Anda di halaman 1dari 13

MENCARI TEMAN LAMA

Pada sabtu sore, Wilda dan Dinda pergi ke Surabaya untuk mencari teman lama mereka yaitu Rinda.
Mereka berangkat dari Semarang ke Surabaya. Mereka pun pergi dengan berbekal alamat yang kurang
jelas. Yaitu hanya berbekalkan selembar foto yang sudah kusam. Mereka berangkat dengan
mengendarai bis. Bis berangkat dari Semarang pada sore hari dan sampai di Surabaya pada pagi hari.
Setelah sampai di terminal Surabaya, Wilda dan Dinda memutuskan untuk mencari tempat penginapan
terlebih dahulu.

Setelah beberapa saat mencari, akhirnya mereka pun menemukan tempat penginapan. Mereka pun
beristirahat di tempat penginapan itu untuk menghilangkan penat. Setelah berisitirahat, mereka pun
kembali pada tujuan sebelumnya yaitu mencari teman lama mereka. Dengan bekal yang kurang jelaas
tadi, Wilda dan Dinda menelusuri kampung demi kampung yang ada di daerah itu.

Tak terasa hari mulai sore, dan mereka harus kembali ke penginapan.

Keesokan harinya, mereka kembali mencari Rinda. Mereka memasuki sebuah kampung, dimana
kampung tersebut pemandangannya sangat indah sekali. Mereka sangat menikmati pemandangan yang
indah ini. Di perjalanan, Wilda dan Dinda bersenda gurau. Karena terlalu asik bergurau, akhirnya Wilda
dan Dinda bertabrakan dengan seorang gadis yang sebaya dengan mereka. Setelah saling bermaafan,
mereka bertiga saling berpandangan dan berusaha mengingat satu sama lain. Dan rupanya itulah Rinda,
orang yang mereka cari selama ini.

Akhirnya mereka pergi ke rumah Rinda yang jelas dengan hati yang sangat senang. Di rumah Rinda,
Wilda dan Dinda menceritakan semua yang dialaminya selama mereka mencari Rinda. Mereka bertiga
pun berbicara mengingat kenangan masa lalu mereka.

Rinda adalah teman Wilda dan Dinda saat mereka masih satu kampung, dan sekarang Rinda pindah
karena ikut orangtuanya

~ TAMAT ~
PAHSA

Aku punya teman, namanya Pasha. Dia tinggi, baik, kadang-kadang lucu… Hampir setiap hari aku
bertemu dengannya. Tetapi jarang mengobrol bersama… Oh, iya. Perkenalkan namaku Sakura Salsabila.
Biasa dipanggil Sakura. Sekarang aku kelas 5. Tepatnya di kelas 5 A. Aku anak ke 1 dari 2 bersaudara.
Nama adikku Sekar Awalia.

Aku ingin berangkat sekolah bersama adikku pada jam 11 tepat. Padahal sekolahku bel jam 11 tepat.
Karena aku belajar kelompok dengan sahabatku, namanya Balqis. Saat aku di rumah Balqis, aku
mencatat hasil pepohonan yang ada di rumah Balqis. Sedangkan adikku main dengan adiknya Balqis. Aku
melihat jam tanganku. Jarum pendek sudah menunjukan pada jam 11.30. Itu waktunya aku ke sekolah.

Saat di sekolah…

“Akhirnya sampai juga,” kata Balqis. “Lebay deh. Padahal cuman berjarak 20 meter dari rumah kamu…”
Kataku.

Saat sudah bel masuk aku pun belajar dengan tenang. Sesekali bercanda dengan Septi, Teman
sebangkuku.

Bel Pulang berbunyi…

“Hore… Pulang!!!” Kata Septi.

“Ya iya lah pulang. Emang mau ngapain lagi? Kamu mau nginap disini? Silahkan…” Sahutku.

Aku pulang bareng sama Sekar dan adik sepupuku, Indana. Aku pun bercanda tawa dengan dida saat di
jalan pulang. “Dida, besok berangkat jam 10 ke rumah Balqis” Kataku.

