Anda di halaman 1dari 9

TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN

Nama : Hanifah Jauharotul Kamal

Kelas : 9e

No. Absen : 13

BELAJAR DARI YANG TAK PERNAH DIAJAR


Pagi itu aku yang sedang sarapan dengan tenang tiba-tiba tersendak karena melihat jam
sudah pukul 7. Aku menggoes sepeda. Sialnya gerbang sekolah sudah ditutup dan pak
satpam dengan wajah kesal berkata padaku di balik gerbang.

Lalu dibukakannya pintu gerbang itu, namun aku dan beberapa murid lain dihukum dengan
berdiri di lapangan basket sampai jam pertama selesai. Aku melirik pos satpam, sebuah
tempat dimana laki-laki itu setiap pagi datang dan bekerja sampai sore hari tiba.

Namanya adalah Pak Asep, tapi anak-anak sering memanggilnya “Mang Oray”, entah aku
tak tau siapa pencetus panggilan tersebut pada Pak Asep. Dia sangat popular di SMA Negeri
1 karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya murid laki-laki.

Lama setelah itu aku juga semakin akrab dengan satpam tersebut, yang kawan-kawanku
selalu memanggilnya Mang Oray. Pernah suatu ketika dia menceritakan kepadaku dan
kawan-kawanku tentang dia sewaktu seusia kami.

“ Dulu, Mamang pernah sekolah seperti kalian. Tapi mamang tidak bisa melanjutkannya
hingga selesai, karena orang tua mamang tidak bisa membiayainya” imbuh dia dengan
senyum menutupi.

“Kalian, harus memanfaatkan kesempatan kalian untuk mengais ilmu disini, makanya
mamang suka marah pada kalian yang suka terlambat masuk” sambungnya.

Dia kemudian melanjutkan ceritanya. Ternyata di rumahnya dia menyediakan perpustakaan


mini untuk para tetangganya yang ingin sekolah namun terkendala ekonomi keluarga. Aku
pun sangat kagum dengan perjuangan Pak Asep. Ditengah biaya hidup yang semakin susah,
kulit kian keriput serta rambut kian memutih, dia masih bisa membantu orang-orang di
sekitarnya. Terimakasih, Pak.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN

Nama : Silvia Firda Safitri

Kelas : 9E

No. Absen ` : 27

LESTARIKAN BUDAYA INDONESIA


“…Indonesia tanah air beta Pusaka abadi nan jaya Indonesia sejak dulukala selaludipuja-
puja bangsa .Di sana tempat lahir beta dibuaidibesarkan bunda tempat berlindung di hari
tua sampai akhirmenutupmata…..”

Itulah sebait lagu yang baru saja dinyanyikan Anita siswasekolah dasar yang mengikuti
lomba kesenian tradisional yang diadakan olehKepala Desa di desanya untuk memperingati
Hari Pahlawan . Ia sangat antusiasmengikutinya,tidak hanya Anita namun juga teman-
temannya yang bermainkarawitan mengiringi Anita bernyanyi.

“Senang sekali aku bisa mengikuti lomba ini. “ ujar Anita.

“Ya akupun demikian ,aku senang bisa kembali mengikuti lomba ini dengan

karawitan,sudah lama ya kita tidak mengikuti lomba-

lomba macam ini .”jawab Adi

senang.

“Andai saja tiap 3 bulan sekali di desa kita diadakan lomba bermain karawitan,aku

yakin karawitan pasti akan lebih berkembang.”ujar Anita.

“Ya ,tidak hanya karawitan,tetapi tarian-tarian adat ,kesenian-kesenian tradisonal lainnya


jugadiselenggarakan,pasti budaya-budaya tersebut akan terus berkembang,apalagi jikadi
setiap sekolah memilliki ekstrakulikuler yang bernuansa budaya ,dan anak-anak seusia kita
sudah bisa memplajarinya.”jelas Andini.

Saat mereka sedang berbincang-bincang tentang budaya,tiba-tiba datang Baduseorang


anak yang kurang mengerti budaya Indonesia,ia termasuk teman sekolahAnita,Adi,dan
Andini.
“Hei temanteman ,sedang apa kalian di sini ?”Tanya Badu .

