Kelas : 9e
No. Absen : 13
Lalu dibukakannya pintu gerbang itu, namun aku dan beberapa murid lain dihukum dengan
berdiri di lapangan basket sampai jam pertama selesai. Aku melirik pos satpam, sebuah
tempat dimana laki-laki itu setiap pagi datang dan bekerja sampai sore hari tiba.
Namanya adalah Pak Asep, tapi anak-anak sering memanggilnya “Mang Oray”, entah aku
tak tau siapa pencetus panggilan tersebut pada Pak Asep. Dia sangat popular di SMA Negeri
1 karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya murid laki-laki.
Lama setelah itu aku juga semakin akrab dengan satpam tersebut, yang kawan-kawanku
selalu memanggilnya Mang Oray. Pernah suatu ketika dia menceritakan kepadaku dan
kawan-kawanku tentang dia sewaktu seusia kami.
“ Dulu, Mamang pernah sekolah seperti kalian. Tapi mamang tidak bisa melanjutkannya
hingga selesai, karena orang tua mamang tidak bisa membiayainya” imbuh dia dengan
senyum menutupi.
“Kalian, harus memanfaatkan kesempatan kalian untuk mengais ilmu disini, makanya
mamang suka marah pada kalian yang suka terlambat masuk” sambungnya.
Kelas : 9E
No. Absen ` : 27
Itulah sebait lagu yang baru saja dinyanyikan Anita siswasekolah dasar yang mengikuti
lomba kesenian tradisional yang diadakan olehKepala Desa di desanya untuk memperingati
Hari Pahlawan . Ia sangat antusiasmengikutinya,tidak hanya Anita namun juga teman-
temannya yang bermainkarawitan mengiringi Anita bernyanyi.
“Ya akupun demikian ,aku senang bisa kembali mengikuti lomba ini dengan
senang.
“Andai saja tiap 3 bulan sekali di desa kita diadakan lomba bermain karawitan,aku
“Kami sedangmengikuti pagelaran seni yang diadakan oleh Kepala Desa kita.”jawab Andini .
“Loh memangnya ada acara apa,kok aku tidak tahu?” tanya Badu.
"Ke mana sajakamu Du,tidak tahu jika ada acara seperti ini?”ejek Adi .
“Ya aku kan baru saja datang dari luar kota,berlibur bersama pamanku di sana,lagian kalian
menampilkan apa siih ?”Tanya Badu lagi.
Kamu tidak mengerti karawitan? Ya ampun benar-benar kamu ini.Itu seni bermain musik
dengan alat tradisional seperti gamelan,gong,angklung dan lainnya.”Jelas Anita
“Ya jelas kami sangat menyukai budaya seperti itu,secara kan itu budayaIndonesia yang
harus dilestarikan ,daripada harus suka terhadap band-band terbarumasa kini,ya kalau
sekadar suka sih tidak apa-apa tapi jangan tinggalkan budayanegaramu sendiri dong.”terang
Andini
“Benar,kalau bukan kita yang melestarikan,siapa lagi?? Lagipula bermainkarawitan itu asyik
looh,lantunan melodi khasnya membuat kita tertarik.”kata Adi
“Benarkah ?? Tapi buaknnya kalau mendengar lagu-lagu seperti itu malah membuat
ngantuk ya ?”ujar Badu.
“Haa?Ya nggaklah ,kalau kita bermainnya penuh semangat pasti kita juga akan
semangat.”jelas Adi.
Kenapa kita tidak menggabungkan keduanya saja.Saat ini kan jarang ada bandyang
menggunakan unsur tradisional di dalamnya.”usul Anita
“Ya pasti bisalah, tidak harus meninggalkan budaya lama negara kita,dengan adanya
budaya-budaya baru kita bisa memvariasikannya dengan seni musiktradisonal ,dengan
begitu musik tradisonal semakin terkenal,dan keseniantradisonal tersebut bisa sekaligus
digunakan untuk memvariasikan dunia musik saat ini.”jelas Andini
“Benar kamu Dina,mudah-mudahan Pak Drajat guru seni kita mau mengajarkan
danmenerima usul kita tersebut,sehingga kita bisa tetap melestrikan budaya bangsa
kita.”ucap Adi semangat.
Disamping itu tiba-tiba Badu mendengar suara musik karawitan daripanggung,dan dengan
penasarannya ia bertanya dengan teman-temannya.
“Hey teman-teman dengar !!! Apa itu yang kalian maksud dengan musikkarawitan??”Tanya
Badu sambil mengarah pada sumber bunyi tersebut.
“Waaaahhh ternyata bagus juga ya musik ini,aku belum pernah mendengarnya sebagus
ini,aku jadi ingin ikut main. Kalian bisa mengajarkanku alat itu tidak?”Tanya Badu dengan
muka malu-malu.
arah gamelan .
“Nah begitu dong,sebagai generasi penerus bangsa harus berani mempelajarikesenian asli
negara kita,jangan menilai budaya asing terus.”ucap Anita
Mulai saat itu Badu menyukai seni musik karawitan,dan ia tertarik untuk menjadipemain
karawitan.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN
Kelas : 9E
No. Absen : 31
PERSAHABATAN
Aku Virda, aku beruntung mempunyai sahabat yang selalu ada untukku, kami melewati suka
duka bersama. Suatu ketika aku dan sahabatku bertengkar karena masalah yang kuanggap
sepele, semua itu baru kusadari bahwa sahabatku sangat penting bagiku.