“Sip kak,” katanya.

“Kak, jalannya cepet yuk… Udah mau ujan nih…” kata Sekar.

“Masa?” Jawabku dan Dida berbarengan.

Saat di tengah jalan, aku melihat temanku Pasha. Aku memanggilnya Aka. Tiba-tiba, Aka terjatuh dari
sepedanya… “Aka!!!” kataku.
“Apa? Tolongin dong nih…” Katanya.

Ternyata, Rantai sepeda Aka putus. Bukan Buang rantai, tapi PUTUS!!! Ya Allah kenapa rantainya bisa
putus sih? Pikirku. “Ya udah deh,” Aku, Dida dan Sekar pun menolong Aka.

“Dida, Sekar, kamu duluan pulang aja ya… Bilangin, kakak bantuin temen kakak dulu,” kataku.

“Ya deh kak…”

“Aka, kamu gak apa-apa kan pulang sendiri? Soalnya rumah kita kan berjauhan…” Kataku.

“Iya gak apa-apa Sakura. Makasih ya udah bantuin dan nolongin aku…” katanya.

“Iya sama-sama,” kataku.

Saat aku berjalan pulang, aku masih memikirkan Aka. Aku takut Aka diarahi mamanya… Pikirku. Aduh,
aku jadi kasihan padanya… Kenapa gak aku aja yang merasakan kejadian itu… Pikirku lagi. “Semoga ada
maknanya dibalik kejadian itu. Amin…” kataku

KENAPA TUHAN MENCIPTAKAN SEMUT?

Anisa menatap kesal pada sekelompok semut di taman depan kelas. Sekelompok semut itu membuat
Anisa tidak bisa memakan bekal nya di taman. Anisa adalah anak yang sangat tidak suka terhadap
semut. Setiap melihat semut, Anisa selalu kesal dan menginjak semua semut yang ada di hadapannya.
“Mengapa Tuhan harus menciptakan semut? Apalah arti semut” Ucap Anisa dengan kesal. Anisa pun
menghampiri sekelompok semut di taman, Anisa inggin menginjak semua semut yang ada di taman
supaya ia tidak merasa terganggu. “Tunggu An, jangan diinjak” Teriak Kezia kepada Anisa. “Kenapa?”
tanya Anisa. “Mereka juga mahluk ciptaan Tuhan, kasihan” Jawab Kezia. Kezia memberi potongan roti
bekal miliknya kepada sekelompok semut tersebut, kemudian semut itu pergi membawa potongan roti
Kezia. Anisa heran kepada Kezia, mengapa Kezia mau berbagi dengan semut yang tidak pernah memberi
Kezia apapun.

Bel pulang sekolah berbunyi, Anisa berjalan pulang menuju rumahnya. Seperti biasa, sebelum pulang
Anisa selalu membeli jajanan untuk cemilan sembari berjalan pulang. Di tengah jalan, tiba-tiba kaki
Anisa tersandung batu, Anisa pun jatuh. Brrukk Anisa jatuh dan cemilan yang ia bawa pun ikut terjatuh.
Anisa segera berdiri, ketika ingin mengambil cemilannya yang jatuh, Anisa melihat sekelompok semut
telah mengerumuni cemilan Anisa. “Huhhh… Semut lagi” Keluh Anisa dengan kesal. Anisa pun
melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah dengan rasa kesal.
Sesampainya di rumah Anisa langsung menghampiri Ibunya yang sedang memasak di dapur. Anisa
membantu pekerjaan memasak. Tanpa sengaja Anisa menjatuhkan setoples gula. Gula itu tumpah
berserakan di lantai. Anisa melihat dengan begitu cepat, sekelompok semut datang mengerumuni gula
tersebut. “Bu… lihat gula yang tumpah langsung dimakan semut” Ucap Anisa kepada Ibunya. “Biarkan
saja, semut juga perlu makan” Jawab Ibu Anisa. “Bu… kenapa Tuhan menciptakan semut?” Tanya Anisa
kepada Ibunya. “Semua ciptaan Tuhan itu baik” Jawab Ibu Anisa dengan senyuman. “Bu… bukankah
semut tidak membantu pekerjaan kita, tapi mengapa di segala tempat ada semut?” tanya Anisa dengan
penasaran. Mendengar pertanyaan Anisa, ibu mengajak Anisa duduk. “An, ayo duduk dulu, Ibu akan
jelaskan” Ucap Anisa. Anisa pun segera duduk di samping Ibunya. “Kamu lihat sekelompok semut itu,
semut memang tidak berarti bagi kehidupan kita. Tapi, Tuhan selalu menciptakan segalanya dengan
baik, Tuhan menciptakan semut karena Tuhan ingin kita belajar bekerja sama seperti semut” Jelas Ibu
Anisa dengan lembut. “Iya Bu, sekarang Anisa mengerti bahwa Tuhan ingin kita mencontoh semut yang
selalu bekerjasama” Ucap Anisa dengan senyuman.