“Kami sedangmengikuti pagelaran seni yang diadakan oleh Kepala Desa kita.”jawab Andini .

“Loh memangnya ada acara apa,kok aku tidak tahu?” tanya Badu.

"Ke mana sajakamu Du,tidak tahu jika ada acara seperti ini?”ejek Adi .

“Ya aku kan baru saja datang dari luar kota,berlibur bersama pamanku di sana,lagian kalian
menampilkan apa siih ?”Tanya Badu lagi.

“Tadi kami menampilkan seni karawitan,dengan Anitasebagai penyanyinya.”jelas Adi

“Karawitan itu…….. apa ya??”ucap Badu “Haaaaaaaa??

Kamu tidak mengerti karawitan? Ya ampun benar-benar kamu ini.Itu seni bermain musik
dengan alat tradisional seperti gamelan,gong,angklung dan lainnya.”Jelas Anita

“Ohhhhbegitu,tapi zaman sekarang kan zaman modern,di mana-mana boyband,kok


kalianmasih menyukai budaya-budaya seperti itu sih? “tutur Badu.

“Ya jelas kami sangat menyukai budaya seperti itu,secara kan itu budayaIndonesia yang
harus dilestarikan ,daripada harus suka terhadap band-band terbarumasa kini,ya kalau
sekadar suka sih tidak apa-apa tapi jangan tinggalkan budayanegaramu sendiri dong.”terang
Andini

“Benar,kalau bukan kita yang melestarikan,siapa lagi?? Lagipula bermainkarawitan itu asyik
looh,lantunan melodi khasnya membuat kita tertarik.”kata Adi

“Benarkah ?? Tapi buaknnya kalau mendengar lagu-lagu seperti itu malah membuat
ngantuk ya ?”ujar Badu.

“Haa?Ya nggaklah ,kalau kita bermainnya penuh semangat pasti kita juga akan
semangat.”jelas Adi.

“Tapi lebih semangat dengan band-band masa kini.”ucap Badu

Kenapa kita tidak menggabungkan keduanya saja.Saat ini kan jarang ada bandyang
menggunakan unsur tradisional di dalamnya.”usul Anita

“Oh iya ya,tapi apamungkin bisa?”balas Adi.

“Ya pasti bisalah, tidak harus meninggalkan budaya lama negara kita,dengan adanya
budaya-budaya baru kita bisa memvariasikannya dengan seni musiktradisonal ,dengan
begitu musik tradisonal semakin terkenal,dan keseniantradisonal tersebut bisa sekaligus
digunakan untuk memvariasikan dunia musik saat ini.”jelas Andini
“Benar kamu Dina,mudah-mudahan Pak Drajat guru seni kita mau mengajarkan
danmenerima usul kita tersebut,sehingga kita bisa tetap melestrikan budaya bangsa
kita.”ucap Adi semangat.

Disamping itu tiba-tiba Badu mendengar suara musik karawitan daripanggung,dan dengan
penasarannya ia bertanya dengan teman-temannya.

“Hey teman-teman dengar !!! Apa itu yang kalian maksud dengan musikkarawitan??”Tanya
Badu sambil mengarah pada sumber bunyi tersebut.

“Ya iniyang kami maksud dengan karawitan,ayo kita lihat.”ajak Anita

“Waaaahhh ternyata bagus juga ya musik ini,aku belum pernah mendengarnya sebagus
ini,aku jadi ingin ikut main. Kalian bisa mengajarkanku alat itu tidak?”Tanya Badu dengan
muka malu-malu.

“Alat itu? Alat yang mana ?Alatnyabanyak.”ujar Andini.

“Yang itu yang dipukul itu.”jawab Badu sambil menunjuk ke

arah gamelan .

“Hahaha….Tertarik juga kan??Boleh boleh boleh,besok datanglahpukul 4 sore di aula


sekolah,kamu akan kuajarkan caranyamemainkan gamelan.”jelas Adi.

