mereka bertemu dengan Pak Udin wali kelas mereka di kelas
7, “Halo anak-anak! Gimana kabar kalian?” tanya Pak Udin dengan semangat, “Baik Pak,” Lani
dan Siti pun membalas dengan senyuman. “Tumben kalian hanya berdua biasanya sama si Dayu,
kalian bertiga kan susah sekali dipisahkan!” Pak Udin bertanya sambil tertawa karena mengingat
kejadian di kelas 7, kebetulan 3 sahabat itu cukup mencolok dimata Pak Udin. “Haha… Iya Pak,
Dayu sepertinya lagi fokus dengan teman-teman baru di kelas barunya. Jadi waktu kami bermain
bertiga juga harus terbagi,” Siti menjelaskan dengan nada yang sedikit murung, “Oalah.. begitu
ya, namun sepertinya Dayu memiliki alasan sendiri mengenai mengapa dia melakukan itu. Lebih
baik kalian bertanya padanya,” Pak Udin menasihati sambil menepuk pundak Lani dan Siti.
“Karena sepertinya sahabat kalian itu sedang berada di situasi yang cukup sulit,” Pak Udin
menjelaskan, “Baik Pak Udin. Terimakasih nasihatnya!” ucap Lani. “Baiklah kalau begitu saya
pergi dulu sampai jumpa!” Pak Udin pun pergi meninggalkan mereka berdua.
Setelah mendengar nasihat Pak Udin, Siti dan Lani pun menemui Dayu, Dayu pun
menceritakan segalanya pada Siti dan Lani. Mendengar hal itu Siti dan Lani pun menjadi geram,
namun mereka harus berkepala dingin untuk memecahkan masalah ini. Akhirnya mereka pun
berjalan-jalan sambil mencari angin. Saat berjalan-jalan mereka mendengar suara orang tertawa
dengan terbahak-bahak. “Eh? Siti dan Lani kalian dengar tidak suara orang tertawa itu?” tanya
Dayu penasaran. “Iya aku juga dengar, kira-kira ada apa ya? Yuk kita samperin!” sahut Lani
dengan penuh semangat.
Saat mereka bertiga sampai di sumber suara itu mereka menemukan Nana dan Masha
yang sedang tertawa karena mereka baru saja mendapatkan imbalan dari Dayu. “HAHAHA! Tuh
kan sudah aku bilang Masha, Dayu itu mudah ditipu! Lihatlah sekarang kita jadi punya uang
jajan tambahan yang banyak banget, cuma gara-gara bantuin si Dayu yang ga bisa matematika!”
Nana tertawa sangat puas bagaikan harimau yang mengaum karena rencananya sudah
berhasil. “Iya Na, aku ga menyangka ternyata Dayu sebodoh itu. Dia kira kita sahabatnya yang
baik banget, selalu bantuin dia di pelajaran matematika! Pasti dia seneng banget punya sahabat
kaya kita!” Masha pun ikut tertawa. “Iya Masha, Cuma bantuin dia matematika bisa dapet uang
sampai ratusan ribu, Hahaha!” Nana tertawa dengan girang atas rencana yang dia lakukan.
Mendengar hal itu geramlah hati Dayu, Siti, dan Lani. “Berani-beraninya mereka…” Siti
dengan geram mata dan hatinya berapi-api ingin langsung melabrak mereka.”Tenang, aku
sudah rekam semua pembicaraan mereka,” Dayu menjawab. “Heh…! Dayu! Kamu sudah tahu
sejak awal?!” Lani pun kaget karena melihat Dayu yang merekam pembicaraan dengan ekspresi
yang tenang. “Shh.. jangan teriak. Aku sebenarnya baru tahu tentang hal ini. Tapi ya sudahlah,
ini hanya perlu dilaporkan ke Bu Karen dan Pak Udin,” jawab Dayu menjelaskan, “Serta aku
harus intropeksi diri agar tidak mudah ditipu orang,” tambah Dayu sebelum beranjak dan
berjalan menuju ruang guru. Namun sebelum itu Siti dan Lani berlari memeluk Dayu. “Dayu
semangat ya?! Ingat kamu masih punya aku dan Lani, kita bakal tetap sahabatan, dan kami janji
ga bakal menghianati kamu,” ucap Siti berusaha menenangkan Dayu. “Makasih ya teman-
teman!” Dayu pun membalas pelukan mereka dan segera melaporkan kejadian ini ke bu Karen
dan pak Udin.
Setelah mendengar kejadian itu dengan dibuktikan rekaman yang di rekam oleh Dayu, bu
Karen pun menjadi geram. Akhirnya Bu Karen pun memanggil orang tua Dayu, Nana, dan
Masha itu menyelesaikan masalah.
Saat orang tua mereka dipanggil, Pak Udin yang merupakan guru mapel matematika di
kelas Dayu pun menceritakan semuanya, karena beliau ternyata sudah mengetahui hal ini
sebelum Dayu mengetahui kebenarannya.
“Nak Dayu, lain kali kamu harus lebih bijak memilih teman karena tidak semuanya yang
terlihat baik dari luar itu dalamnya juga baik,” Pak Udin menasihati Dayu. Setelah itu hanya
dilanjutkan dengan pertemuan dan peleraian orang tua Dayu, Nana, dan Masha.
“Dayu, jika kamu butuh bantuan janganlah sungkan tanya pada kami kan kita sahabatan
dari SD. Aku jadi sedih loh kalau Dayu ga percaya sama kami lagi,” Lani pun memeluk Dayu.
“Iya maaf ya teman-teman. Aku cuma ga mau ngerepotin kalian.” Dayu pun memeluk Lani
kembali dengan wajah yang sedikit sedih. “SHH! Apanya yang merepotkan! Sahabat itu harus
saling membantu! Kamu itu!!!” Siti pun bergabung dalam pelukan mereka.
Setelah masalah selesai, mereka semua sudah saling meminta maaf dan kehidupan di
sekolah berjalan dengan lancar lagi. Persahabatan Dayu, Siti, dan Lani pun berjalan langgeng
sampai kelas sembilan, yang ternyata mereka berada di kelas yang sama lagi. Demikianlah
persahabatan mereka terus berlanjut seiring waktu mereka bertambah dewasa dan menjadi
pribadi yang lebih baik lagi. Dengan gelang persahabatan sejati mengikat hati mereka.

Anda mungkin juga menyukai