Anisa pun paham apa yang dikatakan oleh ibunya, karena semut juga mahluk ciptaan Tuhan dan punya
hak untuk hidup. Anisa sadar bahwa apa yang ia lakukan telah salah, kini Anisa tidak pernah menginjak
semut lagi, dan Anisa tidak kesal jika melihat semut. Di taman sekolah, Anisa memberi sepotong kecil
roti milik nya untuk sekelompok semut yang ada disana. “An.. Kamu baik sekali” Tegur Kezia. “Iya…
sekarang aku tahu bahwa apa yang aku lakukan salah” Ucap Anisa. Kezia pun bahagia melihat
sahabatnya yang kini telah berubah menjadi lebih baik.

SAWAH SAHABAT

Nino adalah anak dari seorang petani, walaupun kehidupannya jauh dari harta yang melimpah, Nino
tetap bahagia. Setiap sore hari, Nino selalu membantu ayahnya di sawah, Nino membantu segala
pekerjaan yang dilakukan oleh ayahnya.

Sore itu ketika Nino tengah asyik memanen padi, Nino melihat teman sekelasnya Rendi. Nino pun
menyapa Rendi “Hai ren, yuk kita main di sawah” sapa Nino dengan senyum manis.

“Tidak, nanti aku kotor” jawab Rendi dengan ketus. Rendi pun segera berlalu dari hadapan Nino.

Melihat hal itu, Nino sudah tidak kaget lagi, karena di kelas Rendi dikenal sebagai anak orang kaya dan
sangat sombong. Rendi membenci Nino, karena Rendi hanya mau berteman dengan anak orang kaya
saja. Nino ingin sekali berteman dengan Rendi, walaupun Rendi sering mengolok-olok Nino di sekolah.
Keesokan harinya, Rendi datang lebih awal dari Nino. Rendi pun berpikir untuk berbuat jahil kepada
Nino. Rendi menaruh lem di bangku Nino dengan sengaja. Pagi itu adalah hari Senin, waktunya untuk
bergeser tempat duduk. Rendi tidak ingat kalau hari ini ada pergeseran tempat duduk, dan ia harus
duduk di bangku Nino. Ketika Rendi duduk, lem yang ia taruh melekat di tasnya, sehingga tas Rendi
melekat dengan bangku. Rendi langsung menyalahkan Nino. “Nino sebelumnya kamu yang duduk disini
kan? Kenapa kamu taruh lem di bangku ini” tuduh Rendi kepada Nino. “Bukan aku yang melakukannya”
Jawab Nino dengan lirih. Bu Vita wali kelas Nino sangat marah, ia menyuruh Nino untuk berdiri di depan
kelas sampai bel pulang sekolah berbunyi. Dalam hati, Nino sangat kesal karena bukan ia yang
melakukannya. Dengan terpaksa Nino berdiri di depan kelas.