“Nah begitu dong,sebagai generasi penerus bangsa harus berani mempelajarikesenian asli
negara kita,jangan menilai budaya asing terus.”ucap Anita

“Hehehe….iya iya.”kata Badu sambil menggaruk-garuk kepalanya

Mulai saat itu Badu menyukai seni musik karawitan,dan ia tertarik untuk menjadipemain
karawitan.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN

Nama : Tiara Cahaya Putri

Kelas : 9E

No. Absen : 31

PERSAHABATAN
Aku Virda, aku beruntung mempunyai sahabat yang selalu ada untukku, kami melewati suka
duka bersama. Suatu ketika aku dan sahabatku bertengkar karena masalah yang kuanggap
sepele, semua itu baru kusadari bahwa sahabatku sangat penting bagiku.

Suatu hari aku pergi ke mal bersama

Suatu hari aku pergi ke mal bersama sahabatku, aku menyuruhnya membawa belanjaanku,
dan ternyata belanjaanku yang dibawanya tertinggal. Saat itu juga aku marahi dia dengan
perkataan yang kasar karena keegoisanku.

“Vir, tolong pegang belajaan ku ini ya, soalnya berat banget” kataku.

Iya sini aku bantu bawa belanjaannya, takut kamu keberatan” katanya.

“Siap, kamu memang sahabatku yang paling pengertian” jawabku.

Haha iyalah sesama sahabat memang seharusnya saling membantu” jawabnya sambil
tersenyum. Sembari berpelukan.

“Kamu lapar enggak?” tanyanya

“Lapar si, mulai keruyukan nih perut” jawabku.

Makan yuk! sekarang aku yang traktir, aku juga lapar” sambil menatapku dengan lemas.

Hmm, ya sudah ayoo” jawabku.

Lalu sampailah kami di warung seberang mal.

Beberapa menit kemudian kami selesai makan dan mulai berkendara untuk pulang.

“Eh.. kayaknya ada yang ketinggalan deh, tapi apa ya?” tanyanya dengan muka yang heran.

“Hmm, apa ya?” aku membantu berpikir.

Beberapa menit kemudian kami selesai makan dan mulai berkendara untuk pulang
Eh.. kayaknya ada yang ketinggalan deh, tapi apa ya?” tanyanya dengan muka yang heran.

“Hmm, apa ya?” aku membantu berpikir.

Oh iya belanjaanku mana?” celetukku.

“Ya ampun.. oh iya aku lupa, ketinggalan di warung tempat kita makan tadi” jawabnya
dengan rasa bersalah

Apa? minta maaf? kamu pikir dengan minta maaf bisa membuat barangku kembali dan
masalah selesai? Enggak kan? Seenaknya aja kamu minta maaf” jawabku dengan kesal, lalu
tanpa basa basi aku pergi meninggalkannya

Keesokan hari, dia datang membawa belanjaanku dan meminta maaf karena kejadian
kemarin, tetapi aku tetap menghiraukan nya. Maka setelah beberapa lama lama, aku sadar
bahwa hal yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan, dan aku tersadar betapa egoisnya
diriku. Aku pun meminta maaf.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN

Nama : Umiatin Khasanah

Kelas : 9E

No. Absen : 32

Anak Bermalasan
Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas beraktivitas. Ada yang hanya
ingin rebahan di rumah menghilangkan penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula
yang berencana akan berlibur. Banu memilih opsi pertama, Banu memilih bersantai rebahan
di rumah, dan parahnya Banu aka selalu merasa kurang dengan liburnya.

“Banu bangun sudah siang, nanti kamu terlambat.” Tanya ibunya.

“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari ya.” Banu memelas pada ibunya.

“ Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan menuntut ilmu” Jawab
ibunya menyanggah.

“Sehari saja bu, Banu tidur lagi.”

Melihat kelakuan Banu Ibunya geram, hingga ibunya mengajak Banu melihat anak
keterbelakangan di suatu panti asuhan.

“Nah sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah sepertimu, namun tidak
ada orang tua yang akan membiayai mereka bersekolah” Jelas ibunya, mereka masih di
dalam mobil.