Suatu hari aku pergi ke mal bersama sahabatku, aku menyuruhnya membawa belanjaanku,
dan ternyata belanjaanku yang dibawanya tertinggal. Saat itu juga aku marahi dia dengan
perkataan yang kasar karena keegoisanku.
“Vir, tolong pegang belajaan ku ini ya, soalnya berat banget” kataku.
Iya sini aku bantu bawa belanjaannya, takut kamu keberatan” katanya.
Haha iyalah sesama sahabat memang seharusnya saling membantu” jawabnya sambil
tersenyum. Sembari berpelukan.
Makan yuk! sekarang aku yang traktir, aku juga lapar” sambil menatapku dengan lemas.
Beberapa menit kemudian kami selesai makan dan mulai berkendara untuk pulang.
“Eh.. kayaknya ada yang ketinggalan deh, tapi apa ya?” tanyanya dengan muka yang heran.
Beberapa menit kemudian kami selesai makan dan mulai berkendara untuk pulang
Eh.. kayaknya ada yang ketinggalan deh, tapi apa ya?” tanyanya dengan muka yang heran.
“Ya ampun.. oh iya aku lupa, ketinggalan di warung tempat kita makan tadi” jawabnya
dengan rasa bersalah
Apa? minta maaf? kamu pikir dengan minta maaf bisa membuat barangku kembali dan
masalah selesai? Enggak kan? Seenaknya aja kamu minta maaf” jawabku dengan kesal, lalu
tanpa basa basi aku pergi meninggalkannya
Keesokan hari, dia datang membawa belanjaanku dan meminta maaf karena kejadian
kemarin, tetapi aku tetap menghiraukan nya. Maka setelah beberapa lama lama, aku sadar
bahwa hal yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan, dan aku tersadar betapa egoisnya
diriku. Aku pun meminta maaf.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN
Kelas : 9E
No. Absen : 32
Anak Bermalasan
Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas beraktivitas. Ada yang hanya
ingin rebahan di rumah menghilangkan penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula
yang berencana akan berlibur. Banu memilih opsi pertama, Banu memilih bersantai rebahan
di rumah, dan parahnya Banu aka selalu merasa kurang dengan liburnya.
“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari ya.” Banu memelas pada ibunya.
“ Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan menuntut ilmu” Jawab
ibunya menyanggah.
Melihat kelakuan Banu Ibunya geram, hingga ibunya mengajak Banu melihat anak
keterbelakangan di suatu panti asuhan.
“Nah sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah sepertimu, namun tidak
ada orang tua yang akan membiayai mereka bersekolah” Jelas ibunya, mereka masih di
dalam mobil.
Dengan kejadian itu Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau terlambat. Di
perjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak yang pincang berseragam sekolah
sama dengannya, dalam hati Banu berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna
untuk bisa menuntut ilmu.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN
Kelas : 9E
No. Absen : 24
Setelah semuanya telah siap untuk pulang, keadaan kelas begitu senyap dan diam, karena tau guru
kewarganegaraan ini sangat tidak suka sekali kelas yang gaduh. Bahkan saking heningnya, suara
motor dan kendaraan lain dijalan yang berjarak lebih dari 100 meter dari sekolahku terdengar. Tiba-
tiba pak guru memecah keheningan dengan mengajukan pertanyaan kepada kami.
“Anak-anak sebelum pulang bapak ingin bertanya kepada kalian semua, menurut kalian, apakah
sesuatu yang penting dalam sebuah negara?” kata Pak Guru dengan tangannya memangku dagunya.
Kemudian Yopi, kawan yang duduk sebelahku menjawab sambil mengangkat tangannya.
“Jawaban kalian itu semua tidak salah, semuanya benar. Tapi, di balik itu semua ada sesuatu yang
harus dimiliki sebuah negara” pungkas Pak Guru.
“Sesuatu itu adalah budi pekerti dan kepribadian yang baik setiap warga negara di dalamnya” jawab
Pak Guru.
Dia menjelaskan bahwa negara yang maju adalah negara yang memiliki budi pekerti yang baik yang
ada pada setiap insan warga negaranya. Warga yang bisa menghargai satu sama lain dan
menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN
Kelas : 9e
No. Absen :8
“Hmm, kisah apa ya? Aku bacakan sepenggal kisah tentang analogi Bunga dan Lebah, mau?”
jawabku yang berbalas anggukan penuh semangat dari Risa.
Ya, aku lebah dan ia bunganya. Atau mungkin sebaliknya. Aku tak peduli.
Simbiosis mutualisme, pikirku. Karena kami saling memberi, dan tanpa sadar saling menerima.
Lalu aku mulai meminta lebih banyak. Dan otomatis ia memberi lebih banyak.
Objek yang tidak akan pernah bisa berpindah tempat, hanya menunggu untuk disinggahi sesaat.
Ia lebahnya.
Hadir kala memang saatnya hadir. Pergi kala memang saatnya pergi.
Kala sang bunga menutup diri, berhenti untuk meminta, maka sunyi akan segera tercipta. Sang lebah
boleh pergi, mencari keindahan bunga yang lain.
Lalu sepi.
Risa menatapku dengan nanar, seraya berkata “Tuan Rifazi, sejak kapan kamu pandai bercerita
seperti ini?”.
“Sejak aku sadar, bahwa aku dan kamu hanya bisa sekedar menjadi teman, Nyonya Risa. Aku-lah
bunganya, dan tentu, kau lebahnya” ujarku, tentu saja hanya berani kusampaikan dalam hati.