Sepulang sekolah kaki Rendi tersandung batu, dan ia jatuh merintih kesakitan. Melihat kejadian itu Nino
langsung berlari menghampiri Rendi. “Ren aku antar pulang saja” Tanya Nino seraya membantu Rendi
berdiri. Nino pun mengantarkan Rendi pulang ke rumahnya.

Sore harinya, Rendi berjalan menuju ke sawah tempat Nino membantu ayahnya. “Nino terimakasih ya
kamu sudah menolongku” ucap Rendi dengan lembut.

“Iya, sama-sama” balas Nino dengan senyum.

“Nino sebenarnya yang menaruh lem diatas bangku tadi pagi adalah aku, maafkan aku ya” ucap Rendi
dengan lirih.

“Iya, tidak apa-apa kok” Jawab Nino.

Rendi pun langsung turun ke sawah dan bersedia bermain dengan Nino, Rendi sudah tidak
memperdulikan kekayaan dan harta, sekarang Rendi mau berteman dengan siapa saja. Rendi dan Nino
akhirnya menjadi sahabat akrab. Dan setiap sore mereka bermain bersama di sawah.

BONEKA KELINCI YANG SERAM

Sebelum saya menceritakannya saya akan mengenalkan diriku terlebih dahulu. Nama saya Josh umur 13
tahun. Nama adik saya Jessica 4 tahun.

Suatu ketika, saat Jessica berulang tahun, temannya memberikan boneka kelinci kepada Jessica. Saat
Jessica tidur, saya memperhatikan Boneka Kelinci Jessica. Saya perhatikan, makin lama makin seram,
matanya seperti melotot kepadaku, dan wajahnya berubah menjadi menyeramkan.
2 tahun kemudian, Jessica mulai bosan dengan boneka tersebut. Ia memutuskan untuk menyimpannya
di lemari Josh, kakaknya.

Malam tiba, saya tidur paling cepat dari yang lain karena saya terlalu kecapekan. Pagi dini hari, pukul
01.35 saya terbangun karena saya ingin buang air kecil. Waktu pergi ke kamar mandi, tiba-tiba boneka
kelinci milik adikku ada di kamar mandi. Saya kaget dan selesai buat air kecil, saya membawa boneka
kelincinya ke kamar saya lagi untuk disimpan.

Pukul 02.15 saya terbangun karena ada yang menyentuh badan saya. Saya terbangun dan melihat
boneka kelinci tersebut ada di sebelah saya! Dan saya terkejut lalu saya buang ke lemari yang dibuat
menyimpan bonekanya.

Beberapa bulan kejadian seperti itu, dan akhirnya kami 1 keluarga memutuskan untuk membakarnya
dan pada sore harinya kami membakarnya dan malam harinya, saya melihat boneka tersebut utuh
kembali. Lalu kami mengajak beberapa pendeta untuk mendoakan rumah saya. Setelah beberapa hari,
saya tidak lagi diganggu oleh boneka kelinci tersebut.

SAHABAT YANG BERTENGKAR

Namaku Sylla. Aku punya sahabat namanya cinty. Aku dan cinty bersahabat baik sejak dulu. Aku suka
sifat cinty yang baik.

Beberapa hari kemudian… Cinty menjauh dariku. Entah kenapa. Dia merasa benci banget kepadaku.

“Kamu marah sama aku Cin?” Aku bertanya kepada cinty.

“Iya! Apa maksudnya kamu kasih aku surat yang isinya buat aku sakit hati?!” Cinty membentakku.

“Hah?! Mana suratnya?!” Tanyaku kaget.

“Ini!” Cinty memberiku selembar kertas.

Dear cinty,
Cin aku benci kamu. Kamu jahat…!!!

From Sylla

“Sumpah cin aku gak pernah tulis surat kayak gitu sama kamu …!” Aku meyakinkan cinty.

“Aku nggak percaya! Kenapa itu bisa ada di tasku?!” Bentak cinty.

“Entah” aku mengangkat bahu dengan kesal.

“Pokoknya sekarang persahabatan kita putus…!” Jerit cinty.