Dengan kejadian itu Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau terlambat. Di
perjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak yang pincang berseragam sekolah
sama dengannya, dalam hati Banu berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna
untuk bisa menuntut ilmu.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN

Nama : Qolby Salsabilla

Kelas : 9E

No. Absen : 24

Pentingnya Budi Pekerti


Siang itu, jam dinding menunjukkan pukul 14.00, artinya tidak lama lagi pelajaran akan selesai dan
kelas akan pulang. Akupun melihat pak guru mata pelajaran Kewarganegaraan telah mengemaskan
peralatan belajarnya dari atas meja ke dalam tas.

Setelah semuanya telah siap untuk pulang, keadaan kelas begitu senyap dan diam, karena tau guru
kewarganegaraan ini sangat tidak suka sekali kelas yang gaduh. Bahkan saking heningnya, suara
motor dan kendaraan lain dijalan yang berjarak lebih dari 100 meter dari sekolahku terdengar. Tiba-
tiba pak guru memecah keheningan dengan mengajukan pertanyaan kepada kami.

“Anak-anak sebelum pulang bapak ingin bertanya kepada kalian semua, menurut kalian, apakah
sesuatu yang penting dalam sebuah negara?” kata Pak Guru dengan tangannya memangku dagunya.

Kemudian Yopi, kawan yang duduk sebelahku menjawab sambil mengangkat tangannya.

“Pemerintah, pak..” jawabnya.

“Adalagi yang lain?” sambung pak guru.

Akupun memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan tersebut.

“Pengakuan dari negara lain, pak..” jawabku.

“Jawaban kalian itu semua tidak salah, semuanya benar. Tapi, di balik itu semua ada sesuatu yang
harus dimiliki sebuah negara” pungkas Pak Guru.

Kami serentak kebingungan lalu bertanya kepadanya.

“Lalu jawabannya apa, Pak?” tanya kami dengan penuh penasaran.

“Sesuatu itu adalah budi pekerti dan kepribadian yang baik setiap warga negara di dalamnya” jawab
Pak Guru.

Dia menjelaskan bahwa negara yang maju adalah negara yang memiliki budi pekerti yang baik yang
ada pada setiap insan warga negaranya. Warga yang bisa menghargai satu sama lain dan
menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika.
TUGAS BAHASA INDONESIA : CERPEN

Nama : Bunga Aida Rachma

Kelas : 9e

No. Absen :8

Seperti Bunga Dan Lebah


“Rif, berikan aku sebuah kisah untuk kujadikan pelajaran” ujar Risa tiba-tiba di sore hari yang sejuk
itu.

“Hmm, kisah apa ya? Aku bacakan sepenggal kisah tentang analogi Bunga dan Lebah, mau?”
jawabku yang berbalas anggukan penuh semangat dari Risa.

Seperti bunga dan lebah.

Ya, aku lebah dan ia bunganya. Atau mungkin sebaliknya. Aku tak peduli.

Simbiosis mutualisme, pikirku. Karena kami saling memberi, dan tanpa sadar saling menerima.

Lalu aku mulai meminta lebih banyak. Dan otomatis ia memberi lebih banyak.

Begitu yang kami lakukan sebagai bunga dan lebah.

Tapi aku sadar.

Mungkin aku bunganya.

Objek yang tidak akan pernah bisa berpindah tempat, hanya menunggu untuk disinggahi sesaat.

Ia lebahnya.

Hadir kala memang saatnya hadir. Pergi kala memang saatnya pergi.

Kala sang bunga menutup diri, berhenti untuk meminta, maka sunyi akan segera tercipta. Sang lebah
boleh pergi, mencari keindahan bunga yang lain.

Lalu sepi.

Risa menatapku dengan nanar, seraya berkata “Tuan Rifazi, sejak kapan kamu pandai bercerita
seperti ini?”.

“Sejak aku sadar, bahwa aku dan kamu hanya bisa sekedar menjadi teman, Nyonya Risa. Aku-lah
bunganya, dan tentu, kau lebahnya” ujarku, tentu saja hanya berani kusampaikan dalam hati.

Anda mungkin juga menyukai