Aku dan cinty saling balik arah.

Aku yakin pasti ada orang yamg ingin menghancurkan persahabatan kami.

Beberapa bulan kemudian…

“Syll!” Cinty memelukku. Saat itu kami masih bertengkar.

“Ngapa?” tanyaku malas.

“Maafin aku Syl ternyata yang ngasih kertas itu abangku, dia hanya ingin mengerjaiku.” Seru cinty.

“Iya aku maafin..” jawabku pelan. Kami pun sahabatan lagi.

BABA DAN LALA

Di suatu taman bunga, hiduplah seekor laba-laba bernama Baba yang memiliki kemampuan merajut
jaringnya dengan indah. Tidak hanya itu, Baba juga mampu membuat sarangnya menjadi berlapis-lapis.
Tidak seperti laba-laba lainnya yang hanya membuat satu lapis sarang saja untuk rumahnya.

Karena kemampuannya tersebut, banyak laba-laba lain yang berdecak kagum dengan hasil karyanya. Hal
tersebut membuat Baba semakin bangga. Ia merasa tidak ada laba-laba lain yang mampu membuat
sarang seindah yang ia buat.

“Hm… sarangku begitu bagus,” puji Baba pada dirinya sendiri ketika ia telah selesai merajut sarangnya
satu tingkat lagi. “Dengan begini, aku bisa dapat banyak serangga dan akan banyak laba-laba lain yang
akan memujiku,” tambahnya semakin bangga.
“Baba!” tiba-tiba seseorang mengejutkannya. Itu Lala, sahabat Baba.

“Eh, kamu Lala? Aku sampai kaget.” Ujar Baba.

Lala terkekeh.

“Hehe… iya, deh. Maaf. Kamu baru membuat sarang lagi, ya?” tanya Lala.

“Iya. Tambah keren, kan sarangku?” Baba menepuk-nepuk dadanya. “Nanti, pasti akan banyak serangga
yang kudapat, dan juga akan banyak laba-laba yang akan memujiku karena kemampuanku ini. Haha…”

“Eh, Baba! Gak boleh sombong,” nasihat Lala. “Seharusnya, Baba menggunakan kemampuannya untuk
membantu sesama. Misalnya, membagi serangga yang telah didapat dengan teman-teman lain yang
tidak mendapatkan makanan.”

“Ih! Apaan sih, La? Kan serangga-serangga itu tersangkutnya di sarangku. Untuk apa aku bagi ke laba-
laba lain,” bantah Baba tidak mendengarkan nasihat Lala.

“Ya udah, deh. Terserah kamu aja. Aku cuma mau mengingatkanmu…” ucap Lala.

“Udah, deh! Gak usah sok bijak! Lebih baik, kamu urusi saja sarangmu itu!” bentak Baba.

Lala kemudian meninggalkan Baba sendirian. Baba sama sekali tak peduli dengan Lala yang sakit hati
karena kata-katanya. Ia mulai merajut kembali jaring-jaringnya.

Keesokan harinya, terjadi peristiwa yang menyedihkan. Lala menangis sejadi-jadinya karena sarang yang
telah ia buat semalaman tiba-tiba saja hancur dalam sekejap. Banyak laba-laba mengerumuni Lala dan
merasa kasihan terhadapnya.

Baba yang melihat kerumunan laba-laba dari sarangnya merasa penasaran dan turun untuk melihat apa
yang terjadi. Ketika Baba sampai dalam kerumunan, Lala melihat sahabatnya itu.

“Baba…, sarangku rusak, Baba…,” isak Lala.

“Iya. Aku tahu,” balas Baba dengan nada mengejek. “Itu semua, kan salahmu. Siapa yang suruh
membuat sarang jelek dan tidak kokoh?”

Lala terkejut mendengar jawaban Baba tersebut. Padahal, selama ini Baba adalah sahabat baiknya. Tapi
sikapnya berubah setelah banyak laba-laba yang memuji dan mengagumi kemampuan merajutnya.
“Aku gak mau tolong kamu untuk membuat sarang baru. Karena kemarin kamu udah mengatakan aku
pelit,” ujar Baba setengah berteriak. Kemudian ia berbalik dan berjalan dengan angkuhnya menuju
sarang yang ia banggakan itu.

“Terserah kamu saja, Baba! Kamu pasti akan terima akibatnya,” balas Lala kesal. Tangisnya semakin
keras. Beberapa laba-laba datang mendekatinya dan berusaha menenangkan. Ada pula yang
menawarkan bantuan kepada Lala.

Malamnya, angin sepoi mengoyang-goyangkan tangkai bunga penyangga sarang Baba. Ia sedang
berbaring santai setelah makan malam. Wajahnya mengkerut memikirkan sesuatu. Ia menolehkan
kepalanya ke arah sarang Lala yang telah koyak. Terbesit rasa bersalah pada dirinya saat mengingat
kata-katanya siang tadi.

“Lala pasti sakit hati…,” pikirnya. Tapi ia geleng-gelengkan kepala berusaha melupakan semua itu. “Salah
Lala sendiri mengatakan aku pelit. Ia pantas mendapatkannya.” Karena lelah, Baba akhirnya tertidur.

ZRUGG!

Terdengar suara aneh di sekitar sarang Baba. Baba terbangun. Ia meningkatkan kewaspadaannya dan
mencari darimana sumber suara tersebut. Tapi, taman bunga itu begitu gelap. Sehingga Baba kesulitan
untuk melihat.

ZRUGG!

Suara terdengar lagi. Tubuh Baba penuh dengan keringat karena ketakutan. Matanya awas
memperhatikan sekelilingnya. Hingga tak disadari, sebuah kaki raksasa menginjak salah satu tangkai
bunga yang ia gunakan sebagai tiang penyangga sarangnya.

TUSS!

Setengah sarang Baba hancur. Ia menyerang kaki raksasa itu dengan jaringnya namun sama sekali tidak
berpengaruh. Justru kaki tersebut mengangkatnya tinggi-tinggi.

“TOLOOONG!” teriak Baba yang berayun-ayun pada jaringnya. Seketika jaring tersebut putus. Ia jatuh ke
arah sarangnya, membuat sarang tersebut hancur dan tubuhnya jatuh ke tanah. Tiba-tiba, sebuah
tangkai bunga menimpa tubuhnya.

“TOLONG! TOLOOONG!” Baba berteriak minta tolong berkali-kali, namun tak ada satu tetangga pun
yang berani mendekati karena ketakutan.

“Baba! Baba!” Lala berlari mendekati Baba dan mengangkat tangkai bunga yang menimpa tubuh
kawannya itu. Ia pun membalut luka Baba dengan jaringnya.
“Lala, aku minta maaf karena tidak menolongmu kemarin hanya karena keegoisanku. Padahal, Lala
mengajariku hal baik.” Baba menangis dan meminta maaf pada Lala.

“Nggak apa-apa kok…, yang penting Baba udah mengerti sekarang.” Jawab Lala dengan lapang dada.
Kemudian sepasang sahabat tersebut saling berpelukan.

GARA-GARA TELAT

Pada saat liburan kenaikan kelas, keluarga Ratna, anak perempuan yang duduk di bangku kelas 5 SD,
merencanakan sebuah liburan keluarga sekaligus merayakan ulang tahun Ratna.

“Bagaimana kalau kita pergi ke pantai?” usul kak Putri, kakak Ratna.

“Ah… aku tidak mau! Aku maunya ke kebun binatang!” kata Ratna.

“Ya sudah, kita ke kebun binatang. Tapi, besok kita harus berangkat pagi. Kebun binatang ‘kan jauh.”
Jelas mama. Semuanya mengangguk setuju.

Keesokan harinya, seusai sarapan, Ratna minta izin ke rumah Salsa.

“Ma, aku mau ke rumah Salsa dulu ya. Buku catatanku ketinggalan disana.” Ujar Ratna.

“Ya sudah. Tapi, jangan lama-lama ya. Karena kita akan berangkat jam 9.”

Ratna mengangguk lalu pergi ke rumah Salsa.

Sesampainya di rumah Salsa, Ratna langsung meminta buku itu.

“Oh iya. Aku ambil dulu ya. Kamu duduk dulu di sofa.” Kata Salsa lalu pergi ke belakang. Ratna pun
duduk di ruang tamu rumah Salsa. Ia memandangi sekelilingnya. “Banyak sekali boneka.” Batin Ratna.

Tak lama kemudian, Salsa kembali sambil membawa buku catatan milik Ratna.

“Kita main dulu yuk! Kemarin, ayahku membelikan aku boneka baru lho!” ujar Salsa. Ratna akhirnya
mengagguk setuju. Dan mereka pun akhirnya bermain boneka bersama-sama.

Tanpa disadari, ternyata sekarang sudah jam 9. Namun, Ratna masih saja asyik bermain bersama Salsa.
“Eh… sekarang sudah jam 10 nih, tapi kok mamaku belum pulang ya?” ujar Salsa kemudian.

“Apa? Jam 10?” Ratna kaget dan langsung pamit untuk pulang. Ia berlari sangat kencang menuju
rumahnya.

Ketika sampai di rumah ia mengetuk pintu. Namun tak ada sahutan. Dan Ratna melihat selembar kertas
di bawah pintu. Ia membacanya.

Untuk: Ratna

Hai Ratna. Kamu dari mana aja nih? Mama dari tadi nungguin kamu untuk berangkat jalan-jalan ke
kebun binatang. Tapi kamu nggak pulang-pulang. Jadi mama, ayah, kak Putri, dede Andi pergi duluan
deh. Kamu jangan nangis ya.

Oh iya. Mama udah nyiapin makan siang buat kamu di meja makan. Juga uang jajan di meja belajarmu.
Kami akan pulang besok pagi. Sampai jumpa!

Dari: Mama

Ratna yang membaca itu hampir menangis. Ia menyesal telah melupakan janjinya untuk pulang sebelum
jam 9. Tapi, tiba-tiba pintu rumah terbuka. Ratna segera masuk ke dalam rumah.

“SELAMAT ULANG TAHUN RATNA!!!”

Ratna terkejut. Ia tidak menyangka akan seperti ini. Seluruh keluarganya datang kesini dan memberikan
kado untuknya.

“Kenapa kalian membohongiku?!” ujar Ratna sambil menangis terharu.

“Salahnya kamu juga. ‘kan mama sudah bilang untuk pulang sebelum jam 9!” ujar mama.

“…” Ratna terus saja menangis. Perasaannya sangat kesal dicampur juga rasa senang.

“Jadi, bagaimana acara ke kebun binatangnya?” tanya Ratna.

“Kita tidak jadi hari ini kesana. Kita akan kesana besok.” Jelas Ayah.

Mereka semua tertawa melihat Ratna yang menangis bahagia.


Nini si Tomboy dan Jo si Feminim

DI Desa Krintil ada seorang anak manis bernama Nini. Dia tinggal bersama Ibu, Kakak, Adik, Kakek dan
Neneknya. Ayahnya sudah meninggal. Mereka tinggal di sebuah rumah yang mewah dan besar. Walau
begitu Nini tidak sombong. Sifat Nini mirip sekali dengan kakeknya yang dulu adalah pejuang
kemerdekaan Indonesia.

Setiap pagi Nini selalu diajarkan kakeknya untuk berani melawan orang yang melakukan kejahatan. Saat
pertama kalinya diajarkan, Nini merasa ragu. Tapi, lama-kelamaan dia menjadi pemberani. Sekarang Nini
dikenal sebagai anak yang tomboy di antara keluarganya.

Nini juga disuruh oleh kakeknya untuk ikut kegiatan seperti karate.

Ouu ya aku lupa. Kalau Nini adalah anak yang baru saja pindah dari Bandung. Di Bandung Nini sangat
terkenal akan keberaniannya. Preman-preman yang ada di Bandung tak berani berhadapan dengannya.
Semua penjahat berhasil ditaklukkannya.

Pada suatu pagi yang sangat cerah, Nini disuruh Ibunya untuk membeli 1 kilo telur dan seikat bayam
besar. Sebelum pergi, Ibu memberi denah agar Nini tidak tersesat. Sayangnya, Nini keliru menggunakan
denah yang diberikan Ibu kepadanya.

Nini malah melewati jalan pintas dekat balai desa. Dia bertemu dengan seorang preman cilik yang
sangat terkenal kehebatnnya bertarung di desa itu. Preman cilik itu sebenarnya adalah anak laki laki
yang baik dahulunya sebelum dia menjadi anak yatim piatu. Preman cilik ini sangat disegani di Desa
Krintil.

Preman cilik itu berkata, “Hei berikan uangmu!”

Dengan berani Nini menjawab “Memangnya kamu siapa? Berani sekali meminta uangku. Uang ini untuk
mebeli bayam tahu!”

“Berikanlah uang itu padanya kumohon. Kalau tidak kamu akan mengalami hal serupa denganku.” kata
seorang anak jalanan yang terlihat habis dipukuli dan ditendang.

“Aku tidak akan memberikan uang itu padanya. Sekalipun aku babak belur.” teriak Nini lantang.

“Wah, wah, wah rupanya kamu tidak mengetahui aku siapa ya? Kamu belum pernah bertemu jagoan
dari Desa Krintil, ya? Namaku Jo. Rasakan salam perkenalan dariku.” ujar Jo sambil melakukan aksinya
yang sangat menyakitkan.
Dengan sigap, Nini menahan tangan itu dan memelintirnya keras sekali. “Aku terima perkenalanmu.
Namaku Nini. Rasakan juga jabatan tanganku ini ya.”

Pelintiran itu, membuat Jo berteriak seperti seorang anak perempuan.

“Sekarang biarkan aku lewat dan jangan coba-cobalagi mengganggu anak yang kamu anggap lebih
lemah.”

“Ba.. baiklah, tapi bolehkah aku berkenalan denganmu tanpa kamu harus memelintir tanganku ini hiks
hiks?” Jo merintih seperti anak perempuan dan dia juga menangis seperti anak perempuan. Sama sekali
tidak terlihat, dia jagoan dari desa Krintil, yang selalu dibanggakan. Dia malah terlihat seperti anak laki
laki yang sangat feminim.

“Tentu saja boleh. Namaku Nini. Aku mau ke pasar dan membeli sikat besar bayam dan 1 kilo telur.
Ibuku mau membuat pizza bayam kesukaanku. Rasa sedap sekali. Makanan ini hanya Ibu dan Nenekku
yang bisa membuatnya dengan sangat sempurana dan tertata rapi.”

“Bolehkah aku menemanimu ke pasar dengan imbalan sepotong pizza?” pinta Jo kepada Nini.

Nini tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja boleh.”

“Ohh ya aku lupa. Namaku Jo.” ujar Jo sambil tersenyum manis seperti anak perempuan.

Sejak perkenalan unik itu, Nini dan Jo menjadi sahabat akrab. Jo juga telah diangkat oleh keluarga Nini
untuk menjadi keluarga mereka. Sekarang Nini dan Jo telah bersaudara. Setiap hari libur Nini dan Jo
selalu diajarkan kakek untuk berani melawan kejahatan. Kini hal yang paling penting adalah Jo tidak suka
lagi mengganggu anak yang dianggapnya lebih lemah. Sekarang dia tampak feminim dan Nini tampak
seperti anak tomboy sejati. Jo juga selalu meminta maaf kepada orang lain kalau sudah berbuat salah.
Dia takut kalau Nini melihat nanti tangannya dipelintir lagi deh. Hi hi hi.

Anda mungkin juga menyukai